• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Pengawet Sintetis

2.8 Boraks atau Asam Borat

Boraks merupakan bahan pengawet untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa, dengan nama kimia natrium tetraborat dekahidrat (NaB4O710H2O). Boraks juga memiliki nama lain seperti sodium borat, borax decahydrate, sodium biborate decahydrate, disodium tetraborate decahydrate, sodium pyroborate decahydrate, sodium tetraborate decahydrate, boron sodium oxide, dan fused borax.

Dalam perdagangan, boraks dikenal dengan sebutan borofax three elephant,

hydrogen orthoborate, NCL-C56417, calcium borate, atau sassolite. Dalam istilah

domestik, boraks memiliki nama berbeda-beda. Di Jawa Tengah boraks disebut dengan nama air bleng atau garam bleng, di daerah Sunda disebut bubuk gendar dan di Jakarta disebut pijer. Di pasar, boraks diperdagangkan dalam bentuk air bleng dimana air bleng merupakan bentuk tidak murni dari boraks yang terbuat dari campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur, sedangkan boraks murni diproduksi oleh industri farmasi dan diperdagangkan dalam bentuk balok padat, kristal, tepung berwarna putih kekuningan, atau dalam bentuk cairan tidak berwarna. Boraks berasal dari tambang alam dari daerah batuan mineral yang mengandung boraks, misalnya batuan kernite, batuan colemanite, atau batuan ulexit

2.8.1 Karakteristik Boraks

Boraks atau yang lazim disebut asam borat (boric acid) adalah senyawa kimia turunan dari logam berat boron (B). Asam borat terdiri atas tiga macam senyawa yaitu asam ortoborat (H3BO3), asam metaborat (HBO2), dan asam piroborat (H2B4O7). Rumus struktur ketiga asam borat tersebut adalah sebagai berikut (Khamid, 2006):

OH

H3BO3 : HO—B—OH; HBO2: HO—B ═ O

(Asam ortoborat) (Asam metaborat)

O — B — O / │ \

H2B4O7 : HO—B O B—OH \ │ /

O — B — O (Asam piroborat)

Boraks merupakan senyawa hidrat dari garam natrium tetraborat dengan rumus molekul Na2B4O710H2O (Natrium tetraborat dekahidrat) dimana garam natrium tetraborat (Na2B4O7) adalah garam natrium dari asam piroborat. Boraks adalah senyawa bor berbentuk granular, tidak berbau, tidak larut dalam alkohol, dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Jika larut dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat (Syah, 2005).

Asam borat (Boric acid) memiliki titik lebur 7430C dan titik didih sekitar 15750C (Khamid, 2006). Asam borat larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter, kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat serta asam borat mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah karena memiliki pH 9,5 dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk kristal berwarna putih, menghasilkan larutan yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta agak manis (Cahyadi,2009).

2.8.2 Fungsi Boraks atau Asam Borat yang Sebenarnya

Boraks atau asam borat banyak digunakan dalam industri kimia, antara lain (Budiawan, 2004):

1. Industri Gelas

Penggunaan yang paling banyak adalah pada industri serat gelas. Boraks (asam borat) akan mempercepat peleburan dan dapat mengikat bahan yang lain. Asam ini juga dapat memperbaiki warna dan meningkatkan ketahanan terhadap shock thermal dan mekanis.

2. Industri Elektronik

Boraks digunakan untuk pembuatan kapasitor (kondensor elektronik) yang digunakan dalam sistem mesin automobil, pendingin elektrik, radio, TV dan barang-barang elektronik lainnya.

3. Industri Keramik

Boraks digunakan dalam pelapisan barang-barang tembikar, barang pecah belah, ubin, porcelen dan peralatan dapur.

4. Industri Kimia

Dalam industri kimia, boraks berfungsi sebagai condensing agent, dan juga berguna dalam berbagai analisa kimia. Boraks sangat penting dalam industri pulp dan kertas dimana sodium perborat digunakan sebagai bahan pemutih dalam industri tersebut.

5. Fotografi

Boraks dalam bidang fotografi digunakan sebagai reagent dalam proses pencetakan film.

6. Industri Obat dan Farmasi

Boraks digunakan dalam pembuatan obat yang berfungsi sebagai antiseptik, desinfektan, penyegar dan deterjen. Boraks juga bersifat bakteriostatis dan fungistatis, yaitu dapat menahan pertumbuhan bakteri dan jamur.

7. Reaktor Nuklir

Boraks ditambahkan dalam air pendingin dalam suatu sistem tertutup yang bertekanan dalam suatu reaktor nuklir untuk mengontrol level tenaga.

8. Bahan Pengawet

Industri yang menggunakan boraks untuk pengawetan hasil produksinya diantaranya adalah industri kulit, kayu dan tali. Dalam industri kulit, penggunaan boraks berfungsi untuk meningkatkan kekuatan serat kulit dan daya tahan terhadap warna produk.

Selain untuk keperluan di atas, boraks juga digunakan dalam pembuatan lilin (wax), dan untuk campuran pada tinta cetak, obat untuk kulit dalam bentuk salep, pembasmi semut dan kecoa, dalam bentuk larutan boorwater untuk pencuci mata, serta boraxglycerin untuk pengobatan bibir. Boraks digunakan juga dalam pembuatan barang-barang tahan api misalnya kertas tahan api, ubin tahan api, tekstil dan kayu tahan api (Adiwisastra, 1992).

2.8.3 Makanan Mengandung Boraks

Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit yang penggunaannya dilarang menurut Permenkes RI No.1168/Menkes/PER/X/1999. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Adelaide, 2011). Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks Produk Ciri-ciri mengandung Boraks

Mie basah Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus, baunya menyengat, awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25oC)

Bakso Teksturnya sangat kenyal, warnanya cenderung keputihan namun jika ditambahkan boraks secara berlebihan, warnanya akan menjadi abu-abu tua

Lontong Teksturnya sangat kenyal, warnanya putih bersih, berasa tajam seperti sangat gurih, membuat lidah bergetar dan memberikan rasa getir

Kerupuk kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah dan kalau dimakan bisa menimbulkan rasa getir Gula Merah Sangat keras dan susah dibelah, terlihat butiran-butiran

mengkilap di bagian dalam Sumber: Adelaide, 2011

Selain ditambahkan pada tabel makanan di atas, boraks juga ditambahkan dalam pembuatan bubur ayam. Fungsinya adalah agar bubur jadi kental lebih dari 6 jam, berwarna putih cerah, tidak mudah berubah, dan tidak mudah basi. Biasanya proses pembuatan bubur 2 hingga 4 jam, tapi karena bantuan boraks maka lamanya proses pematangan bubur paling lama cukup hanya 3 jam saja agar matang sempurna. Penggunaan Pijer atau boraks di industri makanan seperti bubur sudah lama berlangsung dan terus-menerus dari generasi sebelumnya (Pariadi, 2011).

Adapun cara membedakan bubur ayam yang menggunakan boraks dengan bubur ayam yang tidak memakai boraks adalah sebagai berikut (Kompasiana, 2011):

a. Bubur ayam yang menggunakan boraks

− Jika disentuh dengan tangan, maka akan terasa lengket seperti lem dan teksturnya terlihat padat

− Jika didiamkan dalam jangka waktu lama, maka tampilan bubur akan tetap sama seperti baru bahkan tetap terkesan basah (masih mengandung air) hingga keesokan harinya

− Jika dibiarkan sampai esok hari, tidak berbau basi dan rasanya tidak berubah b. Bubur ayam yang tidak mengandung boraks

− Teksturnya terlihat encer dan tidak lengket jika disentuh dengan tangan − jika didiamkan dalam jangka waktu lama bubur akan mengental dan

lama-kelamaan airnya akan hilang, ini dikarenakan air memiliki sifat pengikat − bubur akan berubah aroma dan rasanya jika dibearkan sampai esok hari

− bubur ayam yang berkuah tahan sampai 8 jam, sedangkan bubur ayam yang tidak berkuah tahan sampai 1 hari

2.8.4 Mekanisme Toksisitas Boraks

Mekanisme toksisitas terdiri dari dua fase. Fase pertama yaitu fase kinetik yang meliputi proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan proses pembuangan (ekskresi). Pada fase pertama ini bahan toksik akan mengalami proses sinergestis atau antagonis. Fase kedua yaitu fase dinamik yang merupakan proses lanjut dari fase kinetik. Pada fase dinamik, bahan toksik yang tidak bisa dinetralisir oleh tubuh akan bereaksi dengan senyawa hasil proses biosintesa seperti protein, enzim dan lemak dan hasilnya bersifat merusak terhadap proses biomolekul dalam tubuh.

Proses masuknya boraks ke dalam tubuh yaitu melalui oral dimana manusia memakan makanan yang mengandung boraks. Kemudian boraks yang masuk ke dalam tubuh diabsorbsi secara kumulatif oleh saluran pencernaan (usus/lambung) dan selaput lendir (membran mukosa) dan sedikit demi sedikit boraks terakumulasi. Konsumsi boraks secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat mengakibatkan usus tidak mampu mengubah zat makanan sehingga tidak dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kemudian boraks didistribusikan lewat peredaran darah oleh vena porta ke hati. Hati mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang memetabolisme xenobiotik di dalam hati juga tinggi terutama enzim sitokrom P-450. Enzim ini membuat sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah diekskresikan oleh hati. (Lu, 1995).

aktif boraks B=O akan mengikat protein dan lemak tak jenuh sehingga menyebabkan peroksidasi lemak. Peroksidasi lemak dapat merusak permaebilitas sel karena membran sel kaya akan lemak. Akibatnya semua zat dapat keluar masuk ke dalam sel yang dapat menyebabkan kerusakan sel- sel hati (Hanna dkk, 2009).

Pada waktu sel-sel hati rusak, akan terjadi induksi enzim yang berada di dalam sel hati (enzim intraseluler) sehingga enzim intraseluler akan dilepaskan ke dalam darah. Enzim tersebut adalah Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT). Peningkatan kadar SGPT dan SGOT dalam darah dapat dijadikan indikator biologis tidak langsung untuk keracunan boraks.

Di dalam darah, boraks mengganggu metabolisme asam folat dimana asam folat sangat berperan dalam pembentukan darah. Berdasarkan hasil penelitian Landauer, di dalam tubuh ion boraks berikatan dengan Riboflavin (Vitamin B2) dan akan membentuk suatu zat komplek yang larut dalam air dan bersifat tidak aktif. Dengan adanya ikatan riboflavin-boraks ini, tubuh akan mengalami defisiensi riboflavin yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme asam folat (Rennie dkk, 1990). Dengan adanya gangguan metabolisme asam folat, maka pembentukan darah akan mengalami gangguan sehingga darah yang terbentuk jumlahnya tidak normal. Akibatnya eritrosit, leukosit, dan hemoglobin mengalami penurunan (Pangestiningsih, 1992).

Di dalam ginjal, boraks diekskresikan secara lamban. Adanya gangguan metabolisme sel dapat menyebabkan perubahan struktur sel. Perubahan yang terjadi di dalam ginjal akibat mengonsumsi makanan yang mengandung boraks yaitu terjadi pembengkakan sel-sel endothelium kapiler glomerulus dan terjadi penumpukan lemak pada sitoplasma sel epithelium tubulus kontortus proksimalis. Adanya pembengkakan

sel karena sel-sel tampak lebih besar dan berhimpitan sehingga terlihat bengkak. Adanya senyawa toksik yang mengganggu enzim-enzim dalam sel dapat menyebabkan penurunan penggunaan lemak sehingga akan menimbulkan akumulasi lemak dalam sel. Meskipun penumpukan lemak merupakan kerusakan yang masih bersifat reversible (kemampuan beradaptasi sel telah terlampaui), tetapi hal itu termasuk gangguan yang berat dan dapat menjadi perintis nekrosis (Tabbu, 1991).

2.8.5 Dampak Boraks Terhadap Kesehatan

Efek toksik boraks akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya berulang-ulang. Dampak boraks terhadap kesehatan meliputi dampak akut dan dampak kronis yaitu:

1. Dampak Akut

Bila terpapar boraks dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan boraks yaitu (Yuliarti, 2007) :

− Bila terhirup/inhalasi, dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir dengan gejala batuk-batuk

− Bila kontak dengan kulit maka akan menimbulkan iritasi kulit

− Bila kontak dengan mata, dapat menimbulkan iritasi, mata memerah dan rasa perih

− Bila tertelan, dapat menimbulkan gejala-gejala yang tertunda meliputi badan terasa tidak enak (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik), pendarahan gastro entritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam dan sakit kepala

2. Dampak Kronis

Bahaya utama terhadap kesehatan konsumsi makanan mengandung boraks dalam waktu lama (kronis) dapat menyebabkan nafsu makan menurun, gangguan pencernaan, gangguan SSP (bingung dan bodoh), anemia, rambut rontok, kanker, gangguan hati, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan. Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak- anak dalam dosis 5-6 gram (Cahyadi, 2009).

Dokumen terkait