• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

D. Boraks

B B B B O O O O O O O N Na a

Gambar 1. Struktur natrium tetraborat

Boraks atau natrium tetraborat merupakan serbuk hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein. Pada waktu mekar diudara kering dan hangat, hablur sering dilapisi serbuk warna putih. Mempunyai sifat larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol (Anonim,1995).

Menurut Encyclopedi Britanica dan Encyclopedi Nasional Indonesia, kata boraks berasal dari kata Arab, yaitu bouraq, dan istilah Melayunya tingkal, yang berarti putih, merupakan kristal lunak yang mengandung unsur boron, tidak berwarna, dan mudah larut dalam air. Boraks termasuk kelompok mineral borat, suatu jenis senyawa kimia alami yang terbentuk dari boron (B) dan oksigen (O). Beberapa jenis borat jarang ditemui, dan terjadi hanya pada daerah tertentu saja, sebaliknya beberapa diantaranya, misalnya boraks, kernile dan colemanite, secara komersial ditambang untuk pembuatan boraks, asam borat serta berbagai garam boron sintetis (Winarno dan Rahayu, 1994).

Boron merupakan unsur yang jarang terdapat dalam kerak bumi, tetapi banyak dijumpai sebagai deposit dalam senyawa garamnya, yaitu boraks, kernite, dan kolemanit. Struktur ion borat sesungguhnya lebih rumit dari formula yang dinyatakan tersebut. Misalnya, boraks sesungguhnya tersusun oleh ion

[B4O5(OH)4]2- (gambar 2) ; jadi, formula boraks tersebut lebih merupakan penyederhanaan dari Na2[B4O5(OH)4] ·8H2O (Sugiyarto, 2001).

H H H H O O O O B O B O B O B O O

Gambar 2. Struktur ion borat dalam boraks (Sugiyarto, 2001)

2. Asam Borat

Asam ortoborat atau sering diringkas sebagai asam borat dapat diperoleh dari hidrolisis boron halida menurut persamaan reaksi:

BX3(s) + 3 H2O (l) H3BO3(s) + 3 HX (aq)

Asam borat berupa padatan putih yang sebagian larut dalam air. Asam ini juga dapat diperoleh dari oksidasi unsur boron dengan larutan hidrogen peroksida(~30%). Dalam larutan air bersifat asam mono lemah dan bukan bertindak sebagai donor proton melainkan sebagai asam Lewis, misalnya menerima OH- menjadi [B(OH)4]- menurut persamaan reaksi:

B(OH)3 (s) + H2O (l ) [B(OH)4] (aq) + H (aq)

Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat, yaitu asam ortoborat (H3BO3), asam piroborat (H2BB4O7) dan asam metaborat (HBO2).Asam ortoborat adalah zat padat kristalin yang putih, yang sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam-garam dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang dipanaskan pada 100 C, akan diubah menjadi asam metaborat dan pada 140 C dihasilkan asam piroborat. Bentuk garam dari asam borat yang berasal dari logam-logam alkali mudah larut dalam air. Berbeda dengan bentuk garam dari asam borat yang berasal dari logam-logam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air, tetapi cukup larut dalam asam-asam dan dalam larutan amonium klorida. Sebagai contoh, natrium tetraborat atau boraks merupakan garam dari asam borat yang larut dalam air (Vogel, 1979).

0

0

3. Kegunaan boraks

Boraks merupakan garam natrium Na2BB4O7·10H2O, yang banyak digunakan diberbagai industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu dan keramik. Di samping itu, boraks juga digunakan untuk industri makanan, seperti dalam pembuatan mie, lontong, ketupat, bakso, bahkan juga untuk pembuatan kecap (Winarno dan Rahayu, 1994).

Boraks dan asam borat banyak digunakan dalam dunia farmasi dan pertanian. Bahan kimia tersebut mempunyai efek bakteristatik dan fungistatik. Keduanya lazim digunakan sebagai antiseptik untuk pemakaian luar badan atau antiseptik di toilet. Salap asam borat yang berkhasiat sebagai antiseptik dibuat pada pH 5,1. Larutan asam borat juga digunakan sebagai larutan pencuci mata.

Untuk maksud ini, larutan 3,5% asam borat dicampur dengan air dengan volume yang sama. Larutan boraks gliserin 10 % digunakan sebagai obat sariawan. Gliseroboric acid terbentuk melalui pembebasan tiga molekul air dari reaksi antara gliserin dan asam borat dengan sejumlah molekul yang sama pada suhu 1400C – 1500C (Soine dan Wilson, 1957).

4. Toksisitas boraks

Senyawa borat dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan pencernaan atau absorbsi melalui kulit yang luka atau membran mukosa. Absorbsi ini berlangsung cepat dan sempurna, sedangkan absorbsi pada kulit yang normal tidak cukup untuk menimbulkan keracunan (Olson, 1994). Dalam lambung, boraks akan diubah menjadi asam borat, sehingga gejala keracunannya pun sama dengan asam borat. Setelah diabsorbsi akan terjadi kenaikan konsentrasi dan ion borat dalam cairan serebrospinal, konsentrasi tertinggi akan ditemukan dalam jaringan otak, hati, dan lemak (Mujamil, 1997).

Boraks atau asam borat dapat diabsorpsi malalui saluran pencernaan, dapat pula berpenetrasi melalui permukaan kulit yang tipis (lecet karena gesekan), jaringan granulair, cairan jaringan dan melalui membran muka. Kurang lebih 50% dari jumlah yang terabsorpsi diekskresikan melalui air kencing selama 12 jam, sedangkan sisanya diekskresi selama 3-7 hari atau lebih.

Asam borat dan senyawanya dalam pemakaian sedikit dan berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya kumulatif pada lemak, hati, otak, testis dan ginjal. Dalam tubuh manusia dan hewan akumulasi dapat terjadi karena senyawa borat tidak termetabolisme. Ikatan boron-oksigen yang

kuat dari asam borat tidak mampu dipecah oleh tubuh karena untuk memecahnya dibutuhkan energi yang sangat besar sehingga senyawa borat tetap dapat terakumulasi meski 50% dapat dikeluarkan lewat urin (Food and Drug Administration, 2006).

Efek toksisnya akan menyerang langsung pada sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala keracunan seperti rasa mual, muntah-muntah dan diare, kejang perut, iritasi kulit dan jaringan lemak, gangguan peredaran darah, tachycardia, sianosis, delirium, koma, dan kematian (Anonim, 1996c).

Tanda dan gejala akut (jangka pendek) yang muncul bila terpapar boraks adalah sebagai berikut : bila terhirup/inhalasi, dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir dengan batuk-batuk dan dapat diabsorbsi menimbulkan efek sistemik seperti badan merasa tidak enak (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik), pendarahan gastro entritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan rasa sakit kepala. Bila kontak dengan kulit, dapat menimbulan iritasi pada kulit dan dapat diabsorbsi melalui kulit yang rusak. Bila kontak dengan mata, dapat menimbulkan iritasi, mata memerah dan rasa perih. Bila tertelan, dapat menimbulkan gejala-gejala yang tertunda meliputi badan rasa tidak enak (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik), pendarahan gastro entritis disetai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan rasa sakit kepala (Anonim, 2003).

Boraks dan asam borat yang terkandung dalam bleng memberikan reaksi yang lemah terhadap bakteri, sehingga pemakaiannya harus relatif banyak. Asam borat dan boraks sebanyak lebih dari 5 gram pada setiap kilogram berat badan

dapat menyebabkan kematian bagi bayi, 5-10 gram pada setiap kilogram berat badan menyebabkan kematian anak kecil dan 15-20 gram pada setiap kilogram berat badan menyebabkan kematian bagi orang dewasa (Renawati, 1989).

Dokumen terkait