• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Pemerintah perlu mengadakan penyuluhan yang lebih intensif kepada produsen dan masyarakat bahwa penggunaan boraks yang ditambahkan dalam makanan dapat membahayakan kesehatan. Selain itu pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi terhadap bahan pengganti boraks kepada masyarakat secara luas.

2. Perlunya meningkatkan kesadaran diri dari masyarakat bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dapat menimbulkan kerugian bagi kesehatan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Alexeyev, V.N., 1967, Qualitative Analysis, translated from the Russian by E.B.Uvarov, 440, Mir Publishers, Moscow.

Anonim, 1976, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 329/Men.Kes/Per/XII/76 tentang Prosedur dan Peredaran Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 699, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1989a, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1989b, The Merck Index, Eleventh Edition, 9477, Merck & co. INC., Rahway. N.J., U.S.A.

Anonim, 1992, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 921, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1996a, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1996b, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

472/Men.Kes/Per/V/1996 Tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1996c, Bulletin Direktorat Jendral POM, Vol. 18 No. 2, ISSN 0216-1109, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1999a, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1999b, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1168/Men.Kes/Per/X/1999 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 722/Men.Kes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2003, Boraks. Informasi Pengamanan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat Dan Makanan, Samarinda.

Anonim, 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, komunikasi pribadi dengan penulis, 25 Oktober 2005.

Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wotton, M., 1986, Ilmu Pangan, diterjemahkan oleh Hari Purnomo dan Adiono, 167-177, Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Christian, G.D., 2003, Analytical Chemistry, Sixth Edition, 54-59, John Wiley & Sons, INC, United States of America.

Cotton, F.A.I. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, diterjemahkan oleh Saharti Suharto, 132-135; 270, Indonesia University Press, Jakarta. Daintith, John., 1997, Kamus Lengkap Kimia, 50; 64-66, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Feigl, F., 1958, Spot Tests in Inorganic Analysis, 399, Elsevier Publishing Company, London.

Food and Drug Administration, 2006 b, Human Health and Ecological Risk Assessment for Borax,

http://www.fs.fed.us/foresthealth/pesticide/risk_assessments/022406_bor ax.pdf. Diakses pada 19 September 2006.

Glenn, K.F.E. and Jenkins, L.L.D., 1967, Quantitative Pharmaceutical Chemistry, Sixth Ed., 225-330, Mc Graw-hill book Company, New York.

Goldfrank, L.R., Flomenbaum N.E., Lewin, N.A., Weisman, R.S., 1986, Toxicologic Emergencies, Appleton Century Crofts, New York, United States of America.

Indriasari, L., 2006, Badan Pengawas Obat dan Makanan tengah gencar menindak penyalahgunaan boraks dan formalin sebagai pengawet makanan,

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0601/15/113636.htm. Diakses pada 11 Juni 2006.

Khopkhar, S.M., 1990, Principles of Biochemistry, alih bahasa Thenawidjaja, M., 137-142, UI Press, Jakarta.

Moertjipto, 1993, Makanan: Wujud, Variasi dan Fungsinya serta Cara Penyajiannya pada Orang Jawa-Daerah Istimewa Yogyakarta, 307-308, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mujamil, J., 1997, Deteksi dan Evaluasi Keberadaan Boraks pada Beberapa Jenis Makanan di Kotamadya Palembang, Cermin Dunia Kedokteran, 120, 17-21, Jakarta.

Mulja, M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 6-11, 26-33, Airlangga University Press, Surabaya.

Olson, K.R., 1994, Poisoning and Drug Overdose, 2nd ed., 106-107, Prentice-Hall International, United States of America.

Price, 1972, Analytical Atomic Absorption Spectrometry, 85, Heyden & Son Ltd, New York.

Renawati, 1989, Komposisi Kimia Bleng, Akademi Analisis Bogor .

Rieman, W., Neuss, J.D., and Barnet, N., 1942, Quantitative Analysis, 2nd ed, 297, Mc. GrawHill Book Company Inc, New York.

Rooth, H,J., Baschke, G., 1994, Pharmaceutical Analysis, diterjemahkan oleh Sardjono Kirman, Slamet Ibrahim, 359-361, 373, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Sakidja M.S., 1998, Kimia Pangan, 463-469, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Schenk and Ebbing, 1985, Qualitative Analysis and Ionic Equilibrium, 186, Houghton Mifflin Company, Boston, U.S.A.

Silverstein, R.E., G.C. Bassler and T.C. Murril, 1986, Spectrometric Identification of Organic Compounds, third edition, 234, John Wiley and Sons, Inc., New York.

Soine, T.O., and Wilson, C.O., 1957, Roger’s Inorganic Pharmaceutical Chemistry, Sixth Edition, 121-123; 214-217, Lea & Febiger, Philadelphia.

Sugiyarto, K.H., 2001, Dasar-Dasar Kimia Anorganik non Logam, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Tarumingkeng, R.C., Cofo, Z. dan Purwantara, B., 2002, Bahan Tambahan Makanan, Fungsi dan Penggunaannya Dalam Makanan, Medikasari, 702, IPN F2610206.

Utomo, H., 1995, Usaha Penyuluhan Penyalahgunaan Boraks Dalam Makanan Bakso dan Pengupayaan Bahan Pengganti yang Tidak Mengganggu Kesehatan,

http://digilib.brawijaya.ac.id/virtual_library/mlg_warintek/Pdf%20Mater

ial/Bulletin/1995/MA%20Des-03-1995/usaha%20penyalah%20gunaan%20boraks.pdf. Diakses 10 Maret 2005

Vogel, A.I., 1978, A Textbook of Quantitative Inorganic Analysis, Fourth Edition, 728, The English Language Book Society, Richard Clay Ltd., Bungay. Vogel, A.I., 1979, A Text-Book of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic

Analysis, diterjemahkan oleh Setiono, L., dan Hadyana, A., Edisi 5, 343-346, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Winarno, F.G., dan Rahayu, I.S., 1994, Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan, cet I, 104-111, Sinar Pustaka Harapan, Jakarta.

Wijaya, C.H., 2000, Bahan Tambahan Pangan, Betulkah Berbahaya?,

http://www.sedap-sekejap.com/artikel/2000/edisi5/files/tekno.htm. Diakses pada 25 Oktober 2005.

Lampiran 1. Daftar Tempat Pengambilan Sampel No Kode sampel Lokasi pengambilan 1 PK-1 Pasar Kebonpolo 2 PK-2 Pasar Kebonpolo 3 PK-3 Pasar Kebonpolo 4 PT-1 Pasar Tarumanegara 5 PT-2 Pasar Tarumanegara 6 PT-3 Pasar Tarumanegara 7 PT-4 Pasar Tarumanegara 8 PR-1 Pasar Rejowinangun 9 PR-2 Pasar Rejowinangun

10 PG-1 Pasar Gotong Royong 11 PG-2 Pasar Gotong Royong 12 PG-3 Pasar Gotong Royong

13 PC-1 Pasar Cacaban

Lampiran 2. Peraturan Perundang-Undangan

1. Undang-Undang RI Nomor: 23 Tahun 1992 tentang kesehatan

Undang-Undang RI Nomor 23 tanggal 17 September 1992 tentang kesehatan yang berhubungan dengan penelitian ini adalah pada Bagian keemmpat tentang pengamanan makanan dan minuman yaitu pasal 21 ayat (1) dan (3) yang menyatakan:

(1) Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan/ atau persyaratan kesehatan.

(3) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar dan /atau persyaratan kesehatan dan /atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan dalam pasal 80 ayat (4) pada butir a menyatakan bahwa :

a. mengedarkan makanan dan /atau minuman yang tidak memenuhi standar dan /atau persyaratan dan /atau membahayakan kesehatan sebagai mana dimaksud dalam pasal 21 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak tiga ratus juta rupiah (Anonim, 1992).

2. Undang-Undang RI Nomor: 7 Tahun 1996 tentang Pangan

Dalam peraturan ini, pasal 10 ayat (1) dan (2) mencantumkan pengaturan tentang bahan tambahan makanan sebagai berikut :

(1) Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan.

(2) Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tanmbahan pangan dalam kegiatan

atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Sanksi yang berlaku bila terjadi pelanggaran terhadap peraturan diatas diatur menurut pasal 55 ayat b tentang ketentuan pidana :

b. Menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan

tambahan pangan atau menggunakan bahan tanbahan pangan secara melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1);

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 600.000.000,- (Enam ratus juta rupiah).

Untuk produsen makanan dan minuman seperti industri rumah tangga, penjelasan pasal 21 ayat 3 mencantumkan bahwa :

Makanan dan minuman, yang diproduksi oleh masyarakat seperti industri rumah tangga, pengrajin makanan dan minuman, belum dikenakan sanksi pidana sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang ini. Pemerintah mengharuskan produsen untuk menarik dari peredaran, makanan dan minuman yang dilarang serta mengawasi pelaksanaannya (Anonim, 1996a).

3. Undang-Undang RI Nomor: 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

Di dalam pasal 4 undang-undang ini, disebutkan beberapa hak konsumen yang harus dihormati oleh pelaku usaha yaitu :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/ atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian apabila barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagai mana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya

Menurut pasal 8 ayat (1)a, pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan persyaratan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sanksi bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan tersebut, dicantumkan dalam pasal 62 ayat (1): pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, pasal 9, pasal 10, pasal 13 ayat (2), pasal 15, pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan pasal 18 dipidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak dua miliar rupiah (Anonim, 1999a).

4. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan

Pada peraturan ini dalam bagian kedua mengenai bahan tambahan pangan pasal 11 ayat (1) dan pasal 12 ayat (1) mencantumkan :

Pasal 11 ayat (1):

(1). Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang.

Pasal 12 ayat (1):

(1). Setiap orang yang memproduksi pangan dengan menggunakan bahan tambahan pangan untuk diedarkan wajib menggunakan bahan tambahan pangan yang diizinkan.

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 329/Men.Kes/Per/XII/76 tentang prosedur dan peredaran makanan

Pada pasal 21 peraturan ini melarang usaha memproduksi, mengimpor atau mengedarkan makanan yang:

a. bangar atau berbau busuk, menjijikkan, kotor, tercemar, busuk atau terurai;

b. mengandung bahan nabati atau hewani berpenyakit;

c. mengandung atau padanya terdapat bagian atau kotoran serangga atau binatang pengerat yang melampaui batas;

d. mengandung atau padanya terdapat sisa pestisida atau senyawa lain pemberantas hama dan penyakit yang melampaui batas;

e. mengandung atau padanya terdapat zat kimia beracun, logam atau mataloida, atau bahan tambahan yang melampaui batas;

f. yang padanya terdapat jasad renik yang berbahaya atau yang melampaui batas;

g. tidak cocok untuk konsumsi manusia;

h. berbahaya atau dapat mengganggu kesehatan manusia (Anonim,1976). 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 472/Men.Kes/Per/V/1996

tentang pengamanan bahan berbahaya bagi kesehatan Dalam pasal (1) peraturan ini mencantumkan:

Bahan berbahaya didefinisikan sebagai zat, bahan kimia, dan biologi baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.

Boraks tercantum sebagai salah satu dari tiga ratus empat puluh delapan bahan berbahaya dalam lampiran I peraturan ini karena boraks bersifat racun dan karsinogenik (Anonim, 1996b).

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1168/Men.Kes/Per/X/1999 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor: 722/Men.Kes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan

Dalam lampiran kedua peraturan ini dicantumkan bahwa asam borat dan senyawanya merupakan salah satu dari sepuluh jenis bahan tambahan yang dilarang penggunaannya dalam makanan (Anonim, 1999b).

Bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan : 1. Asam borat dan senyawanya

2. Asam salisilat dan garamnya 3. Dietilpirokarbonat (DEPC) 4. Dulsin

5. Kalium klorat 6. Kloramfenikol

7. Minyak nabati yang dibrominasi 8. Nitrofurazon

9. Formalin 10. Kalium bromat

Lampiran 4. Spektrum Panjang Gelombang Serapan Maksimal Kompleks Boro-Kurkumin

Lampiran 5. Spektrum Serapan Sampel pada Panjang Gelombang Sinar Tampak

Gambar 1. Spetrum serapan sampel PK–1

Gambar 3. Spektrum serapan sampel PK–3

Gambar 5. Spektrum serapan sampel PT–2

Gambar 7. Spektrum serapan sampel PT–4

Gambar 9. Spektrum serapan sampel PR–2

Ganbar 11. Spektrum serapan sampel PG–2

Gambar 13. Spektrum serapan sampel PC–1

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul ANALISIS BORAKS DALAM LEGENDAR YANG BEREDAR DI KOTA MAGELANG bernama Eulalia Puji Febri Kurniawati, merupakan anak dari pasangan V. Slamet Riyadi dan F. Maryati. Lahir pada tanggal 17 Februari 1983. Pada tahun 1987 memulai pendidikan di TK Kanisius Pendowo. Pada tahun 1989 penulis melanjutkan ke SDK Pendowo dan pada tahun 1993 di SDK Santa Maria Magelang. Kemudian pada tahun 1995 melanjutkan di SMP Negeri 2 Magelang dan pada tahun 1998 di SMU Negeri 1 Magelang. Pada tahun 2001 menempuh Strata-1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma penulis pernah menjadi Petugas Perpustakaan Paro Waktu (P3W) Perpustakaan Paingan.

Dokumen terkait