• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lama kerja

6. Budaya Integrity

Nilai fondasi utama perusahaan agar karyawan bekerja dengan profesional, integritas. Poin penting dalam integritas adalah melakukan hal yang benar dan penuh kejujuran secara konsisten. Dalam Tabel 3 dapat dilihat bahwa skor untuk Integrity sebesar 3.94 sehingga dapat dinyatakan nilai Integrity menurut karyawan adalah baik.

Budaya Integrity yang dimiliki PT UJA berkaitan erat dengan teori dimensi budaya organisasi yaitu orientasi kepada orang dan stabilitas. Orientasi kepada orang dalam Integrity muncul dari fokus perusahaan kepada pengembangan karyawan untuk bekerja dengan profesional, sedangkan stabilitas adalah upaya perusahaan untuk memiliki peraturan dan tata tertib dalam bekerja agar mencapai keteraturan Berdasarkan hasil skor rataan, karyawan sudah memiliki kejujuran dan memenuhi peraturan perusahaan serta bekerja dengan profesional.

Persepsi terhadap Kinerja Karyawan di PT UJA

Indikator kinerja berdasarkan kebijakan PT UJA terdiri dari aspek kompetensi, aspek kepemimpinan dan aspek perilaku kerja. Hasil data yang diperoleh tentang persepsi karyawan mengenai kinerja karyawan di PT UJA didasari oleh jawaban responden. Persepsi responden mengenai kinerja karyawan disajikan dalam Tabel 4 sebagai berikut:

16

Berdasarkan hasil data primer Tabel 4, dapat dilihat bahwa persepsi karyawan PT UJA mengenai kinerja karyawan meliputi indikator kompetensi, kepemimpinan dan perilaku kerja adalah sangat baik.

Kompetensi yang sangat baik menunjukkan bahwa karyawan mengerti dengan baik pengetahuan yang dibutuhkan dalam pekerjaannya. Selain itu karyawan juga memiliki inisiatif serta kualitas kerja yang tinggi. Kepemimpinan yang sangat baik menunjukkan bahwa aspek kepemimpinan mencakup potensi kepemimpinan; tingkat kepercayaan, sikap dan perilaku kerja; dan kemampuan pengawasan karyawan sudah sangat baik. Perilaku kerja yang sangat baik menunjukkan bahwa karyawan memiliki kepribadian yang baik, serta sudah memiliki sikap kerja sama dan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi.

Pengaruh Budaya Korporat terhadap Kinerja Karyawan di PT UJA Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah sampel diambil dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Gambar 7.

Dari Gambar 7 terlihat bahwa data-data pada grafik berada di sekitar kurva, sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi memiliki distribusi normal.

Gambar 6 Plot uji normalitas Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex pec te d C um Pr ob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Dependent Variable: kinerja

Tabel 4 Persepsi karyawan terhadap kinerja karyawan PT UJA

Indikator Skor rataan Keterangan Kompetensi 4.39 Sangat baik Kepemimpinan 4.24 Sangat baik Perilaku kerja 4.40 Sangat baik

17 Uji multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik adalah apabila tidak terjadi multikolinearitas di dalamnya.

Dari Tabel 5 terlihat bahwa semua variabel memiliki nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1. Ini memperlihatkan bahwa dalam model regresi tidak mengandung multikolinearitas.

Uji heteroskedastisitas untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual, dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah apabila model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah tetap.

Gambar 7 Scatterplot uji heteroskedastisitas Regression Standardized Predicted Value

2 1 0 -1 -2 R egr es si on St ude nti ze d R es idua l 3 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot

Dependent Variable: kinerja Tabel 5 Hasil uji multikolinearitas

No Variabel independen Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Collaboration .646 1.548

2 Clearthinking .706 1.417

3 Creativity and courage .597 1.675

4 Expertise .643 1.555

5 Externalfocus .756 1.323

6 Integrity .765 1.308

a Dependent Variable: kinerja

18

Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan tidak terdapat pola yang jelas dari titik-titik tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak memiliki gejala adanya heteroskedastisitas, yang berarti bahwa tidak ada gangguan yang berarti dalam model regresi ini.

Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini digunakan metode regresi linear berganda, dengan variabel Collaboration, Clear Thinking, Creativity and Courage, Expertise, External Focus dan Integrity sebagai variabel bebas dan kinerja karyawan sebagai variabel terikat.

Uji F

Uji F digunakan untuk melihat apakah terjadi pengaruh yang signifikan antara peubah independen terhadap peubah dependen secara keseluruhan. Hasil Uji F dapat dilihat pada Tabel 6.

H0 : Collaboration, Clear Thinking, Creativity and Courage, Expertise, External Focus dan Integrity secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan

H1 : Collaboration, Clear Thinking, Creativity and Courage, Expertise, External Focus dan Integrity secara bersama sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Nilai Sig (0,000) < alpha 5%, maka tolak H0. Ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini berupa Collaboration (X1), Clear Thinking (X2), Creativity and Courage (X3), Expertise(X4), External Focus (X5), Integrity (X6) berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan (Y).

Uji t

Uji t menunjukkan pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual. Adapun interpretasi dari masing-masing variabel budaya dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan.

a. Budaya Collaboration terhadap kinerja karyawan

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika sig < 0.05 dan terima H0 atau tolak H1 jika sig > 0.05 pada alpha 5%. Hipotesisnya adalah :

H0 : Budaya Collaboration tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Tabel 6 Hasil uji F

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1845.496 6 307.583 37.805 .000(a)

Residual 512.576 63 8.136

Total 2358.071 69

a Predictors: (Constant), integrity, externalfocus, clearthinking, expertise, collaboration, creativitycourage

b Dependent Variable: kinerja

19 H1 : Budaya Collaboration berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Uji t yang telah dilakukan menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.000 . Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan tolak H0 atau terima H1 bahwa budaya collaboration berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada taraf alpha 5%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hakim (2011) yang berjudul “Modal Budaya Organisasi Unggul sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing Industri dan Peningkatan Kinerja Perusahaan” bahwa budaya teamwork system atau kerja sama tim termasuk budaya unggul dalam memberikan pengaruh peningkatan terhadap kinerja karyawan. Budaya collaboration dalam perusahaan merupakan pengembangan dari teori budaya unggul orientasi kepada tim.

b. Budaya Clear Thinking terhadap kinerja karyawan

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika sig < 0.05 dan terima H0 atau tolak H1 jika sig > 0.05 pada alpha 5%. Hipotesisnya adalah :

H0 : Budaya Clear Thinking tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan

H1 : Budaya Clear Thinking berpengaruh terhadap kinerja karyawan Uji t yang telah dilakukan menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.004 . Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan tolak H0 atau terima H1 bahwa budaya Clear Thinking berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada taraf alpha 5%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirda (2007) dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Politeknik Negeri Padang”. Penelitian ini menyatakan bahwa budaya perhatian kepada detil berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Clear thinking merupakan budaya korporat yang dikembangkan dari teori budaya perhatian kepada detil.

c. Budaya Creativity and Courage terhadap kinerja karyawan

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika sig < 0.05 dan terima H0 atau tolak H1 jika sig > 0.05 pada alpha 5%. Hipotesisnya adalah :

H0 : Budaya Creativity and Courage tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan

H1 : Budaya Creativity and Courage berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Uji t yang telah dilakukan menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.165. Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan terima H0 atau tolak H1 bahwa budaya Creativity and Courage berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada taraf alpha 5%. Budaya creativity and courage dalam perusahaan merupakan pengembangan dari teori budaya unggul inovasi dan pengambilan risiko dan agresifitas.

Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Hakim (2011) yang berjudul “Modal Budaya Organisasi Unggul sebagai Upaya

20

Meningkatkan Daya Saing Industri dan Peningkatan Kinerja Perusahaan” bahwa budaya kreatif, inovatif dan keberanian menanggung risiko serta agresifitas termasuk budaya unggul dalam memberikan pengaruh peningkatan terhadap kinerja karyawan.

Hasil yang berbeda ini disebabkan oleh budaya kreatif yang kurang diterapkan dalam perusahaan manufaktur atau produk karena sudah terdapat standar yang harus diikuti sesuai dengan pesanan dalam membuat produk. Meskipun budaya creativity and courage tergolong tidak signifikan, kontribusinya dalam meningkatkan kinerja dinyatakan baik berdasarkan persepsi karyawan mengenai budaya ini.

d. Budaya Expertise terhadap kinerja karyawan

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika sig < 0.05 dan terima H0 atau tolak H1 jika sig > 0.05 pada alpha 5%. Hipotesisnya adalah :

H0 : Budaya Expertise tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan H1 : Budaya Expertise berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Uji t yang telah dilakukan menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.024 . Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan tolak H0 atau terima H1 bahwa budaya Expertise berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada taraf alpha 5%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hakim (2011) yang berjudul “Modal Budaya Organisasi Unggul sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing Industri dan Peningkatan Kinerja Perusahaan” bahwa budaya nilai keahlian atau expertise full termasuk budaya unggul dalam memberikan pengaruh peningkatan terhadap kinerja karyawan. Budaya expertise dalam perusahaan merupakan pengembangan dari teori budaya unggul orientasi kepada orang.

e. Budaya External Focus terhadap kinerja karyawan

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika sig < 0.05 dan terima H0 atau tolak H1 jika sig > 0.05 pada alpha 5%. Hipotesisnya adalah :

H0 : Budaya External Focus tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan

H1 : Budaya External Focus berpengaruh terhadap kinerja karyawan Uji t yang telah dilakukan menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.001 . Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan tolak H0 atau terima H1 bahwa budaya External Focus berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada taraf alpha 5%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirda (2007) dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Politeknik Negeri Padang”. Penelitian ini menyatakan bahwa budaya orientasi kepada hasil berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. External focus merupakan pengembangan budaya korporat dari teori budaya orientasi kepada hasil.

21 f. Budaya Integrity terhadap kinerja karyawan

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika sig < 0.05 dan terima H0 atau tolak H1 jika sig > 0.05 pada alpha 5%. Hipotesisnya adalah :

H0 : Budaya Integrity tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan H1 : Budaya Integrity berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Uji t yang telah dilakukan menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.048. Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan tolak H0 atau terima H1 bahwa budaya Integrity berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada taraf alpha 5%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hakim (2011) yang berjudul “Modal Budaya Organisasi Unggul sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing Industri dan Peningkatan Kinerja Perusahaan” bahwa budaya stabilitas dan orientasi kepada orang termasuk budaya unggul dalam memberikan pengaruh peningkatan terhadap kinerja karyawan. Budaya integrity dalam perusahaan merupakan pengembangan dari teori budaya unggul orientasi kepada orang dan mencerminkan stabilitas.

Dengan menggunakan alpha 5%, maka untuk menentukan pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat dari nilai sig yang lebih kecil dari nilai alpha tersebut. Dari hasil uji t, Creativity and Courage memiliki nilai sig (0,165), variabel tersebut memiliki nilai sig yang lebih besar dari alpha 5% atau 0.05. Ini menunjukkan bahwa Creativity and Courage tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja karyawan. Sedangkan Collaboration, Clear Thinking, Expertise, External Focus dan Integrity berpengaruh nyata terhadap kinerja karyawan. Ini dapat dilihat dari nilai sig (0,000) untuk Collaboration, sig (0,004) untuk Clear Thinking, sig (0,024) untuk Expertise, sig (0.001) untuk External Focus dan sig (0,048) untuk Integrity. Nilai sig untuk kelima variabel bebas tersebut lebih kecil dari alpha 5% atau 0.05. Secara ringkas hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil uji t

No

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) -24.767 6.827 -3.628 .001 2 collaboration 2.251 .396 .416 5.687 .000 3 clearthinking 1.691 .565 .209 2.991 .004 4 creativitycourage .741 .528 .107 1.403 .165 5 expertise 1.179 .510 .169 2.311 .024 6 externalfocus 1.552 .452 .232 3.431 .001 7 integrity .793 .394 .135 2.014 .048

a Dependent Variable: kinerja

22

Dari Tabel 7 diketahui persamaan linear yang terbentuk adalah sebagai berikut: - …….(4) dengan: Y : Kinerja Karyawan X1 : Collaboration X2 : Clear Thinking

X3 : Creativity and Courage X4 : Expertise

X5 : External Focus X6 : Integrity

1. Nilai konstanta (a) sebesar -24,767 dapat diinterpretasikan bahwa jika X1,…,X6 dianggap tidak ada (0), maka persepsi karyawan mengenai kinerja diperoleh sebesar -24,767.

2. Nilai koefisien untuk budaya collaboration sebesar 2,251 adalah besarnya peningkatan kinerja untuk peningkatan budaya collaboration sebesar satu persen dengan asumsi variabel lain bernilai tetap.

3. Nilai koefisien untuk budaya clear thinking sebesar 1,691 adalah besarnya peningkatan kinerja untuk peningkatan budaya clear thinking sebesar satu persen dengan asumsi variabel lain bernilai tetap.

4. Nilai koefisien untuk budaya creativity and courage sebesar 0.741 adalah besarnya peningkatan kinerja untuk peningkatan budaya creativity and courage sebesar satu persen dengan asumsi variabel lain bernilai tetap. 5. Nilai koefisien untuk budaya expertise sebesar 1,179 adalah besarnya

peningkatan kinerja untuk peningkatan budaya expertise sebesar satu persen dengan asumsi variabel lain bernilai tetap.

6. Nilai koefisien untuk budaya external focus sebesar 1,552 adalah besarnya peningkatan kinerja untuk peningkatan budaya external focus sebesar satu persen dengan asumsi variabel lain bernilai tetap.

7. Nilai koefisien untuk budaya integrity sebesar 0,793 adalah besarnya peningkatan kinerja untuk peningkatan budaya integrity sebesar satu persen dengan asumsi variabel lain bernilai tetap.

Implikasi Manajerial

Dalam penelitian ini, hasil dari uji f keenam variabel budaya korporat secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pemahaman dan penerapan budaya korporat secara keseluruhan oleh karyawan, maka semakin baik pula kinerja karyawan. Selanjutnya hasil uji t menyatakan budaya korporat collaboration, clear thinking, expertise, external focus dan integrity memiliki pengaruh yang nyata terhadap kinerja karyawan. Disisi lain, budaya creativity and courage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan penyebab, salah satunya adalah masih kurangnya sosialisasi dan internalisasi budaya korporat, sehingga nilai budaya tersebut masih sebatas diketahui saja, belum diimplementasikan dalam kehidupan kerja karyawan. Selain

23 itu perusahaan yang cenderung berfokus pada proses manufaktur memiliki standar tertentu sehingga budaya creativity and courage memiliki pengaruh yang lemah. Namun berdasarkan persepsi karyawan budaya creativity and courage dinyatakan baik, sehingga mampu memberikan kontribusi bagi kinerja karyawan meskipun budaya tersebut lemah.

Oleh karena itu perusahaan harus menyiapkan strategi untuk terus mempertahankan dan memperkuat nilai-nilai budaya collaboration, clear thinking, expertise, external focus dan integrity yang memiliki dampak nyata bagi kinerja perusahaan. Selain itu, perusahaan sebaiknya melakukan sosialisasi, internalisasi maupun implementasi budaya yang lebih baik dan intens terhadap budaya creativity and courage yang belum memiliki pengaruh nyata. Jika perusahaan dapat mengimplementasikan hal tersebut, maka budaya korporat secara keseluruhan dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Dokumen terkait