• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORETIS

B. Budaya Kerja

1. Pengertian Budaya Kerja

Budaya organisasi disebut juga budaya perusahaan. Budaya perusahaan sering juga disebut budaya kerja. Beberapa ahli menyatakan definisi budaya organisasi (Tika,2006:4) yaitu:

a. Peter F. Drucker

Budaya Organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah ekternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah- masalah terkait sepeti di atas.

b. Phithi Sithi Amnuai

Budaya Organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-angota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah- masalah integrasi internal.

2. Karakteristik Budaya Organisasi

Sesuai dengan definisi budaya kerja diatas, Robbins (Tika,2007:10) memberikan 10 karakteristik budaya organisasi sebagai berikut :

a. Inisiatif Individual

Tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat

b. Toleransi terhadap Tindakan Beresiko

Para karyawan dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, novatif, dan mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.

c. Pengarahan

Suatu organisasi/ perusahaan dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.

d. Integrasi

Suatu organisasi/ perusahaan dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

e. Dukungan Manajemen

Para manajer dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

f. Kontrol

Pengawasan dan pengendalian perilaku karyawan dalam perusahaan, alat yang digunakan bisa berupa peraturan-peraturan atau tenaga pengawas dalam perusahaan.

g. Identitas

Para karyawan suatu perusahaan dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional tertentu.

h. Sistem Imbalan

Alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja karyawan, bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.

i. Toleransi terhadap Konflik

Para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.

j. Pola Komunikasi

Komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal sehingga tidak terjadi hambatan dlam berkomunikasi antara atasan dan bawahan atau antarkaryawan itu sendiri.

3. Unsur-Unsur Pembentuk Budaya Organisasi

Budaya perusahaan yang terbentuk banyak ditentukan oleh beberapa unsure (Atmosoeprapto,2000:71), yaitu:

a. Lingkungan usaha; lingkungan di mana perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai keberhasilan.

b. Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi.

c. Panutan/keteladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya.

d. Upacara-upacara (rites and ritual); acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya. e. Network; jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat

menjadi sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan.

Menurut Schein (Sembiring, 2008), pembentukan organisasi mengikuti alur sebagai berikut:

a. Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar, nilai- nilai perspektif, artefak kedalam organisasi dan menanamkannya kepada para karyawan.

b. Budaya muncul ketika para anggota organisasi berinteraksi satu sama lain untuk memecahkan masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal.

c. Secara perorangan, masing-masing anggota organisasi dapat menjadi seorang pencipta budaya baru dengan mengembangkan berbagai cara untuk menyelesaikan persoalan-persoalan individual seperti persoalan identitas diri, kontrol, dan pemenuhan kebutuhan serta bagaimana agar bisa diterima oleh lingkungan organisasi yang diajarkan kepada generasi penerus.

Budaya perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor:kebijakan perusahaan

(Corporate Wisdom), gaya perusahaan (Corporate Style), dan jati diri perusahaan

(Corporate Identity) dalam proses pengembangannya. Kebijakan perusahaan

(Corporate Wisdom) ditunjang oleh Filosofi Perusahaan (serangkaian nilai-nilai yang menjelaskan bagaimana perusahaan dengan pelanggan, produk atau pelayanannya, bagaimana karyawan berhubungan satu sama lain, sikap, perilaku, gaya pakaian, dan lain-lain serta apa yang bias mempengaruhi semangat), keterampilan yang dimiliki dan pengetahuan yang terakumulasi dalam perusahaan. Jati diri perusahaan (Corporate Identity) ditunjang oleh Citra perusahaan, Kredo (semboyan) perusahaan, dan proyeksi perusahaan atau apa yang ditonjolkan perusahaan. Gaya perusahaan (Corporate style) ditunjang oleh profil karyawan, pengembagan SDM dan masyarakat perusahaan (Corporate

community) atau bagaimana penampilan perusahaan tersebut di lingkungan perusahaan lainnya (Denni, 2008)

4. Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi budaya organisasi (Robbins, 2001:290) sebagai berikut: a. Pembeda antara satu organisasi dengan organisasi laiannya

b. Membangun rasa identitas bagi anggota organisasi c. Mempermudah tumbuhnya komitmen

d. Meningkatkan kemantapan sistem sosial, sebagai perekat social, menuju integrasi organisasi.

Fungsi budaya organisasi berdasarkan berbagai pendapat para ahli (Tika,2006:14), antara lain:

a. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau kelompok lain.

b. Sebagai perekat bagi karyawan dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari karyawan. Para karyawan mempunyai rasa memiliki, partisipasi dan rasa tanggungjawab atas kemajuan perusahaannya. c. Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan dimana

lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung, dan konflik serta perubahan diatur secara efektif.

d. Sebagai mekanisme kontrol dalam memadu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol, didatarkannya struktur, diperkenalkannya tim-tim dan diberi kuasanya karyawan oleh

organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan bahwa semua orang diarahkan kea rah yang sama.

e. Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai integrator karena adanya sub-sub budaya baru.

f. Membentuk perilaku bagi para karyawan. Fungsi seperti ini dimaksudkan agar para karyawan dapat memahami bagaimana mencapai tujuan organisasi

g. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi. Masalah utama yang sering dihadapi organisasi adalah masalah adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal

h. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan. Fungsi budaya organisasi/ perusahaan adalah sebagai acuan untuk menyusun perencanan pemasaran, segmentasi pasar, penentuan positioning yang akan dikuasai perusahaan tersebut

i. Sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta antaranggota organisasi.

j. Sebagai penghambat berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi masalah-masalah yang menyangkut lingkungan eksternal dan integrasi internal.

Dokumen terkait