• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Penerimaan kotor

12) Budidaya ikan sidat outdoor

a. Budidaya ikan sidat pada jaring apung

Budidaya ikan sidat dengan menggunakan jaring apung dilakukan oleh beberapa pembudidaya lainnya. Sebagai contoh satu unit jaring apung memiliki empat kolam berukuran 7 x 7 m, dengan jaring berukuran 7 x 7 x 2,5 m dan mata jaring 2,5 inci. Untuk menghindari lolosnya ikan, disekeliling tepian kolam bagian atas diberi penutup dari hapa dengan lebar 60 cm, KJA dijual umum dan dapat dipesan sesuai ukuran pada beberapa perusahaan peralatan budidaya ikan di Indonesia. Dibandingkan di kolam tanah, pemeliharaan di hapa memberi keuntungan karena kemungkinan lolosnya sidat dari wadah pemeliharaan dapat dicegah. Di lahan luas, sidat dapat dibudidayakan dengan memanfaatkan bekas tambak udang atau di karamba jaring apung (KJA). Budidaya pada KJA tidak dilakukan di perusahaan budidaya sidat di P.T. JSI, tetapi dilakukan oleh pembudaya lain yang berada di Sukabumi dan sekitarnya.

b. Budidaya ikan sidat pada kolam / tambak

Pada skala lebih kecil, sidat ukuran fingerling dapat dipelihara di bak tembok atau jaring hapa di kolam. Walaupun jumlah yang dihasilkan terbatas, pemeliharaan di bak tembok lebih terkontrol karena dipelihara dengan sistem air bersih. Untuk skala besar, sidat ukuran fingerling dapat dipelihara di tambak yang berdinding dan beralas tembok untuk mencegah lolosnya sidat yang dibudidayakan seperti yang dilakukan di P.T. JSI Palabuhanratu Sukabumi. Di Indonesia dengan suhu lingkungan yang relatif konstan sepanjang tahun maka pemeliharaan ikan sidat dapat dilakukan di luar ruangan (out door). Teknologi terkini dalam budidaya ikan sidat dapat dilakukan di ruangan tertutup ataupun terbuka, seperti yang dilakukan di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi. Melakukan kegiatan budidaya ikan sidat di dalam ruangan tertutup untuk menghasilkan benih yang berkualitas, sedangkan untuk pembesaran ikan sidat dilakukan diluar ruangan yaitu di tambak/kolam beton dengan dinaungi atap terbuat dari plastik/nilon sebagai pelindung (shading).

89 Proses produksi ikan sidat (Anguilla spp)

Beberapa aspek yang menyebabkan hasil budidaya ikan sidat tidak maksimal, salah satu isu strategis adalah terbatasnya pengetahuan dan teknologi budidaya yang dimiliki para pembudidaya itu sendiri. Keterbatasan pengetahuan dan teknologi ini berakibat pada kesulitan mereka untuk dapat meningkatkan hasil produksi kolam persatuan luas. Hal ini menjadi cerminan bagi Dinas Perikanan dan Kelautan khususnya petugas penyuluh perikanan di Kabupaten Sukabumi dalam hal penyebarluasan/penyuluhan bagi pembudidaya sidat. Beberapa kemungkinan penyebab keterbatasan pengetahuan dan teknologi pembudidaya sidat adalah :

1) Terbatasnya jumlah dan kapasitas pengetahuan tenaga pendamping yang dimiliki oleh Dinas terkait di kabupaten Sukabumi (Dinas Perikanan dan Kelautan, BP3, BP4K) dalam melakukan penyuluhan budidaya sidat di lapangan.

2) Kurangnya/terputusnya koordinasi dari Instansi terkait dalam melakukan sosialisasi setiap teknologi baru yang dihasilkan.

3) Perlu advokasi dan sosialisasi untuk nelayan dan pembudidaya sidat dalam menerima teknologi budidaya baru, yang belum diimplementasikann/dilihat secara langsung oleh pembudidaya sidat di daerah tempat usahanya. Hal ini disebabkan karena adanya ketakutan dan keraguan mengenai keberhasilan teknologi tersebut dalam meningkatkan produktivitas usahanya. Perlu dilakukan diseminasi teknologi budidaya bagi pembudidaya sidat oleh petugas penyuluh perikanan.

4) Kurangnya modal yang dimiliki pembudidaya untuk memenuhi secara infrastruktur, sebagai konsekuensi dari penggunaan teknologi baru tersebut. Usaha budidaya, survival rate dan mortalitas ikan sidat di Palabuhanratu

Berdasarkan hasil penelitian di Perusahaan industri perikanan sidat di Palabuhanratu (PT. JSI), khususnya usaha penangkapan, budidaya dan pengolahan sidat (kabayaki) secara semi modern. Perusahaan ini memiliki 30 karyawan dengan fokus usaha pada penangkapan, budidaya dan pengolahan ikan sidat (Anguilla sp.). Pada saat glass eel ditangkap di muara sungai warnanya bening transparan, jika ditangkapnya setelah daerah muara kearah sekitar hilir sungai warnanya coklat muda, setelah beberapa hari dibudidayakan warnanya akan berubah coklat gelap. Dalam budidaya sidat ada beberapa tahapan yang bisa digarap, yakni pendederan glass eel ukuran 0,16 gram hingga 3 gram dan pada pembesaran elver berukuran 3-5 gram menjadi 8-10 gram yang membutuhkan waktu 3 bulan. Selanjutnya pembesaran sidat fingerling menjadi ukuran konsumsi 250-300 gram yang membutuhkan waktu hingga 10 bulan.

Sarana pembesaran ikan sidat menggunakan green house dengan suhu air terkontrol 30oC sepanjang tahun. Selain itu juga dilakukan penambahan oksigen dengan blower dan baling-baling yang diputar. Untuk glass eel diberi pakan alami kemudian elver dan fingerling diberi pasta. Pakan sidat diberikan 2 kali sehari pagi dan sore, yang diperoleh dengan meramu ransum pakan dengan formula tepung ikan (impor dari Jepang) dan ikan rucah yang dihaluskan, ditambahkan gizi lainnya seperti minyak ikan, vitamin dan mineral, semua bahan dicampurkan dengan air menjadi ramuan pakan berupa pasta. Pakan ditempatkan pada wadah khusus berukuran 1x2 meter di beberapa sudut kolam. Air untuk

90

budidaya benih diperoleh dari dalam tanah, pada kedalaman 100 m atau lebih dengan bagian dasar tempat pengolahan air dibuat permanen dengan beton semen. Panen sidat dilakukan pada bulan ke 10-12 dengan perkiraan umur dan ikan sidat sudah mencapai ukuran sekitar 200-300 gr per ekornya. Rasio hidup ikan sidat mencapai 90 persen, karena sidat mempunyai daya tahan yang kuat terhadap penyakit, hal ini diduga karena sidat tubuhnya diselimuti lendir yang cukup banyak.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Subiakto, dalam siaran pers, Minggu (22/4/2012), mengemukakan, permintaan di dalam negeri juga sangat besar dan belum bisa terpenuhi. Di Jakarta, permintaan sidat sudah mencapai 3 ton per bulan, seiring bertumbuhnya restoran Jepang dan Korea. Harga sidat konsumsi saat ini mencapai Rp 300.000 hingga Rp 600.000 per kg. Masyarakat akan didorong agar mau membudidayakan sidat yang memiliki nilai tinggi. Indonesia merupakan negara penghasil sidat terbesar di dunia, karena hampir setiap muara di perairan Indonesia terdapat sidat. Pakan untuk sidat masih menjadi kendala dan belum ada yang sesuai di Indonesia. Meskipun budidaya sidat masih terkendala pakan, beberapa pembudidaya menyiasati dengan memakai pakan udang atau kerapu untuk pakan sidat. Kendala pabrik pakan adalah belum banyaknya pesanan pakan sidat dan belum adanya formula pakan yang tepat untuk pakan pada budidaya sidat, hal ini pula yang membuat pabrik pengolahan sidat masih kekurangan bahan baku ikan sidat ukuran konsumsi.

Berdasarkan hasil budidaya di BLU Pandu Krawang (2012) di Indonesia pertumbuhan berat budidaya sidat adalah rata rata 40 gr/ bulan, dan waktu minimum pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi adalah 9 bulan. Dari glass eel sampai ukuran 100 gr dicapai dalam 4 s/d 5 bulan, dan sampai ukuran konsumsi dari 100 gr sampai 250 gr dalam 3/4 bulan. Sidat betina lebih besar dari pada sidat jantan dan penambahan hormon estrogen pada pakan membuat populasi sidat betina akan lebih banyak. Pertumbuhan optimum 9 bulan x 40 gr = 360 gram. Pertumbuhan berat sidat sangat bergantung suhu optimum pemelihngan suhu 23-28oC, rata rata 25oC cukup optimum, jadi tidak ada masalah suhu di Indonesia, kecuali penyakit dan parasit yg bisa muncul dalam rentang suhu tersebut. Di Jepang elver mulai dikembangkan dari glass eel 0.15 gr ke elver 0.5 gr (kerapatan tebar 0.4 kg/m2 s/d 1.2kg/m2), setelah itu dilakukan grading dan pemindahan ukuran 0.5 gr ke kolam dengan kerapatan tebar 0.5 kg/m2 s/d akhir 1.6 kg/m2. Pada ukuran 6.5 gr sudah dilepas ke tambak pembesaran akhir (5000 m2 atau 0.5 ha bisa terdiri dari 25 kolam ukuran 200 m2) dan mencapai ukuran panen 190 gram dengan kerapatan 4 kg/m2, dalam kolam still water. Dari ukuran 0.16 gr ke 0.5 gr ditebar dalam kolam running water, dan 0.5 gr s/d 1.3 gram pembesaran elver setelah grading dalam kolam running water atau jika di Indonesia pada kolam indoor, running water atau resirkulasi. Mulai dari ukuran 1.3 gr ke 6.5 gr bisa di budidayakan di air tenang. Untuk pembesaran s/d 20 ton dibutuhkan jumlah air 350 m3/hari atau 5.208 liter/detik.

Menurut pembudidaya yang berhasil diwawancarai menyatakan bahwa budidaya ikan sidat sebenarnya tidak terlalu sulit, lama budidaya maksimal sepuluh hingga dua belas bulan. Sidat juga memiliki tingkat produktivitas yang sangat baik. Rasio hidupnya sekitar 90 persen dari pemeliharaan bibit hingga mencapai ukuran 250 – 300 gram. Meskipun benih sidat masih harus diambil

91 langsung dari alam, potensi usaha budidaya sidat cukup menjanjikan, untuk itu perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas agar masyarakat makin sadar betapa besarnya potensi sidat di Indonesia dan bisnis sidat dapat dikelola dengan baik. Beberapa pembudidaya elver menjual hasil budidaya sidat dengan berat 1 gr per ekor (1000 ekor/kg) mendederkan glass eel yang ditangkap di estuaria dengan ukuran 6000 ekor/kg.

Meskipun profitable dan memiliki prospek cerah, tapi usaha budidaya sidat masih kurang diminati masyarakat, karena waktu pemeliharaannya panjang, teknologinya belum mapan, dan resikonya tinggi. Waktu pemeliharaan untuk mencapai ukuran yang diinginkan berbeda-beda tergantung dari spesies sidat, sistem pemeliharaan, jenis pakan dan faktor-faktor pendukung lainnya. Untuk mencapai ukuran konsumsi (150-200 g) diperlukan waktu total 18-20 bulan. Perlu adanya perhatian pemerintah dan stakeholder terkait dengan adanya eksploitasi sidat yang semakin hari semakin tak terkendali mengingat besarnya permintaan sidat menjadi pemicu besarnya ekpolitasi sidat terutama sidat dewasa yang ditangkap dijalur migrasi ke laut, yang seharusnya memijah menjadi terkendala keberlanjutannya mengingat benih dan ikan sidat ukuran konsumsi masih mengandalkan tangkapan alam karena ulah mereka yang tidak bertanggung jawab.

Proses Budidaya sidat

Di Indonesia khususnya di Palabuhanratu dengan suhu lingkungan yang relatif konstan sepanjang tahun maka pemeliharaan ikan sidat pembesaran glass eel dapat dilakukan didalam (indoor pada green house) dan pembesaran fingerling dapat dilakukan diluar ruangan (out door pada kolam semen/tambak), seperti yang dilakukan di PT. JSI dengan teknologi terkini dalam budidaya ikan sidat dapat dilakukan di ruangan tertutup ataupun terbuka. Ikan sidat telah dibudidayakan secara intensif di Eropa khususnya di Norwegia, Jerman dan Belanda serta Asia, yaitu: Jepang, Taiwan dan China daratan. Di negara-negara lain seperti Australia, Indonesia dan beberapa negara Eropa dan Afrika Barat umumnya produksi ikan sidat masih mengandalkan dari hasil penangkapan di alam.

Pendederan (indoor pada akuarium)

Pengembangan budidaya sidat lokal harus didorong terus agar dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Berdasarkan hasil riset dalam negeri dari segi teknologi menggunakan sidat lokal lebih cocok daripada menerapkan teknologi budidaya dari luar yang belum tentu cocok dengan sifat sidat lokal. Untuk membudidayakan sidat, pembudidaya harus selektif memilih jenis. Di Jawa dan Sumatera jenis sidat yang didapat 90-95 persen Anguilla bicolor bicolor. Sementara di daerah Samudera Pasifik, misalnya Sulawesi, ditemukan setidaknya 3 jenis sidat sehingga perlu dipilih salah satu jenis yang layak dibudidayakan seperti Anguilla marmorata, karena sidat yang dibudidayakan dari beragam jenis, pertumbuhannya pun beragam. Sedangkan untuk skala budidaya bisa besar atau kecil tergantung ketersediaan tempat dan lahannya seperti yang dilakukan di PT. JSI terdapat dua spsesies yang dibudidayakan yaitu Anguilla bicolor bicolor dan Anguilla marmorata. Biasanya budidaya ikan sidat indoor dimulai dengan pendederan glass eel sampai dengan ukuran elver hingga ukuran fingerling. Untuk skala kecil pembudidaya dapat memanfaatkan ruangan kosong yang kurang

92

optimal pemanfaatannya di sekitar rumah, atau dibuat bangunan permanen dari tembok atau semi permanen dari kayu atau plastik dengan menambahkan sarana dan prasarana seperti akuarium/ container/ box plastik/ fiberglass atau bak tembok, blower, pemanas ruangan, filter air dan instalasi air, udara dan listrik.

Pembesaran benih (outdoor pada bak semen dan fiberglass)

Di Palabuhanratu pembesaran benih ikan sidat pada ukuran pasca elver atau fingerling sudah dapat dilakukan di dalam bak semen atau fiberglass.

Budidaya ikan sidat outdoor

Untuk budidaya ikan sidat outdoor dapat digunakan dengan perlengkapan peralatan budidaya ikan sidat pada jaring apung (KJA) di lahan luas. Ikan sidat dapat dibudidayakan dengan memanfaatkan bekas tambak udang atau di karamba jaring apung (KJA). Selain itu budidaya ikan sidat pada kolam/tambak dapat dilakukan pada skala lebih kecil, sidat ukuran fingerling dapat dipelihara di bak tembok atau jaring hapa di kolam. Walaupun jumlah yang dihasilkan terbatas, pemeliharaan di bak tembok lebih terkontrol karena dipelihara dengan sistem air bersih. Untuk skala besar, sidat ukuran fingerling dapat dipelihara di tambak yang berdinding dan beralas tembok untuk mencegah lolosnya sidat yang dibudidayakan.

Gambar 32. Kolam budidaya ikan sidat

Dengan berbagai potensi yang ada, sudah saatnya usaha budidaya sidat dikembangkan lebih serius. Pada tahap awal, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai jenis dan ketersediaan glass eel di berbagai pantai Indonesia. Tujuannya untuk menentukan tingkat eksploitasi sehingga sumberdaya di alam

93 tetap lestari. Selanjutnya dikembangkan segmentasi budidaya yang terintegrasi di lokasi yang sesuai. Pemetaan kapasitas produksi juga diperlukan karena pasar ekspor biasanya butuh dalam jumlah besar. Untuk meningkatkan nilai tambah, dapat dikembangkan teknologi pengolahan produk sidat sehingga suatu saat ekspor bukan lagi berupa produk segar tetapi olahannya.

Sistem Pasca Panen Perikanan Sidat (Anguilla spp)

Pertambahan penduduk dunia meningkatkan kebutuhan akan sumber protein hewani berupa makanan daging dan ikan. Pada sisi lain manfaat ikan semakin disadari sebagai pemacu pertumbuhan tubuh manusia, peningkatan tumbuh kembang kemampuan otak manusia, mencegah penyakit kolestrol dan penyakit jantung, serta manfaat lain bagi kesehatan manusia, sehingga kebutuhan ikan semakin bertambah. Salah satu jenis ikan yang dianggap sangat bermanfaat adalah ikan sidat atau eel (Anguilla spp) terutama di Jepang dan Korea karena dengan mengkonsumsi ikan secara teratur bangsa Jepang dan Korea disamping memacu pertumbuhan tinggi badan juga menstimulasi intelektual bangsa dan menjadikannya sebagai negara industri dan modern. Jepang mengimpor ikan sidat dari China dan Vietnam hampir 500.000 ton pertahun dan permintaan tetap bertambah, namun sukar dipenuhi karena pencemaran lingkungan di kedua negara ini pun telah semakin parah akibat pertumbuhan industri. Negara-negara Eropa juga merupakan pasar yang berpotensi tinggi karena mereka juga banyak mengkonsumsi ikan dan mengimpor ikan sidat (KKP 2011).

Berdasarkan dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa keberhasilan usaha pengolahan ikan sidat panggang di Palabuhanratu memerlukan perencanaan yang baik, pengalaman, pengetahuan serta intuisi yang tepat dari pengambil keputusan. Sinergi antar pelaku dalam sistem diharapkan akan mengoptimalkan pencapaian tujuan pengembangan usaha pengolahan ikan sidat, yaitu pemanfaatan secara optimal sumberdaya ikan sidat untuk memberikan manfaat yang sebesar- besarnya bagi para pelaku seperti peningkatan daya saing, keuntungan usaha, pendapatan daerah, lapangan kerja dan konsumsi ikan.

Gambar 33. Alur distribusi bahan baku pada perusahaan industri perikanan sidat di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi

Nelayan,Penampun gPengumpul Penerimaan Bahan Baku Unit Pengolahan Sidat Konsumen Budidaya Pasca Tangkap & Panen Ikan Sidat Ukuran 200-300 gr keatas

94

Perusahaan industri perikanan sidat mendapat pasokan ikan sidat melalui 3 macam cara, yaitu; (1) Pembelian glass eel dari nelayan, penampung dan pengumpul kemudian didistribusikan ke unit budidaya bagian pendederan untuk menghasilkan benih yang baik, (2) Pasokan ikan sidat ukuran fingerling yang diterima didistribusikan ke unit budidaya pembesaran agar menghasilkan ikan sidat ukuran konsumsi, (3) Pasokan ikan sidat ukuran konsumsi diterima perusahaan untuk memasok unit pengolahan ikan sidat. Ikan sidat yang diterima baik dari tangkapan alam hingga hasil budidaya mendapat perlakuan pemberokan dahulu sebelum masuk ke unit budidaya maupun unit pengolahan.

Produksi Pasca Panen Ikan Sidat

Pada pemeliharaan ikan sidat secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini dilakukan agar ikan sidat dapat diterima dalam kualitas yang baik oleh konsumen, sebagai jaminan mutu dan mempunyai jaringan pemasaran yang luas. Ikan sidat yang masih hidup atau baru saja ditangkap sangat baik untuk diolah dengan cara dipanggang sebagai produk olahan nasional maupun internasional.

Penanganan dan teknologi pengolahan ikan sidat panggang

Perusahaan industri perikanan sidat di Palabuhanratu bergerak dibidang penangkapan, budidaya dan pengolahan ikan sidat (kabayaki) secara semi modern. Panen ikan sidat dilakukan pada bulan ke 10-12 dengan perkiraan berat ikan sidat sudah mencapai ukuran sekitar 200-300 gr per ekornya. Setelah pasca panen ikan sidat terlebih dahulu dipuasakan selama 3 hari untuk membersihkan isi perutnya dan menghilangkan bau serta rasa amis dengan cara terus menerus mengairi kolamnya. Hal ini dilakukan sebelum ikan sidat masuk ke unit pengolahan. Ikan sidat yang masih segar memiliki ciri-ciri diantaranya mata jernih, insang merah, warna cerah dan dagingnya padat. Sebelum diolah bagian lendirnya tubuh ikan sidat perlu dibersihkan terlebih dahulu, lendir pada kulit ikan mengandung banyak senyawa nitrogen sebagai sumber hara bagi mikroorganisme yang berpotensi mencemari produk selama proses produksi.

95 Pengolahan ikan sidat yang sudah masuk kedalam unit pengolahan ikan dimulai dari pemingsanan ikan sidat dengan menambahkan es sehingga suhunya dingin (0-4oC), dilanjutkan dengan pemotongan kepala ikan sidat dan langsung membelah tubuhnya menjadi dua bagian seperti butterfly serta pengambilan isi perut, tulang dan siripnya. Apabila terdapat produk yang cacat biasanya dipisahkan, selanjutnya fillet ikan sidat dicuci bersih dan dipanggang, kemudian dikukus dan dipanggang kembali dengan dialiri bumbu berupa saus manis yang merupakan keistimewaan pada produk unagi kabayaki. Peralatan mesin panggang dan kukus menggunakan api dari bagian bawah dan bagian atas dengan bantuan conveyor, sehingga tidak perlu dilakukan proses pembalikan.

.

Gambar 35. Proses fillet ikan sidat

Pada tahap tersebut terdapat dua kali proses pemanggangan yang diseling dengan satu kali proses pengukusan. Pengukusan ini bertujuan agar daging fillet sidat lebih kering. Proses pembakaran memerlukan waktu selama tujuh menit dan selama lima menit untuk proses pengukusan. Kabayaki yang sudah matang akan kembali diolesi saus manis lalu dikemas dalam plastik polystyrene dan ditutup dengan plastik pembungkus sebelum dibekukan pada mesin pembeku dengan suhu -25oC. Selanjutnya ikan siap dikemas dalam master carton atau stereofoam box dan disimpan dalam gudang beku (cold storage) selama menunggu didistribusikan. Kabayaki dipasarkan ke pasar regional, nasional atau ekspor. Produk beku ini dapat tahan selama satu tahun apabila disimpan di dalam gudang beku bersuhu pusat produk -18oC atau dua tahun apabila dikemas dalam vacuum pack. Pada

96

Kapasitas pabrik pengolahan ikan sidat di Palabuhanratu sekitar 1200 ton per tahun dengan kapasitas produksi sebesar 3 ton per hari selama 10 jam kerja. Produksi pabrik pada tahun 2012 baru mencapai 11,500 ton ikan sidat hidup yang diterima unit pengolahan dan menghasilkan kabayaki sebanyak 7,362 ton. Jumlah produksi ini belum optimal karena kurangnya pasokan ikan sidat hidup ke unit pengolahan. Potensi sumberdaya ikan di Palabuhanratu sebenarnya tidak terlalu banyak berubah, begitu pula untuk daerah tangkapan ikan sidat (fishing ground) tidak berubah lokasinya. Produksi ikan sidat dari tahun ke tahun mengalami pasang surut sesuai dengan siklus hidup dan musimnya. Perubahan yang terjadi adalah pangsa pasar dan permintaan ikan sidat yang terus meningkat. Permintaan produk ikan sidat lebih tinggi dibandingkan produksi olahan ikan sidat yang dihasilkan.

Semakin ketatnya jaminan keamanan pangan yang diberlakukan oleh negara pengimpor (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Apabila berbagai persoalan yang dapat menghambat kinerja pengembangan industri pengolah hasil perikanan tersebut tidak ditangani secara komperehensif, pada akhirnya akan memperlemah daya saing produk yang dihasilkan. Upaya yang dilakukan pihak perusahaan untuk menjaga kontinuitas bahan baku diantaranya mengadakan pengembangan usaha dengan cara memperluas areal budidaya ikan sidat dan bermitra dengan nelayan, pengumpul dan pembudidaya lainnya. Selain mengolah ikan sidat hasil budidaya sendiri, pihak perusahaan juga menerima pasokan dari nelayan dan pengumpul berupa ikan sidat hasil tangkapan dari alam dengan ukuran ikan sesuai target konsumsi yaitu diatas 200 gram per ekornya. Meskipun hal tersebut telah dilakukan, hingga saat ini target produksi sesuai dengan kapasitas mesin dan permintaan pasar belum tercapai. Oleh sebab itu diperlukan dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah, nelayan, pembudidaya ikan, peneliti dan akademisi serta stakeholder lainnya untuk turut serta lebih fokus menjaga keberlanjutan industri perikanan sidat. Mengingat permintaan produk olahan ikan sidat yang terus meningkat dipasar, seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi yang terkandung di dalam ikan sidat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data produksi produk kabayaki pada tahun 2012 yang disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Data penerimaan ikan sidat pada unit pengolahan kabayaki tahun 2012

Bulan Berat utuh Shirayaki Kabayaki

Pcs Kg Pcs Kg Pcs Kg Januari 2282 578.7 2191 344.16 Februari 3517 701.7 3503 418.09 Maret 7918 1831.21 287 62.07 7500 1019.99 April 261 1422.15 684 120.26 3631 574.47 Mei 5450 1241.29 272 67.18 5145 732.12 Juni 9471 1848.21 9472 1154.32 Juli 10154 10153 Agustus 5276 5186 Sept 4733 4689 657.01 Okt 5222 776.525 5213 667.02 Nov 7949 1730.5 7949 952.18 Des 5839 1369.77 167 32.2 5669 842.56 Total 73,072 11,500.06 1,410 281.71 70,301 7.361.92

97 Untuk meningkatkan daya terima masyarakat akan ikan sidat dan nilai tambah ikan sidat itu sendiri, maka produk yang dijual ke konsumen bukan hanya dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan. Hal tersebut yang dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap fisik ikan sidat yang menyerupai ular, sehingga masih banyak masyarakat yang enggan untuk mengkonsumsinya karena merasa ngeri dan jijik. Untuk itu diperlukan kajian tentang proses pengolahan ikan

Dokumen terkait