• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Buah Tanaman Aren

Bagian dari aren yang di manfaatkan oleh masyarakat di Hutan Batang Toru adalah buah tanaman aren dimana buah tanaman aren dapat di jadikan sebagai bahan makanan yang dikenal dengan sebutan kolang kaling dan juga pengambilan air nira yang diproduksi menjadi tuak. Indonesia Power (2007) menyatakan bahwa hasil produksi aren juga dapat dimanfaatkan, misalnya: buah

AREN

Daun Bunga

Sapu lidi Jantan Betina

Nira Kolang-kaling Tuak Atap RUMAH TANGGA PASAR Ijuk

aren muda untuk pembuatan kolang-kaling sebagai bahan pelengkap minuman dan makanan, air nira untuk bahan pembuat gula merah dan cuka. Berdasarkan penjelasan masyarakat penyadap aren,bagian buah tanaman aren terdiri dari buah jantan dan buah betina, perbedaan buah jantan dan buah betina dapat di lihat ketika buah tersebut masih dalam keadaan bunga. Bunga jantan pada tanaman aren dengan ciri bunga berwarna hijau kemerahan sedangkan bunga betina mempunyai ciri bunga berwarna hijau keputihan. Bunga jantan yang disebut masyarakat lokal sebagai Arirang dan bunga betina yang disebut masyarakat lokal Halto. Tetapi yang berproduksi menghasilkan air nira adalah bunga jantan, sedangkan bunga betina tidak menghasilkan air nira melainkan akan mrnghasilkan buah yang akan di produksi nantinya yang diolah menjadi kolang-kaling.

Gambar 6: Bunga Jantan dan Bunga BetinaTanaman Aren

a. Bunga Jantan

Bunga jantan dari tanaman aren merupakan bagian tanaman yang paling banyak di manfaatkan oleh masyarakat. Bunga jantan merupakan bagian dari

masyarakat penyadap aren, menyatakan bahwa bunga jantan dan bunga betina pada tanaman aren biasanya datang secara bersamaan.Seiring munculnya pertama kali bunga betina maka tinggi tanaman aren tersebut sudah mencapai titik tinggi maksimum. Setela tandan bunga betina muncul maka bunga jantan akan muncul, dan menurut kepercayaan/pengetahuan masyarakat penyadap aren ketika bunga sudah mulai gerai atau mekar dan sudah jatuh ke permukaan tanah sebanyak 5 bunga, maka pertanda bahwa aren siap untuk disadap.

Menurut masyarakat penyadap aren, umur bunga jantan untuk menghasilkan air nira yang produktif berkisar 8-9 bulan. Kemudian akan memunculkan lagi tunas bunga jantan yang baru yang berada di bawah pelepah atau tandan yang sebelumnya berproduksi, yang diikuti terus menerus hingga menghasilkan 3-4 bunga jantan pada setiap batang tanaman aren, yang dimulai dari ujung hingga panggkal batang tanaman aren, Ramadani (2008) yang menyatakan untuk tanaman aren yang pertumbuhannya dengan baik, bias menghasilkan 4-5 tandan bunga jantan dengan panjang tandan sekitar 90 cm.

Gambar 7: Bunga Jantan Tanaman Aren yang Siap di Sadap

Untuk mendapatkan air nira dari tanaman aren atau dari bunga jantan memerlukan beberapa proses atau tahap perlakuan yang diberikan pada tanaman

aren tersebut. Adapun tahap dan perlakuan yang diberikan pada tanaman aren ini bertujuan untuk mendapatkan air aren yang baik dan berkualitas baik. Menurut masyarakat setempat, pengambilan air nira tersebut harus benar-benar dilakukan dan tahap demi tahap perlakuan harus dilakukan secara rutin.

Bunga jantan tanaman aren yang siap di sadap air niranya biasanya akan di hinggapi lebah. Hal ini disebabkan karna adanya kandungan nektar atau madu pada bunga yang terdapat pada bunga aren tersebut. Selain itu ciri lain yaitu bunga aren akan mengkilap atau masyarakat setempat menyebut bunganya berminyak.

Gambar 8: Bagan proses pengambilan air nira

BUNGA JANTAN Dipukul Dibungkus Dipotong Digoyang Dibersihkan Diiris Ditampung Tuak Air Nira Fermentasi 3 Hari agar tidakterkonta min 12 hari 2 hari dalam 1 minggu, 2 x dalam 1 hari ,pagi dan sore.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, proses pengelolaan atau pengambilan air nira dari tanaman aren masih dilakukan oleh penyadap dengan cara tradisional. Kegiatan pengambilan air nira yang dilakukan oleh penyadap sangat sederhana dan diperoleh secera turun-temurun dari generasi sebelumnya dan sampai saat ini belum banyak mengalami perubahan baik dari teknik maupun alat dan bahan yang digunakan.

Gambar 9: Tanaman Aren yang Sedang di Sadap

Dari bagan dapat di lihat bahwa proses pengolahan nira hingga menjadi tuak sangat sederhana dimana12 hari sebelum penyadapan harus terlebih dahulu dimulai dilaksanakan persiapan berupa pembersihan tandan bunga jantan yang akan disadap dan hanya bunga jantan dan pembersihan dari ijuk batang dari tanaman resebut. Pembersihan tandan dilakukan pada bunga jantan yang belum pecah. Pembersihan dari ijuk dan pelepah dilakukan untuk memudahkan penyadapan. Hal ini sesuai dengan penelitian Baharuddin dan Ira (2009) yang menyatakan bahwa tahapan dalam penyadapan adalah pembersihan tandan dari ijuk dan pelepah.

Selama persiapan hingga proses penyadapan akan dimulai, setiap 2 hari dalam 1 minngu dan 2 kali dalam 1 hari pada pagi dan sore hari tandan tersebut

diberikan. Perlakuan pemukulan dan diberikan goyangan dengan jumlah pukulan dan goyangan 8-9 kali, dengan menggunakan alat kayu yang dibuat secara khusus untuk pemukulan tandan bunga jantan dandengan teknik tertentu yang dipercayaai akan memberikan hasil yang maksimal. Masyarakat penyadap aren menyatakan bahwa tandan yang siap sadap dapat dikenali dengan cirri-ciri:

- Bunga mulai merekah atau mekar - Mengeluarkan aroma nira

- Bunga dikerumuni oleh serangga atau lebah

Gambar 10: Pisau Penyadap Nira, Alat Pukul

Setelah tandan bunga jantan memperlihatkan ciri-ciri seperti di atas maka tandan tersebut dapat segera dipotong atau disadap berkisar 10 cm dari tangkai bunga paling atas. Setelah itu tandan tersebut ujungnya yang dipotong lalu dibungkus dengan kain atau potongan bambu selama 3 hari, hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi dari air hujan maupun panas matahari yang dapat mengurangi produksi air nira. Setelah itu siap untuk dipanen dan ditampung air nira yang keluar dari potongan tandan bunga jantan tanaman aren tersebut dan dilakukan setiap pagi dan sore. Setelah penampungan di pagi hari di panen maka

pemanenan di sore harinya.Sunanto (1993) yang menyatakan bahwa setiap penyadapan dilakukan pengirisan pada tongkol agar air keluar dengan lancar karena pembuluh kapiler terbuka. Pemanenan tersebut dapat dilakukan setiap pagi dan sore selama 6-8 bulan dalan 1 tandan bunga jantan.

Tanaman aren yang baik adalah tanaman yang tumbuh normal dengan penampakan yang baik, mempunyai tajuk, diameter, dan tinggi yang baik. Air nira yang baik dihasilkan dari tanaman aren yang tumbuh pada kawasan yang masih berhutankan alami dimana terdapat banyak pohon besar yang menaunginya. Masyarakat penyadap aren menyatakan bahwa keunggulan dari air nira yang disadap dari tanaman aren yang baik ialah memiliki rasa yang lebih manis dan memiliki aroma yang lebih tajam dan warna yang lebih keruh.Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan,produksi nira pada pagi hari lebih banyak daripada sore hari, hal ini disebabkan oleh perbedaan waktu dan cuaca.

Pendapatan utama tanaman aren dan dijadikan sumber pendapatan tunai utama bagi penduduk setempat ialah tuak. Tuak merupakan air nira yang telah di fermentasi atau air nira yang telah di campur dengan sejenis kulit kayu yang sudah di keringkan dan masyarakat setempat menyebut Raru. Penambahan raru pada air nira akan mengubah rasa dari air nira tersebut dimana yang awalnya rasa nira yang manis akan menjadi pahit setelah ditambahi atau di campur dengan raru tersebut.

Pengolahan nira menjadi tuak terjadi karena adanya proses fermentasi. Proses fermentasi akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimia nira terutama kandungan sukrosa menjadi gula reduksi (fruktosa/glukosa). Menurut Sherve (1956) dalam Marzoeki (1993) monosakarida dalam bentuk

fruktosa/glukosa (C6H12O6) dapat langsung terfermentasi, tetapi disakarida seperti sukrosa (C12H22O11) harus dihidrolisis menjadi fruktosa dan glukosa. Reaksi kimia yang terjadi pada fermentasi nira adalah sebagai berikut :

C12H22O11 + H2O enzim invertaseC6H12O6 (glukosa dan fruktosa) C6H12O6ragi C2H5OH (etilalkohol) + CO2

C2H5OH + O2 CH3COOH (asam asetat) + H2O

Gambar 11: Raru yang di campur pada air nira

Masyarakat penyadap aren menyatakan bahwa pemanfaatan diluar dari air nira dianggap penyadap sangat tidak menguntungkan karena dapat menurunkan produksi air nira bahkan dapat menyebabkan kematian dini pada tanaman aren. Dan dari hasil wawancara yang dilakukan terhjadap penyadap aren, pendapatan ekonomi dari produksi air nira dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hasil wawancara dari masyarakat penyadap aren lamanya penyadapan aren untuk 1 perbungaan jantan berkisar 6-8 bulan, Produktivitas aren per tandan per batang per hari didapat penyadap berkisar 5-10 liter yang dipanen 2 kali dalam 1 hari yaitu pagi dan sore. Dengan demikian dalam 1 bunga jantan berhasil memproduksi paling sedikit 900 liter. Jika harga 1 liter dipasaran Rp 6000 maka pendapatan penyadap dari 1 periode perbungaan atau sekitar 6-8 bulan sebesar Rp

5.400.000. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lutony (1993) yang menyatakan bahwa pada tanaman aren yang sehat setiap tandan bunga jantan menghasilkan air nira sebanyak 900-1800 liter per tandan, sedangkan pada tanaman aren yang pertumbuhannya kurang baik hanya rata-rata 300-400 liter per tandan

b. Bunga betina

Pemanfaatan lain dari aren di daerah hutan Batang Toru adalah bunga betina. Bunga betina dari tanaman aren ini merupakan bunga yang akan berkembang dan akan menjadi buah atau masyarakat setempat menyebut halto. Buah dari tanaman aren ini akan di olah menjadi kolang kaling. Bunga betina dapat di kenali dengan ciri buah berwarna putiih kehijauan dan berukuran lebih keci dibanding dengan bunga jantan.

Gambar 12. Bunga Betina Aren

Kolang kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji buah. Buah aren yang setengah masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji berwarna putih agak bening dan lembek, inilah yang diolah menjadi kolang-kaling. Pengolahan biji aren atau halto menjadi kolang kaling dilakukan oleh masyarakat

hanya untuk di konsumsi sendiri saja, atau tidak untuk di pasarkan. Masyararakat hutan batang toru memasarkan buah aren masih dalam keadaan biji.

Adapun cara untuk membuat kolang-kaling :

• Membakar buah aren dengan tujuan agar kulit luar dari biji dan lender yang menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan. Biji-biji yang hangus, dibersihkan dengan air sampai dihasilkan inti biji yang bersih.

Merebus buah aren dalam belanga/kuali sampai mendidih selam 1-2 jam. Untuk menghasilkan kolang-kaling yang baik, bersih dan kenyal inti biji yang sudah dicuci diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3 hari, hal ini sesuai dengan pernyataan Hatta (1993) yang menyatakan bahwa degan merebus buah aren , kulit biji menjadi lembek dan memudahkan untuk melepas/memisahkan dengan inti biji. Inti biji ini dicuci berulang-ulang sehingga menghasilkan kolang-kaling yang bersih

Gambar 13: Buah Aren

Ijuk Aren

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, bagian dari tanaman aren yang di manfaatkan adalah ijuk. Ijuk merupakan bagian kulit yang

menempel pada batang tanaman aren dengan ciri seperti serabut hitam yang halus dan kuat. Hatta (1993) menyatakan bahwa ijuk merupakan helaian benang – benang atau serat – serat yang berwarna hitam, berdiameter < 0.5mm dan bersifat kaku dan tidak mudah putus. Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.

Penggunaan ijuk sebagai sapu rumah, tali dan brus belakangan ini telah digusur oleh industri plastik, namun penggunaan ijuk di Hutan Batang Toru Blok Barat masih dimanfaatkan oleh sebagian warga. Serat – serat ijuk ini dapat digunakan untuk pembuatan berbagai peralatan rumah tangga, atap rumah yang berfungsi sebagai genting dan lain-lainnya. Pemungutan ijuk yang di lakukan masyarakat di Hutan Batang Toru Blok Barat dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itu menempel.

Pemanfaatan ijuk ini sangat banyak di gunakan oleh masyarakat dimana ijuk yang sudah dipanen harus dijemur di terik matahari selama 3 – 4 hari, setelah kering ijuk harus di simpan di tempat kering dengan cara menggulung secara rapi dan diikat dengan menggunakan tali dari bambu, agar dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Gambar 14: Ijuk yang Dikeringkan, Pengambilan Ijuk

Pemanfaatan ijuk di daerah ini yaitu sebagai kerajinan dalam pembuatan sapu ijuk dan ada juga yang menggunakan sebagai atap rumah. Pembuatan atap rumah dari ijuk saat ini tidak terlalu diminati oleh masyarakat, namaun di daerah ini masih di temukan rumah-rumah tua yang menggunakan ijuk sebagai atap rumahnya. Berdasarkan pengamatan langsung di lokasi penelitian rumah yang memanfaatkan ijuk sebagai atap rumahnya mempunyai kelebihan yaitu di dalam rumah tidak terlampau panas meskipun musim kemarau dan tidak terlampau dingin meskipun musim hujan.

Daun Tanaman Aren

Pemanfaatan lain tanaman aren di hutan batang toru adalah daun aren. Daun aren ini juga banyak manfaatnya, salah satu manfaat daun aren ini adalah dalam pembuatan sapu lidi. Pengolahan daun aren menjadi sapu lidi yaitu dengan cara memisahkan tulang daun dari daun tanaman aren tersebut dan tulang daun tersebutlah yang akan di manffatkan dan di jadilkan menjadi sapu lidi. Tulang daun dilepaskan dari daun-daunnya dengan cara diraut dengan pisau sehingga menjadi lidi. Lidi tersebut kemudian dijemur selama ± 1 hari. Setelah itu lalu diikat dengan membuat simpul dari tali. 1 ikat sapu lidi terdiri dari 150 batang lidi, dimana dari 1 tandan daun aren dapat dihasilkan 2 buah sapu lidi.

Gambar 14. Daun Tanaman Aren yang Diolah Menjadi Sapu Lidi

Menurut beberapa responden dan informan kunci, aren juga sangat diperlukan dalam kegiatan upacara adat yang diadakan oleh masyarakat di sekitar hutan batang toru. Bagian aren yang banyak digunakan yaitu bagian daun aren yang masih mudasebagai ornamen dalam upacara adat, biasanya pada upacara pernikahan. Daun aren yang masih muda ini berwarna kuning sehingga bagus digunakan dalam pemmbuatan ornamaen.

Status Kepemilikan Lahan dan Tanaman Aren

Hutan Batang Toru pada lokasi penelitian merupakan Hutan Produksi, hal ini sesuai dengan pernyataan YEL (2007) yang menyatakan bahwa hutan Batang Toru saat ini sekitar 68,7 % Hutan Produksi atau sekitar (93.628 ha). Meskipun kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi, status kepemilikan lahan pada lokasi penelitian merupakan milik keluarga yang diperoleh secara turuntemurun dari generasi ke generasi. Keberadaan lahan tersebut baik yang masih berupa hutan maupun yang telah terdapat tanaman pertanian dipertahankan kepemilikannya berdasarkan sejarah atau adat. Dalam pembagian lahan sepenuhnya diputuskan oleh ahli waris yang bersangkutan atau atas dasar kesepakatan bersama-sama semua anggota rumahtangga yang bersangkutan.

Kepemilikan tanaman aren pada dasarnya sama dengan status kepemilikan lahan. Pada biasanya tanaman aren yang tumbuh dengan alaminya dilokasi tertentu, maka kepemilikan tanaman aren tersebut sudah dikatakan sah menjadi milik yang memiliki lahan tersebut. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tumbuh alaminya tanaman aren yang dapat tumbuh dimana saja dan penyebaran yang dipengaruhi oleh satwa musang yang habitatnya suka berpindah-pindah tempat, (Hadi, 1991) yang menyatakan tanaman aren tumbuh menyebar secara alami. Bedanya kepemilikan tanaman aren dapat dipindah tangankan kepada penyadap untuk satu kali periode penyadapan atau lebih. Penyadap yang tidak memiliki tanaman aren yang siap untuk disadap dapat meminta tanaman aren tersebut kepada si pemilik tanaman aren dengan sukarela. Namun biasanya jika terjadi status pindah tangan maka diterapkan system bagi hasil dengan ketentuan-ketentuan tertentu sesuai kesepakatan bersama

Dokumen terkait