INVENTARISASI DAN PEMANFAATAN ARENS
(Arenga pinnata Merr) DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU
(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat,
Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)
SKRIPSI
Oleh: Ijon Dearma S
101201117
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
IJON DEARMA SARAGIH. Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (Arenga Pinnanta Merr) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing oleh IRAWATI AZHAR dan RISWAN.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tegakan aren (Arenga Pinnata Merr), yang ada di hutan kawasan Batang Toru bagian Tapanuli Utara serta mengetahui tingkat pemanfaatan dan pemahaman masyarakat desa sekitar hutan terhadap aren(Arenga Pinnata Merr). Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai Juni 2014 dengan cara inventarisasi tanaman, pengambilan data, wawancara dengan masyarakat sekitar hutan. Kegiatan inventarisasi di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode petak samling dengan teknik jalur berpetak.
Hasil penelitian diperoleh 365 batang tanaman aren dari 500 plot pengamatan atau dengan kerapatan 18,25 individu per hektar. Bagian tanaman aren yang di manfaatkan di daerah ini adalah daun, lidi, bunga jantan, bunga betina dan ijuk. Pemanfaatan tanaman aren di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting tergolong rendah.
ABSTRACK
IJON DEARMA SARAGIH. Inventory and utilization of aren (a renga pinnanta Merr) (case study: Hutan Batang toru Blok Barat, subdistrict Adiankoting, regency Tapanuli utara). guided by IRAWATI AZHAR and RISWAN.
The goal of this reseach is to know the tegakan aren potensi (A renga Pinnata Merr), at area batang toru florest in tapanuli utara, and to know the level of utilization and the society understanding for aren (a renga Pinnata Merr). This reseach has been done on april upto june 2014 through inventory of plan, interpretation, interview with the society arround this florest. Inventory has been done bye petak sambling method with square tripe technik.
This research got 365 aren from 500 plot of observation or 18,5 individuals per hecktar. part of aren which used in this region are leaves, palm leaf ribs, jantan flowers, betina flowers and palm fibers. utilization of aren in batang toru Blok Barat florest , subdistrict adiankoting was low.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Judul
dari hasil penelitian ini adalah “Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (Arenga
pinnata Merr) di Kawasan Hutan Batang Toru (Studi Kasus: Hutan Batang Toru
Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Irawati Azhar, S.Hut., M.Si dan
Riswan, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis
dalam mengerjakan hasil penelitian ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Hasil
penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi perbaikan hasil penelitian ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil
penelitian ini.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara ... 12
Eksplorasi ... 12
Inventarisasi Hutan ... 13
METODE PENELITIAN
Hasil Inventarisasi Potensi Tanaman Aren ... 21
Analisis Hasil Wawancara ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Inventarisasi Tanaman Aren ... 23
Pemanfaatan Tanaman Aren Oleh Masyrakat ... 25
Buah tanaman Aren ... 28
Bunga Jantan ... 29
Daun Tanaman Aren ... 40 Status Kepemilikan Lahan Tanaman Aren ... 41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 42 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Tanaman Aren (Arenga Pinnanta Merr) ... 6
2.PetaLokasi Penelitian ... 17
3. Sistematik Jalur Plot Aren ... 20
4.Peta Penyebaran Tanama Aren ... 24
5. Bagan Pemanfaatan Aren di Hutan Batang Toru ... 28
6. Bunga Jantan dan Bunga Betina Tanaman Aren... 29
7. Bunga Jantan Tanaman Aren yang Siap di Sadap ... 30
8. Bagan Proses Pengambilan Air Nira ... 31
9. Tanaman Aren yang Sedang di Sadap ... 32
10. Pisau Penyadap Nira, Alat Pukul ... 33
11. Raru yang Dicampur pada Air Nira ... 35
12. Bunga Betina Tanaman Aren ... 36
13. Buah Aren ... 37
14. Ijuk yang Dikeringkan, Pengambilan Ijuk ... 39
15. Pemanfaatan Ijuk, Atap Rumah dan Sapu Ijuk ... 39
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Jumlah Pohon Aren Berdasarkan ketinggian ... 21
ABSTRAK
IJON DEARMA SARAGIH. Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (Arenga Pinnanta Merr) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing oleh IRAWATI AZHAR dan RISWAN.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tegakan aren (Arenga Pinnata Merr), yang ada di hutan kawasan Batang Toru bagian Tapanuli Utara serta mengetahui tingkat pemanfaatan dan pemahaman masyarakat desa sekitar hutan terhadap aren(Arenga Pinnata Merr). Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai Juni 2014 dengan cara inventarisasi tanaman, pengambilan data, wawancara dengan masyarakat sekitar hutan. Kegiatan inventarisasi di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode petak samling dengan teknik jalur berpetak.
Hasil penelitian diperoleh 365 batang tanaman aren dari 500 plot pengamatan atau dengan kerapatan 18,25 individu per hektar. Bagian tanaman aren yang di manfaatkan di daerah ini adalah daun, lidi, bunga jantan, bunga betina dan ijuk. Pemanfaatan tanaman aren di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting tergolong rendah.
ABSTRACK
IJON DEARMA SARAGIH. Inventory and utilization of aren (a renga pinnanta Merr) (case study: Hutan Batang toru Blok Barat, subdistrict Adiankoting, regency Tapanuli utara). guided by IRAWATI AZHAR and RISWAN.
The goal of this reseach is to know the tegakan aren potensi (A renga Pinnata Merr), at area batang toru florest in tapanuli utara, and to know the level of utilization and the society understanding for aren (a renga Pinnata Merr). This reseach has been done on april upto june 2014 through inventory of plan, interpretation, interview with the society arround this florest. Inventory has been done bye petak sambling method with square tripe technik.
This research got 365 aren from 500 plot of observation or 18,5 individuals per hecktar. part of aren which used in this region are leaves, palm leaf ribs, jantan flowers, betina flowers and palm fibers. utilization of aren in batang toru Blok Barat florest , subdistrict adiankoting was low.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan dan ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional
dengan keanekaragaman tumbuh-tumbuhan dan hasil kayu maupun bukan kayu
memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Salim (1997)
menjelaskan bahwa manfaat hutan terdiri dari manfaat langsung maupun tidak
langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan secara langsung
oleh masyarakat yaitu masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil
hutan, serta berbagai hasil hutan ikutan seperti getah, buah-buahan dan minyak
atsiri sedangkan pemanfaatan secara tidak langsung seperti hutan telah
menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh seluruh manusia.
Tanaman aren yang merupakan salah satu kekayaan nabati yang dimiliki
Indonesia, tumbuh subur dan tersebar luas di seluruh pelosok nusantara terutama
terdapat di 14 propinsi, seperti : Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Nangroe Aceh
Darussalam. Total luas areal di 14 propinsi sekitar 70.000 Ha (Maliangkay, 2009).
Hampir seluruh tanaman aren yang ada itu berasal dari pertumbuhannya
yang liar (tidak sengaja ditanam orang) yang mengakibatkan penyebaranya tidak
merata. Aren bisa tumbuh dimana saja, tahan terhadap penyakit, tumbuh secara
alami di tanah kritis, tahan api dan mencegah erosi dengan akar yang rapat.
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus,
tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi ( Indonesia
Power, 2007).
Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari
bagian-bagian fisik pohon maupun dari hasil-hasil produksinya. Hampir semua bagian-bagian
fisik pohon ini dapat dimanfaatkan, misalnya : akar (untuk obat tradisional dan
peralatan), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda
atau janur (untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok yang disebut dengan
kawung). Hasil produksinya juga dapat dimanfaatkan, misalnya : buah aren muda
(untuk pembuatan kolang-kaling sebagai bahan pelengkap minuman dan
makanan), air nira (untuk bahan pembuat gula merah dan cuka), pati atau tepung
dalam batang (untuk bahan pembuatan berbagai macam makanan dan minuman)
(Sunanto, 1993).
Tanaman aren (Arenga pinnata Merr) adalah tanaman kehutanan dan
termasuk hasil hutan non kayu yang sangat potensial untuk mengatasi kekurangan
pangan. Pengelolaan hasil hutan non kayu mempunyai peranan yang cukup besar
dalam perekonomian bangsa yaitu 30 juta penduduk “secara langsung
mengandalkan hidupnya pada sektor kehutanan yaitu mengambil dan mengelola
hasil hutan non kayu” sebagai mata pencaharian dan wadah penyerap tenaga
kerja. Pengusahaan tanaman aren sebagian besar diusahakan oleh petani dan
belum diusahakan dalam skala besar, karena pengelolaan tanaman belum
menerapkan teknik budidaya yang baik dan menyebabkan produktivitasnya
rendah (Baharuddin dkk., 2007).
Penelitian inventarisasi dan pemanfaatan aren ini berada pada kawasan
kawasan yang memiliki penyebaran tanaman aren yang banyak dan tersebar di
seluruh kawasan tersebut. Namun, belum ada penelitian tentang inventarisasi dan
pemanfaatan aren di kawasan Batang Toru bagian Tapanuli Utara dimana aren
merupakan salah satu tanaman yang sangat luas penyebaranya dan banyak
manfaatnya.
Perumusan Masalah
Adapun permasalahan penelitian ini muncul dari beberapa pertanyaan
yaitu:
1. Bagaimana potensi tegakan Aren (A. pinnata Merr) yang ada di hutan
kawasan Batang Toru bagian Tapanuli Utara.?
2. Bagaimana tingkat pemanfaatan dan pemahaman masyarakat desa sekitar
hutan terhadap Aren (A. pinnata Merr)?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui potensi tegakan aren (A. pinnata Merr), yang ada di
hutan kawasan Batang Toru bagian Tapanuli Utara.
2. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan dan pemahaman masyarakat desa
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberi informasi dan data potensi tegakan Aren (A. pinnata Merr), yang
ada di kawasan Batang Toru bagian Tapanuli Utara.
2. Dengan mengetahui pemanfaatan hasil Aren (A. pinnata Merr), diharapkan
masyarakat tertarik untuk membudidayakan aren dalam skala yang lebih
luas.
3. Mengkaji secara umum, tentang pemanfaatan Aren (A. pinnata Merr) oleh
masyarakat sekitar hutan kawasan Batang Toru bagian Tapanuli Utara.
4. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat sekitar hutan
TINJAUAN PUSTAKA
Pohon aren atau enau (Arenga pinnata Merr.) merupakan tumbuhan yang
menghasilkan bahan-bahan industri sejak lama kita kenal. Namun sayang
tumbuhan ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau
dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak. Begitu banyak
ragam produk yang dipasarkan setiap hari yang berasal dari bahan baku pohon
aren dan permintaan produk-produk tersebut baik untuk kebutuhan ekspor
maupun kebutuhan dalam negeri semakin meningkat. Hampir semua bagian
pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari
bagian fisik (akar, batang, daun, ijuk dll) maupun hasil produksinya berupa gula
aren (Gultom, 2009).
Pohon aren adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi
buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini semuanya
dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi hasil produksi aren
yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah untuk
menghasilkan gula aren dan produk ini memiliki pasar yang sangat luas.
Negara-negara yang membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab Saudi, Amerika
Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada (Sapari, 1994).
Aren merupakan salah satu sumber daya alam di daerah tropis,
distribusinya tersebar luas, sangat diperlukan dan mudah didapatkan untuk
keperluan sehari-hari oleh masyarakat setempat sebagai sumber daya yang
berkesinambungan. Di Indonesia pohon aren sebagian besar secara nyata
digunakan untuk bahan bangunan, keranjang, kerajinan tangan, atap rumah, gula,
tumbuhan serbaguna, dimana setiap bagian pohon aren tersebut dapat diambil
manfaatnya, mulai dari akar untuk obat tradisional, batang untuk berbagai macam
peralatan dan bangunan, daun muda/janur untuk pembungkus kertas rokok. Hasil
produksinya juga dapat dimanfaatkan, misalnya buah aren muda diolah menjadi
kolang-kaling, air nira untuk bahan pembuatan gula merah/cuka dan pati/tepung
dalam batang untuk bahan pembuatan berbagai macam makanan.
Morfologi Tanaman Aren ( Arenga pinnata Merr )
Gambar 1. Tanaman Aren ( A. pinnata Merr )
Taksonomi dari tanaman Aren ( A. pinnata Merr ) adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Famili : Aracaceae
Genus : Arenga
Spesies : Arenga pinnata Merr.
Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman berbiji tertutup
(Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren ini
termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). Tanaman aren banyak terdapat
mulai dari Pantai Timur India sampai ke daerah Asia Tenggara. Di Indonesia
tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah nusantara (Sunanto, 1993).
Batang aren bisa mencapai tinggi 20 m dengan diameter 30-65 cm.
Tanaman ini adalah palem besar, tidak bercabang dengan batang tebal, berserat
dan berbulu hitam. Batang mengandung teras pati yang lunak dengan banyak
serabut kasar dan berkayu. Struktur umum yang dimiliki pada batang, pada bagian
luar terdapat epidermis yang ditutupi oleh bahan lemak alam yang sangat tahan air
(kutin). Lapisan kutin disebut dengan kutikula. Pada A. pinnata, kutikulanya
cukup tebal, bersifat kedap air dan gas (impermeabel). Bagian sebelah dalam
epidermis terdapat korteks yang terdiri dari jaringan parenkim, kolenkim, dan
sklerenkim. Di sebelah dalam korteks terdapat silinder pusat yang berisi jaringan
pembuluh yang biasa disebut ikatan pembuluh (Effendi, 2009).
Tanaman aren bisa tumbuh besar, kalau sudah tua. Garis tengah batangnya
bisa sampai 65 cm, sedang tingginya 15 m. Kalau ditambah dengan tajuk daun
yang menjulang di atas batang, tinggi keseluruhannya bisa sampai 20 meter.
Waktu pohon masih muda, batang itu belum begitu kelihatan karena tertutup oleh
pangkal-pangkal pelepah daun. Baru setelah daun paling bawahnya sudah gugur
maka batangnya mulai kelihatan. Kadang-kadang sampai 3,5 tahun baru daunnya
Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat
mencapai > 5 m sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah
erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari
20 % (Sunanto, 1993).
Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m
dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang hingga 7
x 145 cm. Daunnya hijau gelap di atas dan hijau keputihan dibawah karena
lapisan lilin disisi bawahnya. Anak daun bentuk lanset, menyirip, pangkal
membulat, ujung runcing, tepi rata dan tangkai pendek (Orwa dkk., 2009).
PenyebaranTanaman Aren ( A. pinnata Merr )
Salah satu tanaman yang paling penting dan umumnya tumbuh jauh di
daerah pedalaman adalah aren. Jenis tanaman ini tumbuh menyebar secara alami
di negara-negara kepulauan bagian tenggara, antara lain Malaysia, India,
Myanmar, Laos, Vietnam Kepulauan Ryukyu, Taiwan dan Philipina (Hadi, 1991).
Aren atau enau (Arenga pinnata), tersebar di seluruh kepulauan nusantara,
dari dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut.
Tanaman yang berasal dari Assam (India) dan Burma ini, tumbuh subur di lembah
lereng pegunungan, di sepanjang aliran sungai hingga di ketinggian pegunungan,
di hampir semua jenis tanah, cenderung tumbuh liar, tidak menuntut pemeliharaan
dan perawatan. Bahkan nyaris tidak dipelihara dan dirawat sebab masih belum
dibudidayakan (Gultom, 2009).
Tanaman aren ini menyebar luas di Indonesia, oleh sebab itu mempunyai
nama daerah masing-masing, misalnya: bak juk (Aceh), ijuk (Gayo), pola atau
(Mentawai), kawung (Sunda), aren (Jawa, Madura), hano (Bali), kalotu (Sumba),
maoke (flores), nau (Timur), seho (Manado) dan segeru (Maluku),
(Muhaemin, 2012).
Syarat Tumbuh Tanaman Aren (Arenga pinnata Meer)
Iklim
Dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20 -
250C. Pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren untuk berbuah.
Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang
cukup tinggi diantara 1.200 - 3.500 mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan
mahkota pada tanaman aren (Joseph, 1994).
Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun,
yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Jika diperhitungkan dengan
perumusan Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini
adalah iklim sedang sampai iklim agak basah. Tanaman aren tidak membutuhkan
sinar matahari yang terik sepanjang hari, sehingga dapat tumbuh dengan subur di
daerah-daerah perbukitan yang lembab yang banyak ditumbuhi oleh berbagai
tanaman keras (Sunanto, 1993).
Tanah
Jenis tanah yang dipilih untuk berkebun aren harus jenis tanah-tanah yang
yang cukup sarang (mudah meneruskan kelebihan air), seperti misalnya tanah
beranjangan yang gembur, tanah vulkanis di lereng gunung, dan tanah liat berpasir
di sepanjang tepian sungai. Tanah-tanah itu tidak boleh mengandung batu cadas
dan air tanah yang menggenang (berhenti mengalir) di lapisan dangkal yang
Tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada ketinggian 1.400
m dpl. Pertumbuhan yang baik adalah pada ketinggian sekitar 500-1.200 m dpl
karena pada kisaran lahan tersebut tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang
oleh banjir permukaan (Akuba, 1993).
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang
khusus, sehingga dapat tumbuh di tanah liat (berlempung), berkapur, dan berpasir.
Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (pH
tanah terlalau asam). Di Indonesia, tanman aren dapat tumbuh baik dan
berproduksi pada daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 mdpl.
Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari
800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang
memuaskan. Disamping itu banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada
tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata
sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun (Hatta, 1993).
Selain itu pohon aren merupakan pohon berdaun hijau, sehingga dengan
menanam aren, kita ikut serta dalam menumbuhkan paru-paru dunia dan
mengurangi atau mencegah pemanasan global akibat emisi gas CO2 yang
dihasilkan oleh aktivitas di bumi melalui proses fotosintesis. Dengan kondisi
lingkungan yang semakin baik, kita dapat menyediakan masa depan lebih baik
bagi anak-anak kita (Hardjosoediro, 1980).
Kondisi Umum Penelitian
Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru
Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur
03’ - 01° 27’ Lintang Utara. Hutan alami (primer) di Batang Toru yang tersisa
saat ini diperhitungkan seluas 136.284 ha dan berada di Blok Barat seluas 81.344
ha dan di Blok Timur seluas 54.940 ha. Secara administratif berada di 3
Kabupaten yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Kabupaten Tapanuli Utara: Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalam
daerah Tapanuli Utara adalah seluas 89.236 ha atau 65,5% dari luas hutan. Air
dari hutan Batang Toru di Tapanuli Utara mengairi persawahan luas di lembah
Sarulla dan hulunya dari DAS Sipansihaporas dan Aek Raisan berada di Tapanuli
Utara. Pegunungan yang paling tinggi di Batang Toru berada di Tapanuli Utara
yaitu Dolok Saut 1.802 m dpl (YEL, 2007).
Keadaan topografi di kawasan hutan Batang Toru sangat curam.
Berdasarkan peta kontur sebagian besar kelerengan berkisar > 40%, dan lebih
curam lagi di Blok Timur Sarulla. Tanah di hutan Batang Toru termasuk yang
peka terhadap erosi. Hutan Batang Toru menjadi areal yang penting untuk
mencegah banjir, erosi dan longsor di daerah Tapanuli ini yang rentan terhadap
datangnya bencana alam, termasuk gempa. Dengan ketinggian sekitar 400-1.803
m di atas permukaan laut, kawasan hutan Batang Toru merupakan hutan
pegunungan dataran rendah dan dataran tinggi. Status hutan Batang Toru saat ini
sekitar 68,7 % Hutan Produksi (93.628 ha), APL 12,7 % (17.341 ha) dan sebagian
Hutan Lindung (Register) atau Suaka Alam 18,6 % (25.315 ha). Saat ini sedang
sedang disiapkan usulan perubahan status untuk menjadikan hutan Batang Toru
sebagai hutan lindung oleh kabupaten-kabupaten yang ada di Tapanuli
Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara
Tapanuli Utara Dalam Angka (2012) secara geografis Kabupaten Tapanuli
Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98
05"-99 16" Bujur Timur (BT).Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara
berbatasan dengan lima kabupaten tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai
berikut :
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten
Humbang Hasundutan,
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu, • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.
Eksplorasi
Pemuliaantanaman merupakan ilmu terapan yang memanfaatkan
pengetahuantentang genetika, patologi, fisiologi tumbuhan, statistik dan biologi
molekuler untuk digunakan dalam modifikasi spesies tumbuhan bagi keperluan
atau kebutuhan manusia(Lempang, 1999).
Pada dasarnya kegiatan utama pemuliaan tanaman meliputi tiga hal yaitu
1) eksplorasi dan identifikasi, 2) seleksi dan 3) evaluasi. Eksplorasi adalah suatu
kegiatan yang bertujuan mengumpulkan dan mengkoleksi semua sumber
keragaman genetic yang tersedia. Identifikasi merupakan suatu kegiatan
karakterisasi semua sifat yang dimiliki atau yang terdapat pada sumber
keragamaan gen sebagai data base sebelum memulai rencana pemuliaan tanaman.
morfologi, 2) identifikasi berdasarkan sitologi, 3) identifikasi berdasarkakn pola
pita DNA (molekuler) (Swasti, 2007).
Inventarisasi Hutan
Kegiatan pengelolaan dan pengusahaan hutan harus berdasarkan pada
prinsip kelestarian hutan (Suistanable Forest Management). Prinsip kelestarian
hutan yang dimaksud adalah kelestarian fungsi produksi, fungsi ekologis, dan
fungsi sosial. Hal ini berarti bahwa pengelolaan hutan tersebut harus menjamin
keberlanjutan pemanfaatan hasil hutan, fungsi hutan sebagai sistem penyangga
kehidupan berbagai spesies asli beserta ekosistemnya dan kehidupan masyarakat
setempat yang tergantung kepada hutan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, Untuk itu kegiatan inventarisasi hutan sangat berperan dalam
menyajikan informasi yang akurat tentang keadaan tegakan hutan, baik keadaan
pohon-pohon maupun berbagai karakteristik areal tempat tumbuh. Informasi
tersebut digunakan untuk menyusun perencanaan dalam pengelolaan hutan
(Simson, 1993).
Inventarisasi hutan dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data
dan informasi tentang sumberdaya hutan, potensi kekayaan hutan serta
lingkungannya secara lengkap. Kegiatannya dengan cara melakukan survey
mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumberdaya manusia
serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Hasil dari inventarisasi
hutan antara lain dipergunakan sebagai dasar pengukuhan kawasan hutan,
penyusunan neraca sumberdaya hutan, penyusunan rencana kehutanan dan sisitem
memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dengan memperhatikan efisiensi dalam
pengambilan data (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Kegiatan pengumpulan data penunjang dalam kegiatan inventarisasi hutan
terdiri dari data luas dan letak, topografi, bentang alam spesifik, geologi dan
tanah, iklim, fungsi hutan, tipe hutan, flora dan fauna yang dilindungi,
pengusahaan hutan serta penduduk, kelembagaan dan sarana-prasarana.
Sedangkan kegiatan pengolahan data terdiri penyusunan daftar nama jenis pohon
dan dominasi, perhitungan masa tegakan, perhitungan luas bidang dasar pohon
serta perhitungan volume pohon. Dalam kaitannya dengan kegiatan
inventarisasi hutan, telah dikembangkan berbagai metode beik teknik
pengambilan data, penggunaan bentuk unit contoh maupun pengelolaan datanya.
Metode-metode tersebut digunakan untuk menduga potensi tegakan yang ada,
karena tidak mungkin dilakukan sensus terhadap tegakan hutan yang sangat luas.
Demikian perlu adanya perbaikan-perbaikan dan penemuan metode baru yang
tepat bagi kegiatan inventarisasi hutan untuk pendugaan potensi tegakan agar
lebih praktis dan juga mempunyai ketelitian yang tinggi (Purwaningrum, 2002).
Metode sampling yang belakangan ini sering digunakan dalam kegiatan
inventarisasi hutan adalah metode sampling jalur sistematik yang merupakan
metode pengambilan sampel dengan unit sampel berupa petak ukur jalur yang
terdistribusi secara sistematik. Sistematik disini diartikan jalur tersebar merata
dengan lebar jalur dan jarak antar jalur yang selalu tetap dari satu jalur ke jalur
lainnya, sedangkan petak ukur yang yang dimaksudkan adalah satuan sampling
yang berupa bagian dari luasan sebuah tegakan dimana akan dilakukan
Secara umum inventarisasi hutan didefenisiskan sebagai pengumpulan
dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan
pengelolaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara lestari dan
serbaguna. Inventarisasi hutan merupakan suatu teknik mengumpulkan,
mengevaluasi, dan menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan
karena secara umum hutan merupakan areal yang luas, maka data biasanya
dikumpulkan dengan kegiatan sampling dengan kata lain inventarisasi hutan
adalah suatu usaha untuk menguraikan kualitas dan kuantitas pohon-pohon hutan
serta berbagai karakteristik arael tempat tumbuhnya
(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Suatu inventarisasi hutan lengkap dipandang dari segi penaksiran kayu
harus berisi deskripsi areal berhutan serta pemilikannya, penaksiran pohon-pohon
yang masih berdiri, penaksiran tempat tumbuh dan pengeluaran hasil. Kegiatan
inventarisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melakukan pengukuran
seluruh populasi atau disebut dengan cara sensus dan dengan cara pengambilan
sebagian dari populasi (sampling). Cara pertama menghasilkan cara cermat tetapi
memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama, sehingga cara kesua lebih
lazim diterapkan. Purwaningrum (2002), mengkaji bahwa sampling merupakan
tatanan cara dalam penarikan contoh yang metode pengukurannya hanya
dilakukan pada sebagian elemen dari populasi, tidak semua elemen dalam
populasi diukur atau dengan kata lain pendugaan karakteristik suatu populasi
berdasarkan contoh (sample) yang diambil dari populasi tersebut yang digunakan
untuk memperoleh nilai dugaan dari populasi yang sedang dipelajari. Cenderung
kecepatan mendapatkan informasi, ruang lingkup (cakupan) lebih luas,
data/informasi yang diperoleh lebih teliti dan mendalam serta pekerjaan lapangan
lebih mudah dibanding cara sensus.
Metode sampling jalur sistematik merupakan suatu metode yang
ditentukan berdasarkan luas tertentu dari unit contohnya, yakni berdasarkan
dengan unit contoh berbentuk jalur yang terdistribusi secara sistematik. Sistematik
di sini diartikan bahwa jalur tersebar merata dengan lebar jalur dan jarak antar
jalur yang selalu tetap dari satu jalur ke jalur lainnya. Penentuan sampling jalur
sistematik terkait dengan petak ukur pengamatan. Petak ukur ini berbasis pada
plot persegi maupun persegi panjang yang umunya dibuat tegak lurus garis kontur
atau sungai yang mengarah ke puncak gunung atau bukit agar keragaman
karakteristik tegakan yang diukur dapat terwakili. Adanya penentuan petak ukur
ini tidak lepas dari pengamatan, pengukuran, dan penandaan pohon inti yang
meliputi jumlah, jenis, diameter dan tingkat kerusakannya. Biasanya kegiatan ini
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Batang Toru meliputi Desa Banuwaji
I, Banuwaji IV, Simate-mate, dan Sitapongan Kabupaten Tapanuli. Penelitian ini
dilakukan pada bulan April hingga Mei 2014.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peta lokasi hutan
kawasan Batang Toru bagian Tapanuli Utara, kamera digital untuk dokumentasi
kegiatan, pita ukur, patok kayu, parang dan tali plastik untuk membuat jalur
transek,clinometers mengukur tinggi Aren (A. pinnata Merr), Global Position
System (GPS) untuk mengetahui titik koordinat, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Aren (A. pinnata
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian yang diamati adalah masyarakat sekitar kawasan hutan
Batang Toru bagian Tapanuli Utara yang menggunakan atau memanfaatkan hasil
hutan non kayu berupa Aren (A. pinnata Merr) , sedangkan obyek yang diamati
dalam penelitian ini adalah hasil hutan non kayu berupa Aren (A. pinnata
Merr)yang ada di kawasan Batang Toru bagian Tapanuli Utara.
Penentuan Responden
Penentuan responden dibagi menjadi dua, yaitu responden umum
dan responden kunci. Penentuan responden umum dilakukan dengan metode
sensus terhadap seluruh atau sebahagian besar masyarakat di kawasan hutan
Batang Toru bagian Tapanuli Utara.. Sampel yang diambil ialah masyarakat yang
memiliki jasmani dan rohani yang sehat, serta mampu berkomunikasi dengan
baik. Sampel yang di ambil ialah masyarakat di kawasan hutan Batang Toru
bagian Tapanuli Utara. Sedangkan responden kunci sebagai sumber informasi,
antara lain: Kepala Kampung (Desa), tokoh masyarakat adat ataupun tokoh
agama atau instansi terkait. Sebagai responden jumlahnya adalah:
1. Apabila jumlah penduduk ≤ 100 kepala keluarga maka diambil sel uruh
responden.
2. Apabila jumlah penduduk > 100 kepala keluarga maka diambil 10-15% dari
jumlah kepala keluarga.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan adalah dengan pengumpulan data
a. Observasi lapangan
Observasi lapangan bertujuan memperoleh informasi yang tidak dapat
diperoleh dengan baik, baik dengan wawancara dengan menggunakan kuisioner.
Beberapa alasan mengapa observasi perlu dilakukan dalam penelitian ini:
1. Observasi didasarkan atas pengamatan langsung
2. Observasi merupakan salah satu jalan terbaik untuk memastikan kepercayaan
yang mungkin bias
3. Observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya
4. Observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data
5. Observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang
rumit.
Observasi dilapangan ini akan diketahui gambaran umum lokasi
penelitian, kehidupan ekonomi, sosial budaya masyarakat.
b. Kuisioner dan Wawancara
Kuisioner hanya diajukan kepada responden yang terpilih. Responden
dilakukan kepada masyarakat kawasan hutan Batang Toru bagian Tapanuli Utara
yang memanfaatkan aren yang berasal dari hutan. Masing-masing responden
diberikan pertanyaan (kuisioner) yang sama sesuai keperluannya. Data yang
diharapkan dari kuisioner ini antara lain adalah identitas responden, keadaan
umum daerah, sosial ekonomi masyarakat dan data pemanfaatan tanaman aren.
Data tersebut diperoleh melalui tindakan wawancara yang di berikan terhadap
c. Inventarisasi Tanaman Aren
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode petak sampling,
dengan teknik jalur berpetak. Pengambilan data sampel aren dilakukan dengan
membuat jalur berpetak berukuran 20m x 20m yang mewakili pada setiap
ketinggian yang ditentukan yaitu 3 buah ketinggian dan dilakukan sebanyak 5
jalur inventarisasi sehingga di dapatkan sebanyak 500 petak contoh pengamatan.
Intensitas sampling untuk inventarisasi tanaman aren adalah 1% yang sudah
dianggap mewakili seluruh kawasan penelitian. Luas Hutan Batang Toru Blok
Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara adalah 2000 Ha.
Menurut Inventarisasi Hutan Menyeluruh dan Berkala (2007) menyatakan bahwa
semua bentuk metode inventarisasi sistematik berjalur dengan intensitas sampling
yang lebih tinggi dari 0,5% yang telah dan sedang dilaksanakan dapat diterima
Gambar 3. Sistematik Jalur Plot Aren
20 m
20 m
950-1100 mdpl
Analisis Data
Hasil Inventarisi Potensi Tanaman Aren
Dari hasil inventarisasi yang telah dilakukan di lapangan dengan
menggunakan metode systematic Sampling. Data tersebut akan di tabulasikan
dalam bentuk tabel, yang menghimpun data ketinggian, plot, jumlah pohon dan
kerapatan. Untuk menentukan potensi (kesediaan) tegakan aren menggunakan
metode deskriptif yaitu penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggian antara
900-1200 mdpl. Jumlah aren dihitung berdasarkan ketinggian yang disajikan
dalam tabel.
Tabel 1. Jumlah Pohon Aren Berdasarkan Ketinggian
Ketinggian
Untuk menentukan rumus kerapatan (K) aren pada setiap plot dan ketinggian
dapat dihitung dengan rumus :
K = ∑ individu suatu jenis
Analisis Hasil Wawancara
Setelah dilakukan pengumpulan data wawancara, akan dilakukan analisis
pendekatan kualitatif. Data hasil wawancara yang terdapat di dalam kuisioner
akan di analisis untuk mengetahui tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap aren.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Inventarisasi Tanaman Aren
Berdasarkan hasil inventarisasi aren yang dilakukan di Hutan Batang Toru
meliputi Desa Banuwaji I, Banuwaji IV, Simate-mate, dan Sitapongan Kabupaten
Tapanuli, tanaman aren tidak ditemukan pada semua plot pengamatan. Dengan
interval ketinggian yang berbeda dari hasil inventarisasi di 500 plot, ditemukan
sebanyak 229 plot pada ketinggian 950-1000 Mdpl, 245 plot pada ketinggian
1000-1050 Mdpl, dan 26 plot pada ketinggian 1050-1100 Mdpl. Penyebaran
tanaman aren di daerah tersebut dapat dilihat pada table dibawah.
Tabel 2: Inventarisasi Tanaman Aren pada berbagai ketinggian
No. Ketinggian
Tempat (Mdpl)
Jumlah Aren Jumlah Plot (20x20m)
Dari hasil analisis vegetasi tanaman aren yang dilakukan di hutan batang
toru, di peroleh 500 plot dengan ukuran 20 x20 meter dan tidak pada semua plot
di temukan tanaman aren. Dengan demikian penyebaran tanaman aren di daerah
tersebut tidak merata, hal ini disebakan oleh pertumbuhan tanaman aren yang liar
atau tidak sengaja di tanam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indonesia Power
(2007) yang menyatakan bahwa hampir seluruh tanaman aren yang ada itu berasal
dari pertumbuhannya yang liar (tidak sengaja ditanam orang) yang mengakibatkan
penyebaranya tidak merata. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa interval kelas
ketinggian 950-1000 Mdpl ditemukan sebanyak139 tanaman aren, pada
Dari 500 plot yang di lakukan kegiatan inventarisasi ditemukan sebanyak
365 tanaman aren. Sehingga pada setiap kelas interval ketinggian tersebut dapat
dikatakan tanaman aren yang mampu bertumbuh dengan baik namun
pertumbuhanya jarang dan tidak merata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hatta
(1993) yang menyatakan bahwa di Indonesia, tanman aren dapat tumbuh baik dan
berproduksi pada daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 mdpl.
Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari
800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang
memuaskan.
Gambar 4: Peta Penyebaran Tanaman Aren
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di lapangan bahwa tanaman
aren banyak ditemukan di daerah berlereng yang dekat dengan aliran air dan
memiliki kelembapan yang tinggi yang tumbuh secara individu, Sunanto (1993)
mengatakan di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar di seluruh
tumbuh secara individu maupun berkelompok dan di daerah tepian sungai yang
merupakan tempat ideal untuk pertumbuhan tanaman aren.
Kerapatan tanaman aren yang tumbuh pada daerah pengamatan yang
memiliki nilai kerapatan yang cukup rendah yaitu 18 individu per hektar. Nilai
kerapatan tersebut setara dengan tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 24 x
24 meter.
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat penyadap aren di daerah ini,
pola penyebaran tanaman aren pada lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh
perilaku satwa. Musang (Paradoxorus sp) merupakan jenis satwa yang sangat
berperan dalam penyebaran tanaman aren. Satwa merupakan satwa pemakan
biji-bijian yang beraktivitas di malam hari yang ahbitatnya berada di dahan-dahan
pepohonan yang suka berpindah tempat, sehingga tanaman aren juga
pertumbuhanya tidak merata. Hal ini sesuai dengan perilaku satwa musang yang
habitatnya berpindah-pindah ke semua tempat, maka tanaman aren juga mengikuti
habitat musang.
Pemanfaatan Tanaman Aren oleh Masyarakat
Petani aren adalah orang yang memanfaatkan pohon aren untuk diambil
nira, buah,ijuk, serta daunya yang diolah menjadi lidi. Pemanfaatan tanaman aren
oleh masyarakat di Hutan Batang Toru Blok Barat meliputi Desa Banuwaji I,
Banuwaji IV, Simate-mate, dan Sitapongan Kabupaten Tapanuli, hampir
memanfaatkan semua bagian dari tanaman aren mulai dari daun, bunga, ijuk dan
lain-lain. Namun yang paling banyak di manfaatkan oleh masyarakat ialah air nira
yang difermentasikan menjadi tuak. Sedangkan daun aren yang diolah menjadi
masyarakat hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja, tidak untuk diperjual
belikkan. Ijuk dari tanaman aren yang digunakan sebagai atap rumah juga tidak
terlalu diminati oleh masyarakat dikarenakan masyarakat sudah lebih memilih
atau memanfaatakan teknologi yg lebih maju. Dalam pemanfaatan atap dari ijuk
hanyalah ditemukan pada rumah-rumah tua saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sunanto (1993) yang menyatakan bahwa semua bagian pohon aren dapat diambil
manfaatnya, mulai dari bagian-bagian fisik pohon maupun dari hasil-hasil
produksinya.Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan bahwa mata
pencaharian sebagai petani aren ini hanya bersifat sampingan, umumnya mata
pencaharian pokok masyarakat Hutan Batang Toru Blok Barat adalah bertani.
Pemanfaatan tanaman aren oleh masyarakat di kawasan hutan Batang toru dapat
dilihat pada tabel nerikut.
Tabel 3: Pemanfaatan tanaman aren oleh masyarakat di kawasan hutan Batang toru
No Bagian Tanaman Aren
Kegunaan Pemanfataan Oleh
Masyarakat
1 Daun Janur Kuning Dimanfaatkan
2 Lidi Sapu Lidi Kurang Dimanfaatkan
3 Bunga Jantan Nira, Tuak Dimanfaatkan
4 Bunga Betina Kolang-kaling Dimanfaatkan
5 Ijuk Sapu Ijuk, Atap
Rumah
Kurang Dimanfaatkan
Berdasarkan wawancara dengan para responden, pemanfaatan tanaman
aren di daerah ini tidak terlalu di minati oleh masyarakat setempat dimana
pemanfaatan aren hanya di lakukan oleh orang-orang tertentu saja. Hal tersebut
disebabkan oleh kwalitas dari hasil tanaman aren di daerah tersebut tidak baik
terutama air nira. Kurangnya kualitas air nira yang di peroleh dari tanaman aren
ini di sebabkan oleh tempat tumbuh aren yang terlalu tinggi dimana ketinggian
ini sesuai dengan pernyataan Hatta (1993) yang menyatakan bahwa di Indonesia,
tanman aren dapat tumbuh baik dan berproduksi pada daerah yang tanahnya subur
pada ketinggian 500-800 mdpl. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian
kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun
produksi buahnya kurang memuaskan.
Masyarakat penyadap aren menyatakan bahwa kegiatan menyadap nira
aren hanya dilakukan oleh kaum lelaki, karena untuk melalukan kegiatan nyadap
ini diperlukan keahlian dan keberanian. Yang dimaksud keahlian disini adalah
keahlian untuk memanjat pohon aren dengan menggunakan sigai atau tangga dari
bambu dan keberanian untuk bertahan cukup lama di atas pohon aren yang tinggi.
Sedangkan untukpembuatan kolang-kaling, sapu ijuk, dan sapu lidi, umumnya
dilakukan baik oleh kaum lelaki maupun perempuan.
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat, menyatakan bahwa bahwa
sebagian besar petani aren ini sudah berusia cukup tua. Hal ini disebabkan oleh
kuatnya tradisi dalam proses penyadapan aren yang sifatnya turun temurun,
sehingga tidak semua orang dapat melakukan pekerjaan sebagai petani aren
karena diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang matang.
Sebagian besar pohon aren yang dimiliki para petani aren di Hutan Batang
Toru Blok Barat tumbuh secara liar di kebun, oleh karena itu pertumbuhannya
menjadi tidak merata namun dari tahun ke tahun pertumbuhanya selalu
berkesenambungan atau tidak pernah habis. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sumarni (2003) yang menyatakanaren merupakan salah satu sumber daya alam di
daerah tropis, distribusinya tersebar luas, sangat diperlukan dan mudah didapatkan
berkesinambungan.. Pohon aren yang dikelola oleh setiap petani berkisar antara
1-7 pohon dalam keadaan sedang disadap. Dalam pengelolaannya, umumnya
dilakukan oleh pemilik pohon aren itu sendiri tetapi ada juga petani aren yang
mempekerjakannya pada orang lain dengan sistem bagi hasil
Gambar 5: Bagan pemanfaatan Tanaman Aren di Hutan Batang Toru
1. Buah Tanaman Aren
Bagian dari aren yang di manfaatkan oleh masyarakat di Hutan Batang
Toru adalah buah tanaman aren dimana buah tanaman aren dapat di jadikan
sebagai bahan makanan yang dikenal dengan sebutan kolang kaling dan juga
pengambilan air nira yang diproduksi menjadi tuak. Indonesia Power (2007)
menyatakan bahwa hasil produksi aren juga dapat dimanfaatkan, misalnya: buah
AREN
Daun Bunga
Sapu lidi Jantan Betina
Nira Kolang-kaling
Tuak Atap
RUMAH TANGGA
PASAR
aren muda untuk pembuatan kolang-kaling sebagai bahan pelengkap minuman
dan makanan, air nira untuk bahan pembuat gula merah dan cuka. Berdasarkan
penjelasan masyarakat penyadap aren,bagian buah tanaman aren terdiri dari buah
jantan dan buah betina, perbedaan buah jantan dan buah betina dapat di lihat
ketika buah tersebut masih dalam keadaan bunga. Bunga jantan pada tanaman
aren dengan ciri bunga berwarna hijau kemerahan sedangkan bunga betina
mempunyai ciri bunga berwarna hijau keputihan. Bunga jantan yang disebut
masyarakat lokal sebagai Arirang dan bunga betina yang disebut masyarakat lokal
Halto. Tetapi yang berproduksi menghasilkan air nira adalah bunga jantan,
sedangkan bunga betina tidak menghasilkan air nira melainkan akan mrnghasilkan
buah yang akan di produksi nantinya yang diolah menjadi kolang-kaling.
Gambar 6: Bunga Jantan dan Bunga BetinaTanaman Aren
a. Bunga Jantan
Bunga jantan dari tanaman aren merupakan bagian tanaman yang paling
masyarakat penyadap aren, menyatakan bahwa bunga jantan dan bunga betina
pada tanaman aren biasanya datang secara bersamaan.Seiring munculnya pertama
kali bunga betina maka tinggi tanaman aren tersebut sudah mencapai titik tinggi
maksimum. Setela tandan bunga betina muncul maka bunga jantan akan muncul,
dan menurut kepercayaan/pengetahuan masyarakat penyadap aren ketika bunga
sudah mulai gerai atau mekar dan sudah jatuh ke permukaan tanah sebanyak 5
bunga, maka pertanda bahwa aren siap untuk disadap.
Menurut masyarakat penyadap aren, umur bunga jantan untuk
menghasilkan air nira yang produktif berkisar 8-9 bulan. Kemudian akan
memunculkan lagi tunas bunga jantan yang baru yang berada di bawah pelepah
atau tandan yang sebelumnya berproduksi, yang diikuti terus menerus hingga
menghasilkan 3-4 bunga jantan pada setiap batang tanaman aren, yang dimulai
dari ujung hingga panggkal batang tanaman aren, Ramadani (2008) yang
menyatakan untuk tanaman aren yang pertumbuhannya dengan baik, bias
menghasilkan 4-5 tandan bunga jantan dengan panjang tandan sekitar 90 cm.
Gambar 7: Bunga Jantan Tanaman Aren yang Siap di Sadap
Untuk mendapatkan air nira dari tanaman aren atau dari bunga jantan
aren tersebut. Adapun tahap dan perlakuan yang diberikan pada tanaman aren ini
bertujuan untuk mendapatkan air aren yang baik dan berkualitas baik. Menurut
masyarakat setempat, pengambilan air nira tersebut harus benar-benar dilakukan
dan tahap demi tahap perlakuan harus dilakukan secara rutin.
Bunga jantan tanaman aren yang siap di sadap air niranya biasanya akan di
hinggapi lebah. Hal ini disebabkan karna adanya kandungan nektar atau madu
pada bunga yang terdapat pada bunga aren tersebut. Selain itu ciri lain yaitu bunga
aren akan mengkilap atau masyarakat setempat menyebut bunganya berminyak.
Gambar 8: Bagan proses pengambilan air nira
Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, proses pengelolaan atau
pengambilan air nira dari tanaman aren masih dilakukan oleh penyadap dengan
cara tradisional. Kegiatan pengambilan air nira yang dilakukan oleh penyadap
sangat sederhana dan diperoleh secera turun-temurun dari generasi sebelumnya
dan sampai saat ini belum banyak mengalami perubahan baik dari teknik maupun
alat dan bahan yang digunakan.
Gambar 9: Tanaman Aren yang Sedang di Sadap
Dari bagan dapat di lihat bahwa proses pengolahan nira hingga menjadi
tuak sangat sederhana dimana12 hari sebelum penyadapan harus terlebih dahulu
dimulai dilaksanakan persiapan berupa pembersihan tandan bunga jantan yang
akan disadap dan hanya bunga jantan dan pembersihan dari ijuk batang dari
tanaman resebut. Pembersihan tandan dilakukan pada bunga jantan yang belum
pecah. Pembersihan dari ijuk dan pelepah dilakukan untuk memudahkan
penyadapan. Hal ini sesuai dengan penelitian Baharuddin dan Ira (2009) yang
menyatakan bahwa tahapan dalam penyadapan adalah pembersihan tandan dari
ijuk dan pelepah.
Selama persiapan hingga proses penyadapan akan dimulai, setiap 2 hari
diberikan. Perlakuan pemukulan dan diberikan goyangan dengan jumlah pukulan
dan goyangan 8-9 kali, dengan menggunakan alat kayu yang dibuat secara khusus
untuk pemukulan tandan bunga jantan dandengan teknik tertentu yang dipercayaai
akan memberikan hasil yang maksimal. Masyarakat penyadap aren menyatakan
bahwa tandan yang siap sadap dapat dikenali dengan cirri-ciri:
- Bunga mulai merekah atau mekar
- Mengeluarkan aroma nira
- Bunga dikerumuni oleh serangga atau lebah
Gambar 10: Pisau Penyadap Nira, Alat Pukul
Setelah tandan bunga jantan memperlihatkan ciri-ciri seperti di atas maka
tandan tersebut dapat segera dipotong atau disadap berkisar 10 cm dari tangkai
bunga paling atas. Setelah itu tandan tersebut ujungnya yang dipotong lalu
dibungkus dengan kain atau potongan bambu selama 3 hari, hal ini bertujuan
untuk menghindari kontaminasi dari air hujan maupun panas matahari yang dapat
mengurangi produksi air nira. Setelah itu siap untuk dipanen dan ditampung air
nira yang keluar dari potongan tandan bunga jantan tanaman aren tersebut dan
pemanenan di sore harinya.Sunanto (1993) yang menyatakan bahwa setiap
penyadapan dilakukan pengirisan pada tongkol agar air keluar dengan lancar
karena pembuluh kapiler terbuka. Pemanenan tersebut dapat dilakukan setiap pagi
dan sore selama 6-8 bulan dalan 1 tandan bunga jantan.
Tanaman aren yang baik adalah tanaman yang tumbuh normal dengan
penampakan yang baik, mempunyai tajuk, diameter, dan tinggi yang baik. Air nira
yang baik dihasilkan dari tanaman aren yang tumbuh pada kawasan yang masih
berhutankan alami dimana terdapat banyak pohon besar yang menaunginya.
Masyarakat penyadap aren menyatakan bahwa keunggulan dari air nira yang
disadap dari tanaman aren yang baik ialah memiliki rasa yang lebih manis dan
memiliki aroma yang lebih tajam dan warna yang lebih keruh.Berdasarkan
pengamatan langsung di lapangan,produksi nira pada pagi hari lebih banyak
daripada sore hari, hal ini disebabkan oleh perbedaan waktu dan cuaca.
Pendapatan utama tanaman aren dan dijadikan sumber pendapatan tunai
utama bagi penduduk setempat ialah tuak. Tuak merupakan air nira yang telah di
fermentasi atau air nira yang telah di campur dengan sejenis kulit kayu yang sudah
di keringkan dan masyarakat setempat menyebut Raru. Penambahan raru pada air
nira akan mengubah rasa dari air nira tersebut dimana yang awalnya rasa nira
yang manis akan menjadi pahit setelah ditambahi atau di campur dengan raru
tersebut.
Pengolahan nira menjadi tuak terjadi karena adanya proses fermentasi.
Proses fermentasi akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimia nira
terutama kandungan sukrosa menjadi gula reduksi (fruktosa/glukosa). Menurut
fruktosa/glukosa (C6H12O6) dapat langsung terfermentasi, tetapi disakarida seperti
sukrosa (C12H22O11) harus dihidrolisis menjadi fruktosa dan glukosa. Reaksi kimia
yang terjadi pada fermentasi nira adalah sebagai berikut :
C12H22O11 + H2O enzim invertaseC6H12O6 (glukosa dan fruktosa)
C6H12O6ragi C2H5OH (etilalkohol) + CO2
C2H5OH + O2 CH3COOH (asam asetat) + H2O
Gambar 11: Raru yang di campur pada air nira
Masyarakat penyadap aren menyatakan bahwa pemanfaatan diluar dari air
nira dianggap penyadap sangat tidak menguntungkan karena dapat menurunkan
produksi air nira bahkan dapat menyebabkan kematian dini pada tanaman aren.
Dan dari hasil wawancara yang dilakukan terhjadap penyadap aren, pendapatan
ekonomi dari produksi air nira dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hasil wawancara dari masyarakat penyadap aren lamanya penyadapan
aren untuk 1 perbungaan jantan berkisar 6-8 bulan, Produktivitas aren per tandan
per batang per hari didapat penyadap berkisar 5-10 liter yang dipanen 2 kali dalam
1 hari yaitu pagi dan sore. Dengan demikian dalam 1 bunga jantan berhasil
memproduksi paling sedikit 900 liter. Jika harga 1 liter dipasaran Rp 6000 maka
5.400.000. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lutony (1993) yang menyatakan
bahwa pada tanaman aren yang sehat setiap tandan bunga jantan menghasilkan
air nira sebanyak 900-1800 liter per tandan, sedangkan pada tanaman aren yang
pertumbuhannya kurang baik hanya rata-rata 300-400 liter per tandan
b. Bunga betina
Pemanfaatan lain dari aren di daerah hutan Batang Toru adalah bunga
betina. Bunga betina dari tanaman aren ini merupakan bunga yang akan
berkembang dan akan menjadi buah atau masyarakat setempat menyebut halto.
Buah dari tanaman aren ini akan di olah menjadi kolang kaling. Bunga betina
dapat di kenali dengan ciri buah berwarna putiih kehijauan dan berukuran lebih
keci dibanding dengan bunga jantan.
Gambar 12. Bunga Betina Aren
Kolang kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah
masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji buah. Buah aren yang setengah
masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji berwarna
putih agak bening dan lembek, inilah yang diolah menjadi kolang-kaling.
hanya untuk di konsumsi sendiri saja, atau tidak untuk di pasarkan. Masyararakat
hutan batang toru memasarkan buah aren masih dalam keadaan biji.
Adapun cara untuk membuat kolang-kaling :
• Membakar buah aren dengan tujuan agar kulit luar dari biji dan lender
yang menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan. Biji-biji yang
hangus, dibersihkan dengan air sampai dihasilkan inti biji yang bersih.
• Merebus buah aren dalam belanga/kuali sampai mendidih selam 1-2 jam.
Untuk menghasilkan kolang-kaling yang baik, bersih dan kenyal inti biji
yang sudah dicuci diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3 hari, hal ini sesuai
dengan pernyataan Hatta (1993) yang menyatakan bahwa degan merebus buah aren , kulit biji menjadi lembek dan memudahkan untuk melepas/memisahkan
dengan inti biji. Inti biji ini dicuci berulang-ulang sehingga menghasilkan
kolang-kaling yang bersih
Gambar 13: Buah Aren
Ijuk Aren
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, bagian dari
menempel pada batang tanaman aren dengan ciri seperti serabut hitam yang halus
dan kuat. Hatta (1993) menyatakan bahwa ijuk merupakan helaian benang –
benang atau serat – serat yang berwarna hitam, berdiameter < 0.5mm dan bersifat
kaku dan tidak mudah putus. Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur
lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang
masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga
kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.
Penggunaan ijuk sebagai sapu rumah, tali dan brus belakangan ini telah
digusur oleh industri plastik, namun penggunaan ijuk di Hutan Batang Toru Blok
Barat masih dimanfaatkan oleh sebagian warga. Serat – serat ijuk ini dapat
digunakan untuk pembuatan berbagai peralatan rumah tangga, atap rumah yang
berfungsi sebagai genting dan lain-lainnya. Pemungutan ijuk yang di lakukan
masyarakat di Hutan Batang Toru Blok Barat dapat dilakukan dengan memotong
pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan
anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itu
menempel.
Pemanfaatan ijuk ini sangat banyak di gunakan oleh masyarakat dimana
ijuk yang sudah dipanen harus dijemur di terik matahari selama 3 – 4 hari, setelah
kering ijuk harus di simpan di tempat kering dengan cara menggulung secara rapi
dan diikat dengan menggunakan tali dari bambu, agar dapat disimpan dalam
Gambar 14: Ijuk yang Dikeringkan, Pengambilan Ijuk
Pemanfaatan ijuk di daerah ini yaitu sebagai kerajinan dalam pembuatan
sapu ijuk dan ada juga yang menggunakan sebagai atap rumah. Pembuatan atap
rumah dari ijuk saat ini tidak terlalu diminati oleh masyarakat, namaun di daerah
ini masih di temukan rumah-rumah tua yang menggunakan ijuk sebagai atap
rumahnya. Berdasarkan pengamatan langsung di lokasi penelitian rumah yang
memanfaatkan ijuk sebagai atap rumahnya mempunyai kelebihan yaitu di dalam
rumah tidak terlampau panas meskipun musim kemarau dan tidak terlampau
dingin meskipun musim hujan.
Daun Tanaman Aren
Pemanfaatan lain tanaman aren di hutan batang toru adalah daun aren.
Daun aren ini juga banyak manfaatnya, salah satu manfaat daun aren ini adalah
dalam pembuatan sapu lidi. Pengolahan daun aren menjadi sapu lidi yaitu dengan
cara memisahkan tulang daun dari daun tanaman aren tersebut dan tulang daun
tersebutlah yang akan di manffatkan dan di jadilkan menjadi sapu lidi. Tulang
daun dilepaskan dari daun-daunnya dengan cara diraut dengan pisau sehingga
menjadi lidi. Lidi tersebut kemudian dijemur selama ± 1 hari. Setelah itu lalu
diikat dengan membuat simpul dari tali. 1 ikat sapu lidi terdiri dari 150 batang
lidi, dimana dari 1 tandan daun aren dapat dihasilkan 2 buah sapu lidi.
Gambar 14. Daun Tanaman Aren yang Diolah Menjadi Sapu Lidi
Menurut beberapa responden dan informan kunci, aren juga sangat
diperlukan dalam kegiatan upacara adat yang diadakan oleh masyarakat di sekitar
hutan batang toru. Bagian aren yang banyak digunakan yaitu bagian daun aren
yang masih mudasebagai ornamen dalam upacara adat, biasanya pada upacara
pernikahan. Daun aren yang masih muda ini berwarna kuning sehingga bagus
Status Kepemilikan Lahan dan Tanaman Aren
Hutan Batang Toru pada lokasi penelitian merupakan Hutan Produksi, hal
ini sesuai dengan pernyataan YEL (2007) yang menyatakan bahwa hutan Batang
Toru saat ini sekitar 68,7 % Hutan Produksi atau sekitar (93.628 ha). Meskipun
kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi, status kepemilikan lahan pada
lokasi penelitian merupakan milik keluarga yang diperoleh secara turuntemurun
dari generasi ke generasi. Keberadaan lahan tersebut baik yang masih berupa
hutan maupun yang telah terdapat tanaman pertanian dipertahankan
kepemilikannya berdasarkan sejarah atau adat. Dalam pembagian lahan
sepenuhnya diputuskan oleh ahli waris yang bersangkutan atau atas dasar
kesepakatan bersama-sama semua anggota rumahtangga yang bersangkutan.
Kepemilikan tanaman aren pada dasarnya sama dengan status kepemilikan
lahan. Pada biasanya tanaman aren yang tumbuh dengan alaminya dilokasi
tertentu, maka kepemilikan tanaman aren tersebut sudah dikatakan sah menjadi
milik yang memiliki lahan tersebut. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tumbuh
alaminya tanaman aren yang dapat tumbuh dimana saja dan penyebaran yang
dipengaruhi oleh satwa musang yang habitatnya suka berpindah-pindah tempat,
(Hadi, 1991) yang menyatakan tanaman aren tumbuh menyebar secara alami.
Bedanya kepemilikan tanaman aren dapat dipindah tangankan kepada penyadap
untuk satu kali periode penyadapan atau lebih. Penyadap yang tidak memiliki
tanaman aren yang siap untuk disadap dapat meminta tanaman aren tersebut
kepada si pemilik tanaman aren dengan sukarela. Namun biasanya jika terjadi
status pindah tangan maka diterapkan system bagi hasil dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kegiatan inventarisasi tanaman aren (Arenga Pinnata Merr) di kawasan
Hutan Batang toru Blok Barat dilakukan pada 3 interval ketinggian yaitu
950-1000 mdpl, 1000-1050 mdpl, dan 1050-1100 mdpl diperoleh
masing-masing tanaman aren yaitu 139 tanaman, 213 tanaman dan 13 tanaman.
2. Penyebaran tanaman aren (Arenga Pinnata Merr) di kawasan ini tergolong
rendah yaitu 18,4 Ind/ ha atau dika di buat dengan jarak tanam yang sama
maka jarak tanaman adalah 24 x 24 meter
3. Bagian dari tanaman aren yang di manfaatkan oleh masyarakat Hutan
Batang toru adalah: bunga jantan, bunga betina, ijuk, daun tanaman aren.
4. Kawasan Hutan Batang Toru pada lokasi penelitian merupakan hutan
produksi, status kepemilikan lahan adalah milik keluarga yang diperoleh
secara turuntemurun dan status kepemilikan tanaman aren sama dengan
status kepemilikan lahan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang tanaman aren di Kawasan
Hutan Batang toru, sehingga dapat diketahui secara rinci bagaimana potensi dan
DAFTAR PUSTAKA
Akuba, R. H., 1993. Prospek dan Perwilayahan Pengembangan Aren di Maluku dan Irian Jaya. Makalah disajikan dalam Forum Temu Aplikasi Paket Teknologi di Irian Jaya, 22-24 Pebruari 1993.
Aritonang, J. 2013. Potensi dan kajian pemanfaatan tanaman aren di Desa Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Baharuddin dan Ira, T. 2009. Hasil Hutan Bukan Kayu. Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Makasar
Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999. Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Bagi Kesejahteraan Masyarakat Secara Lestari dan Serbaguna. Pekan Baru
Effendi, D. S. 2009. Prospek Pengem bangan tanaman Aren (Aenga pinnata ) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Manado. www. Perkebunan. Litbang. Deptan. go. id.
Gultom. 2009. Jutaan Dolar Harta Karun Tersimpan di Dalam Pohon Aren atau Enau Alias Bagot. http://arenindonesia.wordpress.com/artikel-aren/hlt-gultom. [17November 2013]
Hadi, S. 1991.Distribusi dan Potensi Aren di Indonesia (Edisi khusus) No. 15 Tahun 1991. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Hardjosoediro, S., 1980. Pemilihan jenis Tanaman Reboisasi dan penghijauan hutan alam dan Hutan rakyat. Lokakarya Pemilihan Tanaman Reboisasi.Yokyakarta.Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan UGM
Hatta, Sunant.1993. Aren Budidaya dan Multi Gunanya. Yogyakarta. Fanisius
Indonesia Power. 2007. Pohon Aren Mampu Eliminir Erosi di UBP Saguling. http://www.indonesiapower.co.id/Berita/Public/tabid/74/articleType/Articl eVew/articleId/19/Default.aspx [ diakses pada 17 November 2013].
Irawan, B., E. Ramayani, J. Iskandar. 2009. Studi variasi, pemanfaatan, pengolahan danpengelolaan aren di Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang,Jawa Barat. Hasil Penelitian. Universitas Padjadjaran. Diakses 9 Desember 2013
Joseph, H.G., Rumukoi dan Kembuan. 1994. Perbaikan Teknik Pengolahan dan Penganekaragaman Produk Aren, Lontar, Pinang dan Sagu.
Pengembangan Komoditas Aren di DaerahMinahasa, Sulawesi Utara. ProsidingSeminar Nasional Pengembangan Arendi Tondano, 9 Juni 2004. Hlm. 83-106. Diakses 9 Desember 2013.
Lay, A dan Bambang, H. 2011. Prospek Agro-Industri Aren (Arenga pinnata). ISSN 10(1): 1 – 5. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma lain. Manado.
Lempang, M. dan Soenarno, 1999. Teknik penyadapan aren untuk meningkatkan produksi nira. Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Padang.
Maliangkay. 2009. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/. [17 November2013] Sumber Benih dan Teknologi Pembibitan Aren.
Marzoeki, A.A.M. 1993. Studi tentang perubahan kimia nira nipah dari hasil penyadapan sore hari. Majalah Kimia. No.50, Desember 1993. 7 – 31. Balai Industri Ujung Pandang.
Mondoringin, S.G.O. 2000. Analisis biaya produksi pada industri rumah tangga gula aren di Kecamatan Tareran Minahasa. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Muhamein. 2012. Budidaya Aren. http:// ditjenbun. Deptan. go. id/budtan
Muhtar, A. 2000. Etnobotani aren pada masyarakat Pakkulompo Gowa, Sulawesi Selatan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nainggolan, M. 2006. Kajian pemanfaatan tanaman aren di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Salim, H.S. 1997. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan. Penerbit Sinar Grafika. Jakarta.
Safari, A. 1995. Teknik Membuat Gula Aren. Karya Anda. Surabaya
Simson, 1993. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia.Jakarta
Soeseno, S., 1995. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta
Soleh, D. 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata) Mendukung Kebutuhan Biotanol di Indonesia. ISSN 9(1): 36 – 38. Balai Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor
Sunanto, H. 1993. Aren, Budidayadan Multigunanya. Kanisius. Yogyakarta.
Wibowo, S. 2006. Beberapa jenis pohon sebagai sumber penghasil bahan pengawet nabati nira aren (Arenga pinnata merr). Info Hasil Hutan 12(1):67 – 74. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor
Kuisoner Untuk Mengetahui Tingkat Pemanfaatan Aren Oleh Masyarakat
II. Kepemilikan Lahan/ Aren
1. Dari mana mendapatkan aren? a. Kebun
b. Hutan
2. Adakah kepemilikan khusus aren? a. Ada
b. Tidak
3. Bagaimana status kepemilikannya? a. Individual
b. Adat c. Lainnya
4. Bagaimana pengaturan dan status kepemilikannya?
5. Apakah saudara mengetahui status hutan tempat saudara mengambil aren? a. Ya
b. Tidak
III. Pemanfaatan Aren
1. Apa saja yang saudara manfaatkan dari aren? a. Ijuk
b. Daun
c. Buah (kolang-kaling) d. Air nira
e. Lainnya
2. Manfaat aren untuk apa saja a. Peralatan rumah
b. Perabot rumah c. Kerajinan
a. Ya b. Tidak
4. Apakah aren dimanfaatkan juga dalam komponen bangunan rumah? a. Ya
b. Tidak
IV. Penyadapan
1. Alat apa saja yang saudara gunakan dalam penyadapan aren? 2. Bagaimana cirri-ciri aren yang siap untuk disadap?
3. Bagaimana system penyadapan aren? a. Perorangan
b. Berkelompok
4. Kualitas aren, yang baik? a. Warna
b. Rasa c. Aroma
5. Adakah peraturan dalam menyadap aren? a. Ya
b. Tidak
6. Berapa lama aren dapat disadap?
7. Adakah teknik dalam penyadapan aren?
8. Berapa tanaman aren yang dapat disadap sehari? 9. Berapa banyak nira yang dihasilkan dalam sehari?
10.Apakah saudara menjualnya atau hanya untuk kebutuhan sehari-hari? 11.Kemana saudara memasarkannya?
a. Pengumpul b. Agen
Tabel: Daftar Responden Pemanfaaatan Tanaman Aren di di Hutan Batang Toru Blok Barat meliputi Desa Banuwagi I, Banuwagi IV, Simate-mate, dan Sitapongan Kabupaten Tapanuli
12 Alinton Lumbantobing Laki-laki 51 Petani 13 Linggom Lumbantobing Laki-laki 62 Petani
14 Harton Sitompul Laki-laki 35 Petani
15 Tirama Hutapea Laki-laki 57 Petani
16 Dippun Panjaitan Laki-laki 38 Petani
17 Lismen Lumbantobing Laki-laki 45 Petani
18 Jon Tarigan Laki-laki 64 Petani
19 Winter Panggabean Laki-laki 59 Petani
20 Jomis sitompul Laki-laki 63 Petani
21 Madison Lumbantobing Laki-laki 45 Petani 22 Maulister Lumbantobing Laki-laki 51 Petani
23 Gonggom sinaga Laki-laki 41 Petani
24 Tambok Lumbantobing Laki-laki 54 Petani
25 Rajun Lumbantobing Laki-laki 44 Petani
26 Mula lumbantobing Laki-laki 40 Petani
27 Betman Lumbantobing Laki-laki 59 Petani
28 Elson Simatupang Laki-laki 51 Petani
29 Amister Sinaga Laki-laki 64 Petani
30 Sontara Simatupang Laki-laki 59 Petani
31 Pukka Sipahutar Laki-laki 70 Petani
32 Lisber Simatupang Laki-laki 42 Petani
33 Janpiter Sinaga Laki-laki 51 Petani
34 Bagan Simangunsong Laki-laki 42 Petani
35 Manibal Hutabarat Laki-laki 36 Petani
36 Agus Hutabarat Laki-laki 33 Petani
37 Marhere Hutabarat Laki-laki 35 Petani
38 Hasiholan hutapea Laki-laki 57 Pedagang
39 Pesta Simanjuntak Laki-laki 45 Petani
40 Lauddin Hutagalung Laki-laki 58 Petani
43 Mariduk Lumbantobing Laki-laki 64 Petani
44 Talupan Sipahutar Laki-laki 46 Petani
45 Barita Hutapea Laki-laki 65 Petani
46 Mangoli Hutapea Laki-laki 60 Petani
47 Jamarto Hutabarat Laki-laki 45 PNS
48 Reston Hutagalung Laki-laki 62 Petani
49 Op.Sardo Silalahi Laki-laki 55 Petani
50 Wasington Silalahi Laki-laki 83 Petani