• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI DAN PEMANFAATAN

HASIL HUTAN BUKAN KAYU JENIS KEMENYAN

(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

SKRIPSI

Oleh:

Donna Christy Pandiangan 101201155

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : “Potensi Dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis

Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat

Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)”

Nama : Donna Christy Pandiangan

NIM : 101201155

Program Studi : Kehutanan

Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Irawati Azhar, S.Hut., M.Si

Ketua Anggota

Riswan, S.Hut., M.Si

Mengetahui:

(3)

DONNA CHRISTY PANDIANGAN: Potensi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing Oleh: IRAWATI AZHAR dan RISWAN.

Kemenyan merupakan hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi yang cukup tinggi diwilayah Sumatera Utara. Namun, belum ada penelitian tentang potensi dan pemanfaatan kemenyan secara khusus dikawasan hutan Batang Toru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi, pemanfaatan dan keanekaragaman jenis kemenyan di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2014 dengan metode survei, inventarisasi, dan wawancara terhadap masyarakat. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.

Potensi kemenyan yang terdapat dilokasi penelitian sangat tinggi, dimana terdapat 133 tegakan kemenyan per hektar dan penyebaran kemenyan 2/3 dari lokasi penelitian. Jenis kemenyan yang ditemukan dilokasi penelitian ada 4 jenis. Styrax sumatrana J.J.SM atau Kemenyan Toba yang memiliki kelimpahan jenis yang paling tinggi baik pada tingkat semai hingga pohon yaitu 111.6, 114.1, 143.7, dan 124.3. Keanekaragaman jenis dan kemerataan Kemenyan dilokasi penelitian tergolong rendah. Pemanfaatan terbesar kemenyan oleh masyarakat sekitar hutan merupakan pendapatan utama rumah tangga, sebagai obat tradisional dan dupa.

(4)

DONNA CHRISTY PANDIANGAN: Potency and Utilized Non Wood Forest Product of Benzoin (Case Study: Batang Toru Forest West Block, Adiankoting District, North Tapanuli Regency). Supervised by IRAWATI AZHAR and RISWAN.

Benzoin is non wood forest product that has a high potention in North Sumatera. But, there’s no research about potency and utility of benzoin especially in Batang Toru forest not yet. The purpose of this research is to determine potency, utilization, and biodiversity of benzoin in Batang Toru Forest West Block, Adiankoting District, North Tapanuli Regency. This research was done in April-May 2014 by survey methods, inventaritation and interviewed with the society. Data was analyzed descriptively and using tabulation.

The potential of benzoin that found in research location is very high, which has 133 benzoin trees per hectare and distributing of benzoin 2/3 from around research location. There are 4 species of benzoin that found in Batang Toru. Styrax sumatrana J.J.SM or Sumatra benzoin has the highest abundance from seedling until tree is 111.6, 114.1, 143.7, and 124.3. Biodiversity and evenness of distribution benzoin in research location is very low. The biggest utilized of benzoin in around forest is the main income by people and household as traditional medicine, and incense.

(5)

Penulis lahir di Tarutung, Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Lahir

pada tanggal 26 Desember 1992 dari Ayah Victor Pandiangan dan Ibu Tumonggo

Hutabarat. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 178492 Perumnas

Silangkitang, Kecamatan Sipaholon, Tarutung, Sumatera Utara pada tahun 2004,

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Tarutung, Sumatera Utara pada

tahun 2007, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tarutung, Sumatera Utara

pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi

negeri di Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan,

Fakultas Pertanian.

Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH)

di Hutan Pendidikan TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo pada tahun 2012.

Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 10 hari. Penulis juga melaksanaan Praktek

Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi pada tahun 2014

selama satu bulan. Penulis melakukan penelitian di Hutan Batang Toru Blok

Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara dengan judul “Potensi

Dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan

(6)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Potensi Dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis

Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting,

Kabupaten Tapanuli Utara)” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan.

Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

ibu Irawati Azhar S.Hut., M.Si dan bapak Riswan S.Hut., M.Si selaku ketua dan

anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai

masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga

mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis bapak

Victor Pandiangan dan ibu Tumonggo Hutabarat yang telah memberi dukungan,

semangat, dana, serta doa selama ini. Abang dan adik terkasih Jaya Alexander

Pandiangan, Partogi Pandiangan, dan Grace Theresia Pandiangan yang telah

meluangkan waktu untuk tetap memberi dukungan, semangat serta doa.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh

pihak-pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini. Secara khusus untuk

sekretatis desa Banuaji IV bapak Jotmer Sitompul dan Penatua Agama Banuaji IV

bapak Hotben Siregar, masyarakat desa Banuaji IV, I dan Simate-mate, dan

rekan-rekan tim penelitian. Kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi

Kehutanan, Fakultas Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat

disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam

(7)

Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting ... 15

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Kemenyan ... 24

Analisis Vegetasi Kemenyan ... 27

Deskripsi Kemenyan ... 36

Pemanfaatan Kemenyan ... 42

Kualitas Getah Kemenyan ... 44

Teknik Pemanenan Kemenyan ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 53

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(9)

No. Halaman ta Titik Sebaran Kemenyan ... 26

5. ...Ti ngkat Total Persentase Individu Kemenyan... 35

6. ...K

emenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.SM) ... 38

7. ...K

emenyan Durame (Styrax benzoin DRYAN) ... 39

8. ...K

emenyan Bulu (S. benzoine var. hiliferum)... 40

9. ...K

emenyan Dairi (Styrax sp.) ... 42

10. ...Al ur Pemasaran Kemenyan ... 43

11. ...K ualitas Getah Kemenyan dari Petani ... 45

12. ...K ualitas Getah Kemenyan di Pengumpul ... 45

(10)

14. ...Al at Tambahan Pemanenan Kemenyan ... 49

15. ...Al ur Penakikan Kemenyan ... 50

(11)

No. Halaman 1. ... Luas

dan Produksi Kemenyan di Kabupaten Tapanuli Utara ... 5

2. ... Standart Lokal Kualitas Kemenyan ... 10

3. ... Jenis kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat ... 27

4. ... Analisis Data Kemenyan Tingkat Semai ... 28

5. ... Analisis Data Kemenyan Tingkat Pancang ... 30

6. ... Analisis Data Kemenyan Tingkat Tiang ... 32

7. ... Analisis Data Kemenyan Tingkat Pohon ... 33

8. ... Perbedaa n Kualitas Kemenyan di Pengumpul ... 46

9. ... Perbedaa n Harga Getah Kemenyan di Tingkat Petani ... 47

10. ... Perbedaa n Harga Getah Kemenyan di Tingkat Pengumpul ... 47

(12)
(13)

No. Hal 1. ... Kuision

er Responden untuk Mengetahui Budidaya dan Pemanenan Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan

Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara ... 56

2. ... Karakteri stik Responden Pemanfaat Kemenyan di Hutan Batang

Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting ... 58

3. ... Kuisione r Responden untuk Mengetahui Potensi dan Teknik

Pemanenan Kemenyan di Hutan Batang Toru, Blik Barat ... 60

4. ... Titik Koordinat Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat,

Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara ... 62

5. ... Data Potensi dan Penyebaran Kemenyan ... 73

6. ... Foto Landscape Hutan Batang Toru, Blok Barat, Kecamatan

(14)
(15)

DONNA CHRISTY PANDIANGAN: Potensi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing Oleh: IRAWATI AZHAR dan RISWAN.

Kemenyan merupakan hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi yang cukup tinggi diwilayah Sumatera Utara. Namun, belum ada penelitian tentang potensi dan pemanfaatan kemenyan secara khusus dikawasan hutan Batang Toru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi, pemanfaatan dan keanekaragaman jenis kemenyan di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2014 dengan metode survei, inventarisasi, dan wawancara terhadap masyarakat. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.

Potensi kemenyan yang terdapat dilokasi penelitian sangat tinggi, dimana terdapat 133 tegakan kemenyan per hektar dan penyebaran kemenyan 2/3 dari lokasi penelitian. Jenis kemenyan yang ditemukan dilokasi penelitian ada 4 jenis. Styrax sumatrana J.J.SM atau Kemenyan Toba yang memiliki kelimpahan jenis yang paling tinggi baik pada tingkat semai hingga pohon yaitu 111.6, 114.1, 143.7, dan 124.3. Keanekaragaman jenis dan kemerataan Kemenyan dilokasi penelitian tergolong rendah. Pemanfaatan terbesar kemenyan oleh masyarakat sekitar hutan merupakan pendapatan utama rumah tangga, sebagai obat tradisional dan dupa.

(16)

DONNA CHRISTY PANDIANGAN: Potency and Utilized Non Wood Forest Product of Benzoin (Case Study: Batang Toru Forest West Block, Adiankoting District, North Tapanuli Regency). Supervised by IRAWATI AZHAR and RISWAN.

Benzoin is non wood forest product that has a high potention in North Sumatera. But, there’s no research about potency and utility of benzoin especially in Batang Toru forest not yet. The purpose of this research is to determine potency, utilization, and biodiversity of benzoin in Batang Toru Forest West Block, Adiankoting District, North Tapanuli Regency. This research was done in April-May 2014 by survey methods, inventaritation and interviewed with the society. Data was analyzed descriptively and using tabulation.

The potential of benzoin that found in research location is very high, which has 133 benzoin trees per hectare and distributing of benzoin 2/3 from around research location. There are 4 species of benzoin that found in Batang Toru. Styrax sumatrana J.J.SM or Sumatra benzoin has the highest abundance from seedling until tree is 111.6, 114.1, 143.7, and 124.3. Biodiversity and evenness of distribution benzoin in research location is very low. The biggest utilized of benzoin in around forest is the main income by people and household as traditional medicine, and incense.

(17)

Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak keanekaragaman jenis tanaman hutan yang

telah diketahui manfaatnya baik secara langsung (tangible) maupun manfaat tidak

langsung (intangible). Di Indonesia terdapat 30.000 – 40.000 jenis tumbuhan baik

kayu maupun bukan kayu. Semenjak maraknya pembukaan ekspor kayu, kondisi

hutan Indonesia semakin mencemaskan, dimana laju degradasi hutan meningkat

sementara upaya merehabilitasi masih tergolong rendah. Melihat kondisi

perkayuan Indonesia semakin menurun ada baiknya Indonesia mulai mengelolah

hasil hutan bukan kayu (HHBK) terutama jenis-jenis yang merupakan andalan

dari suatu wilayah setempat yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat

setempat. Beberapa jenis hasil hutan bukan kayu yang cukup berperan dalam

meningkatkan ekonomi masyarakat setempat yang dapat diperdagangkan didalam

dan diluar negeri antara lain rotan, bambu, kopal, resin/tanin, getah, kayu manis,

gaharu, dan lain-lain.

Pengelompokan hasil hutan bukan kayu (HHBK) meliputi 3 (tiga) bagian

antara lain: kelompok nabati, kelompok hewani, dan kelompok jasa lingkungan.

Salah satu ruang lingkup dari kelompok nabati adalah kelompok getah-getahan.

Getah tersebut dapat berupa getah gambir, getah kemenyan, dan getah pinus.

Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan

(Styrax spp) melalui proses penyadapan. Sebagai salah satu hasil hutan bukan

kayu getah kemenyan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan.

(18)

Hutan Bukan Kayu, kemenyan ditetapkan sebagai salah satu hasil hutan bukan

kayu (HHBK) nabati yang masuk dalam kelompok resin.

Kemenyan atau gum benzoin di dalam perdagangan biasa disebut sebagai

“sumatra benzoin”. Kemenyan merupakan “balsamic resin” yang diperoleh dari

hasil pelunakan batang pohon Styrax benzoin Dryand atau Styrax paralleloneurus

Perkins, sedangkan yang dihasilkan dari Styrax tonkinensis (Pierre) atau

kemungkinan juga dari jenis-jenis lain dikenal dengan nama “siam benzoin”.

Styrax berasal dari bahasa Yunani kuno “storax” yaitu nama yang digunakan

untuk gum/getah yang berbau harum atau juga untuk pohon yang

menghasilkannya. Sedangkan “benzoin” berasal dari bahasa Arab, yaitu “ben”

yang berarti harum dan “zoa” berarti getah jadi benzoin adalah getah yang berbau

harum (Widiyastuti et all, 1995 dalam Sinaga 2010).

Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur.

Secara geografis terletak antara 98o 53’-99o 26’ Bujur Timur dan 02o 03’ – 01o 27’

Lintang Utara. Secara administratif berada pada 3 kabupaten yaitu Kabupaten

Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalam daerah Tapanuli Utara

adalah seluas 89.260 Ha atau 67,3% dari luas hutan. Kawasan Hutan Batang Toru

ini memiliki keistimewaan dimana terdapat keanekaragaman hayati sangat tinggi

dan cukup luar biasa. Hutan Batang Toru adalah penyangga 10 Daerah Aliran

Sungai (DAS) dan subDAS. Dalam survei vegetasi yang dilakukan beberapa

tahun yang lalu ditemukan langsung 11 jenis tanaman yang merupakan spesies

baru di dunia ilmiah. Hutan Batang Toru adalah habitat terakhir untuk populasi

(19)

Penelitian potensi kemenyan ini berada pada kawasan hutan Batang Toru

Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara. Kawasan

penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada

kawasan Batang Toru. Adiankoting Dalam Angka (2012) menyatakan bahwa

kecamatan Adiankoting memproduksi kemenyan dalam 1 tahun sekitar 524.07 ton

degan rata-rata produksi 250.99 kg/ha. Namun, belum ada penelitian tentang

potensi dan pemanfaatan kemenyan di kawasan Batang Toru Blok Barat,

Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui potensi dan pemanfaatan kemenyan oleh masyarakat Hutan

Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli

Utara.

2. Menginventarisasi dan mengetahui kelimpahan keanekaragaman jenis

kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting,

Kabupaten Tapanuli Utara.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi kelimpahan dan keanekaragaman kemenyan di Hutan

Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Memperkaya pengetahuan mengenai kemenyan di Sumatera Utara.

3. Dengan mengetahui pemanfaatan hasil kemenyan diharapkan masyarakat

(20)

Kemenyan (Styrax spp)

Jayusman, dkk., (1999) pohon kemenyan termasuk ke dalam ordo

Ebenales, famili Styracaceae dan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan

yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum lebih dikenal dan

bernilai ekonomis yaitu: (a) kemenyan durame (S.benzoine DRYAND), (b)

kemenyan bulu (S. paralleloneurum PERK), (c) kemenyan toba

(S. sumatrana J.J.Sm) dan (d) kemenyan siam (S. tokinensis). Tetapi jenis

kemenyan toba dan durame yang paling umum dibudidayakan secara luas di

Sumatera Utara. Jayusman, dkk., (1997) juga menambahkan jenis kemenyan alam

yang kurang dikelolah di Sumatera Utara adalah kemenyan “Bulu” Styrax

paralleloneurum PERK. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam

sistematika tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:

Divisio : Spernatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Dikotiledonae

Ordo : Ebeneles

Family : Styraceae

Genus : Styrax

Spesies : Styrax spp

Potensi dan Penyebaran Kemenyan

Pohon kemenyan tersebar di beberapa negara antara lain Malaysia,

Thailand, Indonesia dan Laos. Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa

(21)

pantai barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu

pohon ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara

jenis kemenyan sampai saat ini masih dibudidayakan secara luas di daerah

Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah) dan Kabupaten

Dairi (Jayusman, dkk., 1999).

Tanaman kemenyan merupakan tanaman terluas yang diusahakan oleh

masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu pada tahun 2011 seluas 16.181,50

Ha. Tanaman kemenyan tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara,

sebagaimana dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas dan Produksi Kemenyan di Kabupaten Tapanuli Utara

No. Kecamatan

10 Pangaribuan 5,086.50 4,821.50 1,031.61 213.96

11 Garoga 522.00 346.50 127.49 367.94

Sumber: Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka, 2012.

Pada awal abad 20-an yaitu sekitar 1910, produksi kemenyan Tapanuli

Utara sekitar 1.200 ton, kemudian naik menjadi sekitar 2.300 ton pada tahun 1930

(22)

kemenyan pada tahun 1990 adalah lebih kurang 22.793 ha. Kabupaten Tapanuli

Utara memiliki tanaman paling luas yaitu 21.119 ha dengan produksi sekitar

4.000 ton. Pada tahun 1993 luas tanaman kemenyan di Tapanuli Utara adalah

17.299 hektar dengan produksi 3.917 ton (Sasmuko, 2003).

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki berbagai potensi alam, salah satunya

kawasan hutan. Kawasan hutan menurut fungsinya terdiri dari hutan produksi

terbatas, hutan produksi tetap, hutan lindung dan hutan konservasi. Luas kawasan

hutan pada tahun 2011 di Kabupaten Tapanuli Utara tercatat 268.281,24 Ha,

terdiri dari hutan produksi terbatas seluas 106.354,75 Ha, hutan produksi tetap

seluas 104.135,83 Ha, hutan lindung seluas 55.562,15 Ha, dan hutan konservasi

seluas 2.228,51 Ha (BPS Tapanuli Utara, 2012).

Jenis Kemenyan

Menurut Sasmuko (2003) terdapat dua jenis kemenyan yang

dikembangkan oleh masyarakat khususnya petani di Kabupaten Tapanuli. Kedua

jenis ini adalah kemenyan toba dan kemenyan durame. Kedua jenis ini dapat

dibedakan dari aroma dan warna getah yang dihasilkan, yaitu aroma getah toba

lebih tajam dengan warna yang lebih putih dibandingkan kemenyan durame.

Secara botani kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk dan ukuran daun.

Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar dan berbentuk bulat

memanjang (oblongus). Kemenyan toba merupakan jenis yang disenangi oleh

masyarakat karena dalam perdagangan lokal getahnya lebih tinggi dibandingkan

dengan kemenyan durame.

Syarat dan Tumbuh Kemenyan

(23)

Iklim

Sasmuko (2003) menyatakan bahwa kemenyan termasuk jenis tanaman

setengah toleran. Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari dan

setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu,

untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup

tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Indriyanto (2008) pada kondisi

iklim dan tanah yang berbeda-beda, akan dijumpai hutan dengan komposisi jenis

vegetasi serta jumlah yang berbeda pula. Masing-masing pohon yang tumbuh

pada tempat tersebut menghendaki persyaratan tempat tumbuh tertentu.

Tanaman kemenyan memerlukan banyak cahaya matahari dan curah hujan

yang cukup tinggi dan tersebar merata hampir sepanjang tahun berkisar 1916 –

2395 mm/tahun, suhu bulanan 17 – 29 0C dan kelembaban rata-rata 85,04%

dengan tipe iklim Schmidt dan Ferguson A dan B. Keadaan iklim sangat besar

pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kemenyan yang diusahakan

(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999)

Tanah

Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa

terhadap jenis tanah, dapat tumbuh pada tanah podsolik, andosol, latosol, regosol,

dan berbagai asosiasinya, mulai dari tanah bertekstur berat sampai ringan dan

tanah yang kurang subur sampai yang subur lebih baik. Di samping itu yang perlu

diperhatikan tingkat keasaman tanah (pH tanah). Berdasarkan kenyataan di

lapangan tanaman kemenyan tumbuh baik pada tingkat pH tanah antara 4-7. Jenis

tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada solum tanah yang dalam. Secara alamiah

(24)

dataran rendah sampai ketinggian 1500 mdpl. Jenis tanaman ini tumbuh pada

keadaan lapangan dari mulai datar sampai berbukit-bukit /bergelombang

(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Ciri Morfologis Kemenyan

Secara morfologis tanaman kemenyan mempunyai ciri-ciri antara lain:

Pohon

Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 m dengan

diameter 60-100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak

terlalu dalam (3-7 mm) dan kulit berwarna merah anggur (Jayusman, dkk., 1999).

Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau merah

keunguan.

Daun

Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk

oval bulat, bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dan ujung runcing.

Panjang daun dapat mencapai 4-15 cm dengan lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun

5-13 cm, helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus, permukaan

bawah agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun jenis toba

lebih gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis durame

(Jayusman, dkk., 1999).

Bunga

Bunga kemenyan berkelamin dua dimana bunganya bertangkai panjang

antara 6-11 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm.

Kemenyan berbunga secara teratur 1 kali setiap tahun. Waktu berbunga dimulai

(25)

atau malai pada ujung atau ketiak daun. Buah masak berbentuk bulat sampai agak

gepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman, dkk., 1999).

Buah dan Biji

Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5-3 cm.

Biji kemenyan berukuran 15-19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan. Biji

kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras, hal ini

dibuktikan buah kemenyan yang masih normal dan buah tida rusak walaupun

sudah beberapa bulan jatuh dari pohonnya. Bentuk buah dan biji kemenyan

bervariasi sesuai dengan jenisnya. Biji kemenyan toba warna coklat tua dan lebih

gelap dibandingkan jenis durame maupun bulu.bentuk buah dan biji dapat

digunakan untuk membedakan jenis kemenyan dibandingkan bagian tanaman

kemenyan lainnya (daun, batang dan sebagainya) Kemenyan diperbanyak dengan

biji. Musim berbunga dan berbuah jenis Styrax benzoin pada bulan Desember –

Januari. Buah yang masak disukai oleh tupai, rusa dan babi hutan

(Jayusman, dkk., 1999).

Manfaat dan Kegunaan Kemenyan

Pohon kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat,

hutan kemasyarakatan, rehabilitasi lahan, sekat bakar, penghara industri pulp,

maupun untuk pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk

bangunan rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna

kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida

(Pinyopusarerk, 1994 dalam Bangun, 2008).

Pengolahan kemenyan saat ini masih dilakukan secara tradisional tanpa

(26)

yang dipasarkan baik lokal maupun ekspor pada umumnya masih berupa bahan

mentah (raw material). Pengolahan kemenyan menjadi bentuk barang setengah

jadi (semifinal goods) atau barang jadi (final goods) berupa hasil-hasil ekstrak

sesuai dengan kandungan kimianya belum ada industri yang melakukannya di

Sumatera Utara. Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat secara

umum masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatan

tradisional atau religius (Sasmuko 2003).

Sebagian besar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam

industri antara lain industri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia

dan industry pangan. Ekstraksi kimia getah kemenyan menghasilkan tincture dan

benzoin resin yang digunakan sebagai fixative agent dalam industri parfum.

Ekstraksi kemenyan juga dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang

diperlukan oleh industry farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat,

benzyl benzoat, sodium benzoat, benzophenone, dan ester aromatis

(Sasmuko 2003).

Pemasaran Kemenyan

Pola pemasaran kemenyan (Styrax spp.) yang paling banyak digunakan

adalah pola dimana petani menjual kemenyan melalui pengumpul desa dilanjutkan

ke pengumpul kecamatan, kebanyakan petani yang menjual langsung kepada

pengumpul desa karena dana yang dikeluarkan lebih sedikit karena transaksi

langsung dilakukan di hutan. Dari pengumpul kecamatan selanjutnya memasarkan

kepada pengumpul kabupaten. Pengumpul kabupaten merupakan pemasar antar

kota, ada juga pengumpul kabupaten yang memasarkan kemenyan secara

(27)

bersifat semi tertutup karena adanya monopoli yang dilakukan oleh pedagang

besar, sehingga dapat merugikan para pedagang kecil dan menengah. Dalam hal

ini pedagang kecil dan menengah adalah pengumpul desa dan kecamatan.Hal ini

disebabkan oleh sebagian petani merupakan pengumpul desa. Disamping itu para

pengumpul desa langsung turun ke wilayah sekitar hutan untuk membeli

kemenyan sehingga petani tidak mengeluarkan biaya untuk pengangkutan dan

transportasi. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kemenyan yang dihasilkan

petani tidak selalu banyak sehingga petani lebih baik menggunakan pola pasar I.

Kriteria efisiensi pemasaran adalah margin pemasaran, distribusi keuntungan dan

volume penjualan (Simanjuntak, 2012).

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani selama pengambilan getah

merupakan biaya kebutuhan para petani dalam mengambil getah kemenyan.

Petani biasanya bertahan di hutan selama seminggu untuk mengambil getah

kemenyan. Selama seminggu petani mengeluarkan biaya, diantaranya biaya

pangan sebesar Rp.170.000, biaya transportasi Rp.30.000 dan biaya kebutuhan

lainnya Rp.50.000. Sedangkan hasil yang didapatkan sebesar 10-12 kg. Sehingga

didapat biaya produksi sebesar Rp.25000/kg (Simanjuntak, 2012).

Kualitas Getah Kemenyan

Yuniandra (1998) menyatakan bahwa kualitas kemenyan yang

diperdagangkan di daerah Sumatera Utara di kalangan petani, pedagang, serta

pengolah dapat dikatakan belum ada suatu standar yang menjadi dasar umum

yang berlaku untuk semua transaksi pedagang dan eksportir. Kemenyan yang

dibeli pedagang, berupa sam-sam, mata, tahir dan jurur, disortir dengan memakai

(28)

• Kualitas I

Kemenyan mata kasar atau sidungkapi ialah bongkahan kemenyan berwarna

putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih

besar dari 2 cm.

• Kualitas II

Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai putih

kekuning-kuningan berdiameter 1-2 cm.

• Kualitas III

Kemenyan tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau

kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-bintik putih

atau kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.

• Kualitas IV

Kemenyan jurur atau jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan

mutunya dengan jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata

halus.

• Kualitas V

Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi

sedikit sewaktu melakukan pembersihan.

• Kualitas VI

Kemenyan abu ialah sisa-sisa berasal dari getah kemenyan dari semua

kualitas, bentuk dan warnanya seperti abu kasar.

Berdasarkan Standart Industri Indonesia (SII) 2044-1987 standart kualitas

(29)

Tabel 2. Standart Lokal Kualitas Kemenyan Sumber: Standart Industri Indonesia (SII) No.2044-1987

Penyadapan Getah Kemenyan

Sasmuko (2003) menyatakan pohon kemenyan yang berdiameter lebih

kurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Sebelum dilakukan penakikan,

terlebih dahulu kulit batang pohon dibersihkan dari kotoran seperti lumut, kulit

kering. Kulit yang tidak bersih akan mempengaruhi kualitas kemenyan yang

dihasilkan karena banyak kotoran. Setelah kulit dibersihkan, batang pohon

kemenyan ditakik dengan pisau takik yang disebut panugi.

Kegiatan menakik dimaksudkan untuk membuat luka pada kulit dan

membuat rongga diantara kulit dan batang (kayu) di mana akan terbentuk resin

yang menggumpal dan mengering dalam rongga tersebut. Selain resin yang

menggumpal dalam rongga antara kulit dan batang ada juga resin yang meleleh

keluar. Setelah 3 bulan penakikan, kemenyan dipanen dan dipisahkan antara

kemenyan yang berasal dari dalam dan luar kulit. Selanjutnya disortir berdasarkan

besar kecilnya butiran sesuai dengan pembagian kualitas kemenyan yang ada di

pasaran (Waluyo, 2011).

Getah kemenyan dipanen setelah umur sadap setidaknya 3 bulan,

selanjutnya dilakukan pengeringan secara tradisional. Teknik pengeringan yang

dilakukan oleh para petani kemenyan di Sumatera Utara yaitu disimpan di atas

langit-langit rumah/gudang beratap seng. Pengeringan ini memerlukan waktu 3

(30)

Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru

Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur,

secara geografis terletak antara 98° 53’ - 99° 26’ Bujur Timur dan 02° 03’ - 01°

27’ Lintang Utara. Hutan alami (primer) di Batang Toru yang tersisa saat ini

diperhitungkan seluas 136.284 hadan berada di Blok Barat seluas 81.344 ha dan di

Blok Timur seluas 54.940 ha. Secara administratif berada di 3 Kabupaten yaitu

Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan. Kabupaten Tapanuli

Utara: Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalamdaerah Tapanuli Utara

adalah seluas 89.236 ha atau 65,5% dari luas hutan. Air dari hutan Batang Toru di

Tapanuli Utara mengairi persawahan luas di lembah Sarulla dan hulunya dari

DAS Sipansihaporas dan Aek Raisan berada di Tapanuli Utara. Pegununganyang

paling tinggi di Batang Toru berada di Tapanuli Utara (Dolok Saut 1.802 m dpl)

(YEL, 2007).

Keadaan topografi di kawasan hutan Batang Toru sangat curam.

Berdasarkan peta kontur sebagian besar kelerengan berkisar > 40%, dan lebih

curam lagi di Blok Timur Sarulla. Tanah di hutan Batang Toru termasuk yang

peka terhadap erosi. Hutan Batang Toru menjadi areal yang penting untuk

mencegah banjir, erosi dan longsor di daerah Tapanuli ini yang rentan terhadap

datangnya bencana alam, termasuk gempa. Dengan ketinggian sekitar 400-1.803

m di atas permukaan laut, kawasan hutan Batang Toru merupakan hutan

pegunungan dataran rendah dan dataran tinggi. Status hutan Batang Toru saat ini

sekitar 68,7 % Hutan Produksi (93.628 ha), APL 12,7 % (17.341 ha) dan sebagian

Hutan Lindung (Register) atau Suaka Alam 18,6 % (25.315 ha). Saat ini sedang

(31)

sebagai hutan lindung oleh kabupaten-kabupaten yang ada di Tapanuli

(YEL, 2007).

Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara

Tapanuli Utara Dalam Angka (2012) secara geografis Kabupaten Tapanuli

Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98

05"-99 16" Bujur Timur (BT).Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara

berbatasan dengan lima kabupaten tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai

berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengahdan Kabupaten

Humbang Hasundutan,

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu,

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten TapanuliSelatan.

Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting

Adiankoting dalam Angka (2012),secara geografis kecamatan Adiankoting

terletak pada koordinat 98o50’21,37’’ BT – 01o58’40,02’’ Lintang Utara.

Kecamatan Adiankoting terletak 400-1.300 mdpl dengan luas kecamatan 502, 90

Km2. Secara administratif kecamatan Adiankoting berbatasan dengan empat

kecamatan tentangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung.

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kacamatan Parmonangan

(32)

Kecamatan Adiankoting terdiri atas 16 desa/kelurahan yaitu Pagaran

Lambung I, II, III, IV, Sibalanga, Pagaran Pisang, Adiankoting, Dolok Nauli,

Banuaji I, II, IV, Pansur Batu, Pardomuan Nauli, Siantar Naipospos, Pansur Batu I

dan II. Luas lahan untuk hutan kemenyan adalah 2.088 ha dengan produksi

kemenyan 524,07 ton/tahun. (Adiankoting dalam Angka, 2012).

Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi dalam ekologi tumbuhan adalah cara untuk mempelajari

struktur vegetasi dan komposisi jenis tumbuh-tumbuhan.Struktur vegetasi dapat

didefenisikan sebagai organisasi individu-individu tumbuhan dalam ruang yang

membentuk tegakan dan secara lebih luas membentuk tipe vetasi atau asosiasi

tumbuhan. Penguasaan suatu jenis terhadap spesies lainnya ditentukan

berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) yang merupakan hasil dari penjumlahan

kerapatan relatif (KR), frekuensi relaratif (FR), dan dominansi relatif (DR).

Frekuensi suatu jenis menunjukkan penyebaran suatu jenis dalam suatu arela.

Semakin merata penyebaran jenis tertentu, nilai frekuensi semakin besar

sedangkan jenis yang nilai frekuensinya kecil, penyebarannya semakin tidak

merata. Kerapatan suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau

banyaknya suatu jenis persatuan luas. Dominansi suatu jenis merupakan nilai

yang menunjukkan penguasaan sautau jenis terhadap jenis lain pada sautu

komunitas (Kainde, dkk 2011).

Indeks Keragaman (H’) digunakan untuk mengetahui keanekaragaman

jenis vegetasi. Keanekaragaman rendah artinya kondisi hutan labil karena hutan

tersebut hanya cocok untuk berbagai jenis tertentu. Keanekaragaman sedang atau

(33)

atau stabil menandakan jenis vegetasi variasinya tinggi didukung oleh faktor

lingkungan yang prima untuk semua jenis yang hidup dalam habitat bersangkutan

(Odum, 1993 dalam Faza, 2012).

Indeks kemerataan menunjukkan kelimpahan individu organisme yaitu

merata atau tidak. Jika nilai indeks kemerataan relatif tinggi maka keberadaan

setiap jenis organisme mempunyai kemerataan yang merata. Menurut Magurran

(1988) dalam Faza (2012) indeks kemerataan berkisar 0-1, nilai E mendekati 0

maka sebaran individu antar jenis tidak merata dan terjadi dominansi suatu jenis

dan apabila nilai E mendekati 1 maka sebaran individu antar jenis merata.

Penggolongan hasil Indeks Kemerataan (E) adalah 0,00-0,24 tidak merata:

0,26-0,55 kurang merata: 0,51-0,75 cukup merata: 0,76-0,95 hampir merata: dan

0,96-1,00 merata.

Purposive Sampling

Direktorat Jenderal Planalogi Hutan (2010) purposive sampling yakni

pengambilan sample secara sengaja dengan beberapa pertimbangan menyangkut

wilayah/lokasi, informan (tokoh kunci), responden. Pelaksanaan kegiatan dengan

menggunakan pendekatan kualitatif (Inventarisasi Bersama Masyarakat, yakni

membangun hubungan baik dengan warga setempat sambil melaukan obeservasi

(34)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat,

kecamatan Adiankoting meliputi desa Banuaji I, Banuaji IV, Simate-mate, dan

Sitapongan, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan April

hingga Mei 2014.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peta lokasi kawasan

hutan, kamera digital, pita ukur, patok kayu, parang, tali plastik,

altimeter,clinometers, Global Position System (GPS), dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tally sheet, dan

(35)

Prosedur Penelitian

Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer

dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan responden

berdasarkan kuisoner yang telah disiapkan, dan observasi langsung dilapangan

untuk mengumpulkan spesimen kemenyan yang dimanfaatkan masyarakat.

Data primer yang dikumpulkan meliputi:

1. Inventarisasi dan Observasi Lapangan

Melakukan inventarisasi dan observasi langsung dilapangan untuk

mengumpulkan spesimen kemenyan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

setempat.

2. Informasi Pemanfaatan Kemenyan

Informasi ini menyangkut kemenyan yang dimanfaatkan masyarakat pada

kawasan Batang Toru Blok Barat bagian Tapanuli Utara meliputi nama lokal

dan ilmiahnya serta bagian tumbuhan yang dimanfaatkan.

3. Informasi Sosiokultur

Data yang dikumpulkan meliputi identitas responden yaitu nama, umur, jenis

kelamin, mata pencaharian, struktur sosial, serta pendidikan.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum daerah yang

meliputi letak, batas, dan luas wilayah, iklim, topografi, serta flora dan fauna.

(36)

dan prasarana, serta peta lokasi yang diperoleh dari kantor distrik maupun instansi

terkait yang dilakukan melalui studi literatur.

Penentuan Sampel Responden

Penentuan responden dibagi menjadi 2 bagian yaitu responden umum dan

responden kunci. Responden umum pada penelitian ini adalah masyarakat

dikawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten

Tapanuli Utara yang mengetahui kemenyan dan memanfaatkan tumbuhan

kemenyan. Sedangkan responden kunci adalah kepala kampung, kepala suku,

mantri, tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya. Penentuan responden kunci

dilakukan dengan menggunakan metode purpossive sampling yang disesuaikan

dengan tujuan penelitian melalui wawancara dan kuisioner secara langsung

kepada masyarakat. Menurut Arikunto (1998) dalam Harahap (2007) apabila

jumlah kepala keluarga >100 KK, maka yang diwawancarai adalah 10-15% dari

jumlah KK tersebut. Apabila jumlah kepala keluarga <100 KK, maka yang

diwawancarai adalah seluruh kepala keluarga yang ada.

Teknik Pengambilan Data

1. Inventarisasi Kemenyan

Pengambilan spesimen dilapangan dengan menggunakan metode

kombinasi metode jalur dan garis berpetak. Cara peletakan unit contohnya

menggunakan cara systematic sampling with random start yang berarti penentuan

petak awal yang dilakukan dengan cara random (acak), namun penentuan

petak-petak berikutnya menggunakan cara sistematis (teratur). Intensitas sampling untuk

inventarisasi kemenyan adalah 1% yang sudah dianggap mewakili seluruh

(37)

Kabupaten Tapanuli Utara adalah 2000 Ha. Menurut Kaban (2007) menyatakan

bahwa semua bentuk metode inventarisasi sistematik berjalurdengan intensitas

sampling yang lebih tinggi dari 0,5% yang telah dan sedang dilaksanakandapat

diterima.

Gambar 2. Petak Contoh Transek

Keterangan:

a. Petak A: petak ukur untuk semai dengan ukuran 2 × 2 m b. Petak B: petak ukur untuk pancang dengan ukuran 5 × 5 m c. Petak C: petak ukur untuk tiang dengan ukuran 10 × 10 m d. Petak D: petak ukur untuk pohon dengan ukuran 20 × 20 m

2. Observasi Lapangan

Melakukan observasi dan analisis pemanfaatan dilapangan,guna

mengetahui jenis dan sistem pemanfaatan kemenyan.

3. Wawancara dan Diskusi

Melakukan wawancara dan diskusi untuk memperoleh informasi dan data

dengan menggunakan kuisoner terhadap para pelaku (aktor utama atau yang

mewakili) dan para instansi yang terkait dengan penelitian.

Arah Rintis 20 m

(38)

4. Keseluruhan Data

Baik data primer maupun data sekunder yang selanjutnya ditabulasi sesuai

dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data primer

selanjutnya dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian, serta

dilakukan analisis pihak terkait pemanfaatan kemenyan. Sedangkan data yang

bersifat kuantitatif diolah secara tabulasi.

Analisis Data

Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui

kerapatan, kerapatan relative, dominansi, dominansi relative, frekuensi dan

frekuensi relative serta Indeks Nilai Penting (INP) dengan menggunakan rumus

Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) sebagai berikut:

Σ individu

(39)

Keanekaragaman jenis suatu kawasan hutan dapat digambarkan degan

Indeks Shannon (Ludwig and Reynold, 1988 dalam Utomo, 2012) :

H’ = -∑ (pi) Ln (pi)

Keterangan:

H’ = Indeks Keragaman Jenis

pi = ni/N

ni = Nilai Penting Jenis ke-i

N = Jumlah Nilai Penting Semua Jenis

Parameter index Shannon-Wiener:

a. H’ < 1, keanekaragaman tergolong rendah

b. H’ 1-3, keanekaragaman tergolong sedang

(40)

Potensi Kemenyan

Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten

Tapanuli Utara memiliki luas 5029 Ha, dengan luas hutan produksi sebesar 2000

Ha. Luas areal yang digunakan untuk menginventarisasi kemenyan adalah 20 Ha

dengan intensitas sampling yang digunakan 1% untuk total keseluruhan kawasan

penelitian.

Potensi kemenyan pada lokasi penelitian didapatkan setelah dilakukan

inventarisasi dan obeservasi langsung dilapangan. Potensi kemenyan pada lokasi

penelitian disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Potensi Kemenyan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara

Gambar 3 menunjukkan, bahwa jumlah total tegakan kemenyan dari

tingkat semai hingga pohon adalah 2668 individu pada lokasi penelitian seluas 20

Ha. Dari luasan penelitian tersebut terdapat 133 tegakan kemenyan per hektar.

Potensi kemenyan di Hutan Produksi pada hutan Batang Toru Blok Barat,

(41)

21/Menhut-II/2009 menyatakan bahwa suatu komunitas memiliki potensi tinggi

(nilai 3) apabila populasi komoditas tersebut berjumlah >60% dari populasi

normal; potensi sedang (nilai 2) apabila populasi komoditas tersebut berjumlah

40-60% dari populasi normal; dan rendah (nilai 1) bila populasinya <40% dari

populasi normal. Potensi tanaman menunjukkan tingkat kelimpahan (abundance)

komoditas tersebut di alam yang diukur dalam persentase antara jumlah pohon

atau rumpun per hektar terhadap kondisi tegakan normal. Untuk pohon pada hutan

alam tegakan normal diasumsikan 100 pohon/ha.

Gambar 3 menunjukkan terdapat 1547 potensi tegakan kemenyan untuk

tingkat tiang dan pohon atau sekitar 77 tegakan kemenyan per hektar dari total

luasan Hutan Produksi yang terdapat pada lokasi penelitian. Sedangkan potensi

tegakan muda tingkat semai dan pancang adalah 1121 tegakan kemenyan atau

sekitar 56 tegakan kemenyan per hektar. Jumlah tegakan kemenyan dipengaruhi

beberapa faktor terutama iklim dan tanah. Semakin tinggi faktor tersebut maka

akan semakin tinggi jumlah kemenyan dalam suatu komoditas hutan. Menurut

Indriyanto (2008) pada kondisi iklim dan tanah yang berbeda-beda, akan dijumpai

hutan dengan komposisi jenis vegetasi serta jumlah yang berbeda pula.

Masing-masing pohon yang tumbuh pada tempat tersebut menghendaki persyaratan

tempat tumbuh tertentu (Lampiran 4b).

Penyebaran kemenyan menunjukkan tingkat keberadaan suatu komoditas

kemenyan dalam suatu wilayah. Semakin tinggi keberadaan komoditas kemenyan

dalam suatu wilayah maka tingkat potensi kemenyan semakin tingggi. Hasil

inventarisasi kemenyan disajikan dalam gambar 4 yaitu peta titik sebaran

(42)

Gambar 4. Peta Titik Sebaran Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.

Dari total luasan Hutan Produksi yang terdapat pada lokasi penelitian,

jumlah plot yang tidak ditemui komoditas kemenyan adalah 131 plot dari 500

total keseluruhan jumlah plot. Sehingga total plot yang mengandung kemenyan

adalah 369 plot atau 2/3 dari wilayah lokasi penelitian (Lampiran 4a dan 4c). Hal

ini menunjukkan bahwa komoditas kemenyan tersebar merata pada keseluruhan

Hutan Produksi yang terdapat pada lokasi penelitian. Dalam Peraturan Menteri

Kehutanan (2009) penyebaran komoditas dikatakan merata atau tidak merata

dinyatakan dalam bentuk skoring, dimana skor nilai 3 (merata) dikategorikan

apabila komoditas tersebut ada di 2/3 wilayah tersebut. Nilai 2 (cukup merata)

apabila terdapat di antara 1/3-2/3 wilayah, dan nilai 1 (tidak merata) apabila

terdapat di < 1/3 wilayah. Tidak ditemuinya kemenyan pada beberapa plot

(43)

mengakibatkan ruang tumbuh berkurang selain itu terdapat banyak sekali jurang

pada lokasi penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Hutan Produksi di Hutan

Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, terdapat 4 jenis kemenyan.

Dari 4 jenis kemenyan tersebut, secara ilmiah termasuk ke dalam 1 famili yaitu

Styraceae yang disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Jenis kemenyan yang ditemukan di Hutan Produksi, Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting

No Nama Lokal Nama Botani

1 Haminjon Toba Styrax sumatrana J.J.SM

2 Haminjon Durame Styrax benzoin DRYAN

3 Haminjon Bulu S. benzoine var. hiliferum

4 Haminjon Dairi Styrax sp.

Penelitian Siregar (1996) mengenai kemenyan di Lembah Sarulla

menemukan 3 jenis kemenyan, yaitu kemenyan Toba, kemenyan Durame, dan

kemenyan Bulu. Penelitian Sinaga (2010) mengenai kontribusi hutan kemenyan di

Desa Hutajulu, Kabupaten Humbang hanya menemukan 2 jenis kemenyan, yaitu

kemenyan toba dan kemenyan durame. Penelitian Barasa (2013) tentang

Etnobotani Kemenyan di Pakpak Klasen menemukan 3 jenis kemenyan yaitu

kemenyan Toba, kemenyan Durame, dan kemenyan Delang. Bila dibandingkan

ketiga penelitian tersebut dengan apa yang didapatkan pada Hutan Batang Toru

Blok Barat Kecamatan Adiankoting mengenai kemenyan, hanya ada 2 jenis

tumbuhan yang sama pada 4 lokasi penelitian, yaitu kemenyan Toba

(Styrax sumatrana J.J.SM) dan kemenyan Durame (Styrax benzoin DRYAN)

Analisis Vegetasi Kemenyan

Kainde, dkk (2011) menyatakan bahwa penguasaan suatu jenis terhadap

(44)

merupakan hasil dari penjumlahan kerapatan relatif (KR), frekuensi relaratif (FR),

dan dominansi relatif (DR). Hasil analisis data kemenyan tingkat semai, pancang,

tiang, dan pohon pada Hutan Produksi di Hutan Batang Toru Blok Barat,

Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara disajikan pada tabel 4, 5, 6,

dan 7.

Tabel 4. Analisis Data Kemenyan Tingkat Semai di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara

No Nama Jenis Kemenyan K

Hasil perhitungan Indeks Nilai Penting kemenyan pada lokasi penelitian

menunjukkan bahwa persentase INP dipengaruhi oleh jumlah penemuan individu

suatu spesies dan penyebaran suatu jenis dalam suatu areal Tingginya jumlah

penemuan individu suatu spesies dan frekuensi spesies, tentu akan menyebabkan

tingginya persentase kerapan relatif dan frekuensi relatif, yang mana keduanya

merupakan variabel penting yang mempengaruhi besar kecilnya persentase INP

suatu spesies.

Kerapatan individu kemenyan tingkat semai yang memiliki kelimpahan

jenis tertinggi berdasarkan INP pada Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan

Adiankoting adalah jenis kemenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.SM) sebesar

58,61%. Dominansi spesies ini ditunjukkan oleh tingginya jumlah penemuan

individu, yakni sebanyak 296 individu yang merupakan spesies dengan jumlah

penemuan individu tertinggi diantara 4 spesies kemenyan yang ditemukan pada

(45)

tinggi yaitu 0,284%, dimana spesies ini ditemukan dalam 142 plot pengamatan.

Sedangkan jenis kemenyan yang memiliki kelimpahan jenis paling rendah adalah

Kemenyan Dairi (Styrax sp.) yaitu sebesar 0.99%. Rendahnya INP spesies ini juga

didukung oleh frekuensi penemuan yang cukup jarang, dimana frekuensi spesies

ini sebesar 0.01%.

Spesies dengan INP tertinggi yang merupakan spesies dominan,

mencerminkan bahwa tingginya kemampuan spesies tersebut dalam

menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan tempat tumbuh dan tingginya

kemampuan spesies tersebut dalam berkompetisi dengan spesies lain di

lingkungan tersebut. Sebaliknya, spesies dengan INP terendah menunjukkan

bahwa spesies tersebut kurang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungannya

dan kurang mampu berkompetisi dengan spesies lain di lingkungan tersebut.

Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada tabel 4, diperoleh bahwa

nilai H’ yang didapatkan sebesar 0,91. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

keanekaragaman jenis kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat tergolong

rendah. Keanekaragaman jenis kemenyan dikatakan rendah karena kemenyan

yang ditemukan hanya 4 jenis kemenyan. Sesuai dengan pernyataan Ludwig and

Reynold, (1988) dalam Utomo, (2012) keanekaragaman jenis suatu kawasan

hutan dapat digambarkan apabila H’<1 berarti keanekaragaman tergolong rendah,

apabila H’ 1-3 berarti keanekaragaman tergolong sedang, dan apabila H’>3 maka

keanekaragaman tergolong tinggi.

Indeks kemerataan jenis kemenyan yang terdapat pada tabel 4, menunjukkan

bahwa nilai E yang diperoleh sebesar 0,21. Hal ini menunjukkan bahwa

(46)

individu antar jenis tidak merata dan terjadi dominansi suatu jenis. Dimana jenis

yang dominan adalah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.SM). Menurut

Magurran (1988) dalam Faza (2012) indeks kemerataan berkisar 0-1, nilai E

mendekati 0 maka sebaran individu antar jenis tidak merata dan terjadi dominansi

suatu jenis dan apabila nilai E mendekati 1 maka sebaran individu antar jenis

merata. Penggolongan hasil Indeks Kemerataan (E) adalah 0,00-0,24 tidak merata:

0,26-0,55 kurang merata: 0,51-0,75 cukup merata: 0,76-0,95 hampir merata: dan

0,96-1,00 merata.

Tabel 5. Analisis Data Kemenyan Tingkat Pancang di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara

No Nama Jenis Kemenyan K (ind/ha)

` Hasil analisis data untuk tingkat pancang terdapat 3 jenis kemenyan dari

total luasan lokasi penelitian. Jumlah jenis individu kemenyan tingkat pancang

yang memiliki kelimpahan jenis yang tertinggi berdasarkan INP adalah jenis

Styrax sumatrana J.J.SM sebesar 57,95% yang berarti bahwa jenis ini memiliki

jumlah populasi terbesar diantara jenis-jenis yang ada. Dominansi spesies ini

ditunjukkan oleh tingginya jumlah penemuan individunya, yakni sebanyak 357

individu yang merupakan spesies dengan jumlah penemuan individu tertinggi

diantara 3 spesies kemenyan yang ditemukan pada Hutan Batang Toru Blok

Barat, Kecamatan Adiankoting ini, sehingga persentase kerapatannya relatif lebih

(47)

cukup sering, dimana spesies ini ditemukan dalam 169 plot pengamatan dari 500

plot pengamatan. Frekuensi relatif Styrax sumatrana J.J.SM yaitu 56,15%. Angka

ini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki tingkat penyebaran yang lebih luas

dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya. Sedangkan jenis kemenyan yang

memiliki kelimpahan jenis yang paling rendah adalah

S. benzoine var. hiliferum yaitu 16,8 ind/ha dengan kerapatan relatif 3,41%

dengan jumlah penemuan sebanyak 21 individu. Rendahnya INP spesies ini juga

didukung oleh frekuensi penemuan yang cukup jarang, dimana spesies ini

ditemukan dalam 17 plot pengamatan dari 500 plot pengamatan. Frekuensi relatif

S. benzoine var. hiliferum yaitu 5,65%.

Indeks keanekaragaman (H’) kemenyan tingkat pancang pada Hutan Batang

Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting yang disajikan pada tabel 5 adalah 0,83.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis kemenyan tingkat

pancang tergolong rendah. Odum (1993) dalam Faza (2012) menyatakan bahwa

keanekaragaman rendah artinya kondisi hutan labil karena hutan tersebut hanya

cocok untuk berbagai jenis tertentu.

Indeks kemerataan jenis kemenyan pada tingkat pancang yang terdapat

pada tabel 5, menunjukkan bahwa nilai E yang diperoleh sebesar 0,14. Hal ini

menunjukkan bahwa kemerataan jenis kemenyan tergolong tidak merata yang

berarti bahwa sebaran individu antar jenis tidak merata dan terjadi dominansi

suatu jenis. Jenis yang dominan pada tingkat pancang adalah Kemenyan Toba

(48)

Tabel 6. Analisis Data Kemenyan Tingkat Tiang di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara

No Nama Jenis Kemenyan KR

Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat 3 jenis kemenyan untuk tingkat

tiang pada lokasi penelitian. Jenis kemenyan yang memiliki nilai frekuensi

relative tertinggi yaitu Styrax sumatrana J.J.SM yaitu 56,52%. Spesies ini

ditemukan dalam 197 plot pengamatan. Kerapatan relatif jenis ini juga memiliki

nilai tertinggi yaitu 55,33%. Angka ini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki

jumlah populasi terbesar diantara jenis-jenis yang ada. Sedangkan frekuensi relatif

terendah yaitu S. benzoine var. hiliferum yaitu 10,14%. Spesies ini ditemukan

dalam 36 plot pengamatan. Kerapatan relatif jenis ini juga memiliki nilai terendah

yaitu 8,63%. Angka ini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki tingkat penyebaran

dan jumlah populasi terendah diantara jenis yang ada.

Terhadap dominansi relatif jenis S. benzoine var. hiliferum memiliki nilai

tertinggi yaitu 37.62%. Angka ini menunjukkan tingkat penguasaan jenis ini lebih

tinggi dibandingkan jenis lainnya. Dominansi suatu jenis menurut Kainde, dkk

(2011) merupakan nilai yang menunjukkan penguasaan suatu jenis terhadap jenis

lain pada suatu komoditas. Dominansi adalah proporsi antara luas bidang dasar

spesies dan luas total. Luas bidang dasar S. benzoine var. hiliferum memiliki nilai

tertinggi dibandingkan spesies yang lain sehingga menyebabkan dominansi relatif

(49)

30,54%. Angka ini menunjukkan tingkat penguasaan Styrax benzoin DRYAN

terhadap jenis lainnya tergolong rendah.

Tingkat keanekaragaman kemenyan pada tingkat tiang yang disajikan pada

tabel 6 adalah 1,03. Hal ini menunjukkan tingkat keanekaragaman tingkat tiang

tergolong sedang. Odum (1993) dalam Faza (2012) menyatakan bahwa

keanekaragaman sedang atau moderat menandakan jenis vegetasi menyebar

merata. Keanekaragaman tinggi atau stabil menandakan jenis vegetasi variasinya

tinggi didukung oleh faktor lingkungan yang prima untuk semua jenis yang hidup

dalam habitat bersangkutan

Indeks kemerataan jenis kemenyan pada tingkat tiang yang terdapat pada

tabel 6, menunjukkan bahwa nilai E yang diperoleh sebesar 0,21. Hal ini

menunjukkan bahwa kemerataan jenis kemenyan tingkat tiang tergolong tidak

merata yang berarti bahwa sebaran individu antar jenis tidak merata dan terjadi

dominansi suatu jenis. Dimana jenis yang dominan masih tetap dikuasai oleh

Styrax sumatrana J.J.SM. Menurut Magurran (1988) dalam Faza (2012)

penggolongan hasil Indeks Kemerataan (E) adalah 0,00-0,24 tidak merata.

Tabel 7. Analisis Data Kemenyan Tingkat Pohon di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara

No Nama Jenis Kemenyan KR (%)

Tabel 7 menunjukkan terdapat 4 jenis kemenyan tingkat pohon di lokasi

(50)

diikuti dengan Styrax benzoin DRYAN. INP terendah adalah Kemenyan Dairi

(Styrax sp.) yaitu 33.06%. Kerapatan relatif tertinggi adalah

Styrax sumatrana J.J.SM yaitu 52,62% yang berarti jumlah individu jenis ini

paling besar yaitu 503 individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa

Styrax sumatrana J.J.SM mempunyai kemampuan adaptasi dan reproduksi yang

tinggi pada lokasi tersebut. Frekuensi relatif yang tertinggi juga ditempati oleh

Styrax sumatrana J.J.SM dimana tingkat penyebarannya yang lebih luas

dibandingkan jenis yang lain yang terdapat dalam 218 plot pengamatan.

Kerapatan relatif dan frekuensi relatif terendah ditemukan pada jenis Kemenyan

Dairi (Styrax sp.) dimana jumlah individu dan tingkat penyebarannya lebih rendah

dibandingkan jenis kemenyan lainnya.

Berdasarkan data analisis vegetasi kemenyan tingkat pohon yang terdapat

pada tabel 7, diperoleh bahwa nilai H’ yang didapatkan sebesar 1,27. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis kemenyan tergolong sedang.

Keanekaragaman jenis kemenyan tingkat pohon dikatakan sedang, menandakan

ke 4 jenis kemenyan ini menyebar merata pada lokasi penelitian. Hal ini

disebabkan karena keempat jenis kemenyan inilah yang mampu beradaptasi

dengan curah hujan, tanah, dan ketinggian tempat pada lokasi penelitian.

Indeks Kelimpahan Jenis (E) kemenyan pada tingkat pohon adalah 0,34.

Menurut Magurran (1988) dalam Faza (2012) hasil Indeks Kemerataan (E)

kemenyan tingkat pohon ini berada pada kisaran 0,26-0,55 yang berarti

penyebaran pohon kemenyan kurang merata. Angka ini menunjukkan bahwa

sebaran individu antar jenis kurang merata dan terjadi dominansi suatu jenis. Hasil

(51)

kelimpahan yang paling tinggi adalah tingkat pohon, kemudian tingkat semai,

tingkat tiang, dan yang terakhir adalah tingkat pancang. Secara umum dapat

dikatakan bahwa semua tingkatan penyebaran jenis kurang merata. Dari semua

tingkatan, jenis dominan yang tersebar adalah Styrax sumatrana J.J.SM,

kemudian disusul dengan Styrax benzoin DRYAN.

Tingkat persentase jumlah individu kemenyan dari hasil penelitian di Hutan

Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara

disajikan pada gambar 6.

Gambar 5.Tingkat Total Persentase Individu Kemenyan

Jenis Styrax sumatrana J.J.SM menempati peringkat paling tinggi sebesar

55.58% kemudian diikuti dengan jenis Styrax benzoin DRYAN yaitu 37.14%.

Styrax sumatrana J.J.SM menempati peringkat paling tinggi disebabkan karena

anakan yang tumbuh dari jenis ini segaja disebarkan dihampir seluruh wilayah

hutan produksi. Penyebaran ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang

sedang memasuki kawasan hutan baik berburu atau mengambil hasil hutan

lainnya. Namun buah kemenyan juga disebarkan oleh rusa dan babi hutan.

Jayusman, dkk (1999) menyatakan bahwa buah kemenyan yang masak disukai

(52)

pemeliharaan akan menghasilkan anakan yang tumbuh di bawah tegakan

kemenyan maka anakan akan dipindahkan ke areal yang mempunyai jarak tanam

yang jarang. Umumnya, syarat tumbuh untuk berbagai jenis kemenyan adalah

sama, hanya saja kemenyan Toba memiliki keunggulan yang lebih baik

dibandingkan jenis kemenyan lainnya sehingga masyarakat lebih tertarik untuk

menyebarkan kemenyan Toba. Dalam dunia perdagangan dikenal dua mutu

kemenyan yaitu kemenyan toba (Sumatra benzoin) dan kemenyan siam (Siam

benzoin). Selain itu, menurut Zuska (2005) kemenyan Toba termasuk salah satu

tanaman endemik di Tapanuli. Kemenyan ini hanya dihasilkan dari provinsi

Sumatera Utara dan sampai saat ini belum ada daerah lain di Indonesia yang

menghasilkan komoditi serupa.

Jenis kemenyan Dairi (Styrax sp.) menempati peringkat paling rendah

disusul dengan S. benzoine var. hiliferum. Jenis ini memang sangat jarang

dijumpai didaerah Tapanuli Utara. S. benzoine var. hiliferum dan Styrax sp.

biasanya tumbuh liar dihutan dan pertumbuhan kedua jenis ini cukup lambat.

Jenis ini populasinya relatif sedikit kerena hasilnya yang tidak memuaskan

dibandingkan dengan Styrax sumatrana J.J.SM atau Styrax benzoin DRYAN.

Jayusman (1997) menyatakan bahwa jenis kemenyan alam yang kurang dikelolah

di Sumatera Utara adalah kemenyan “Bulu” S. benzoine var. hiliferum.

Deskripsi Kemenyan

Deskripsi kemenyan merupakan cara untuk melihat dan mengamati

perbedaan-perbedaan spesies kemenyan yang ada berdasarkan morfologi

(53)

kemenyan yang lainnya. Deskripsi untuk masing-masing spesies kemenyan yang

telah ditemukan yaitu sebagai berikut:

1. Kemenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.SM)

Perawakan: Jenis pohon berkayu berukuran sedang, dengan tinggi mencapai

18-20 meter (Gambar 6a).

Batang: Berbatang lurus dan tegak, percabangan sedikit dimana percabangannya

monopodial yaitu batang pokok selalu tampak jelas karena ukurannya lebih besar,

dan lebih panjang demikian pula pertumbuhannya lebih cepat dari pada

cabang-cabangnya. Kulit batang berwarna coklat muda agak kemerahan, diameter batang

berkisar antara 20-35 cm.

Daun: Permukaan daun berwarna hijau tua sampai cerah, dan bagian belakang

daun berwarna hijau kebu-abuan, merupakan berdaun tunggal berseling, tesebar,

berbentuk lonjong, tepi rata, pangkal daun meruncing, ujung daun meruncing dan

pertulangan daun menyirip (Gambar 6b).

Buah: kecil, lonjong, berdiameter 1- 2cm, buah muda/segar berwarna hijau dan

buah tua berwarna coklat keputihan

Biji: Biji kemenyan Toba berwarna coklat tua dan lebih gelap dibandingkan

dengan jenis lainnya.

Ciri khas: Kemenyan Toba memiliki daun dengan ukuran terkecil dari jenis

kemenyan lainnya. Panjang daun 4-5 cm dengan lebar 2-4 cm. Selain daun, ciri

khas yang lain terletak pada getahnya. Getah Kemenyan Toba memiliki aroma

yang lebih tajam dibandingkan jenis kemenyan lainnya, menghasilkan getah

(54)

dari kemenyan lainnya, berwarna putih susu dan merupakan getah kualitas eksport

(Sumatra benzoin) (Gambar 6d).

a. b.

c. d.

Gambar 6. Kemenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.SM) (a) Perawakan, (b) Daun, (c) Batang, (d) Getah

2. Kemenyan Durame (Styrax benzoin DRYAN)

Perawakan: Jenis pohon berkayu yang memiliki tinggi 8-16 m.

Batang: lurus, percabangan sedikit, kulit batang berwarna coklat muda agak

kemerahan, diameter batang berkisar antara 20-30 cm, umunya lebih kecil

dibandingkan kemenyan Toba (Gambar 7c).

Daun: tunggal berseling, tesebar, berbentuk lonjong, tepi rata, pangkal daun

meruncing, ujung daun meruncing, pertulangan daun menyirip, permukaan daun

(55)

Buah: menyerupai kemenyan Toba, namun buah lebih besar dibandingkan

kemenyan Toba dengan diameter 2-4 cm, bijinya berwarna coklat dan lebih terang

dibandingkan dengan kemenyan Toba (Jayusman, dkk., 1999).

Ciri Khas: kemenyan Durame memiliki daun terbesar dari jenis kemenyan

lainnya. Panjang daun 7-10 cm dengan lebar 4-7 cm. Selain daun, ciri khas yang

lain terletak pada getahnya. Getah kemenyan Durame memiliki aroma tidak

terlalu tajam dibandingkan kemenyan Toba, menghasilkan getah kualitas 1,

namun dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan kemenyan Toba, lebih

menghasilkan getah kualitas 3 yang disebut tahir, dan getah berwarna putih

kekuningan (Gambar 7d).

a. b.

c. d.

(56)

3. Kemenyan Bulu (S. benzoine var. hiliferum)

Perawakan: pohon dengan tinggi mencapai 18-20 meter (Gambar 8a).

Batang: lurus, tegak, percabangan sedikit, kulit batang berwarna coklat tua,

diameter batang berkisar antara 26-37 cm. Tingkat kekerasan batang agak keras.

Daun: Permukaan daun berwarna hijau, daun berseling, berbentuk lonjong, tepi

rata, daun meruncing, pertulangan daun menyirip (Gambar 8b).

Buah: menyerupai kemenyan Durame, lebih besar dibandingkan kemenyan Toba

dengan diameter 2-4 cm (Jayusman, dkk., 1999).

Ciri Khas: kemenyan Bulu memiliki daun menyerupai kemenyan Durame, hanya

saja ukurannya lebih kecil dibandingkan kemenyan Durame. Panjang daun 5-7 cm

dengan lebar 4-5 cm. Ciri khas yang lain terletak pada getahnya. Kemenyan Bulu

menghasilkan tahir, dimana setelah penakikan getahnyanya akan jatuh lurus

kebawa dan tidak bergumpal, getah berwarna coklat tua dan bening. Pohon

kemenyan Bulu umunya memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan

kemenyan lainnya.

(57)

c. d.

Gambar 8. Kemenyan Bulu (S. benzoine var. hiliferum) (a) Perawakan, (b) Daun, (c) Batang, (d) Getah

4. Kemenyan Dairi (Styrax sp.)

Perawakan: pohon dengan tinggi mencapai 20 meter (Gambar 9a).

Batang: lurus, tegak, percabangan sedikit, kulit batang berwarna coklat

kemerahan, diameter batang berkisar antara 20-30 cm. Tingkat kekerasan batang

agak keras.

Daun: Permukaan daun berwarna hijau, daun berseling, berbentuk lonjong, tepi

rata, daun meruncing, pertulangan daun menyirip (Gambar 9b).

Buah: menyerupai kemenyan Durame, lebih besar dibandingkan kemenyan Toba

dengan diameter 2-4 cm (Jayusman, dkk., 1999).

Ciri Khas: kemenyan Dairi memiliki daun menyerupai kemenyan Durame, dan

ukurannya sama dengan kemenyan Durame. Namun memiliki diameter yang lebih

besar hampir menyerupai kemenyan Bulu. Selain diameter batang, ciri khas yang

lain terletak pada getahnya. Getah kemenyan Dairi hampir sama dengan

kemenyan Toba. Menghasilkan sidukapi dan tahir, dimana setelah penakikan

getahnyanya akan jatuh lurus kebawa namun getah tetap akan menggumpal

(58)

a. b.

c. d.

Gambar 9. Kemenyan Dairi (Styrax sp.) (a) Perawakan, (b) Daun, (c) Batang, (d) Getah

Pemanfaatan Kemenyan

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar Hutan Batang

Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara (Lampiran

2) diperoleh bahwa hampir semua masyarakat mengetahui pohon kemenyan.

Masyarakat mengganggap bahwa pohon kemenyan merupakan pohon yang

menghasilkan getah dan menghasilkan uang untuk kehidupan masyarakat

setempat. Pengetahuan ini diperoleh secara turun temurun yang diwariskan oleh

nenek moyang mereka.

Pemanfaatan getah kemenyan oleh masyarakat Kecamatan Adiankoting

sebagian besar tidak dimanfaatkan secara langsung namun sebagai sumber

Gambar

Tabel 1. Luas dan Produksi Kemenyan di Kabupaten Tapanuli Utara
Tabel 2. Standart Lokal Kualitas Kemenyan
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Petak Contoh Transek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis-jenis Rotan yang dimanfaatkan dan Bentuk Pemanfaatannya Oleh Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Batang Toru, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara .....

Etnobotani Tumbuhan Kemenyan (Studi Deskriptif pada Masyarakat Pakpak Klasen di Desa Sionom Hudon Sibulbulon, Kecamatan Parlilitan).. Jurnal Ilmu Sosial;

Kuisioner Penelitian Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)A.

IYEN ERIANA NAIBAHO: Inventarisasi dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, dan besarnya produksi getah kemenyan beberapa pohon yang diambil di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, dan besarnya produksi getah kemenyan beberapa pohon yang diambil di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan

Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.Kawasan penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada kawasan Batang Toru.Adiankoting

Karakteristik Responden Pemanfaat Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli