Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Produksi Getah Kemenyan oleh Masyarakat Kecamatan AdianKoting
PENELITIAN UNTUK SKRIPSI (S-1) PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kuisioner Untuk Mengetahui Tingkat Pemanfaatan Kemenyan Oleh Masyarakat
II. Pengetahuan Tentang Getah Kemenyan
1. Apa yang saudara ketahui tentang kemenyan?
2. Pengetahuan kemenyan, pertama kali diketahui dari siapa?
a.Turun temurun b. Tetangga/dukun c. Informasi media 3. Apakah saudara mengetahui tumbuhan kemenyan digunakan untuk adat
istiadat?
a.Ya b. Tidak tahu
III.Pemanenan Kemenyan
1. Apakah sekarang saudara membudidayakan kemenyan? 2. Kemenyan yang bagaimana yang sudah dapat diambil? 3. Bagaimana sistem pengambilan getah kemenyan?
a. Berkelompok b. Perorang
4. Bila berkelompok, berapa jumlahnya?
a. 2 Orang b. 5 Orang c. ≥5 orang
5. Warna kemenyan yang bagaimanakah yang baik?
6. Apa saja alat yang saudara gunakan dalam mengambil kemenyan? 7. Sudah berapa lama saudara memungut kemenyan?
8. Bagaimana kualitas kemenyan didaerah saudara? 9. Kualitas seperti apa yang banyak didaerah saudara?
10. Umunya kualitas kemenyan yang diperdagangkan seperti apa?
IV.Pemanfaatan Kemenyan
1. Apa saja yang Bapak/Ibu manfaatkan dari kemenyan? 2. Manfaat kemenyan untuk apa saja?
a. Farmasi b. Bahan rokok c. Bahan pengawet d. Lainnya 3. Apakah saudara menggunakan kemenyan dalam kehidupan sehari-hari?
V. Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Berapa banyak mengambil kemenyan dalam sebulan? 2. Berapa lama di dalam hutan mengambil kemenyan?
a. Pulang hari b. Dua hari c. Lebih dari tiga hari 3. Jenis kemenyan apa saja yang diambil?
4. Apakah saudara mengetahui status hutan tempat sudara mengambil kemenyan?
5. Apa saja produk kemenyan yang saudara buat?
41
Lampiran 2. Karakteristik Responden Pemanfaat Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara
No. Nama Umur
Jenis
43
Lampiran 3. Kuisioner Responden untuk Mengetahui Potensi Kemenyan dan Pemanenan Kemenyan di Hutan Batang Toru Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara
No. Nama
45
Lampiran 4. Titik Koordinat Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara
49
110 42 Durame Styrax benzoin DRYAN 11 21,97 N1 55.485 E98 58.367 1200 1020 m
111 43 Durame Styrax benzoin DRYAN 12,5 19,11 N1 55.488 E98 58.368 680
112 49 Durame Styrax benzoin DRYAN 18,7 25,77 N1 55.48 E98 58.371 800
113 54 Durame Styrax benzoin DRYAN 12,5 19,75 101,839 N1 55.484 E98 58.371 1050
114 58 Durame Styrax benzoin DRYAN 13,5 19,11 120,701 N1 55.487 E98 58.371 750
115 59 Durame Styrax benzoin DRYAN 11 17,52 108,01 N1 55.487 E98 58.374 600
116 63 Durame Styrax benzoin DRYAN 12,5 25,16 51,79 880
117 66 Durame Styrax benzoin DRYAN 8,5 24,52 114,398 400
118 68 Durame Styrax benzoin DRYAN 10,5 22,61 87,538 850
119 71 Toba Styrax sumatrana J.J.SM 11,6 21 33,166 N1 55.558 E98 58.080 1200
120 75 Toba Styrax sumatrana J.J.SM 11,5 23,8 59,416 N1 55.557 E98 58.077 1650
121 76 Toba Styrax sumatrana J.J.SM 11,5 24,2 22,89 N1 55.556 E98 58.077 1540
122 77 Toba Styrax sumatrana J.J.SM 12 18,4 38,685 N1 55.555 E98 58.077 800
123 78 Toba Styrax sumatrana J.J.SM 12,5 22,9 3,015 N1 55.556 E98 58.078 1050
124 79 Toba Styrax sumatrana J.J.SM 10,2 27 57,251 N1 55.557 E98 58.079 1830
125 81 Toba Styrax sumatrana J.J.SM 11,5 20,7 16,755 N1 55.560 E98 58.078 1150
126 84 Toba Styrax sumatrana J.J.SM 13,2 22,2 24,97 N1 55.558 E98 58.077 1400
127 89 Toba Styrax sumatrana J.J.SM 12 21,9 22,89 N1 55.559 E98 58.077 1180
128 92 Toba Styrax sumatrana J.J.SM 11,2 20,7 21,063 N1 55.560 E98 58.076 1000
129 94 Durame Styrax benzoin DRYAN 11 30,8 186,17 N1 56.012 E98 57.574 2500
130 99 Durame Styrax benzoin DRYAN 10,7 25,7 90,21 N1 56.012 E98 57.578 1850
131 103 Durame Styrax benzoin DRYAN 11,5 17,7 3,2 N1 56.014 E98 57. 578 2450
37
DAFTAR PUSTAKA
Akib. 1975. Teknik Penyadapan Terha-dap Tanaman Kemenyan. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertani-an Bogor. Bogor.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara. 2012. Adiankoting Dalam Angka 2012. Tapanuli Utara.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara. 2012. Tarutung Dalam Angka 2012. Tapanuli Utara.
BPS, 2014. Statistik Hasil Hutan Indonesia Tahun 2007-2011. Komoditi Kemenyan. Biro Pusat Statistik. Indonesia.
Barasa, A. 2013. Etnobotani Tumbuhan Kemenyan (Studi Deskriptif pada Masyarakat Pakpak Klasen di Desa Sionom Hudon Sibulbulon, Kecamatan Parlilitan). Jurnal Ilmu Sosial; Pendidikan Antropologi. Universitas Negeri Medan.
Burkil, I.H. 1935. A Dictionary of The Economic Product od Tree Malay Peninsula. Published of Behalf of Government of The Strait Settlement and Federated malay States. (Vol II (1-Z) London.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Budidaya Tanaman Kemenyan. Jakarta.
Fernandez, C.G. 2004. Benzoin Resin: Scent from the Far East. In Ridus of the Forest: Food, Spices, Craft and Resins of Asia. Citlallr Lopez & Pa-tricia Shanley (Ed). Anter for Inter-national Foretry Research. Bogor.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terj. Badan Libang Kehutanan. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan Jakarta Pusat. Jakarta.
Indriyanto. 2008. Pengantar Budi DayaHutan. PT. BumiAksara. Jakarta.
Jayusman. 1997. Kajian Sistem Pemasaran Getah Kemenyan (Styrax spp). Studi Kasus di Desa Simasom, Pahae Julu Tapanuli Utara Sumatera Utara. Buletin Penelitian Kehutanan Balai Penelitian Kehutanan Pematangsiantar Vol. 13 No 1 : 3-18.
Khan, M.L, 2001.Loban (Styraxbenzoine). Known as an incense, Loban has multiple benefits even as an medicine Islamicvoice.com/march.2001/prophet.htm.
Pakpahan, D. 2014. Potensi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya di Hutan Produksi Terbatas (HPT) Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan. Fakultas Pertanian, USU. Medan.
Pramono dan H. Suhaendi. 2006. Manfaat Sertifikasi Sumber Benih, Mutu Benih dan Mutu Bibit dalam Men-dukung Gerhan. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian, Jambi 22 De-sember 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konser-vasi Alam. Bogor. Hal. 49-61. Jambi.
Sasmuko, S.A. 1999. Pengolahan dan tata niaga kemenyan di Sumatera Utara. Ekspose Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar. Pematang Siantar. pp.39-40
Sasmuko, S.A., 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu Spesifik andalan Sumatera Utara. Makalah Seminar Nasional Himpinan Alumni-IPB HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah Regional Sumatera. Medan.
Sinaga, H. 2010. Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (StudiKasus di DesaHutajulu, KecamatanPollung,
KabupatenHumbangHasundutan). Skripsi.ManajemenHutan, FakultasPertanian, USU. Medan.
Siregar, M. 1996. Sistem Agroforestry Kemenyan di LembahSarulla, Sumatera Utara. ProsidingSimposiumNasional 1 TumbuhanObatdanArimatik APINMAP.PuslitbangBiologi-LIPI. Bogor.
Waluyo, T. 2011. Teknik Pemungutan Hasul Hutan Bukan Kayu (Kelompok Resin dan Getah). Pusat Litbang Keteknikan Kayu dan Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH) Peneliti Madya Pustekolah. Bogor.
Waluyo, T dan Setiawan, E. 2011. Isolasi Asam Sinamat dari Berbagai Kualita Kemenyan Asal Sumatera Utara. Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. FMIPA IPB. Bogor.
Yasasan Ekosistem Lestari (YEL). 2007. Hutan Batang Toru: Harta Karun Tapanuli. Kelompok Kerja Kabupaten Tapanuli Utara,Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah, Bumi Tapanuli. Medan
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, kecamatan Adiankoting meliputi desa Banuaji I, Banuaji II dan Banuaji IV, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Desember 2015.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain guris, agat panugi, agat pangaluak, kamera digital, pita ukur, parang, tali plastik, Hagameter, Global Position System (GPS), dan alat tulis.
Prosedur Penelitian
Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer dikumpulkan melalui pengukuran langsung dilapangan dan wawancara dengan responden berdasarkan kuisoner yang telah disiapkan.
Data primer yang dikumpulkan meliputi: 1. Observasi Lapangan
Pengukuran langsung dilapangan untuk melakukan pemanenan getah pada kawasan Batang Toru Blok Barat bagian Tapanuli Utara terkhusus Desa Banuaji I, Banuaji II, Banuaji IV dan Sitapongan, Kecamatan Adiankoting meliputi nama lokal dan ilmiahnya serta bagian tumbuhan yang dimanfaatkan. 2. Informasi Sosiokultur
Data yang dikumpulkan meliputi identitas responden yaitu nama, umur, jenis kelamin, mata pencaharian, struktur sosial, serta pendidikan.
b. Data Sekunder
21
Penentuan Sampel Responden
Penentuan responden dibagi menjadi 2 bagian yaitu responden umum dan responden kunci. Responden umum pada penelitian ini adalah masyarakat dikawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara yang mengetahui kemenyan dan memanfaatkan tumbuhan kemenyan. Sedangkan responden kunci adalah kepala kampung, kepala suku, mantri, tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya. Penentuan responden kunci dilakukan dengan menggunakan metode purpossive sampling yang disesuaikan dengan tujuan penelitian melalui wawancara dan kuisioner secara langsung kepada masyarakat. Menurut Arikunto (1998) dalam Harahap (2007) apabila jumlah kepala keluarga >100 KK, maka yang diwawancarai adalah 10-15% dari jumlah KK tersebut. Apabila jumlah kepala keluarga <100 KK, maka yang diwawancarai adalah seluruh kepala keluarga yang ada.
Teknik Pengambilan Data
1. Pengukuran Langsung Di Lapangan
Pemanenan dilakukan dengan pengukuran produksi getah langsung dilapangan diwilayah kebun masyarakat. Dengan sistem pengambilan getah kemenyan dengan sistem acak, dengan syarat hanya pohon yang mengeluarkan getah yang dapat dilakukan pemanenan.
2. Produksi Getah
3. Teknik Penyadapan Getah Kemenyan
Mengetahui bagaimana cara teknik penyadapan getah kemenyan dengan baik dan benar dengan mewawancarai responden.
4. Wawancara dan Diskusi
Melakukan wawancara dan diskusi untuk memperoleh informasi tentang penyadapan getah yang dilakukan masyarakat setempat dan potensi kemenyan dengan menggunakan kuisoner terhadap para pelaku.
5. Pengeringan Getah Kemenyan
Melakukan pengeringan getah kemenyan setelah getah dipanen dengan cara menghamparkan di lantai tanpa cahaya matahari selama ± 5-7 minggu.
6. Kelas Mutu Kemenyan
Membuat tabel kelas mutu setelah melakukan pemanenan getah kemenyan dan membuat tabel kelas mutu setelh dilakukan pengeringan.
Analisi Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Getah
Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara memiliki luas 5029 Ha, dengan luas hutan produksi sebesar 2000 Ha data tersebut bersumber dari Dinas Kehutanan Kabupaten Tapanuli Utara (2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Hutan Produksi di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, terdapat 4 jenis kemenyan.Dari 4 jenis kemenyan tersebut, secara ilmiah termasuk ke dalam 1 famili yaitu Styraceae. Produksi getah kemenyan yang telah dipanen di kawasan hutan batang toru blok barat dan lahan masyarakat yang telah ditanami kopi dapat dilihat dalam table 3 dan 4. Untuk jenis kemenyan yang sudah dilakukan penelitian hanya menemukan 3 jenis kemenyan yang dapat dipanen, 1 jenis lagi yakni Kemenyan Dairi tidak ditemukan bahwa pohon tersebut sedang mengeluarkan getah atau siap dipanen melainkan belum dapat dipanen.
(Styrax sumatrana J.J.SM) dan kemenyan Durame (Styrax benzoin DRYAN) masyarakat yang menganut agama Khatolik juga menggunakan getah kemenyan sebagai Dupa (wewangian) pada saat perayaan-perayaan besar seperti paskah (hari kematian Isa Al-masih) dan perayaan natal. Wewangian ini dugunakan untuk melengkapi penyembahan dan ucapan syukur kepada Tuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Hutan Produksi di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, terdapat 4 jenis kemenyan.Dari 4 jenis kemenyan tersebut, secara ilmiah termasuk ke dalam 1 famili yaitu Styraceae. Tetapi pada tempat yang telah teliti hanya ditemukan 3 jenis saja yakni antara lain terdapat pada tabel 4 yang ada dibawah ini.
Tabel 4. Jenis kemenyan yang ditemukan di Hutan Produksi, Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting
No Nama Lokal Nama Botani Jumlah Jenis yang
Ditemukan
1 Haminjon Toba Styrax sumatrana J.J.SM 83
2 Haminjon Durame Styrax benzoin DRYAN 39
3 Haminjon Bulu S. benzoine var. hiliferum 10
25
Tabel 5. Data Jumlah Hasil Produksi Getah Kemenyan 132 Pohon di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat
No Nama Botani Produksi Getah (kg)
1 Styrax sumatrana J.J.SM 25,48
2 Styrax benzoin Dryan 25,28
3 S. benzoine Var. Hiliferum 4,65
Total 55,41
Gambar 2. Getah Kemenyan Toba yang siap panen
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa tanaman yang seperti itulah yang siap dipanen.Untuk panen dalam 1 tahun berkisar antara bulan Agustus – Januari yang merupakan produktivitas getah kemenyan yang paling banyak.Dan pada bulan November biasanya dibulan tersebut merupakan puncak atau panen raya dari kemenyan tersebut.Pernyaraan tersebut sesuai dengan Siregar (2015).
Karakteristik Tanaman
Diameter Pohon
Diameter merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kemenyan. Untuk diameter tanaman tersebut akan disajikan pada Tabel 6 (Data keseluruhan dapat dilihat di lampiran 4).
Tabel 6. Rata – rata Diameter Tanaman Kemenyan pada Kedua Area
No. Jenis Kemenyan Diameter rata-rata
27
Dari tabel diatas S. benzoine Var. Hiliferum memiliki diameter rata-rata tertinggi daripada jenis kemenyan yang lainnya. Itu dikarenakan jenis kemenyan tersebut yakni Kemenyan Buluh memiliki diameter yang besar daripada jenis kemenyan lainnya yaitu sebesar 33,21 cm. Pernyataan ini sesuai dengan Jayusman, dkk(1999) yang menyatakan bahwa batang kemenyan bulu memiliki ciri-ciri sebagai berikut yakni lurus, tegak, percabangan sedikit, kulit batang berwarna coklat tua, diameter batang berkisar antara 26-37 cm. Tingkat kekerasan batang agak keras. Sedangkan Styrax benzoin Dryan memiliki rata-rata diameter yang paling kecil yakni sebesar 8,671 cm. Dan Styrax sumatrana J.J.SM memiliki rata-rata diameter yakni sebesar 17,228 cm. Untuk jenis Styrax sumatrana J.J.SM diameter batangnya hamper sama dengan S. benzoine Var. Hiliferum kisaran antara 20-35.
Tinggi Pohon
Tinggi merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kemenyan. Untuk tinggi rata-rata tanaman tersebut akan disajikan pada Tabel 7 (Data keseluruhan dapat dilihat di lampiran 4).
Tabel 7. Rata – rata Tinggi Tanaman Kemenyan pada Kedua Area
No. Jenis Kemenyan tinggi rata-rata
1. Styrax sumatrana J.J.SM 15,717
2. Styrax benzoin Dryan 12,359
3. S. benzoine Var. Hiliferum 19,8
Dari tabel diatas S. benzoine Var. Hiliferum memiliki tinggi rata-rata yang
Jayusman, dkk (1999) yang menyatakan bahwa Kemenyan buluh dan Kemenyan Toba memiliki tinggi yang hampir sama dengan kisaran tinggi 16-20 m. Data pada penelitian ini Styrax sumatrana J.J.SM memiliki tinggi rata-rata sebesar 15,717 m, Styrax benzoin Dryan sebesar 12,359 m dan S. benzoine Var. Hiliferumsebesar 19,8 m.
Luas Tajuk
Luas tajuk merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kemenyan. Untuk luas tajuk rata-rata tersebut akan disajikan pada tabel 8 (Data keseluruhan dapat dilihat di lampiran 4).
Tabel 8. Rata – rata Luas Tajuk Tanaman Kemenyan pada Kedua Area
No. Jenis Kemenyan
Luas tajuk rata-rata
(m2)
1. Styrax sumatrana J.J.SM 30,385
2. Styrax benzoin Dryan 41,656
3. S. benzoine Var. Hiliferum 17,898
Dari tabel diatasStyrax benzoinDryan memiliki rata-rata luas tajuk lebih besar daripada jenis kemenyan lainnya yakni sebesar 41,656 m2 dan terendah Styrax benzoinVar. Hiliferum sebesar 17,898 m2.
Secara keseluruhan ringkasan hasil pengukuran pohon kemenyan (Styrax Spp.) disajikan pada tabel 9.
Tabel 9. Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
29
Produksi Getah 427.7576 500.50915 132
Dari tabel diatas didapat hasil rata-rata dari setiap paramater yang telah digabungkan seluruhnya dengan diameter rata-rata sebesar 21,0028 cm; tinggi totalnya sebesar 17,3520 m; luas tajuknya sebesar 75,7965 m2 dan produksi getahnya 427,7576 gr. Untuk standar deviasinya masing-masing sebesar 7,59881 pada diameter; 4,31242 pada tinggi total; 58,60159 pada luas tajuknya dan 500,50915 untuk produksi getahnya dengan total tanaman seluruhnya sebanyak 132 jenis dengan 3 spesies tanaman kemenyan.
Pemanfaatan Kemenyan
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara (Lampiran 2) diperoleh bahwa hampir semua masyarakat mengetahui pohon kemenyan. Masyarakat mengganggap bahwa pohon kemenyan merupakan pohon yang menghasilkan getah dan menghasilkan uang untuk kehidupan masyarakat setempat. Pengetahuan ini diperoleh secara turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Pemanfaatan getah kemenyan oleh masyarakat Kecamatan Adiankoting sebagian besar tidak dimanfaatkan secara langsung namun sebagai sumber pendapatan mereka terutama petani kemenyan yang tinggal dikawasan hutan. Getah kemenyan akan dipanen mereka dari hutan kemudian dijual ke pengumpul desa. Hasil penjualan kemenyan dimanfaatkan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka.
dukun kampung. Getah kemenyan dibakar untuk memanggil arwah nenek moyang dan digunakan untuk menyembuhkan orang yang kerasukan. Sasmuko (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat secaraumum masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatan tradisional atau religious. Selain digunakan untuk kegiatan ritual, masyarakat yang menganut agama Khatolik juga menggunakan getah kemenyan sebagai Dupa (wewangian) pada saat perayaan-perayaan besar seperti paskah (hari kematian Isa Al-masih) dan perayaan natal. Wewangian ini dugunakan untuk melengkapi penyembahan dan ucapan syukur kepada Tuhan. Tetapi dari beberapa kepala keluarga yang telah diwawancarai sebagian juga tidak mengetahui potensi yang ada pada kemenyan jika membudidayakan kemenyan lebih banyak lagi. Mereka hanya tau saja apabila setelah dipanen, dikeringkan kemudian langsung dijual.
Pakpahan (2014) masyarakat Desa Sihombu Kabupaten Humbang Hasundutan memanfaatkan Styrax benzoin Dryan sebagai obat untuk gatal-gatal.Bagian yang digunakan adalah getahnya. Penelitian Waluyo dan Setiawan (2011) mengenai kandungan asam sinamat dalam getah kemenyan yang digunakan untuk farmasi, kosmetik, dan pembuatan parfum.
Kualitas Getah Kemenyan
31
tahir, kemudian disusul dengan sidukkapi. Kualitas kemenyan di pengumpul desa dibagi lagi menjadi 7 kualitas. Kualitas 1-3 merupakan kelas kualitas sidukapi, kualitas 4-7 merupakan kelas tahir. Dibawah ini getah kemenyan dengan kualitas 1 pada petani yang baru dipanen dari pohonnya. Pada gambar tersebut juga terlihat masih ada sisa-sisa sampah dan kulit kayu pada getah tersebut. Itu dikarenakan pada proses pemanenan penakikan getah diambil langsung beserta kulit-kulitnya baru setelah itu dikeringkan sampai bisa dipisahkan mana getah murninya mana yang termasuk sampah dan kulit-kulit kayu. Pada getah yang akan diambil pada bekas gurisan yang telah mengeluarkan getah, tetapi pada lapisan setelah kulit kayu juga masih terdapat getah kemenyan dengan kualitas yang masih bagus yakni kualitas 1 karena dari segi warnanya masih berwarna putih susu.
Getah kemenyan yang dikumpul oleh petani maupun pengumpul desa merupakan getah kemenyan dari berbagai jenis (dicampur). Pengumpul desa membedakan kualitas berdasarkan ukuran warna dan kebersihan kemenyan. Untuk pembagian kualitas oleh pengumpul desa, terdapat pada tabel 12.
Tabel 10. Perbedaan Kualitas Kemenyan di Pengumpul Desa
Tabel 10 menunjukkan adanya perbedaan antara ke tujuh kualitas kemenyan. Untuk kualitas barbar, merupakan kumpulan dari tahir yang lengket dan tidak lepas, sehingga ukurannya cenderung lebih besar. Sedangkan untuk kualitas kacang memiliki ukuran sebesar biji kacang dan abu memiliki ukuran seperti pasir.
Gambar 3. a. Kualitas I Pada Petani; b. Getah kemenyan di Pengumpul Desa
33
Teknik Pemanenan Kemenyan
Hasil wawancara dengan responden batang kemenyan yang sudah mencapai diameter >10 cm yang sudah bisa dipanen. Sasmuko (2003) menyatakan pohon kemenyan yang berdiameter lebihkurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Umunya masyarakat Adiankoting memanen kemenyan 1 tahun sekali. Dimana musim penakikan dilakukan pada bulan juli-agustus yang disebut dengan mangguris. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan penakikan disebut dengan mansugi.
Alat yang digunakan untuk pemanenan ada 2 bagian, yaitu alat utama dan alat bantu. Alat utama yang digunakan adalah guris yang bergunakan untuk membersihkan batang-batang kemenyan dari lumut atau kotoran-kotoran lain. Umunya bagian atas guris terbuat dari besi dan bagian pegangan/bawah terbuat dari kayu. Agat panugi berguna untuk melukai/menakik batang kemenyan agar getah dapat keluar. Alat ini terdiri atas 2 bagian, bagian ujung digunakan untuk menakik batang kemenyan dan bagian pangkal digunakan untuk memukul batang kemenyan yang telah ditakik. Agat pangaluak berguna untuk mencongkel getah kemenyan yang telah keluar.
Alat tambahan yang digunakan adalah polang dan bakul. Polang adalah tali yang terbuat dari plastik sepanjang ± 6 m yang digunakan untuk alat bantumemanjat pohon kemenyan. Bakul merupakan keranjang tempat penyimpanan kemenyan selama proses pemanenan.
menggunakan pisau gurisdilanjutkan dengan pembersihan batang dari benalu agar getah yang dihasilkan tidak kotor. Kemudian batang ditakik dengan menggunakan pisau agat panugiuntuk membuat luka pada kulit yang kemudian membuat rongga di antara kulit dan kayu sebagai tempat terbentuk getah yang mengumpul dan mengering.Luka yang dibuat secara vertikal dengan panjang luka sekitar 5 cm dengan lebar sekitar 3 cm dengan kedalaman (tergantung pada ketebalan kulit) sampai pada kayunya. Kemudian luka tersebut harus rapat kembali dengan cara dipukul-pukul pelan 5-7 kali dimaksudkan untuk menghindari air hujan masuk ke dalam kulit dan getah kemenyan dapat keluar.
Sebelumnya pada proses pemanenan diperlukan untuk mengetahui jarak antar lubang dan baris pelubangan. Persyaratan jarak dan baris yang umum digunakan masyarakat Adiankoting disajikan pada tabel 13.
Tabel 13. Jarak Antar Lubang dan Baris Pelubangan dalam Teknik Pemanenan Getah Kemenyan
Sumber: Data Penelitian
Dalam pembuatan lubang takik pada pohon kemenyan harus diperkatikan jarak dan baris pada saat ingin melubangi. Hal ini bertujuan untuk proses penakikan ke depan dapat dilakukan pada sela antar luka. Selanjutnya, penakikan dilakukan pada sisi yang lain demikian seterusnya. Umunya lubang takik pada
No Diameter Kemenyan
35
satu batang pohon kemenyan tidak lebih dari 10 lubang agar tidak mengganggu pertumbuhan kemenyan.
Setelah 3 bulan penakikan getah akan keluar dan mengering pada batang pohon yang selanjutnya dipanen. Batang yang sudah ditakik ditinggalkan 3-4 bulan sampai getah keluar dan mengering pada batang pohon yang selanjutnya dipanen yang disebut dengan mangaluak. Umunya teknik pemanenan getah (mangaluak) hal yang perlu diperhatikan adalah garis/pola batang yang akan diluak. Umunya kulit batang yang berwarna merah tidak akan menghasilkan getah. Sebaliknya kulit batang yang berwarna coklat mengahasilkan getah. Hasil panen selanjutnya akan dibersihkan dari kulit kemenyan dan dikeringkan diruang terbuka kurang lebih 5 bulan bahkan bisa sampai bertahun-tahun. Kemampuan petani dalam penakikan batang kemenyan adalah sekitar 6-7 batang/hari/orang.
Kesimpulan
1. Karakteristik tanaman kemenyan (Styrax spp.) sangat berhubungan sekali dengan diameter pohon tersebut, karena >10 cm batang kemenyan sudah bisa dimulai penakikan dan produktivitas getahnya juga bergantung dengan besarnya diameter pohon tersebut.
2. Total produksi getah kemenyan keseluruhan adalah sebesar 427,7576 gr dengan standard deviasinya sebesar 500,50915 dan dengan jumlah total tanamannya sebanyak 132 jenis tanaman dengan 3 spesies kemenyan yang berbeda.
3. Terdapat 4 jenis kemenyan dikawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kemenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.SM), Kemenyan Durame (Styrax benzoin DRYAN), dan Kemenyan Bulu (S. benzoine var. hiliferum). Dimana spesies yang paling dominan adalah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.SM)
4. Terdapat 2 kualitas getah kemenyan yakni kualitas dari petani dan kualitas dari pengumpul desa. Dari petani terbagi menjadi 2 kualitas dan dari pengumpul desa terbagi lagi menjadi 7 kualitas.
Saran
5
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Kemenyan (Styrax spp)
Jayusman, dkk., (1999) pohonkemenyantermasukkedalamordoEbenales, familiStyracaceaedan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh) jeniskemenyan yang
menghasilkangetahtetapihanya 4 jenis yang secaraumumlebihdikenaldanbernilaiekonomisyaitu: kemenyandurame
(S.benzoineDRYAND), kemenyanbulu (S. benzoine var. hiliferum),
kemenyantoba (S. sumatranaJ.J.Sm) dankemenyansiam (S. tokinensis). Tetapijeniskemenyantobadandurame yang paling umumdibudidayakansecaraluas di Sumatera Utara.Jayusman, dkk., (1997) jugamenambahkanjenis kemenyan alam yang kurang dikelolah di Sumatera Utara adalah kemenyan “Bulu” S. benzoine var. hiliferum. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam sistematika tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Ciri Morfologis Kemenyan
Secaramorfologistanamankemenyanmempunyaiciri-ciriantara lain:
Pohon
Kemenyantermasukpohonbesar, tinggidapatmencapai 24-40 m dengan
diameter 60-100 cm. Batanglurusdenganpercabangansedikit.Kulitberalurtidakterlaludalam (3-7 mm)
dankulitberwarnamerahanggur (Jayusman, dkk., 1999).Kulitbagiandalamlunak, berwarnacoklatsampaimerah, merahmudaataumerahkeunguan.
Daun
Kemenyanberdauntunggaldantersusunsecara spiral, daunberbentuk oval
bulat, bulatmemanjang (ellips)
dengandasardaunbulatdanujungruncing.Panjangdaundapatmencapai 4-15 cm denganlebardaun 5-7,5 cm, tangkaidaun 5-13 cm, helaidaunmempunyainervi 7-13
pasang. Helaidaunhalus,
permukaanbawahagakmengkilapberwarnaputihsampaiabu-abu.Warnadaunjenistobalebihgelapkecoklatandanlebihtebaldibandingkanjenisdura me(Jayusman, dkk., 1999).
Bunga
Bungakemenyanberkelaminduadimanabunganyabertangkaipanjangantara 6-11 cm, daunmahkotabunga 9-12 helaidenganukuran 2-3,5 mm.
7
berbentuktandanataumalaipadaujungatauketiakdaun.Buahmasakberbentukbulatsa mpaiagakgepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman, dkk., 1999).
BuahdanBiji
Buahkemenyanberbentukbulatgepengdanlonjongberukuran 2,5-3 cm. Bijikemenyanberukuran 15-19 mm, bijinyaberwarnacoklatkeputihan. Bijikemenyanterdapat di dalamdagingbuah yang cukuptebaldankeras,
halinidibuktikanbuahkemenyan yang masih normal
danbuahtidarusakwalaupunsudahbeberapabulanjatuhdaripohonnya.Bentukbuahda nbijikemenyanbervariasisesuaidenganjenisnya.Bijikemenyantobawarnacoklattuad anlebihgelapdibandingkanjenisduramemaupunbulu.bentukbuahdanbijidapatdiguna kanuntukmembedakanjeniskemenyandibandingkanbagiantanamankemenyanlainn
ya (daun, batangdansebagainya) Kemenyandiperbanyakdenganbiji.MusimberbungadanberbuahjenisStyrax benzoin
padabulanDesember – Januari.Buah yang masakdisukaiolehtupai, rusadanbabihutan(Jayusman, dkk., 1999).
Habitat dan Penyebaran Kemenyan
Pohon kemenyan berasal dari pantai barat Sumatera, tumbuh secara alami dan telah banyak dibudidayakan. Pohon kemenyan banyak ditemukan di hutan alam, hidup berkelompok dan bercampur dengan tanaman lain (Burkil, 1935).
ketinggian lebih dari 600 mdpl. Pohon tidak memerlukan persyaratan yang istimewa (Heyne, 1987).
Pohon kemenyan tersebar pada berbagai negara antara lain Malaysia, Thailand, Indonesia dan Laos. Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa dan Kalimantan Barat. Di pulau Sumatera kemenyan dijumpai secara alami di pantai barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu pohon ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara jenis kemenyan sampai saat ini masih dibudidayakan secara luas di daerah Kabupaten Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah) dan Kabupaten Dairi (Jayusman, dkk., 1999).
Syarat Tumbuh Kemenyan
Beberapa syarat tumbuh kemenyen sebagai berikut: Iklim
Sasmuko (2003) menyatakan bahwa kemenyan termasuk jenis tanaman setengah toleran.Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari dan setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu, untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Indriyanto (2008) pada kondisi iklim dan tanah yang berbeda-beda, akan dijumpai hutan dengankomposisi jenis vegetasi serta jumlah yang berbeda pula. Masing-masing pohon yang tumbuh padatempat tersebut menghendaki persyaratan tempat tumbuh tertentu.
9
2395 mm/tahun, suhu bulanan 17 – 29 0C dan kelembaban rata-rata 85,04% dengan tipe iklim Schmidt dan Ferguson A dan B. Keadaan iklim sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kemenyan yang diusahakan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Tanah
Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa terhadap jenis tanah, dapat tumbuh pada tanah podsolik, andosol, latosol, regosol, dan berbagai asosiasinya, mulai dari tanah bertekstur berat sampai ringan dan tanah yang kurang subur sampai yang subur lebih baik. Di samping itu yang perlu diperhatikan tingkat keasaman tanah (pH tanah). Berdasarkan kenyataan di lapangan tanaman kemenyan tumbuh baik pada tingkat pH tanah antara 4-7. Jenis tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada solum tanah yang dalam. Secara alamiah tanaman kemenyan yang banyak terdapat di Sumatera Utara tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1500 mdpl. Jenis tanaman ini tumbuh pada keadaan lapangan dari mulai datar sampai berbukit-bukit /bergelombang (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Jenis Kemenyan
Secara botani kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk dan ukuran daun. Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar dan berbentuk bulat memanjang (oblongus). Kemenyan toba merupakan jenis yang disenangi oleh masyarakat karena dalam perdagangan lokal getahnya lebih tinggi dibandingkan dengan kemenyan durame.
Pengelolaan Kemenyan
Secara tradisional pengelolaan kemenyan oleh petani di Tapanuli Utara meliputi kegiatan dan pemanenan. Pekerjaan penanaman secara tradisional dilakukan dengan memindahkan anakan alam pada tempat yang kosong yang mati dalam kebunnya. Sedangkan kegiatan pemungutan getah (penyadapan) dilakukan satu kali dalam setahun dengan pola tradisional tanpa adanya perlakuan tertentu. Untuk produksi getahnya tidak lebih dari 15 gr/takik atau rata-rata 0,5 kg/pohon (Sasmuko, 1999).
Penentuan mutu bibit pada umumnya berdasarkan kepada hasil penilaian atau evaluasi yang berdasarkan pada tiga kri-teria yaitu mutu genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis. Mutu genetik didasarkan pada kelas sumber benih, mutu fisik mencerminkan kondisi fisik bibit seperti kekompakan media, kekokohan, keadaan batang, dan kesehatan; sedangkan mutu fisiologis menggambarkan pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, warna daun (Pramono dan Suhaendi, 2006).
ProduksiGetahKemenyan
11
kemenyan pada tahun 1990 adalah lebih kurang 22.793 ha. Kabupaten Tapanuli Utara memiliki tanaman paling luas yaitu 21.119 ha dengan produksi sekitar 4.000 ton. Pada tahun 1993 luas tanaman kemenyan di Tapanuli Utara adalah 17.299 hektar dengan produksi 3.917 ton (Sasmuko, 2003).Tanaman kemenyan merupakan tanaman terluas yang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu pada tahun 2011 seluas 16.181,50 Ha. Tanaman kemenyan tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara, sebagaimana dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas dan Produksi Kemenyan di Kabupaten Tapanuli Utara
No. Kecamatan
10 Pangaribuan 5.086,50 4.821,50 1.031,61 213,96
11 Garoga 522,00 346,50 127,49 367,94
12 Sipahutar 1.448,00 1.241,25 437,99 352,86
13 Siborong-borong 132,00 71,50 20,57 287,69
14 Pagaran 25,00 18,25 5,66 310,14
15 Muara 7,00 4,50 1,26 280,00
Jumlah 2011 16.208,50 13.923,50 3.623,28 260,23
2010 16.181,50 13.923,50 3.623,28 260,23
2009 16.413,00 13.906,50 3.625,86 260,73
2008 16.413,50 13.906,50 3.625,86 260,73
2007 16.395,00 13.878,75 3.634,12 261,85
Sumber: Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014.
Manfaat Getah Kemenyan
a. Tradisional (konvensional
penggunaan getah kemenyan sebagai dupa yang sempurna dengan mencampur dengan getah Murni (minyak). Penggunaan gatah untuk bahan pencampur pada tembakau rokok.
b. Modern
1. Pengawet makanan dan minuman 2. Bahan pembuatan parfum
3. Kosmetik
4. Pembuatan Vernis
5. Sebagai salah satu bahan pembuatan obat pada bidang farmasi 6. Bahan pembuatan lilin
(Khan, 2001).
Kualitas Getah Kemenyan
Berdasarkan Standar Industri Indonesia (SII) 2044-1987 standar kualitas normal kemenyan dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Standart Lokal Kualitas Kemenyan
Kualitas
Sumber: Standart Industri Indonesia (SII) No.2044-1987
13
yang berlaku untuk semua transaksi pedagang dan eksportir. Kemenyan yang dibeli pedagang, berupa sam-sam, mata, tahir dan jurur, disortir dengan memakai ayakan, sehingga dapat diatur sesuai dengan mutu yang diinginkan, yaitu :
• Kualitas I
Kemenyan mata kasar atau sidungkapi ialah bongkahan kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih besar dari 2 cm.
• Kualitas II
Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan berdiameter 1-2 cm.
• Kualitas III
Kemenyan tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-bintik putih atau kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.
• Kualitas IV
Kemenyan jurur atau jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan mutunya dengan jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata halus.
• Kualitas V
Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit sewaktu melakukan pembersihan.
• Kualitas VI
Penyadapan Getah Kemenyan
Sasmuko (2003) menyatakan pohon kemenyan yang berdiameter lebihkurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Sebelum dilakukan penakikan, terlebih dahulu kulit batang pohon dibersihkan dari kotoran seperti lumut, kulit kering. Kulit yang tidak bersih akan mempengaruhi kualitas kemenyan yang dihasilkan karena banyak kotoran. Setelah kulit dibersihkan, batang pohon kemenyan ditakik dengan pisau takik yang disebut panugi.
Kegiatan menakik dimaksudkan untuk membuat luka pada kulit dan membuat rongga diantara kulit dan batang (kayu) di mana akan terbentuk resin yang menggumpal dan mengering dalam rongga tersebut. Selain resin yang menggumpal dalam rongga antara kulit dan batang ada juga resin yang meleleh keluar. Setelah 3 bulan penakikan, kemenyan dipanen dan dipisahkan antara kemenyan yang berasal dari dalam dan luar kulit. Selanjutnya disortir berdasarkan besar kecilnya butiran sesuai dengan pembagian kualitas kemenyan yang ada di pasaran (Waluyo, 2011).
15
Pemanenan Getah Kemenyan
Apabila getah yang muncul di luka sadap mulai mengeras, maka pemanenan dapat
dimulai. Berbeda dengan penyadapan dan pemanenan getah karet (Havea brasiliensis), pemanenan getah kemenyan dapat dilakukan tiga kali yaitu :
1. Sidukapi (panen tahap pertama) yaitu pemungutan getah perdana (menggunakan alat agat panugi) dan getah yang dihasilkan memiliki kualitas I dan II
2. Tahir (panen tahap kedua) yaitu memungut getah yang masih tertinggal saat pemanenan sidukapi, namun kualitasnya rendah yaitu kualitas getah III hingga IV
3. Sital-tal (panen tahap ketiga) merupakan pemanenan pembersihan luka bidang sadap dengan getah panen berupa butiran-butiran kecil, dikelompokkan mutu rendah (kemenyan bakar)
Pasca Panen
1. Pengeringan
2. Pembersihan
Pemisahan kulit dari getah, pemisahan getah dari kotoran pencampur getah seperti sisa kulit, lumut, daun, ranting, dan bahan rempah lainnya, sehingga diperoleh kemenyan murni.
3. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memilah butiran getah kemenyan berdasarkan warna dan ukuran butiran (misalkan memisahkan kelas mutu mata dan jurur). Kegiatan ini hanya dilakukan untuk getah kemenyan dalam jumlah banyak, apabila petani hanya memanen getah dalam jumlah sedikit, maka kegiatan sortasi jarang diperlukan. Setelah proses sortasi selesai, maka getah lalu diolah sesuai dengan produk yang diinginkan. Untuk jenis kemenyan kepingan atau bongkahan langsung dapat dikemas dan dipasarkan. Sedangkan untuk jenis produk tampangan (olahan) masih perlu diproses lebih lanjut di kilang kemenyan.
Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru
17
DAS Sipansihaporas dan Aek Raisan berada di Tapanuli Utara. Pegununganyang paling tinggi di Batang Toru berada di Tapanuli Utara (Dolok Saut 1.802 m dpl) (YEL, 2007).
Keadaan topografi di kawasan hutan Batang Toru sangat curam. Berdasarkan peta kontur sebagian besar kelerengan berkisar > 40%, dan lebih curam lagi di Blok Timur Sarulla. Tanah di hutan Batang Toru termasuk yang peka terhadap erosi. Hutan Batang Toru menjadi areal yang penting untuk mencegah banjir, erosi dan longsor di daerah Tapanuli ini yang rentan terhadap datangnya bencana alam, termasuk gempa. Dengan ketinggian sekitar 400-1.803 m di atas permukaan laut, kawasan hutan Batang Toru merupakan hutan pegunungan dataran rendah dan dataran tinggi. Status hutan Batang Toru saat ini sekitar 68,7 % Hutan Produksi (93.628 ha), APL 12,7 % (17.341 ha) dan sebagian Hutan Lindung (Register) atau Suaka Alam 18,6 % (25.315 ha). Saat ini sedang sedang disiapkan usulan perubahan status untuk menjadikan hutan Batang Toru sebagai hutan lindung oleh kabupaten-kabupaten yang ada di Tapanuli (YEL, 2007).
Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengahdan Kabupaten
Humbang Hasundutan,
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu,
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten TapanuliSelatan.
Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting
Adiankoting dalam Angka (2012),secara geografis kecamatan Adiankoting terletak pada koordinat 98o50’21,37’’ BT – 01o58’40,02’’ Lintang Utara. Kecamatan Adiankoting terletak 400-1.300 mdpl dengan luas kecamatan 502, 90 Km2. Secara administratif kecamatan Adiankoting berbatasan dengan empat kecamatan tentangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung.
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kacamatan Parmonangan
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak keanekaragaman jenis tanaman hutan yang telah diketahui manfaatnya baik secara langsung (tangible) maupun manfaat tidak langsung (intangible). Di Indonesia terdapat 30.000 – 40.000 jenis tumbuhan baik kayu maupun bukan kayu. Semenjak maraknya pembukaan ekspor kayu, kondisi hutan Indonesia semakin mencemaskan, dimana laju degradasi hutan meningkat sementara upaya merehabilitasi masih tergolong rendah. Melihat kondisi perkayuan Indonesia semakin menurun ada baiknya Indonesia mulai mengelolah hasil hutan bukan kayu (HHBK) terutama jenis-jenis yang merupakan andalan dari suatu wilayah setempat yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Beberapa jenis hasil hutan bukan kayu yang cukup berperan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat setempat yang dapat diperdagangkan didalam dan diluar negeri antara lain rotan, bambu, kopal, resin/tanin, getah, kayu manis, gaharu, dan lain-lain.
Kemenyan merupakan salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Batak di Sumatera Utara. Lebih dari ribuan tahun, getah kemenyan telah diperdagang-kan di pasaran dunia dan dimanfaatkan dalam bidang industri sebagai bahan pengawet, kosmetika, parfum, obat-obatan, dan digunakan dalam upacara keagamaan (Akib, 1975).
US dollar per tahun. Pendapatan ini tergantung pada produktivitas kemenyan, di antaranya ditentukan oleh mutu bibit (Pramono dan Suhendi, 2006).
Menurut Siregar (2015) Tanaman Kemenyan sangat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat karena tanaman kemenyan tersebut sangat bermanfaat baik dipergunakan sendiri buat adat istiadat didaerah tersebut maupun dijual dan dijadikan salah satu bahan pembuatan barang jadi seperti kosmetik dan lain-lain. Dan juga kemenyan sangat memiliki nilai jual yang tinggi dan banyak diperlukan dipasaran, maka dari itu perlu untuk mengembangkan pembudidayaan tanaman kemenyan didaerah tersebut bahkan juga didaerah lainnya.
Kemenyanataugum benzoin di dalamperdaganganbiasadisebutsebagai “sumatra benzoin”.Kemenyanmerupakan “balsamic resin” yang
diperolehdarihasilpelunakanbatangpohonStyrax benzoin
DryandatauStyraxparalleloneurusPerkins, sedangkan yang dihasilkandariStyraxtonkinensis(Pierre) ataukemungkinanjugadarijenis-jenis lain
dikenaldengannama “siam benzoin”. StyraxberasaldaribahasaYunanikuno “storax” yaitunama yang digunakanuntuk gum/getah yang berbauharumataujugauntukpohon yang menghasilkannya. Sedangkan “benzoin” berasaldaribahasa Arab, yaitu “ben” yang berartiharumdan “zoa” berartigetahjadi benzoin adalahgetah yang berbauharum (Widiyastutiet all, 1995 dalamSinaga 2010).
3
Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalam daerah Tapanuli Utara adalah seluas 89.260 Ha atau 67,3% dari luas hutan. Kawasan HutanBatang Toru inimemilikikeistimewaandimanaterdapatkeanekaragamanhayatisangattinggidancu kupluarbiasa.HutanBatang Toru adalahpenyangga 10 Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sub‐DAS (YEL, 2007).
Penelitian potensi kemenyan ini berada pada kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.Kawasan penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada kawasan Batang Toru.Adiankoting Dalam Angka (2012) menyatakan bahwa kecamatan Adiankoting memproduksi kemenyan dalam 1 tahun sekitar 524.07 ton degan rata-rata produksi 250.99 kg/ha. Namun, belum ada penelitian tentang potensi dan pemanfaatan kemenyan di kawasan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik tanaman kemenyan (Styrax spp.) di Desa Banuaji I, Banuaji II, dan Banuaji IV, Kawasan Hutan Batang Toru Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Dapat mengetahui karakteristik tanaman kemenyan (Styrax spp.) di Desa Banuaji I, Banuaji II, dan Banuaji IV, Kawasan Hutan Batang Toru, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.
ABSTRACT
FIRZA HARDIAN: Characteristic and Produced of Styrax benzoin Resin (Case Study: Batang Toru West Block Forest, Adiankoting District, North Tapanuli Regency, Supervised by IRAWATI AZHAR and RISWAN).
Styrax was non wood forest product having high potentially in North Sumatera District. But, it was never detail research about Characteristic and Produced of Styrax benzoin Resin especially in Batang Toru Forest. The purpose of this study was to get information about characteristic and product of Styrax benzoin sample from trees taken from Batang Toru West Block Forest, Adiankoting District, North Tapanuli Regency. This study was conducted from April to December 2015 used method survey, field observation, and onterview with native. Analysis made by descriptive and tabulation.
Styrax resin produced was located in very high location, where 132 clusster has been harvested the resin and spread of Styrax was located at 3 village in Adiankoting District. There are 3 species found in this study, Styrax sumatrana, J.J.SM or Toba Stuyrax. The produced was very high i.e 25,48 kg. the characteristic include diameter, height, and crown wide. The benefit of Styrax used by native around the forest was to economic source especially household, as traditional medicine and incense.
FIRZA HARDIAN: Karakteristik Dan Produksi Getah Kemenyan (Styrax Spp.) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing Oleh: IRAWATI AZHAR dan RISWAN.
Kemenyan merupakan hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi yang cukup tinggi diwilayah Sumatera Utara. Namun, belum ada penelitian yang mendetail tentang karakteristik dan produksi getah kemenyan secara khusus dikawasan hutan Batang Toru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, dan besarnya produksi getah kemenyan beberapa pohon yang diambil di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Desember 2015 dengan metode survei, observasi lapangan, dan wawancara terhadap masyarakat. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.
Produkai getah kemenyan yang terdapat dilokasi penelitian sangat tinggi, dimana ada 132 tegakan kemenyan yang telah dipanen getahnya dan penyebaran kemenyan terjadi pada 3 desa di Kecamatan Adiankoting yang merupakan lokasi penelitian. Jenis kemenyan yang ditemukan dilokasi penelitian ada 3 jenis. Styrax sumatrana J.J.SM atau Kemenyan Toba yang memiliki produksi getah tertinggi yaitu sebesar 25,48 kg. Terdapat karakteristik tanaman yang diketahui yaitu diameter, tinggi, dan luas tajuk pohon Pemanfaatan terbesar kemenyan oleh masyarakat sekitar hutan adalah sebagai sumber pendapatan ekonomi utama rumah tangga, sebagai obat tradisional dan dupa.
STUDI KARAKTERISTIK
DAN PRODUKSI GETAH KEMENYAN (Styrax Spp.)
(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan
Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)
SKRIPSI
Oleh:
Firza Hardian 121201041
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan
Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)
SKRIPSI
Oleh:
Firza Hardian
121201041/Teknologi Hasil Hutan
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
Judul :“Studi Karakteristik Dan Produksi Getah Kemenyan (Styrax Spp.) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)” Nama :Firza Hardian
NIM :121201041
Program Studi : Kehutanan
Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Irawati Azhar, S.Hut., M.Si Riswan, S.Hut., M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui:
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D Dekan Fakultas Kehutanan
FIRZA HARDIAN: Characteristic and Produced of Styrax benzoin Resin (Case Study: Batang Toru West Block Forest, Adiankoting District, North Tapanuli Regency, Supervised by IRAWATI AZHAR and RISWAN).
Styrax was non wood forest product having high potentially in North Sumatera District. But, it was never detail research about Characteristic and Produced of Styrax benzoin Resin especially in Batang Toru Forest. The purpose of this study was to get information about characteristic and product of Styrax benzoin sample from trees taken from Batang Toru West Block Forest, Adiankoting District, North Tapanuli Regency. This study was conducted from April to December 2015 used method survey, field observation, and onterview with native. Analysis made by descriptive and tabulation.
Styrax resin produced was located in very high location, where 132 clusster has been harvested the resin and spread of Styrax was located at 3 village in Adiankoting District. There are 3 species found in this study, Styrax sumatrana, J.J.SM or Toba Stuyrax. The produced was very high i.e 25,48 kg. the characteristic include diameter, height, and crown wide. The benefit of Styrax used by native around the forest was to economic source especially household, as traditional medicine and incense.
ABSTRAK
FIRZA HARDIAN: Karakteristik Dan Produksi Getah Kemenyan (Styrax Spp.) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing Oleh: IRAWATI AZHAR dan RISWAN.
Kemenyan merupakan hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi yang cukup tinggi diwilayah Sumatera Utara. Namun, belum ada penelitian yang mendetail tentang karakteristik dan produksi getah kemenyan secara khusus dikawasan hutan Batang Toru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, dan besarnya produksi getah kemenyan beberapa pohon yang diambil di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Desember 2015 dengan metode survei, observasi lapangan, dan wawancara terhadap masyarakat. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.
Produkai getah kemenyan yang terdapat dilokasi penelitian sangat tinggi, dimana ada 132 tegakan kemenyan yang telah dipanen getahnya dan penyebaran kemenyan terjadi pada 3 desa di Kecamatan Adiankoting yang merupakan lokasi penelitian. Jenis kemenyan yang ditemukan dilokasi penelitian ada 3 jenis. Styrax sumatrana J.J.SM atau Kemenyan Toba yang memiliki produksi getah tertinggi yaitu sebesar 25,48 kg. Terdapat karakteristik tanaman yang diketahui yaitu diameter, tinggi, dan luas tajuk pohon Pemanfaatan terbesar kemenyan oleh masyarakat sekitar hutan adalah sebagai sumber pendapatan ekonomi utama rumah tangga, sebagai obat tradisional dan dupa.
Penulis lahir di Medan, Medan, Provinsi Sumatera Utara. Lahir pada tanggal 30 Mei 1994 dari Ayah Hariadi dan Ibu Juniar Ismawati. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 060870 Pulo Brayan Darat II, Kecamatan Medan Timur, Medan, Sumatera Utara pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 37 Medan, Sumatera Utara pada tahun 2009, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 7 Medan, Sumatera Utara pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Karakteristik Dan Produksi Getah Kemenyan (Styrax Spp.) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu Irawati Azhar S.Hut., M.Si dan bapak Riswan S.Hut., M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis bapak Hariadi dan ibu Juniar Ismawati yang telah memberi dukungan, semangat, dana, serta doa selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sababat terdekat saya yaitu Pradipta Wijaya, Ervi Utari Ginting, M. Abdullah Sani, Muammar Syafwan, dan Arif Syuhada yang selama telah memberikan semangat baik tenaga, pikiran maupun juga dana.
DAFTAR ISI
KondisiUmumKabupatenTapanuli Utara ... . 17
KondisiUmumKecamatanAdiankoting ... . 17
METODE PENELITIAN LokasidanWaktuPenelitian ... . 19
AlatdanBahanPenelitian ... . 19
ProsedurPenelitian ... . 20
Pengumpulan data ... . 20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Getah ... 23
Karakteristik Tanaman ... 26
Diameter Pohon ... 26
Tinggi Pohon ... 27
Luas Tajuk ... 27
Pemanfaatan Kemenyan ... 28
Kualitas Getah Kemenyan ... 30
Teknik Pemanenan Kemenyan ... 32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35
Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ... 19
2. Getah Kemenyan Toba yang Siap Panen ... 25
3. a. Kualitas 1 pada Petani ... 31
No. Halaman
1. Luas dan Produksi Kemenyan di Kabupaten Tapanuli Utara ... 11
2. Standart Lokal Kualitas Kemenyan ... 12
3. Jenis kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat ... 24
4. Data Jumlah Hasil Produksi Kemenyan 132 Pohon ... 24
5. Diameter Pohon ... 26
6. Tinggi Pohonn ... 27
7. Luas Tajuk ... 27
8. Descriptive Statistics ... 28
9. Perbedaan Kualitas Kemenyan di Pengumpul Desa ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Kuisioner Responden untuk Mengetahui Budidaya dan Pemanenan
Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan
Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara ... 38 2. Karakteristik Responden Pemanfaat Kemenyan di Hutan Batang
Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting ... 40 3. Kuisioner Responden untuk Mengetahui Potensi dan Teknik
Pemanenan Kemenyan di Hutan Batang Toru, Blik Barat ... 42 4. Titik Koordinat Kemenyan 132 Pohon di Hutan Batang Toru Blok Barat,
Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara ... 44 5. Foto Landscape Hutan Batang Toru, Blok Barat, Kecamatan