• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Kemenyan (Styrax spp)

Jayusman, dkk., (1999) pohonkemenyantermasukkedalamordoEbenales, familiStyracaceaedan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh) jeniskemenyan yang

menghasilkangetahtetapihanya 4 jenis yang secaraumumlebihdikenaldanbernilaiekonomisyaitu: kemenyandurame

(S.benzoineDRYAND), kemenyanbulu (S. benzoine var. hiliferum),

kemenyantoba (S. sumatranaJ.J.Sm) dankemenyansiam (S. tokinensis). Tetapijeniskemenyantobadandurame yang paling umumdibudidayakansecaraluas di Sumatera Utara.Jayusman, dkk., (1997) jugamenambahkanjenis kemenyan alam yang kurang dikelolah di Sumatera Utara adalah kemenyan “Bulu” S. benzoine var. hiliferum. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam sistematika tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dikotiledonae Ordo : Ebeneles Family : Styraceae Genus : Styrax Spesies : Styrax spp

Ciri Morfologis Kemenyan

Secaramorfologistanamankemenyanmempunyaiciri-ciriantara lain:

Pohon

Kemenyantermasukpohonbesar, tinggidapatmencapai 24-40 m dengan

diameter 60-100 cm. Batanglurusdenganpercabangansedikit.Kulitberalurtidakterlaludalam (3-7 mm)

dankulitberwarnamerahanggur (Jayusman, dkk., 1999).Kulitbagiandalamlunak, berwarnacoklatsampaimerah, merahmudaataumerahkeunguan.

Daun

Kemenyanberdauntunggaldantersusunsecara spiral, daunberbentuk oval

bulat, bulatmemanjang (ellips)

dengandasardaunbulatdanujungruncing.Panjangdaundapatmencapai 4-15 cm denganlebardaun 5-7,5 cm, tangkaidaun 5-13 cm, helaidaunmempunyainervi 7-13

pasang. Helaidaunhalus, permukaanbawahagakmengkilapberwarnaputihsampaiabu-abu.Warnadaunjenistobalebihgelapkecoklatandanlebihtebaldibandingkanjenisdura me(Jayusman, dkk., 1999). Bunga Bungakemenyanberkelaminduadimanabunganyabertangkaipanjangantara 6-11 cm, daunmahkotabunga 9-12 helaidenganukuran 2-3,5 mm.

Kemenyanberbungasecarateratur 1 kali setiaptahun. WaktuberbungadimulaipadabulanNopember,

7

berbentuktandanataumalaipadaujungatauketiakdaun.Buahmasakberbentukbulatsa mpaiagakgepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman, dkk., 1999).

BuahdanBiji

Buahkemenyanberbentukbulatgepengdanlonjongberukuran 2,5-3 cm. Bijikemenyanberukuran 15-19 mm, bijinyaberwarnacoklatkeputihan. Bijikemenyanterdapat di dalamdagingbuah yang cukuptebaldankeras,

halinidibuktikanbuahkemenyan yang masih normal

danbuahtidarusakwalaupunsudahbeberapabulanjatuhdaripohonnya.Bentukbuahda nbijikemenyanbervariasisesuaidenganjenisnya.Bijikemenyantobawarnacoklattuad anlebihgelapdibandingkanjenisduramemaupunbulu.bentukbuahdanbijidapatdiguna kanuntukmembedakanjeniskemenyandibandingkanbagiantanamankemenyanlainn

ya (daun, batangdansebagainya) Kemenyandiperbanyakdenganbiji.MusimberbungadanberbuahjenisStyrax benzoin

padabulanDesember – Januari.Buah yang masakdisukaiolehtupai, rusadanbabihutan(Jayusman, dkk., 1999).

Habitat dan Penyebaran Kemenyan

Pohon kemenyan berasal dari pantai barat Sumatera, tumbuh secara alami dan telah banyak dibudidayakan. Pohon kemenyan banyak ditemukan di hutan alam, hidup berkelompok dan bercampur dengan tanaman lain (Burkil, 1935).

Pohon kemenyan menyebar pada berbagai elevasi (60 m – 2100 mdpl). Di daerah Palembang (Sumatera Selatan) dan Tapanuli Selatan, pohon kemenyan banyak ditemukan pada daerah dengan ketinggian 60-320 mdpl. Sentra kebun kemenyan di Tapanuli Utara yang dikenal secara luas rata-rata berada pada

ketinggian lebih dari 600 mdpl. Pohon tidak memerlukan persyaratan yang istimewa (Heyne, 1987).

Pohon kemenyan tersebar pada berbagai negara antara lain Malaysia, Thailand, Indonesia dan Laos. Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa dan Kalimantan Barat. Di pulau Sumatera kemenyan dijumpai secara alami di pantai barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu pohon ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara jenis kemenyan sampai saat ini masih dibudidayakan secara luas di daerah Kabupaten Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah) dan Kabupaten Dairi (Jayusman, dkk., 1999).

Syarat Tumbuh Kemenyan

Beberapa syarat tumbuh kemenyen sebagai berikut: Iklim

Sasmuko (2003) menyatakan bahwa kemenyan termasuk jenis tanaman setengah toleran.Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari dan setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu, untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Indriyanto (2008) pada kondisi iklim dan tanah yang berbeda-beda, akan dijumpai hutan dengankomposisi jenis vegetasi serta jumlah yang berbeda pula. Masing-masing pohon yang tumbuh padatempat tersebut menghendaki persyaratan tempat tumbuh tertentu.

9

2395 mm/tahun, suhu bulanan 17 – 29 0C dan kelembaban rata-rata 85,04% dengan tipe iklim Schmidt dan Ferguson A dan B. Keadaan iklim sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kemenyan yang diusahakan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Tanah

Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa terhadap jenis tanah, dapat tumbuh pada tanah podsolik, andosol, latosol, regosol, dan berbagai asosiasinya, mulai dari tanah bertekstur berat sampai ringan dan tanah yang kurang subur sampai yang subur lebih baik. Di samping itu yang perlu diperhatikan tingkat keasaman tanah (pH tanah). Berdasarkan kenyataan di lapangan tanaman kemenyan tumbuh baik pada tingkat pH tanah antara 4-7. Jenis tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada solum tanah yang dalam. Secara alamiah tanaman kemenyan yang banyak terdapat di Sumatera Utara tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1500 mdpl. Jenis tanaman ini tumbuh pada keadaan lapangan dari mulai datar sampai berbukit-bukit /bergelombang (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Jenis Kemenyan

Menurut Sasmuko (2003) terdapat dua jenis kemenyan yang dikembangkan oleh masyarakat khususnya petani di Kabupaten Tapanuli. Kedua jenis ini adalah kemenyan toba dan kemenyan durame. Kedua jenis ini dapat dibedakan dari aroma dan warna getah yang dihasilkan, yaitu aroma getah toba lebih tajam dengan warna yang lebih putih dibandingkan kemenyan durame.

Secara botani kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk dan ukuran daun. Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar dan berbentuk bulat memanjang (oblongus). Kemenyan toba merupakan jenis yang disenangi oleh masyarakat karena dalam perdagangan lokal getahnya lebih tinggi dibandingkan dengan kemenyan durame.

Pengelolaan Kemenyan

Secara tradisional pengelolaan kemenyan oleh petani di Tapanuli Utara meliputi kegiatan dan pemanenan. Pekerjaan penanaman secara tradisional dilakukan dengan memindahkan anakan alam pada tempat yang kosong yang mati dalam kebunnya. Sedangkan kegiatan pemungutan getah (penyadapan) dilakukan satu kali dalam setahun dengan pola tradisional tanpa adanya perlakuan tertentu. Untuk produksi getahnya tidak lebih dari 15 gr/takik atau rata-rata 0,5 kg/pohon (Sasmuko, 1999).

Penentuan mutu bibit pada umumnya berdasarkan kepada hasil penilaian atau evaluasi yang berdasarkan pada tiga kri-teria yaitu mutu genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis. Mutu genetik didasarkan pada kelas sumber benih, mutu fisik mencerminkan kondisi fisik bibit seperti kekompakan media, kekokohan, keadaan batang, dan kesehatan; sedangkan mutu fisiologis menggambarkan pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, warna daun (Pramono dan Suhaendi, 2006).

ProduksiGetahKemenyan

Pada awal abad 20-an yaitu sekitar 1910, produksi kemenyan Tapanuli Utara sekitar 1.200 ton, kemudian naik menjadi sekitar 2.300 ton pada tahun 1930

11

kemenyan pada tahun 1990 adalah lebih kurang 22.793 ha. Kabupaten Tapanuli Utara memiliki tanaman paling luas yaitu 21.119 ha dengan produksi sekitar 4.000 ton. Pada tahun 1993 luas tanaman kemenyan di Tapanuli Utara adalah 17.299 hektar dengan produksi 3.917 ton (Sasmuko, 2003).Tanaman kemenyan merupakan tanaman terluas yang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu pada tahun 2011 seluas 16.181,50 Ha. Tanaman kemenyan tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara, sebagaimana dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas dan Produksi Kemenyan di Kabupaten Tapanuli Utara

No. Kecamatan Luas Tanaman (Ha) Tanaman Menghasilkan (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Kg/Ha) 1 Parmonangan 1.574,00 1.474,50 388,46 263,45 2 AdianKoting 2.700,00 2.088,00 524,07 250,99 3 Sipoholon 441,00 334,00 83,08 248,74 4 Tarutung 925,00 784,25 220,66 281,36 5 SiatasBarita 53,00 38,00 11,27 296,58 6 PahaeJulu 2.083,00 1.806,25 521,97 288,98 7 Pahae Jae 556,00 429,00 138,03 321,75 8 Purbatua 541,00 372,00 85,13 228,84 9 Simangumban 115,00 94,00 26,03 276,91 10 Pangaribuan 5.086,50 4.821,50 1.031,61 213,96 11 Garoga 522,00 346,50 127,49 367,94 12 Sipahutar 1.448,00 1.241,25 437,99 352,86 13 Siborong-borong 132,00 71,50 20,57 287,69 14 Pagaran 25,00 18,25 5,66 310,14 15 Muara 7,00 4,50 1,26 280,00 Jumlah 2011 16.208,50 13.923,50 3.623,28 260,23 2010 16.181,50 13.923,50 3.623,28 260,23 2009 16.413,00 13.906,50 3.625,86 260,73 2008 16.413,50 13.906,50 3.625,86 260,73 2007 16.395,00 13.878,75 3.634,12 261,85

Sumber: Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014.

Manfaat Getah Kemenyan a. Tradisional (konvensional

Tradisi religi masih sering menggunakan getah kemenyan, terutama pada upacara-upacara untuk mendapatkan aroma dupa yang baik. Di pulau Jawa sering dicampur dengan kayu cendana pada saat pembakarannya. Ditimur Tengah

penggunaan getah kemenyan sebagai dupa yang sempurna dengan mencampur dengan getah Murni (minyak). Penggunaan gatah untuk bahan pencampur pada tembakau rokok.

b. Modern

1. Pengawet makanan dan minuman 2. Bahan pembuatan parfum

3. Kosmetik

4. Pembuatan Vernis

5. Sebagai salah satu bahan pembuatan obat pada bidang farmasi 6. Bahan pembuatan lilin

(Khan, 2001).

Kualitas Getah Kemenyan

Berdasarkan Standar Industri Indonesia (SII) 2044-1987 standar kualitas normal kemenyan dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Standart Lokal Kualitas Kemenyan

Kualitas

Mutu

I II III IV Abu

Warna Putih Putih

Kekuningan Putih Kekuningan Coklat Kemerahan Campur Ukuran (cm) L: 3-4 P: 5-6 L: 2-3 P: 3-5 L: 1-2 P: 2-3 L: 0,5-1 P: 1-2 Bentuk Kerikil Pasir

Sumber: Standart Industri Indonesia (SII) No.2044-1987

13

yang berlaku untuk semua transaksi pedagang dan eksportir. Kemenyan yang dibeli pedagang, berupa sam-sam, mata, tahir dan jurur, disortir dengan memakai ayakan, sehingga dapat diatur sesuai dengan mutu yang diinginkan, yaitu :

• Kualitas I

Kemenyan mata kasar atau sidungkapi ialah bongkahan kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih besar dari 2 cm.

• Kualitas II

Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan berdiameter 1-2 cm.

• Kualitas III

Kemenyan tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-bintik putih atau kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.

• Kualitas IV

Kemenyan jurur atau jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan mutunya dengan jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata halus.

• Kualitas V

Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit sewaktu melakukan pembersihan.

• Kualitas VI

Kemenyan abu ialah sisa-sisa berasal dari getah kemenyan dari semua kualitas, bentuk dan warnanya seperti abu kasar.

Penyadapan Getah Kemenyan

Sasmuko (2003) menyatakan pohon kemenyan yang berdiameter lebihkurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Sebelum dilakukan penakikan, terlebih dahulu kulit batang pohon dibersihkan dari kotoran seperti lumut, kulit kering. Kulit yang tidak bersih akan mempengaruhi kualitas kemenyan yang dihasilkan karena banyak kotoran. Setelah kulit dibersihkan, batang pohon kemenyan ditakik dengan pisau takik yang disebut panugi.

Kegiatan menakik dimaksudkan untuk membuat luka pada kulit dan membuat rongga diantara kulit dan batang (kayu) di mana akan terbentuk resin yang menggumpal dan mengering dalam rongga tersebut. Selain resin yang menggumpal dalam rongga antara kulit dan batang ada juga resin yang meleleh keluar. Setelah 3 bulan penakikan, kemenyan dipanen dan dipisahkan antara kemenyan yang berasal dari dalam dan luar kulit. Selanjutnya disortir berdasarkan besar kecilnya butiran sesuai dengan pembagian kualitas kemenyan yang ada di pasaran (Waluyo, 2011).

Getah kemenyan dipanen setelah umur sadap setidaknya 3 bulan, selanjutnya dilakukan pengeringan secara tradisional. Teknik pengeringan yang dilakukan oleh para petani kemenyan di Sumatera Utara yaitu disimpan di atas langit-langit rumah/gudang beratap seng. Pengeringan ini memerlukan waktu 3 bulan hingga kadar air kemenyan kurang dari 10% (Waluyo, 2011)

15

Pemanenan Getah Kemenyan

Apabila getah yang muncul di luka sadap mulai mengeras, maka pemanenan dapat

dimulai. Berbeda dengan penyadapan dan pemanenan getah karet (Havea brasiliensis), pemanenan getah kemenyan dapat dilakukan tiga kali yaitu :

1. Sidukapi (panen tahap pertama) yaitu pemungutan getah perdana (menggunakan alat agat panugi) dan getah yang dihasilkan memiliki kualitas I dan II

2. Tahir (panen tahap kedua) yaitu memungut getah yang masih tertinggal saat pemanenan sidukapi, namun kualitasnya rendah yaitu kualitas getah III hingga IV

3. Sital-tal (panen tahap ketiga) merupakan pemanenan pembersihan luka bidang sadap dengan getah panen berupa butiran-butiran kecil, dikelompokkan mutu rendah (kemenyan bakar)

Pasca Panen

1. Pengeringan

Getah hasil pemanenan dikeringkan dengan cara menghamparkan di lantai tanpa cahaya matahari. Dengan cara tersebut dapat meningkatkan penguapan, sehingga pengeringan dapat dipercepat. Sewaktu pegeringan, hamparan tidak boleh terlalu tinggi tumpukannya, yaitu untuk menjaga supaya tekanan pada getah bagian lapisan bawah tidak terlalu berat, karena semakin berat tekanan getah, maka getah semakin mudah melengket dan dapat menurunkan kualitas getah kemenyan. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu ± 5-7 minggu dan apabila getah tidak lengket dan telah mengeras, maka pengeringan dianggap selesai.

2. Pembersihan

Pemisahan kulit dari getah, pemisahan getah dari kotoran pencampur getah seperti sisa kulit, lumut, daun, ranting, dan bahan rempah lainnya, sehingga diperoleh kemenyan murni.

3. Sortasi

Sortasi dilakukan untuk memilah butiran getah kemenyan berdasarkan warna dan ukuran butiran (misalkan memisahkan kelas mutu mata dan jurur). Kegiatan ini hanya dilakukan untuk getah kemenyan dalam jumlah banyak, apabila petani hanya memanen getah dalam jumlah sedikit, maka kegiatan sortasi jarang diperlukan. Setelah proses sortasi selesai, maka getah lalu diolah sesuai dengan produk yang diinginkan. Untuk jenis kemenyan kepingan atau bongkahan langsung dapat dikemas dan dipasarkan. Sedangkan untuk jenis produk tampangan (olahan) masih perlu diproses lebih lanjut di kilang kemenyan.

Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru

Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur, secara geografis terletak antara 98° 53’ - 99° 26’ Bujur Timur dan 02° 03’ - 01° 27’ Lintang Utara. Hutan alami (primer) di Batang Toru yang tersisa saat ini diperhitungkan seluas 136.284 hadan berada di Blok Barat seluas 81.344 ha dan di Blok Timur seluas 54.940 ha. Secara administratif berada di 3 Kabupaten yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan. Kabupaten Tapanuli Utara: Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalamdaerah Tapanuli Utara adalah seluas 89.236 ha atau 65,5% dari luas hutan. Air dari hutan Batang Toru di

17

DAS Sipansihaporas dan Aek Raisan berada di Tapanuli Utara. Pegununganyang paling tinggi di Batang Toru berada di Tapanuli Utara (Dolok Saut 1.802 m dpl) (YEL, 2007).

Keadaan topografi di kawasan hutan Batang Toru sangat curam. Berdasarkan peta kontur sebagian besar kelerengan berkisar > 40%, dan lebih curam lagi di Blok Timur Sarulla. Tanah di hutan Batang Toru termasuk yang peka terhadap erosi. Hutan Batang Toru menjadi areal yang penting untuk mencegah banjir, erosi dan longsor di daerah Tapanuli ini yang rentan terhadap datangnya bencana alam, termasuk gempa. Dengan ketinggian sekitar 400-1.803 m di atas permukaan laut, kawasan hutan Batang Toru merupakan hutan pegunungan dataran rendah dan dataran tinggi. Status hutan Batang Toru saat ini sekitar 68,7 % Hutan Produksi (93.628 ha), APL 12,7 % (17.341 ha) dan sebagian Hutan Lindung (Register) atau Suaka Alam 18,6 % (25.315 ha). Saat ini sedang sedang disiapkan usulan perubahan status untuk menjadikan hutan Batang Toru sebagai hutan lindung oleh kabupaten-kabupaten yang ada di Tapanuli (YEL, 2007).

Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara

Tapanuli Utara Dalam Angka (2012) secara geografis Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98 05"-99 16" Bujur Timur (BT).Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan dengan lima kabupaten tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengahdan Kabupaten Humbang Hasundutan,

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu,

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten TapanuliSelatan.

Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting

Adiankoting dalam Angka (2012),secara geografis kecamatan Adiankoting terletak pada koordinat 98o50’21,37’’ BT – 01o58’40,02’’ Lintang Utara. Kecamatan Adiankoting terletak 400-1.300 mdpl dengan luas kecamatan 502, 90 Km2. Secara administratif kecamatan Adiankoting berbatasan dengan empat kecamatan tentangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung.

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kacamatan Parmonangan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu

Kecamatan Adiankoting terdiri atas 16 desa/kelurahan yaitu Pagaran Lambung I, II, III, IV, Sibalanga, Pagaran Pisang, Adiankoting, Dolok Nauli, Banuaji I, II, IV, Pansur Batu, Pardomuan Nauli, Siantar Naipospos, Pansur Batu I dan II. Luas lahan untuk hutan kemenyan adalah 2.088 ha dengan produksi kemenyan 524,07 ton/tahun. (Adiankoting dalam Angka, 2012).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak keanekaragaman jenis tanaman hutan yang telah diketahui manfaatnya baik secara langsung (tangible) maupun manfaat tidak langsung (intangible). Di Indonesia terdapat 30.000 – 40.000 jenis tumbuhan baik kayu maupun bukan kayu. Semenjak maraknya pembukaan ekspor kayu, kondisi hutan Indonesia semakin mencemaskan, dimana laju degradasi hutan meningkat sementara upaya merehabilitasi masih tergolong rendah. Melihat kondisi perkayuan Indonesia semakin menurun ada baiknya Indonesia mulai mengelolah hasil hutan bukan kayu (HHBK) terutama jenis-jenis yang merupakan andalan dari suatu wilayah setempat yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Beberapa jenis hasil hutan bukan kayu yang cukup berperan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat setempat yang dapat diperdagangkan didalam dan diluar negeri antara lain rotan, bambu, kopal, resin/tanin, getah, kayu manis, gaharu, dan lain-lain.

Kemenyan merupakan salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Batak di Sumatera Utara. Lebih dari ribuan tahun, getah kemenyan telah diperdagang-kan di pasaran dunia dan dimanfaatkan dalam bidang industri sebagai bahan pengawet, kosmetika, parfum, obat-obatan, dan digunakan dalam upacara keagamaan (Akib, 1975).

Menurut Fernandez (2004), produksi kemenyan di Sumatera Utara telah melibatkan lebih dari 18.000 keluarga dalam 100 desa yang memberi-kan kontribusi pada pendapatan keluarga sebesar 30-45% atau setara dengan 144-216

US dollar per tahun. Pendapatan ini tergantung pada produktivitas kemenyan, di antaranya ditentukan oleh mutu bibit (Pramono dan Suhendi, 2006).

Menurut Siregar (2015) Tanaman Kemenyan sangat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat karena tanaman kemenyan tersebut sangat bermanfaat baik dipergunakan sendiri buat adat istiadat didaerah tersebut maupun dijual dan dijadikan salah satu bahan pembuatan barang jadi seperti kosmetik dan lain-lain. Dan juga kemenyan sangat memiliki nilai jual yang tinggi dan banyak diperlukan dipasaran, maka dari itu perlu untuk mengembangkan pembudidayaan tanaman kemenyan didaerah tersebut bahkan juga didaerah lainnya.

Kemenyanataugum benzoin di dalamperdaganganbiasadisebutsebagai “sumatra benzoin”.Kemenyanmerupakan “balsamic resin” yang

diperolehdarihasilpelunakanbatangpohonStyrax benzoin

DryandatauStyraxparalleloneurusPerkins, sedangkan yang dihasilkandariStyraxtonkinensis(Pierre) ataukemungkinanjugadarijenis-jenis lain

dikenaldengannama “siam benzoin”. StyraxberasaldaribahasaYunanikuno “storax” yaitunama yang digunakanuntuk gum/getah yang berbauharumataujugauntukpohon yang menghasilkannya. Sedangkan “benzoin” berasaldaribahasa Arab, yaitu “ben” yang berartiharumdan “zoa” berartigetahjadi benzoin adalahgetah yang berbauharum (Widiyastutiet all, 1995 dalamSinaga 2010).

Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur. Secara geografis terletak antara 98o 53’-99o 26’ Bujur Timur dan 02o 03’ – 01o 27’ Lintang Utara. Secara administratif berada pada 3 kabupaten yaitu Kabupaten

3

Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalam daerah Tapanuli Utara adalah seluas 89.260 Ha atau 67,3% dari luas hutan. Kawasan HutanBatang Toru inimemilikikeistimewaandimanaterdapatkeanekaragamanhayatisangattinggidancu kupluarbiasa.HutanBatang Toru adalahpenyangga 10 Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sub‐DAS (YEL, 2007).

Penelitian potensi kemenyan ini berada pada kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.Kawasan penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada kawasan Batang Toru.Adiankoting Dalam Angka (2012) menyatakan bahwa kecamatan Adiankoting memproduksi kemenyan dalam 1 tahun sekitar 524.07 ton degan rata-rata produksi 250.99 kg/ha. Namun, belum ada penelitian tentang potensi dan pemanfaatan kemenyan di kawasan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik tanaman kemenyan (Styrax spp.) di Desa Banuaji I, Banuaji II, dan Banuaji IV, Kawasan Hutan Batang Toru Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Mengetahui produksi kemenyan (Styrax spp.) dan kelas mutu di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui karakteristik tanaman kemenyan (Styrax spp.) di Desa Banuaji I, Banuaji II, dan Banuaji IV, Kawasan Hutan Batang Toru, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Dapat mengetahui produksi getah dan kelas mutu kemenyan di kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.

ABSTRACT

FIRZA HARDIAN: Characteristic and Produced of Styrax benzoin Resin (Case Study: Batang Toru West Block Forest, Adiankoting District, North Tapanuli Regency, Supervised by IRAWATI AZHAR and RISWAN).

Styrax was non wood forest product having high potentially in North Sumatera District. But, it was never detail research about Characteristic and Produced of Styrax benzoin Resin especially in Batang Toru Forest. The purpose of this study was to get information about characteristic and product of Styrax benzoin sample from trees taken from Batang Toru West Block Forest, Adiankoting District, North Tapanuli Regency. This study was conducted from April to December 2015 used method survey, field observation, and onterview with native. Analysis made by descriptive and tabulation.

Styrax resin produced was located in very high location, where 132 clusster has been harvested the resin and spread of Styrax was located at 3 village in Adiankoting District. There are 3 species found in this study, Styrax sumatrana, J.J.SM or Toba Stuyrax. The produced was very high i.e 25,48 kg. the characteristic include diameter, height, and crown wide. The benefit of Styrax used by native around the forest was to economic source especially household, as traditional medicine and incense.

FIRZA HARDIAN: Karakteristik Dan Produksi Getah Kemenyan (Styrax Spp.) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara). Dibimbing Oleh: IRAWATI AZHAR dan RISWAN.

Kemenyan merupakan hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi yang cukup tinggi diwilayah Sumatera Utara. Namun, belum ada penelitian yang mendetail tentang karakteristik dan produksi getah kemenyan secara khusus dikawasan hutan Batang Toru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, dan besarnya produksi getah kemenyan beberapa pohon yang diambil di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Desember 2015 dengan metode survei, observasi lapangan, dan wawancara terhadap masyarakat. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.

Produkai getah kemenyan yang terdapat dilokasi penelitian sangat tinggi, dimana ada 132 tegakan kemenyan yang telah dipanen getahnya dan penyebaran kemenyan terjadi pada 3 desa di Kecamatan Adiankoting yang merupakan lokasi penelitian. Jenis kemenyan yang ditemukan dilokasi penelitian ada 3 jenis. Styrax sumatrana J.J.SM atau Kemenyan Toba yang memiliki produksi getah tertinggi yaitu sebesar 25,48 kg. Terdapat karakteristik tanaman yang diketahui yaitu diameter, tinggi, dan luas tajuk pohon Pemanfaatan terbesar kemenyan oleh masyarakat sekitar hutan adalah sebagai sumber pendapatan ekonomi utama rumah tangga, sebagai obat tradisional dan dupa.

Dokumen terkait