• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suku bunga dapat dikatakan sebagai biaya yang dikeluarkan sebagai balas jasa karena telah menggunakan uang orang lain. Bagi dunia perbankan, suku bunga dapat dikatakan sebagai harga yang harus dikeluarkan bank kepada nasabah yang menyimpan dananya di bank, dan di sisi lain juga dapat dikatakan sebagai harga yang dibayar nasabah kepada bank atas dana yang telah dipinjamkan (nasabah yang memperoleh pinjaman)

Berikut ini adalah beberapa jenis suku bunga, yaitu:

1. Suku Bunga Dasar adalah tingkat bunga yang ditentukan oleh bank sentral atas kredit yang diberikan oleh perbankan dan tingkat bunga yang telah ditetapkan bank sentral untuk mendiskontokan surat-surat berharga yang ditarik atau diambil oleh bank sentral. Dasar perhitungan suku bunga ini juga dipakai oleh bank komersil untuk menghitung suku bunga kredit yang dikenakan pada nasabahnya.

2. Suku Bunga Efektif adalah suku bunga yang dibayar atas harga beli suatu obligasi (bond). Semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga efektifnya dan

sebaliknya. Jadi ada hubungan terbalik antara harga yang dibayarkan untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya.

3. Suku Bunga Nominal (nominal rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayarkan tanpa dilakukan penyesuaian terhadap akibat inflasi.

4. Suku Bunga Padanan adalah suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari (bunga harian), setiap minggu (bunga mingguan), setiap bulan (bunga bulanan), dan setiap tahun (bunga tahunan) untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu yang apabila dihitung secara anuitas (bunga berbunga) akan memberikan penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.

Berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat (dalam hubungannya dengan nasabah) maka suku bunga dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Bunga Simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai ransangan atas balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank yang merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh: giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman adalah bunga atau harga yang dibayar oleh nasabah (peminjam) kepada bank atas dana atau pinjaman yang diberikan kepadanya. Contoh: bunga kredit investasi, modal kerja dan konsumsi.

2.4.1 Teori Suku Bunga 1. Teori Klasik

Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

Tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. 2. Teori Bunga dari Aliran Neo Klasik

Teori ini dikemukakan oleh Roberson dan dinamakan “The Loanable Fund Theory of Interest”. Dasar teori ini hampir sama dengan teori bunga aliran klasik. Perbedaannya terletak pada suatu perbaikan ke arah segi penawaran akan modal saja, menurut aliran klasik, saving

(supply of capital) hanya berbentuk simpanan saja. Sedangkan menurut teori Loanable Fund, saving itu sendiri terdiri atas simpanan, penciptaan uang baru, dan saldo uang yang diaktifkan (active idle balance). Maka dari itu supply of capital menurut teori ini akan lebih besar daripada menurut teori klasik. Oleh dasar teori tersebut sama dengan teori klasik, maka kritik dari J.M Keynes adalah sama, yaitu bahwa tingkat bunga tidak dapat ditentukan begitu saja karena tidak diketahui tingkat pendapatan yang akan mempengaruhi saving, maka tingkat bunga pun tidak diketahui. Menurut Keynes tingkat bunga dapat ditentukan tinggi-rendahnya jika tingkat pendapatan telah diketahui dan tetap tidak berubah.

3. Teori Keynes

Permintaan akan uang menurut Keynes disebut “Liquidity of Preference” (permintaan uang) tergantung daripada tingkat bunga. Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal. Jika mereka memegang surat berharga diwaktu bunga naik, maka harganya akan turun, dan mereka akan menderita kerugian (capital loss). Mereka akan menghindari kerugian ini dengan mengurangi surat berharga yang dipegangnya, dengan sendirinya akan menambah uang kas yang dipegang pada tingkat bunga naik.

Permintaan uang dengan tingkat bunga berhubungan negatif juga berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas, sehingga keinginan memegang uang kas juga akan turun, sebalinya jika tingkat bunga turun, berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah, sehingga permintaan uang kas naik.

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bunga 1. Kebutuhan Dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka bank dapat meningkatkan suku bunga simpanan agar dana tersebut cepat terpenuhi. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan meningkatkan suku bunga pinjaman. Namun apabila dana simpanan banyak tetapi permohonan terhadap pinjaman sedikit maka bunga simpanan akan turun.

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16%, bila hendak membutuhkan dana cepat maka sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing. Sebaliknya bila ingin mendorong jumlah kredit yang disalurkan maka bunga pinjaman sebaiknya diturunkan dibawah bunga pesaing.

3. Kebijakan pemerintah

Bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh melebihi bunga yang ditetapkan oleh pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Penetapan tingkat suku bunga disesuaikan dengan laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman jangka pendek, maka bunga akan relatif rendah.

6. Kualitas jaminan

Semakin liquid (mudah diuangkan) jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh, jaminan yang liquid seperti sertifikat deposit atau rekening giro akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.

7. Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet dimasa yang akan datang relatif kecil dan sebaliknya.

2.4.3 Komponen-Komponen dalam Menentukan Tingkat Suku Bunga Kredit 1. Total Biaya Dana

Total biaya dana Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk giro, tabungan maupun deposito. Semakin besar bunga yang ditetapkan terhadap bunga simpanan maka semakin tinggi pula biaya dananya demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau Reserve Requirement (RR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2. Biaya Operasi

Dalam melakukan setiap kegiatan, bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun berupa alat. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melakukan operasinya. Misalnya biaya gaji, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan biaya lain-lain.

3. Cadangan Resiko Kredit Macet

Cadangan resiko kredit macet Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang akan diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak dibayar. Oleh karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah persentase tertentu terhadap kredit yang disalurkan.

4. Laba yang Diinginkan

Setiap kali melakukan transaksi, bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting. Mengingat besarnya laba sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit. Dalam hal ini biasanya bank disamping melihat kondisi pesaing juga melihat kondisi nasabah utama.

5. Pajak

Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank. Pajak akan dikenakan pada tingkat bunga berbagai jenis obligasi berbeda-beda.

Tingkat suku bunga kredit konsumsi memberikan pengaruh negatif terhadap permintaan kredit konsumsi, karena suku bunga kredit konsumsi adalah harga yang harus dibayar atas kredit konsumsi yang diberikan. Maka sesuai dengan teori permintaan, apabila suku bunga kredit konsumsi naik maka permintaan terhadap kredit konsumsi akan menurun (ceteris paribus) karena biaya atau harga yang harus dibayarkan oleh peminjam akan semakin besar sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengajukan kredit konsumsi. Demikian sebaliknya bila suku bunga turun maka permintaan kredit konsumsi akan meningkat karena harga atau biayanya menjadi lebih kecil.

Dokumen terkait