• Tidak ada hasil yang ditemukan

buruh yang dalam masa berlakunya surat per ingatan ter­ tulis yang terakhir tetap melakukan pelanggaran lagij

21 berdasarkan kebi} aksanaan majikan

1. buruh yang dalam masa berlakunya surat per ingatan ter­ tulis yang terakhir tetap melakukan pelanggaran lagij

2. buruh yang telah melakukan perbuaton yang bersifat

Bordasarkan peraturan skorsing yang ada pada perusahaan jelaslah hanya kepada buruh tetap saja yang terikat scpe-nuhnya pada peraturan perusahaan. Bagaimanakah keadaan-nya dengan buruh musiman ?, misalkeadaan-nya buruh pada pabrik rokok dengan pasaran hasil produksinya pada daerah terten tu di mana para petani adalah konsumennya. Kalau para petani ini adalah konsumennya tentu saja daya belinya di-sesuaikan dengan musim panen, yaitu kalau musim panen ti-ba petani membeli rokok produksi pabrik itu tetapi kalau musim kemarau tiba para petani mengalihkan pada rokok yang lebih murah. Keadaan ini dapat menyebabkan pabrik rokok berproduksi sedikit sehingga untuk mengatasi keada­ an ini perusahaan akan mengurangi jumlah buruh yang terlibat guna mengatasi kerugian lebih lanjut dalam perusa -haan itu. Hemat saya, buruh musiman itu tidak sepenuhnya tunduk pada peraturan perusahaan dan sebaiknya bagi buruh ini dibuatkan peraturan tersendiri yang disesuaikan de­ ngan waktu kerjanya, cara kerjanya dan lain-lain.

Kalau ada seorang buruh tetap pada perusahaan itu karena perbuatannya telah dijatuhkan sanksi skorsing maka majikan tetap berkewajiban untuk membayar upah buruh se-banyak 50%. Ketentuan ini sesuai dengan petunjuk dari Direksi Jendral Urusan Perlindungan Dan Perawatan Tenaga Kerja Tanggal 8 Pebruari 1967 Nomor 367/1967 pada angka 14 ayat 2 mengatakan :

kalau buruh dalam keadaan skorsing dan pengusaha se-mentara itu tel ah memohon izin untuk pemutusan hubung an kerja kepada P.4D, maka kalau ada peraturan skors­ ing yang tercantum dalam peraturan perusahaan, maka selama izin P.4D tersebut belum ada, upah buruh di-bayar menurut peraturan skorsing tersebut, bisa hanya 50% dari upahnya, pokoknya pengusaha tidak wajib mem-bayar upah penuh dari siburuh, dan karena upah penuh tidak dibayar, maka buruh tidak wajib melakukan pe-kerjaan, dengan lain perkataan kedua belah pihak.baik pengusaha maupun buruh tidak wajib mentaati ketentuan pasal 11 dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964.24 Berdasarkan ketentuan ini banyak penyimpangan yang

ter-jadi dalam perusahaan. Seperti PT Astindo Abadi Surabaya dalam peraturan perusahaannya diatur mengenai penahanan buruh baik buruh pria maupun buruh wanita dihukum oleh penegak hukum dengan alasan apapun maka perusahaan dapat memberhentikan sementara dengan tidak mendapat upah. Lain keadaannya di PT Barah Inti Gresik selama buruh diskors -ing, kepada buruh tersebut diberikan :

untuk buruh harian = upah pokok

untuk buruh bulanan = 30% dari gaji pokok per bulan

, gaji pokok per*

atau per hari = 30% x v --- bulan

v x skorsing x 25

Tetapi pada perusahaan PT Wijaya Kusuma Contractor Sura -baya ditetapkan dalam peraturan perusahaannya mengenai skorsing ini terdapat bahwa untuk pelanggaran yang membu-tuhkan penyelidikan lebih lanjut dan memakan waktu yang lama, buruh tersebut dapat dijatuhi skorsing sampai waktu yang ditentukan. Selama skorsing buruh menerima upah 50% dari gaji pokok. Kalau hasil penyelidikan membuktikan buruh yang bersangkutan tidak bersalah melakukan pelang -garan yang dituduhkan, buruh ini akan dikerjakan kembali

dalam jabatan semula. Mengenai pembayaran gaji buruh se-25

lama masa skorsing akan dilunasi sepenuhnya.

Hemat saya, dengan dijatuhkan skorsing pada buruh yang bersalah dapat menjadikan contoh bagi buruh yang lain untuk lebih berhatihati dalam melakukan pekerjaan -nya. Dengan demikian terciptalah Hubungan Perburuhan Pancasila antara majikan dengan buruh, di mana suasana ketenangan kerja dapat diperoleh melalui penanganan se-tiap masalah dapat diselesaikan srcara cepat serta adil. Sehingga adanya ketenangan kerja ini dopat menjamin sta -bilitas jalannya perusahaan dan mempercepat lajunya pem-bangunan.

23

Wawancara dengan Manager Personalia PT Wijaya Kusuma Contractor Surabaya, 6 Desember 1902.

24

A.B. Loebis, Peraturan Perusahaan dan____ Masalah Skorsing Buruh, Kantor Advokat dan Konsultasi Perburuhan, Jakarta, h. 10.

25

Wawancara dengan Manager Personalia PT Wijaya Kusuma Contractor Surabaya, 6 Desember 1982.

BAD V

P E N U T U P

1. Kesimpulan

a. Kenyataannya dalam perusahaan banyak dijumpai kesa-* lahan buruh baik yang ringan maupun kesalahan buruh yang berat antara lain seperti tidak cakap melaku­ kan pekerjaan, melalaikan kewajiban secara seram­ pangan, dan melakukan kecerobohan milik perusahaan. b. Ternyata kebijaksanaan majikan yang diterapkan ter-hadap buruh yang melakukan kesalahan ini didasarkan atas penilaian konduite buruh dalam perusahaan me-liputi penilaian terhadap peri kelakuan dan disi-plin kerja, ketrampilan, dan kejujuran. Selain itu juga didasarkan pada keadaan sosial ekonomi buruh yang berhubungan dengan upah buruh dalam perusahaan. c. Ternyata kebijaksanaan majikan yang diberikan ini

berdasarkan atas penyimpangan dari ketentuan In-struksi Menteri Perburuhan Nomor 15/Inst/1964 dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor 362/1967.

Adanya penyimpangan ini tercantum dalam peraturan perusahaan.

d. Kenyataannya dalam praktek bagi buruh yang melaku -kan pelanggaran ringan diberi-kan kebijaksanaan

berupa peringatan lisan atau tertulis sedangkan ba­ gi buruh yang melakukan pelanggaran berat diberikan skorsing.

Pengaturan mengenai peringatan dan skorsing yang di-jumpai dalam perusahaan hanyalah berdasar kebiasaan saja.

2. Saran

a. Sebaiknya majikan dalam menghadapi buruh yang mela­ kukan kesalahan ini mengadakan penyelidikan terhadap latar belakang dari dilakukannya kesalahan itu.

b. llendaknya kebijaksanaan yang diberikan majikan ini bersifat tegas dan berwibawa sehingga buruh itu da­ pat menginsyafi segala kesalahannya.

c. Sebaiknya peraturan perusahaan yang ada dibuat seca­ ra fleksibel sehingga dalam pelaksanaannya mudah di­ terapkan dan tidak bersifat kaku.

d. Sebaiknya dibentuk undang-undang perburuhan yang me-ngatur masalah peringatan dan skorsing sehingga da­ pat terjamin adanya kepastian hukumnya.

DAFTAR BACAAN

Dadan Pembinaan Hukum Nasional, Simpoaium Hukum Perburuh­ an , Binacipta, Jakarta, 1978.

Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidanq Hubungan Kerja, Djambatan, Jakarta, 1980.

Loebis, A.B., Peraturan Perusahaan dan Masalah Skoraing Buruh, Kantor Advokat dan Konsultasi Perburuhan, Ja­ karta.

Sukarno, Pembaharuan Gerakan Buruh di Indoneaia dan Hu­ bungan Perburuhan Pancasila, Alumni, Bandung, 1980.

Agua Sudono, Hubungan Perburuhan Pancaaila Sebagai Wahana Menuju ke Ketenangan Kerja dan Stabilitas Sosial Eko-nomi untuk Pembangunan Nasional, Departemen____ Tenaga Kerja, t ransmigrasi dan Koperasi, Jakarta, 1974.

Kumpulan Hasil-Hasil Seminar Hubungan Perburuhan Pancasi­ la, Keputuaan Seminar Nasional Hubungan Perburuhan Pancasila, Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi, Jakarta, 1974.

Sambutan Preaiden Soeharto pada Pembukaan Seminar Hubung­ an Perburuhan Pancasila tanggal 4 Desember 1974, Kum­ pulan Hasil-Hasil Seminar Hubungan Perburuhan Panca-sila, Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kope­ rasi, Jakarta, 1974J

1. Wav/ancara Dengan Pengelola Personalia PT Kodawung

Dokumen terkait