• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKSANAAN MAJIKAN TERHADAP BURUH YANG TELAH MERUGIKAN PERUSAHAAN Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEBIJAKSANAAN MAJIKAN TERHADAP BURUH YANG TELAH MERUGIKAN PERUSAHAAN Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKSANAAN MAT 1 KAN TKRIW-D/iP UUHUH YANG TEL AH MEKUGIKAN PERUSAHAAN

SKRIPSI

M I L : 2 rERPt'ST*.'' VAN "UNIVER3ITAS Ai LASOOA"

S U R A B A Y A

OLEH

A.P. TIANA WIGNJODIGDO

FAKULTAS UUKUM UNIVEKSITAS AIRI.ANGGA S U R A B A Y A

(2)

KEBIJAKSANAAN MAJIKAN TERHADAP BURUH YANG TEL All MERUGIK^N PERU S All AAN

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK

MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM

OLEH

A.P. TIANA WIGNJODIGDO 037810509

A * 4 9 $ / t 3

SKRIPSI

I

PERTAMA M I L I K iJe m b i m b i n g k e d u a fERPUSTAKAAN

•UNTVERSITAS AIRLANGG/

S U R A B A Y A

INDIARSORO, S.H L. SOUIIOKA, S.H.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(3)

KATA PHNGANTAU

Dengan puji syukur kepada Tuhan yang Mahaesa atas berkat yang dilimpahkan-Nya, saya tel ah bcrhasil menyele-saikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan kewajiban se-tiap mahasiswa Fakultas Hukum Univorsitas Airlangga seba-gai sal ah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hu­ kum.

Dalam kesempatan ini, tidak lupa saya ucapkan te-rima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dapak Indiarsoro, S.H. selaku dosen pembimbing I vang tel ah berjerih payah dan ponuh kesabaran dalnm mornbe-rikan bimbingan pada saya untuk membuat dan rnenyelo-saikan skripsi ini. Begitu pula kepada )3apak M.L. Souhoka, S.H. selaku dosen pembimbing 11 yang tel ah ikut membaca dan memberikan koreksinya;

2. bapak, ibu dosen, dan asisten dosen yang tel ah membe­ rikan bekal ilmu kepada saya selama saya berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Airlangga;

3. pengelola personalia PT Kedawung Subur, PT Pharmasi Viva/Vita Kosmetik dan PT Wijaya Kusuma Contractor di Surabaya yang telah membantu saya memberikan data da-lam penyelesaian skripsi ini;

4. ayah, ibu, dan saudara saya tercinta yang tel ah membe­ rikan dorongan dan bantuan selama saya mengerjakan skripsi ini;

(4)

-Tentunya, skripsi ini jauh.dari sempurna. Maka dari i.tu, saran dan kritik yang diberikan akan saya terima dengan kerendahan hati.

Surabaya, Januari 1983 Penyusun,

(5)

DVFTAR IS I

HALAMAN

KATA P E N G A N T A R ... iii

UAFTAR ISI ... .... v

BAB I : P E N D A H U L U A N ... .... 1

1. Permasalahan ... ...1

2. Alasan Pemilihan Judul ... 3

3. Tujuan Penulisan ,... .... 3

4. Metodologi ... .... 3

5. Pertanggungjawaban Sistematika .... .... 5

BAB II : MOTIVASI KEBIJAKSANAAN MAJIKAN ... ...7

1. Konduite Buruh ... ... ...7

2. Keadaan Sosial Ekonomi Buruh ... 10

BAB III : PERBUATAN BURUH DALAM HUBUNGAN KERJA YAJ3G DIN I LAI MEKUGIKAN PERUSAIIAAJ^.... 15

1. Tidak Cakap Melakukan Pekerjaan .... 15

2. Melalaikan Kewajiban secara Seram -pangan ... 18

3. Melakukan Kecerobohan Milik Perusa -haan ... 21

BAB IV : PERINGATAN DAN SKORSING ... 26

1. Peringatan ... 26

2. Skorsing ... 31

BAB V : PENUTUP ... 36

1. Kesimpulan ... 36

(6)

HALAMAN

DAFTAK BACAAN ... 38

LAMP I KAN SATU ... 39

LAMP I RAN DU A ... 40

LAMP!KAN TIGA ... 41

(7)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1• Perroasalahan

Dewasa ini, negara kita sedang dalam masa pemba -ngunan dalam segala bidang diantaranya, bidang ekonomi.

Sebagai faktor untuk melestarikan pembangunan tersebut, diperlukan adanya tenaga kerja. Faktor tenaga kerja ini sangat perlu kita perhatikan sebab bukan saja sebagai obyok pembangunan, tetapi juga sebagai subyek pembangunan dal am arti pelaksana utama dari pembangunan ini. Sukar untuk membayangkan bagaimana kelancaran pombangunan dapat dilaksanakan tanpa adanya tenaga kerja.

(8)

sebab adanya salah pengertian dan tuntutan-tuntutan yang tidak masuk akal dari pihak buruh dapat dihindari.

Dalam suasana hubungan kerja ini ada kalanya ter-jadi ketidakseimbangan, yaitu, di pihak buruh dalam mela­ kukan pekerjaannya sehari-hari tidak akan lepas dari ke-salahannya yang dapat merugikan perusahaan itu. Ketentuan Instruksi Menteri Perburuhan Nomor 15/Inst/1964 dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor 362/1967 menegaskan "permintaan ijin untuk memutuskan hubungan kerja dapat dikabulkan bila alasannya adalah buruh itu telah melang -gar hukum atau telah merugikan perusahaan".^

Uerclasarkan ketentuan tersebut di atas, dapat ditarik ke-simpulan bahwa "memang perlindungan bagi buruh yang dibe-rikan oleh perundang-undangan hanyalah ditujukan kepada buruh yang beritikad baik, tidak pula kepada buruh yang

. . 2

beritikad buruk". Buruh yang beritikad buruk ialah buruh yang melakukan suatu perbuatan yang merugikan peru­

sahaan. Di pihak majikan mempunyai hak untuk mengadakan pemutusan hubungan lcerja terhadap buruh itu. Kenyataannya, majikan tidak selalu mengt'dakan pemutusan hubungan kerja, tetapi boleh menentukan langkah lain yang dianggap akan menjadi lebih baik bagi dirinya dan buruh tersebut.

(9)

me-lihat faktor-faktor yang ada pada buruh itu.

2. Alasan Pemilihan Judul

Keuntungan dari kebijaksanaan majikan ini adalah

untuk menghindarkan pemutusan hubungan kerja. Keadaan ini

disebabkan karena pemutusan hubungan kerja dapat beraki

-bat buruh akan kehilangan pekerjaannya dan merupakan

per-mulaan dari keseng.saraan bagi buruh beserta koluarganya.

Kebijaksanaan ini diharapkan ada kerja sama yang baik

an-tara buruh dengan majikBn yang menuju pada kerukunan umat

manusia di dalam menjamin kehidupan dan kesejahteraannya.

3. Tujuan Penulisan

Terdorong dari kenyataan tersebut, maka dikalangan

buruh lebih diperhatikan adanya perlindungan kerja. Dalam

praktek banyak pula dijumpai perusahaan yang sering

mela-kukan keadaan yang menyimpang dari ketentuan yang

ber-laku. Dan, sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pemba

-ngunan ini, maka untuk kesejahteraan rakyat diharapkan

akan tercapai suatu hubungan perburuhan yang selaras

de-lam suatu norma kepentingan yang terpadu.

4. Metodologi

Sebagai metode pendekatan masalah dalam penulisan

skripsi ini, saya menggunakan metode deskriptif dan meto­

de komparatif. Metode deskriptif merupakan suatu metode

(10)

diperguna-kan dalam suatu penyusunan serta menguraidiperguna-kan permasalahan

nya. Metode komparatif adalah metode yang membandingkan

data-data yang berhasil dikumpulkan dalam studi lapangan.

Dari pendekatan yang demikian ini, dapat saya temukan ke­

bi jaksanaan majikan dalam kenyataan seharihari di peru

-sahaan. Kebijaksanaan majikan ini dibeiikan kepada buruh

yang telah berbuat salah yang dapat merugikan perusahaan.

Kemudian, kebijaksanaan ini kita bandingkan dengan pera

-turan yang berlaku. Selain dsripada itu, dalam perusaha­

an, ada pula kebijaksanaan yang dib^rikan kepada buruh

yang melakukan kesalahan berat.

Adapun sumber data yang digunakan di samping itu, skripsi ini mendasarkan pula pada fakta atau kenyataan

yang terjadi dalam perusahaan, yang digunakan sebagai

studi kepustakaan dan melakukan observasi dan wawancara

-dengan pengelola personalia perusahaan untuk pengumpulan

data.

Prosedur pengolahan data ini ditempuh dengan mela­

kukan penjajakan terhadap pokok permasalahan yang menjadi

materi skripsi ini, kemudian hasil penjajakan dibahas dan

dianalisis permasalahannya.

Setelah data berhasil dikumpulkan baik yang

diper-oleh dari studi kepustakaan maupun hasil observasi dan

wawancara data ini dianalisis. Untuk analisis datanya sa­

ya menggunakan analisis sample dengan mengambil

contoh-contoh yang terdapat dalam beberapa perusahaan. Di sini

data dikerjakan dan dimanfaatkan untuk menjawab masalah

(11)

5. Pertanggungjaw ah an Si.sterna Lika

Selanjutnya untuk pertanggungjawaban sistematika

skripsi ini, saya bertitik tolak pada perbuatan buruh da­

lam hubungan kerja yang dinilai merugikan perusahaan.

Maksudnya, buruh itu berbuat suatu kesalahan dan karcna

kesalahannya dianggap telah merugikan perusahaan tempat

buruh bekerja. Uraian ini saya batasi pada tiga macam

perbuatan buruh yang dinilai merugikan perusahaan* Perbu­ atan buruh itu, antara lain, adalah : tidak cakap melaku-knn pekorjaan, melalaikan kewajj.ban secara serampangan,

4

dan melakukan kecerobohan milik perusahaan. Uraian ini saya letakkan dalam bab III karena morupakan inti dari pembahasan skripsi. Untuk mendasari uraian bab tersebut terlebih dulu saya uraikan bab 11 tentang motivasi kebi -jaksanaan majikan yang menguraikan alasan-alasan yang rnendasari diberikannya kebijaksanaan setelah melihat kea-daan yang menyangkut diri buruh itu sendiri seperti poni-laian konduite buruh dalam perusahaan dan keadaan sosial ekonomi buruh.

(12)

/■danya sk.ors.ing ini diboriknn bej mr'ik.sud agar buruh tprsc­

out moronungkan kesalahannya da.Lom wcikLu skor. sing itu.

Uraian mengenai peringatan dan skorsinq ini saya lctakkan

dalam bab IV. Sebagai penutup dari skripsi ini, maka bab

V terdiri atas kesimpulan dan saran yang merupakan inti-sari dari pembahasan skripsi ini.

Dengan demikian dapat terwujudlah pelaksanaan ke~

bijaksanaan majikan yang akan sesuai dengan pelaksanaan

pembangunan. Maka dari itu, dengan kebijaksanaan majikan

ini, kesejahteraan rakyat bersama yang dicita-citakan da­

pat kita capai.

^Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Djambatan, Jakarta, 1980, h. 130.

(13)

BAB II

MOTIVASI KEHIJAKSANAAN MAJIKAN

1. Konduite Buruh

Dalam usaha mengembangkan perusahaan majikan porlu mencari jalan bagaimana memberikan dan meningkatkan kebu-tuhan hidup buruh yang ditetapkan atas dasar nilai dan tugas seorang buruh dengan mcmperhatikan keseimbangan prestasi dan kebutuhan buruh, sehingga kepada buruh dapat diperoleh suatu jaminan yang aknn menciptakan ketenangan bekerja. Ketenangan bekerja ini sebenarnya bagi perusa -haan itu sendiri dapat meningkatkan adanya hasil produksi perusahaan.

Sebagai sal ah satu jalan agar buruh tetap Lcbih meningkatkan hasil produksi perusahaan majikan porlu me-ngadakan penilaian terhadap konduite buruh. Penilaian ini dilakukan dengan melihat peri kelakuan dan disiplin kerja bahkan sampai dengan tanggung jawab dalam bekerja, ke-trampilan, dan kejujuran. Cara penilaian terhadap buruh ini biasanya dilakukan setiap bulan selama enarn bulan oleh kepala bagian, kemudian hasil penilaian ini dikum -pulkan di bagian personalia lalu hasilnya dilaporkan ke­ pada para buruh dengan maksud agar buruh yang mendapat nilai konduite yang jelek dapat memperbaiki kekurangannya sehingga pada penilaian yang akan datang dapat mencapai

, 3

(14)

Hubungan Perburuhan Pancasila. Maksudnya di sini ialah : sikap sosial ialah sikap yang mencerminkan persatuan Nasional serta Kesatuan, scrta sifat kegotong-royong-an, toleransi, tenggang rasa, terbuka, bentu-membantu dan mampu mengendalikan diri. Sedangkan pada sikap mental para pelaku Hubungan Perburuhan Pancasila ber-sikap sebagai teman seperjuangan yang saling menghor-mati dan saling mengerti kodudukan serta peranannya dan sama-sama memahami hak dan kewajibannya didalam keseluruhan proses produksi.4

Sehingga melalui operasional Hubungan Perburuhan Pancasila dapat ditanamkan sikap buruh untuk dapat ber~ tanggung jawab atas majunya perusahaan serta menjaganya dan melestarikan perusahaan tersebut. Adanya sikap sosial dan sikap mental ini buruh diharapkan mempunyai nilai konduite yang baik. Dilaksanakannya penilaian konduite in.i selain untuk meningkatkan produksi perusahaan bertu -juan juga untuk monentukan kenaikan gaji, monentukan bo-sar kecilnya bonus atau gratifikasi, dan juga

meningkat-. 5

kan prestasi kerja buruh pada perusahaan.

(15)

nya maupun kerescihan sosial yanq dapat-. monjadi. sumber

ke-rawanan nasional antara lain bertambah tingginya

frekuen-si pengangguran yang mungkin menimbulkan e'kses-ekses lain

seperti pencurian, sabotase, dan lain-lain. Sebagai

tin-dak lanjut majikan akan menghubunqkan kesalahan buruh de­

ngan konduite buruh itu dan kemudian majikan akan menga

-dakan penilaian untuk merftpertimbangkan dalam penentuan

langkah-langkah terhadap buruh tersebut. Apalagi kalau kesalahan ini dilakukan secara tidak songaja dan keruqian yang timbul kecil artinya bagi perusahaan tersebut, maka

tindakan majikan akan memberikan sanksi berupa peringatan.

Sedangkan terhadap kerugian materiel di PT Kedawung Subur

Surabaya sebaqian dibebankan kepada buruh itu dengan

sanksi berupa pemotongan upah buruh setiap bulan yang ti­

dak lebih dari 20% upah yang diterima buruh itu setiap bulan dan kerugian yang sebagian lagi ditanggung perusa

-, 6 haan.

Terlaksananya pertimbangan majikan yang mengun

-tungkan ini diharapkan kepada buruh itu dapat menginsafi

segala kesdlahannya dan kemudian memperbaikinya dengan

tidak bermaksud untuk mengulangi kembali. Di samping itu,

sikap buruh akan semakin menghormat kepada majikannya se­

hingga buruh itu tidak lagi bekerja dengan tujuan keben

-daan saja tetapi buruh berperan serta dalam lajunya peru­

(16)

2. Keadaan Sosial Ekonomi Buruh

Perkembangan industri yang semakin meningkat pada saat ini dan semakin berkembangnya peronan modal baik da­ ri dalam maupun luar negeri dapat memberikan perluasan kesempatan kerja. Perluasan kesempatan kerja ini merupa­ kan kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Dalam hubungan ini program-program pembangunan sektoral maupun regional harus mengusahakan seluas mung-kin terciptanya kesempatan kerja dengan irnbalan yang lo-yak. Adanya perluasan kerja ini seorang dapat bekerja antara lain sebagai buruh di pelbagai perusahaan yang mem butuhkannya dengan harapan buruh ini dapat memenuhi kebu-tuhan hidupnya. Tetapi harapan buruh untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya belum dapat menjadi kenyataan. Karen a sebagian besar buruh menerima upah yang sedikit sekali. dan penerimaan upah ini tidak sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan buruh pada perusahaan itu.

(17)

kemahalan, tunjangan hari raya, tunjangan produksi dan

sebagainya. Semua ini diberikun pad? buruh dengan maksud

agar buruh dan keluarganya dapat memenuhi segala kekurang

. . 7 annya yang menjadi kebutuhan s e h a n - h a n .

Kenyataan dalam keadaan sosial ekonomi buruh yang

rendah ini seringkali dijumpai masalah-masalah yang

me-nyangkut hubungan kerja antara buruh sebagai penerima

kerja dengan majikan sebagai pemberi kerja. Di mana dalam

masalah ini, misalnya buruh dengan kurang penghati-hati

telah mengakibatkan kerusakan pada mesin perusahaan se­

hingga karena kerusakan ini perusahaan tidak dapat

ber-produksi dan keadaan ini dapat merugikan perusahaan, se­

hingga akibat adanya kesalahan ini buruh dapat dikenai

pemutusan hubungan kerja. Tetapi majikan dipandang seba­

gai orang yang mempunyai kedudukan sosial ekonomi yang

lebih tinggi jarang mengadakan pemutusan hubungan kerja

terhadap buruh itu. Sebaliknya majikan akan menentukan

kebijaksanaan lain misalnya dengan memberikan teguran

ke-ras kepada buruh itu. Kebijaksanaan majikan yang meri

-ngankan buruh ini, didasarkan atas pemikiran akibat yang

timbul adanya pemutusan hubungan kerja bagi buruh ini ter

hadap dana penghidupan dari buruh ini. Lebih-lebih,

ka-lau buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja ini

sam-pai waktu tertentu belum mendapatkan pekerjaan sedangkan

dana yang menjadi persediaan bagi kehidupan buruh itu

se-makin menipis. Keadaan semacam ini dapat menyengsarakan

(18)

12

Kebijaksanaan majikan yang dj.beri.kan ini akan da­

pat memberikan manfaat bagi peningkatan kesojahteraan bu­

ruh beserta keluarganya dan sekaligus dapat tercapai IJu—

bungan Perburuhan Pancasila yang mengandung azas kerja

sama tripartite antara lain :

a. buruh dan pengusaha/pemimpin perusahaan adalah te~ man seperjuangan dalam produksi, yang berarti baik buruh maupun pengusaha/pimpinan perusahaan wajib bekerja sama serta bantu rnembantu dalam kelancaran usaha dengan meningkatkan kesejahteraan dan me-naikkan produksi;

b. buruh dan pengusaha/pimpinan perusahaan adalah to­ man seperjuangan dalam keuntungan, yang berarti keuntungan yang diterima perusahaan dinikmati

ber-sama dengan bagian yang layak dan serasi:

c. buruh dan pengusaha/pimpinan perusahaan adalah te-man seperjuangan di dalam pertanggungan jawab yang meliputi :

1. tanggungjawab kepada Tuhan Yang Mahaesa 2. tanggungjawab kepada Hangsa dan Negara

3. tanggungj awab kepada inasyarakat sokelilingnya 4. tanggungjawab kepada buruh dan keluarganya

5. tanggungjawab kepada perusahaan di mana ia ber-kerja.®

Azas kerja sama tripartite ini didasarkan atas "suasana serba keserasian dan keselarasan juga keseimbangan antara pihak-pihak yang bersangkutan dalam keseluruhan proses produksi, yaitu buruh, pengusaha, pemerintah, dan masya

-9

(19)

dibanding-kan dengan harga di pasaf pada umumnya. Di samping itu

juga bertujuan untuk menghindarkan adanya pinjaman uang

buruh di luar perusahaan dengan bunga yang tinggi. Se­

hingga dapat tercapailah suasana kctontraman di tempat

kerja. Suasana ini yang hendak dicapai oleh kedua belah

pihak untuk dapat menyelenggarakan ketenangan bekerja bu­

ruh dan adanya ketenangan usaha bagi majikan selama

ber-langsungnya proses produksi. Begitu pula kegairahan ker­

ja buruh dapat diciptakan sodangkan produksi perusahaan

dan jaminan sosial buruh dapat ditingkatkan. Sehingga ke­

tenangan bekerja dapat mendorong kearah makin majunya pe­

rusahaan yang akan sejalan dengan cita-cita kaum buruh

serta rakyat pada umumnya dalam mewujudkan masyarakat

yang sejahtera, adil dan makmur.

3

Wawancara dengan Manager Personalia PT Kedawung Subur Surabaya, 13 Oktober 1982,

4

"Kumpulan Hasil-Ilasil Seminar Hubungan Perburuhan Pancapila", Keputusan Seminar Nasional Hubungan Perburuh­

an Pancasila, Departemen Tenaga Kerja, Transmiqrasi dan Koperasi, Jakarta, 1974, h^ 67

^Wawancara dengan Manager Personalia PT Pharmasi

Viva/Vita Kosmetik Surabaya, 26 Oktober 1982. g

Wawancara dengan Manager Personalia PT Kedawung Subur Surabaya, 20 Oktober 1982.

7

Wawancara dengan Manager Personalia PT Pharmasi

Viva/Vita Kosmetik Surabaya, 23 Oktober 1982. g

(20)

14

<)

(21)

BAB III

PERBUATAN JilJUUIl DA LAM HUBUNGAN

KE R J A YANG UINILAI MEktJGIKAN t'KkU.SMIAAN

1. Tidak Cakap Melakukan Pokerjaan

Moninjau dalam periode pembangunan sekarang ini tcrnyata banyak berdiri pelbagai sektor-soktor industri yang telah memberikan peluang suatu kesempatan korja bagi buruh dewasa, buruh anak, buruh orang muda, dan buruh wa-nita. Terciptanya peluang kesempatan kerja ini berkaitan erat dengan dasar pendidikan, kotrampilan, dan pengalaman kerja masing-masing buruh. Maka dari itu dengan ditorima-nya buruh di pelbagai sektor industri ini berlaku suatu ketentuan bagi perusahaan yang incrnporlakukan buruh itu untuk menjalankan lebih dahulu masa percobaan paling lama 3 bulan. Ketentuan ini terdapat dalam pasal 4 UndangUn -dang Nomor 12 Tahun 1964 yang menyatakan : "masa percoba-an itu tidak boleh melebihi tiga bulpercoba-an dpercoba-an adpercoba-anya masa percobaan harus diberitahukan lebih dahulu kepada calon b u r u h " . ^ Masa percobaan ini berarti sudah terjalin sua­ tu hubungan kerja antara majikan dengan buruh dan dapat berakibat pula buruh sudah dapat menerima upah yang akan disesuaikan dengan pendidikan, ketrampilan, pengalaman kerja, dan produktivitas kerja dari buruh itu. Kalau pro-duktivitas kerja dari buruh itu sangat rondah berarti ma­

(22)

horkewajiban nielakukan p<*kerjaan yang dijanjikan monurut

kemampuan yang sebaik-baiknya, sekesar sifat dan luasnya

pekerjaan yang harus dilakukan jika tidak dimasukkan da­

lam perjanjian atau peraturan majikan maka ditontukan

o-leh kebiasaan" .

Sehanai sal ah satu jaJan aqar buruh dapat mono ip

-takan prostasi korja pada masa porcobnan .ini, inajikan

porlu mengadakan us ah a bimbingan, pend.idikan, kntrampil

-an, dan latihan agar "rneroka dapat diqunakan secara

ofok-tif sosuai dengan persyaratan tonaga korja yang diminta

atau dibutuhkan. Pembinaan tcnaga kerja ini baik kwali

-tas mnunun kwanti-tas yang akan erat hubungannya dengan

pasaran korja yakni persediaan dan peimintaan tcnaga

ker-* i 1?

ja". '■ Sefcelah itu buruh dicoba untuk dapat menguasai se

ponuhnya pada pekerjaan yang dihadapi itu. /\pabila masa

percobaan baru herjalan 2 bulan sodangkan buruh itu sudah cakap sepenuhnya pada pekerjaan itu berlaku ketetapan da­

pat diangkatnya menjadi buruh tetap pada perusahaan itu.

Tetapi apabila buruh tetap tidak cakap menguasai

pekorja-annya maka berarti buruh itu tidak dapat menghasilkan

produksi nerusahaan sehingga keadaan ini dapat merugikan

perusahaan. Kalau keadaan ini berlangsung terus hingga

masa percobaan habis maka di PT Kedawung Subur Surabaya

dengan kebijaksanaan majikan dan persetujuan dari buruh

itu masa percobaannya dapat diperpanjang lagi. Dalam

tambahan masa percobaan ini inajikan akan mcngusahakan

(23)

sud agar buruh dapat dengan cakap, tcrampil untuk

mengu-asai pekerjaan itu dan juga meningkatkan adanya prestasi

v 13

korja.

Cara lain untuk mengatasi buruh yang tidak cakap

melakukan pekerjaan ini dengan memindahkan buruh itu ke

bagian lain yang kebetulan lowong. Maksud dari mutasi

-pokerjaan ini buruh dapat mencoba kemampuannya untuk

me-nguasai pada pekerjaan yang baru itu. Apabila pada bagi­ an yang lain tidak ada yAng lowong maka secara praktek berlaku kebiasaan, terpaksa buruh itu diborhontikan dari

perusahaan tersebut. Adanya pelaksanaan pemberhentian ini buruh hanya diberikan apa yang menjadi upahnya saja.

Se-dangkan pendapatan lain seperti uang pesangon, uang jasa,

dan lain-lain belum dapat diborikan sebab buruh belum

mompunyai masa kerja yang cukup.

Ilemat saya, dengan diberhontikannya buruh tersobut

kelancaran jalannya perusahaan dapat teratasi sehingga

keadaan ini dapat meningkatkan hasil produksi perusahaan.

Peningkatan hasil produksi perusahaan ini juga menjadi ke

pentingan seluruh masyarakat. Maksudnya di sini :

banyak sedikitnya produksi akan mempengaruhi harga pasaran atau naik turunnya harga yang langsung akan dirasakan oleh masyarakat. Sebab itu Kaum Buruh dan Kaum Pengusaha mempunyai tanggung jawab bersama untuk menjaga agar produksi tersebut dapat terus diperta-hankan demi kepentingan seluruh masyarakat dan ne-gara.14

Dengan demikian keadaan ini akan lobih menunjang

tujuan dari Hubungan Perburuhan Pancasila yaitu :

(24)

nasional untuk mcwujudkan mnsyarakat yang adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila, serta ikut melak sanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdeka -an, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, melalui Penciptaan ketenangan dan ketentraman dan ketertiban kerja serta ketenangan usaha, meningkatkan produksi , dan meningkatkan kesejahter?;an buruh serta derajatnya sesuai dengan martabat msnusia.15

Keadaan ini kiranya dapat dicapai apabile kaum bu­

ruh juga ikut menciptakan prestasi kerjanya supaya

poru-sahaan dapat menghasilkati hasil produksi yang tinggi pula.

Sohingga dengan meningkatkan hasil produksi perusahaan

-dapat pula mengimbangi jalannya pembangunan.

2. Melalaikan Kewajiban Secara Serampanqan

Buruh yang telah menjadi buruh tetap suatu perusa­

haan harus mentaati segala peraturan dan tata tertib yang

berlaku selama melakukan pekerjaan pada perusahaan

terse-but. Buruh wajib mentaati aturan untuk "melakukan peker­

jaan dan aturan yang ditujukan pada perbaikan tata tertib

dalam perusahaan majikan yang diberikan kepadanya oleh

atau atas nama majikan dalam batas-batas aturan perundang

undangan atau perjanjian, atau bila itu tak ada,

kebia-..

16

saan .

Adanya peraturan perusahaan ini memang bertujuan dan bermaksud agar setiap buruh dapat mengetahui dengan

aepenuhnya mengenai perincian serta makna dari tata ter

-tib perusahaan. Berarti akan mengurangi keragu-raguan,

salah pengertian dan mempertegas hak serta kewajiban

an-tara majikan dengan buruh. Tata tertib perusahaan ini

(25)

hak ditotapkan pada peraturan kerja porusnh.iiin. Terjadi

-nya ikaten buruh pada perjanjian Icerja perusahaan itu

bi-la buruh baik secara lisan maupun tertulis mcnyetujuinya.

Ketentuan ini dapat dijumpai pada :

pasal 1601j Kitab Undang-Undang Hukum i’erdata y^ng menetapkan bahwa peraturan majikan hanya mengikat bu­ ruh b.i.la ia secara tertulis menyatakan persetujuannya dan jika :

1. sebuoh peraturan yang lenqkap dongan cuma-cuma d i-berikan kepada buruh oloh atau at as nama nw.iji.kan;

2. majikan menyediakan sebuah peraturan yang longkap dan ditandatanganinya, di kantor Departemen I’erbu-ruhan untuk dapat dil.ihat oloh baranq.si.apa yang menghendakinya;

3. sebuah peraturan yang longkap diqantungkan pada tempat yang dengan mud ah dapat dimnsuki buruh, ji­ ka mungkin di ruangan kerja, agar mudah dibaca.

Sebnqai akibat torikatnya buruh pada perjanjian

kerja perusahoan Ini rnaka soka.l.i-kal i buruh itu tidak

bo-leh melanggarnya. Sehingga kalau ad a buiuh telah rnelalni

lean kewajifoannya secara serainpangan, maksudnya buruh itu

secara sengaja atau tidak telah melalaikan apa yang

men-jadi kewajibannya antara lain : telah meninggalkan tempat

kerja pada waktu iam kerja, mcmbolos, memperpanjang waktu

libur dan sebagainya. Sehingga akibat dari kelalaian bu­

ruh akan kewajibannya ini majikan mengkajinya alasan bu­

ruh deri kelalaiannya ini. Kalau sekiranya alasan yang di

kemukakan buruh tidak tepat nebagai tindak lanjut dari

majikan akan menqurangi atau memotong nilai. konduite ker­

ja buruh. Misalnya pengurangan nilai konduite kerja telah

diterapkan di FT Kedawung Subur Surabaya yang

(26)

-rut tanpa ada surat keterangan dari doktor dtin kepada bu­

ruh ini telah diadakan pcmotongan nilai konduite sebanyak

5 p o i n t . M a k s u d dari pemotongan nilai konduite ini

su-paya buruh yang memang benar-benar dalam keadaan sakit

dapat membawa surat keterangan dokter yang teloh

disedia-kan pada perusahaan itu. Cara ini dimaksud pula untuk

momberi hukuman pada buruh itu supaya niJai konduite yanq

kurang ini dapat menyebabkan berkurangnya pula pendapatan

buruh. Keadaan semacam ini diharapkan agar buruh itu

di-kemudian hari tidak melalaikan kewajibannya dan

memper-baiki nilai konduite dengan tujuan dapat memperoleh

tun-jangan-tunjangan yang ada dan juga sebagai contoh bagi bu

ruh yang lain untuk tetap mematuhi tata tertib atau per­

aturan perusahaan sehingga tidak melalaikan kewajibannya

secara serampangan.

Hemat saya sanksi berupa pemotongan nilai konduite

buruh yang melakukan pekerjaan secara serampangan dapat

menjadikan buruh itu lebih bertanggung jawab mengenai

tu-gasnya baik untuk kepentingan perusahaan maupun untuk ke~

pentingan masyarakat. Sehingga dapat torjalin hubungan

kerja sama antara majikan dengan buruh sebagai teman

ker-ja pemerintah dalam pembangunan dapat terus ditingkatkan.

Dengan demikian terwujudlah azas partnership dalam Hu­

bungan Perburuhan Pancasila akan lebih mudah dibina. Se­

hingga buruh dapat menjalankan tugasnya dengan baik,

(27)

3. Melakukan Kecerobohan 'Milik Perusahaan

Setiap perusahaan menghendaki buruhnya untuk

men-ciptakan suatu hasil kerja yang semaksimal mungkin dengan

menggunakan modal dan sarana milik perusahaan yang sehe

-mat-hematnya dan sebaik-baiknya. Sebagai seorang buruh

dapat memenuhi kehendak perusahaan itu secara spontan

andaikata buruh itu mempunyai rasa ikut memiliki dan meru

-pakan bagian dari perusahaan. Sehingga tepatlah dengan

ajaran Tri Dharma yaitu :

Dharma yang pertama "liumangsa handuweni" : ialah mera-sa ikut memiliki. Dalam hal ini haruslah dapat dicip-takan auasana kerja dan suasana produksi, dimana se-mua fihak yang teraangkut dalam proses produksi— -khu-susnya buruh— secara moril merssa terikat dan ikut memiliki perusahaan itu. Dari perasaan ini akan mun-cul dharma yang kedua, ialah "Melu hangrukebi". A rtinya, lahirnya tanggung jawab bersama untuk memperta -hankan, memajukan/ dan mumperkokoh apa yang dirasakan sebagai milik bersama tadi. Dan untuk melaksanakan dharma yang ketiga : "Mulat sariro want". Artinya,

semua fihaV. berani terus menerus meneliti diri sendi-ri sampai bcrapa jauh telah berbuat untuk mempertahan kan dan memajukan milik dan kepentingan bersama -tadi.

Pernyataan ini dapat berarti pula bila seorang bu­

ruh pada perusahaan itu dalam melaksanakan pekerjaannya

berhadapan langsung dengan alat-alat, perlengkapan, mesin

mesin perusahaan dan sebagainya maka buruh itu harus le­

bih berhati-hati dan penuh tanggung jawab dalam

pengguna-annya. Sehingga pada pelbagai perusahaan yang melibatkan

baik sedikit jumlah buruhnya maupun yang melibatkan

jum-lah buruh yang banyak sangat penting dibuatkan peraturan

(28)

dalam suatu perusahaan antara lain penqaturon mongonai

tata cara penggunaan alatalat, perlengkapan, dan mesin

-mesin milik perusahaan. Dengan demikian menjadi jelas

a-danya peraturan perusahaan ini dapat menghindarkan

kece-robohan yang akan terjadi pada milik perusahaan itu dan

dapat lebih mempertegas lagi kewajiban serta tanggung ja~

vab buruh terhadap perusahaan tempat buruh itu bekerja.

Secara praktek, jika terjadi seorang buruh

melaku-kan kecerobohan milik perusahaan sehingga dapat merugimelaku-kan

perusahaan, tnaka majikan harus mengkajinya serta mencari

tahu sebab dari dilakukannya kecerobohan itu. Dari besar

kecilnya kesalahan yang dibuat barulah dapat diambil

tindakan yang lebih layak misalnya dengan membebankan seba

-gian atau seluruhnya biaya akibat kecerobohan yang terja­

di dengan jalan melakukan pemotongan upah buruh tersebut

setiap bulan dengan tidak lebih dari 50% dari upah yang

diterima buruh itu. Pernyataan sernacam ini dapat

dijum-pai pada ketentuan yang termaktub pada pasal 23 Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah yang menyatakan sebagai berikut :

(1) ganti rugi dapat dimintakan oleh pengusaha dari buruh bila terjadi kerusakan barang atau kekurang an lainnya baik milik pengusaha maupun milik pi­ ll ak ketiga oleh buruh karena kesengajaan atau ke­ lalaian.

(2) ganti rugi demikian harus diatur terlebih dahulu dalam suatu perjanjian tertulis atau peraturan perusahaan dan setiap bulannya tidak boleh mele-bihi 50% (lima puluh persen) dari upah. ^

Keadaan seperti ini telah diterapkan di PT Wijaya

(29)

yang bertugas mempertanggung jawabkan pomakaian barang

-baiang perusahaan agar benar-benar digunakan untuk proyok.

Tetapi kecenderungan melakukan kecerobohan seringkali ter

jadi pada saat proyek menjelang berakhii., di mana pada

saat itu banyak digunakan alat-alat kecil yang murah

har-gc-nya. Katagori kecil dan murah ini menyebabkan buruh

logistik sering melupakan pemakaian bon pinjam barang dan

tidak mcngumpulkan serta monyimpannya setiap jam korja

berakhir, sehinqga menyebabkan barang-barang tersebut men

jadi hilang atau musnah. Barang-barang yang hilang atau

musnah itu harus diganti oleh di penanggung jawab yaitu

bagian logistik. Besar kecilnya penggantian ini disesuai

kan dengan nilai konduite buruh dalam perusahaan dan cara

pembayarannya untuk penggantian barang-barang yang hilang

atau musnah dilakukan dengan moncicil setiap bulan. Kalau

buruh tersebut mempunyai nilai konduite yang baik maka

dari sisa pembayaran yang belum dilunasi dapat dihapuskan

21 berdasarkan kebi} aksanaan majikan.

Menurut hemat saya, adanya sanksi berupa

pembeban-an ini diharapkpembeban-an agar buruh ini dikemudipembeban-an hari tidak

melakukan kecerobohan lagi dan buruh menjadi lebih

berha-ti-hati dalam menghadapi tugas dan kewajiban akan perleng

kapan, alat-alat, dan mesin-mesin perusahaan. Sekaligus

akan menjadi contoh bagi buruh yang lain untuk lebih

ber-hati-hati dalam mematuhi tata tertib perusahaan.

Keadaan semacam ini sesuai dengan Hubungan Perbu

(30)

denqan tujuan untuk kepentinqan pribadi saja tetapi buruh

menyadari akan fungsi yang sebenarnya serta ikut berperan

dan bertanggung jawab semaksimal mungkin guna meningkat

-kan produksi perusahaan. Adanya peningkatan produksi pe­ rusahaan ini untuk kebahagian bersama dan meningkatkan

martabat manusia.

^®Imam Soepomo, op. cit., h. 126,

11Ibid.< h. 67.

12 .

Badan Pembinaan Hukum Nasional, Simposium Hukum Perburuhan, Binacipta, Jakarta, 1978, h. 115.

13 .

Wawancara dengan Manager Personalia PT Kedawung Subur Surabaya, 20 Oktober 1982.

14 . .

Agus Sudono, "JIubungan Perburuhan Pancasila se-bagai Wahana Menuju ke Ketahanan Kerja dan Stabilitas So-sial Ekonomi untuk Pembangunan Nasional", Departemen Te-naga Kerja Transmigrasi dan Koperasi, Jakarta, 1974,

h. 11.

15

Keputusan Seminar Nasional Hubungan Perburuhan Pancasila, op. cit., h. 6.

16

Imam Soepomo, op. cit., h. 71.

17Ibid., h. 54.

18

Wawancara dengan Manager Personalia PT Kedawung Subur Surabaya, 20 Oktober 1982.

19

(31)

2 0 '

Lembaran Neqara Jiopublik Indonesia Tahun 1981 No-mor 8.

21

(32)

BAB IV

PE K I N G A T A N DAN SKORSING

1. Peringatan

Setiap buruh yang bekerja di pelbagai perusahaan

ternyata berasel dari pelbagsi kalangan masyarakat yang

mempunyai bermacam-macam latar belckang kehidupan. Aki -batnya setiap buruh akan memiliki temperamen emosi, watak, dan sifat yang tidak sama. Sehingga keadaan ini dapat

mempengaruhi suatu hasil kerja buruh pada perusahaan itu.

Jika hasil produksi perusahaan tidak memenuhi target yang

diinginkan oleh perusahaan, majikan dapat mengambil

tin-dakan pengamanan perusahaan, khususnya terhadap para bu­

ruh itu.

Tindakan pengamanan ini dihubungkan dengan peratur

an perusahaan yang dikelola majikan. Sehingga dalam pe­

raturan perusahaan itu wajib dibuat pasal tentang

peri-ngatan guna mengatasi buruh yang telah melanggar tata ter

tib perusahaan. Masalah peringatan ini oleh perundang

-undangan belum ada pengaturannya sehingga kita jumpai per

aturan tentang peringatan yang ada pada perusahaan hanya

lah berdasarkan kebiasaan saja. Andaikata, seorang buruh dalam suatu perusahaan melakukan pelanggaran ringan ter­

hadap peraturan perusahaan sehingga dapat dikatagorikan

bisa "dimaafkan", misalnya pelanggaran tata tertib,

disi-plin kerja, mengobrol waktu kerja dan sebagainya. Pada

(33)

ini akan dilakukan dengan tegoran atau peringatan lisan

yang dititik beratkan pada norma yang bersifat mcmbina,

mondidik, dan mengarahkan pada kenyataan-kenyataan yanq

baik. Dengan maksud buruh yang bersangkutan insyaf dan

Radar akan perbuatan-perbuatan yang melanggar serta tidak

akan mongulanginya lagi. Jika buruh ini mempunyai itikad

y^ng baik dan intelegensinya tinggi maka buruh ini dapat

menangkap apa yang diinginkan oleh majikan. Sehingga ke­

adaan ini dapat membuat buruh itu menyadari akan

kesalah-annya dan akan bekerja lebih baik lagi.

'•Fetapi bilamana dalam suatu perusahaan ter jadi

su-atu kesalahan yang melibatkan lebih dari ssu-atu jumlah bu­

ruh sehingga kepada buruh itu harus diberikan peringatan

lisan. Berarti majikan harus mengadakan kontrol akan

so-bab terjadinya kesalahan itu. Apakah majikan sendiri yang kurang jelas memberikan pengarahan ataukah kesengajaan se

bagai protes buruh terhadap kekurangan-kekurangan yang

terjadi dalam perusahaan ? misalnya sabotase dan lain-lain.

Selaku majikan dalam mcnghadapi masalah ini harus memberi­

kan peringatan lisan dan pengarahan yang lebih jelas dan

mendetail. Sebab buruh yang melakukan kesalahan ini bisa

dari emosi dalam dirinya yang tidak lepas dari kasus-

ka-sus yang dialami di luar perusahaan, misalnya masalah

ke-luarga, masalah keuangan atau bisa juga buruh ini ingin

penghargaan atau perhatian dari majikan bahwa buruh

(34)

ini dapat dijadikan sarana komunikasi untuk skiing

menya-darkan dan tolong menolong dalam mencap<ji tujuan bersama.

Lain halnya apabila buruh melakukan pelanggaran

tertentu baik pelanggaran yang sifatnya sejenis maupun

tidak sejenis dan pelanggaran ini dapat merugikan

peru.sa-haan. Guna menanggulangi masalah ini perlu adanya

tindak-an disiplin ytindak-ang tegas dtindak-an tepat dari perusahatindak-an untuk

mencegah akibat yang lebih merugikan lagi pada perusahaan

maupun juga akhirnya akan merugikan masyarakat. Secara

praktek biasanya perusahaan menerapkan adanya sanksi atau

tindakan disiplin terhadap para pelanggar tata tertib

perusahaan. Sanksi disiplin ini berupa peringatan tertu­

lis ke 1, ke 2 dan ke 3 atau terakhir dengan masa berlaku untuk masing-masing peringatan selama l(satu) tahun.

Tetapi, ketentuan masa berlakunya surat peringatan antara

satu perusahaan dengan perusahaan yang lain tidak sama,

ada yang mempunyai masa berlaku 3 bulan, 6 bulan dan se­

bagainya tergantung dari kebijaksanaan pimpinan perusaha­

an.

Andaikata buruh menerima surat peringatan ke 1 de­ ngan jangka waktu berlaku 1 tahun, tetapi dalam tenggang

waktu berlakunya peringatan ini buruh tersebut telah

menunjukkan adanya perbaikan serta tidak nampak akan mela

-kukan pelanggaran lagi maka peringatan ini dapat ditarik

kembali atau dicabut oleh majikan. Sebaliknya, apabila

jangka waktunya 1 tahun sejak dikeluarkan peringatan ini

(35)

maka kepada buruh ini langsung dikenai peringatan ke 2.

'l’etapi di PT Asri Indah Surabaya dalam peraturan perusa -haannya selain diatur mengenai peringatan tertulis ke 1 ,

ke 2, dan ke 3 atau terakhir, juga perbuatan buruh ini di

nilai sifatnya. Sehingga masing-masing peringatan dapat

diperkeras dan dipersingkat. Peringatan tertulis ke 1

dan ke 2 sekaligus diberikan untuk satu perbuatan atau

untuk satu perbuatan bisa juga diborikan peringatan ke 2 sekaligus terakhir dan sebagainya. Selain itu juga di PT

Astindo Abadi Surabaya, kalau buruh melakukan pelanggaran yang raifatnya berat atau sangat mendesak maka tindakan

-yang diambil adalah memutuskan hubungan kerja menurut

ke-tentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964.

Dalam penjatuhan peringatan ini biasanya dilakukan

oleh manager personalia atau majikan. Tetapi di PT V/ijaya

Kusuma Contarctor Surabaya pada peraturan perusahaannya

tertulis bahwa untuk peringatan tertulis ke 1 dan ke 2 di.

berikan oleh Kepala Bagian, Atasannya dengan masa berlaku 3 bulan dengan memberikan temousannya kepada Manager Per­

sonalia atau umum. Tetapi,pada peringatan tertulis ke 3

diberikan oleh Manager Personalia dengan surat pengantar

dari manager yang membawahi dengan tembusan kepada atas

-22

annya dengan masa berlaku 6 bulan. Dari berbagai macam

peringatan yang dijumpai dalam perusahaan-perusahaan itu

pada d a s a m y a bertujuan antara lain :

(36)

2. untuk bahan penilaian konduite buruh:

3. mempertegas tujuan dan harapan perusahaan yang wajib dilaksanakan oleh buruh tersebut atau semacam pengarah

an;

4. sebagai sarana kontrol terhadap latar belakang kesalah an yang dibuat oleh buruh:

5. itikat dan intelegensi buruh dapat diketahui;

6. sarana komunikasi antara majikan dengan buruh.

tiagi buruh yang mendapat peringatan tertulis

ka-rena pelanggaran peraturan perusahaan dapat berakibat bu­

ruh itu ditunda kenaikan upah atau pangkatnya, dipotong

upahnya atau diturunkan pangkatnya, pemotongan terhadap

nilai konduite yang dapat mempengaruhi penerimaan upah

dan sebagainya. Sehingga dengan demikian buruh itu

men-jadi jera dan memperbaiki segala kesalahannya. Menurut

hemat saya dengan diberikan peringatan secara bertahap

dan disesuaikan dengan besar kecilnya pelanggaran terha­

dap peraturan perusahaan, juga menyelidiki lebih dahulu

latar belakang dilakukannya perbuatan itu berarti maji­

kan tidak memandang buruh sebagai mesin penggerak un­

tuk berproduksi saja tetapi buruh dipandang sebagai

ma-nusia yang memiliki harkat dan martabat. Dengan demikian

suasana keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam

Hubungan Perburuhan Pancasila dapat dicapai dalam

(37)

2. Skorsinq

Dalam perusahaan yang melibatkan sejumlah buruh

sering dijumpai suatu masalah yang menyangkut hubungan

kerja. Untuk mengatasi masalah hubungan kerja ini perlu

mengambil langkah yang sekiranya berguna untuk mencegah

dan menanggulanginya. Mengingat kedudukan buruh sebagai

pihak yang lemah, berhak mondapat perlindungan dari

tin-dakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh majikan.

Seba-liknya majikan perlu dijamin ketenangan usahanya dari

perbuatan buruh baik berupa pelanggaran ringan atau bisa

■juga perbuatan yang bersifat kejahatan.

Untuk pelanggaran yang sifatnya ringan misalnya

pelanggaran tata tertib perusahaan, disiplin kerja,

me-ngobrol waktu kerja dan sebagainya diberikan peringatan

lisan atau peringatan tertulis kepada para pelanggar. Se­

hingga ketenangan usaha dalam perusahaan dapat terjamin.

Tetapi jika terjadi suatu kesalahan besar atau bersifat

kejahatan sehingga dapat berakibat fatal bagi perusahaan

atau keselamatan umum sangat diperlukan penanganan lebih

serius. Biasanya dalam kesalahan besar yang tejadi sulit

secara langsung untuk diketahui secara tepat sebab

disam-ping persoalannya yang kompleks juga buruh akan saling

melemparkan tanggung jawab. Keadaan ini akan

membingung-kan majimembingung-kan dalam mengambil tindamembingung-kan yang tepat tentang

siapakah yang bersalah ataukah karena faktor sabotase.

Guna menanggulangi keadaan ini secepatnya majikan harus

(38)

menjatuhkan vonnis terakhir. Biasanya dalam masalah ini me

-nqatasinya akan memakan waktu yang lama maka untuk

mence-qah terulanginya keadaan-keadaan yang tidak diinginkan

diberlakukanlah skorsing. Maksud daripada skorsing yaitu

buruh yang bersalah atau diduga bersalah atau yang

bertu-gas di bagian yang terjadi kesalah ini diberhentikan

se-mentara dari pekerjaannya. Adapun mengenai masalah skor­ sing ini sebenarnya merupakan sanksi yang sifatnya

mo-derat antara peringatan dan pemutusan hubungan kerja. Se­

hingga bagi buruh yang dijatuhi skorsing, selama waktu

skorsing ini diberi kesempatan untuk berpikir dan mere

-nungkan segala kesalahannya dengan tidak bermaksud untuk

mengulanginya lagi. Bagi perusahaan itu sendiri dapat

berusaha untuk mengembalikan adanya ketonangan kerja.

Mengenai masalah skorsing ini dalam perundangun

-dangan yang berlaku tidak mengatumya, berarti ketentuan

yang dijumpai di pelbagai peraturan perusahaan adalah

ber-dasarkan kebiasaan dengan masa berlaku selama 3 bulan.

Tetapi, ketentuan masa berlaku skorsing ini antara satu

perusahaan dengan perusahaan yang lain tidak sama. Ada yang menetapkan selama 1 bulan, 2 bulan dan sebagainya yang disesuaikan dengan kebijaksanaan majikan atau

pim-pinan perusahaan. Adapun untuk penjatuhan skorsing ini diberikan kepada :

1. buruh yang dalam masa berlakunya surat peringatan ter­ tulis yang terakhir tetap melakukan pelanggaran lagij

(39)

Bordasarkan peraturan skorsing yang ada pada perusahaan

jelaslah hanya kepada buruh tetap saja yang terikat

scpe-nuhnya pada peraturan perusahaan. Bagaimanakah

keadaan-nya dengan buruh musiman ?, misalkeadaan-nya buruh pada pabrik

rokok dengan pasaran hasil produksinya pada daerah terten

tu di mana para petani adalah konsumennya. Kalau para

petani ini adalah konsumennya tentu saja daya belinya

di-sesuaikan dengan musim panen, yaitu kalau musim panen

ti-ba petani membeli rokok produksi pabrik itu tetapi kalau

musim kemarau tiba para petani mengalihkan pada rokok

yang lebih murah. Keadaan ini dapat menyebabkan pabrik

rokok berproduksi sedikit sehingga untuk mengatasi keada­

an ini perusahaan akan mengurangi jumlah buruh yang

terlibat guna mengatasi kerugian lebih lanjut dalam perusa

-haan itu. Hemat saya, buruh musiman itu tidak sepenuhnya

tunduk pada peraturan perusahaan dan sebaiknya bagi buruh

ini dibuatkan peraturan tersendiri yang disesuaikan de­

ngan waktu kerjanya, cara kerjanya dan lain-lain.

Kalau ada seorang buruh tetap pada perusahaan itu

karena perbuatannya telah dijatuhkan sanksi skorsing maka

majikan tetap berkewajiban untuk membayar upah buruh

se-banyak 50%. Ketentuan ini sesuai dengan petunjuk dari

Direksi Jendral Urusan Perlindungan Dan Perawatan Tenaga

(40)

kalau buruh dalam keadaan skorsing dan pengusaha se-mentara itu tel ah memohon izin untuk pemutusan hubung an kerja kepada P.4D, maka kalau ada peraturan skors­ ing yang tercantum dalam peraturan perusahaan, maka selama izin P.4D tersebut belum ada, upah buruh di-bayar menurut peraturan skorsing tersebut, bisa hanya 50% dari upahnya, pokoknya pengusaha tidak wajib mem-bayar upah penuh dari siburuh, dan karena upah penuh tidak dibayar, maka buruh tidak wajib melakukan pe-kerjaan, dengan lain perkataan kedua belah pihak.baik pengusaha maupun buruh tidak wajib mentaati ketentuan pasal 11 dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964.24 Berdasarkan ketentuan ini banyak penyimpangan yang

ter-jadi dalam perusahaan. Seperti PT Astindo Abadi Surabaya dalam peraturan perusahaannya diatur mengenai penahanan

buruh baik buruh pria maupun buruh wanita dihukum oleh

penegak hukum dengan alasan apapun maka perusahaan dapat

memberhentikan sementara dengan tidak mendapat upah. Lain

keadaannya di PT Barah Inti Gresik selama buruh diskors

-ing, kepada buruh tersebut diberikan :

untuk buruh harian = upah pokok

untuk buruh bulanan = 30% dari gaji pokok per bulan

, gaji pokok per*

atau per hari = 30% x v --- bulan

v x skorsing x 25

Tetapi pada perusahaan PT Wijaya Kusuma Contractor Sura

-baya ditetapkan dalam peraturan perusahaannya mengenai

skorsing ini terdapat bahwa untuk pelanggaran yang

membu-tuhkan penyelidikan lebih lanjut dan memakan waktu yang

lama, buruh tersebut dapat dijatuhi skorsing sampai waktu

yang ditentukan. Selama skorsing buruh menerima upah 50%

dari gaji pokok. Kalau hasil penyelidikan membuktikan

buruh yang bersangkutan tidak bersalah melakukan pelang

(41)

dalam jabatan semula. Mengenai pembayaran gaji buruh

se-25 lama masa skorsing akan dilunasi sepenuhnya.

Hemat saya, dengan dijatuhkan skorsing pada buruh

yang bersalah dapat menjadikan contoh bagi buruh yang

lain untuk lebih berhatihati dalam melakukan pekerjaan

-nya. Dengan demikian terciptalah Hubungan Perburuhan

Pancasila antara majikan dengan buruh, di mana suasana

ketenangan kerja dapat diperoleh melalui penanganan

se-tiap masalah dapat diselesaikan srcara cepat serta adil.

Sehingga adanya ketenangan kerja ini dopat menjamin sta

-bilitas jalannya perusahaan dan mempercepat lajunya

pem-bangunan.

23

Wawancara dengan Manager Personalia PT Wijaya Kusuma Contractor Surabaya, 6 Desember 1902.

24

A.B. Loebis, Peraturan Perusahaan dan____ Masalah Skorsing Buruh, Kantor Advokat dan Konsultasi Perburuhan, Jakarta, h. 10.

25

(42)

BAD V

P E N U T U P

1. Kesimpulan

a. Kenyataannya dalam perusahaan banyak dijumpai kesa-*

lahan buruh baik yang ringan maupun kesalahan buruh

yang berat antara lain seperti tidak cakap melaku­

kan pekerjaan, melalaikan kewajiban secara seram­

pangan, dan melakukan kecerobohan milik perusahaan.

b. Ternyata kebijaksanaan majikan yang diterapkan

ter-hadap buruh yang melakukan kesalahan ini didasarkan

atas penilaian konduite buruh dalam perusahaan

me-liputi penilaian terhadap peri kelakuan dan

disi-plin kerja, ketrampilan, dan kejujuran. Selain itu

juga didasarkan pada keadaan sosial ekonomi buruh

yang berhubungan dengan upah buruh dalam perusahaan.

c. Ternyata kebijaksanaan majikan yang diberikan ini

berdasarkan atas penyimpangan dari ketentuan

In-struksi Menteri Perburuhan Nomor 15/Inst/1964 dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor 362/1967.

Adanya penyimpangan ini tercantum dalam peraturan perusahaan.

d. Kenyataannya dalam praktek bagi buruh yang melaku

-kan pelanggaran ringan diberi-kan kebijaksanaan

berupa peringatan lisan atau tertulis sedangkan ba­

gi buruh yang melakukan pelanggaran berat diberikan

skorsing.

(43)

Pengaturan mengenai peringatan dan skorsing yang

di-jumpai dalam perusahaan hanyalah berdasar kebiasaan

saja.

2. Saran

a. Sebaiknya majikan dalam menghadapi buruh yang mela­

kukan kesalahan ini mengadakan penyelidikan terhadap

latar belakang dari dilakukannya kesalahan itu.

b. llendaknya kebijaksanaan yang diberikan majikan ini

bersifat tegas dan berwibawa sehingga buruh itu da­

pat menginsyafi segala kesalahannya.

c. Sebaiknya peraturan perusahaan yang ada dibuat seca­

ra fleksibel sehingga dalam pelaksanaannya mudah di­

terapkan dan tidak bersifat kaku.

d. Sebaiknya dibentuk undang-undang perburuhan yang

me-ngatur masalah peringatan dan skorsing sehingga da­

(44)

DAFTAR BACAAN

Dadan Pembinaan Hukum Nasional, Simpoaium Hukum Perburuh­ an , Binacipta, Jakarta, 1978.

Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidanq Hubungan Kerja, Djambatan, Jakarta, 1980.

Loebis, A.B., Peraturan Perusahaan dan Masalah Skoraing Buruh, Kantor Advokat dan Konsultasi Perburuhan, Ja­ karta.

Sukarno, Pembaharuan Gerakan Buruh di Indoneaia dan Hu­ bungan Perburuhan Pancasila, Alumni, Bandung, 1980.

Agua Sudono, Hubungan Perburuhan Pancaaila Sebagai Wahana Menuju ke Ketenangan Kerja dan Stabilitas Sosial Eko-nomi untuk Pembangunan Nasional, Departemen____ Tenaga Kerja, t ransmigrasi dan Koperasi, Jakarta, 1974.

Kumpulan Hasil-Hasil Seminar Hubungan Perburuhan Pancasi­ la, Keputuaan Seminar Nasional Hubungan Perburuhan Pancasila, Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi, Jakarta, 1974.

(45)

1. Wav/ancara Dengan Pengelola Personalia PT Kodawung Su-LAMPIRAN SATU

bur Surabaya

a. Penilaian konduite buruh yang dilakukan perusahaan

itu meliputi penilaian terhadap apa saja ?.

b. Selama berapa kali dalatn setahun diadakan penilaian

konduite buruh itu ?. Dimanakah hasil daripada pe­

nilaian konduite ini dikumpulkan ?.

c. Bagaimanakah dengan penerapan sanksi jika buruh

me-lcikukan perbuatan yang dapat menyebabkan kerugian

materiel pada perusahaan ?. Apakah yang akan dila -kukan perusahaan jika menghadapi buruh yang tidak cakap melakukan pekerjaan ?«

d. Sanksi apakah yang dijatuhkan terhadap buruh yang

sakit selama 2 hari berturut-turut tanpa ada surat

keterangan dari dokter ?.

e. Bagaimana dengan penerapan sanksi jika buruh mela­

kukan perbuatan yang dapat menyebabkan kerugian ma­

teriel pada perusahaan ?.

f. Apakah yang akan dilakukan perusahaan jika mengha­ dapi buruh yang tidak cakap melakukan pekerjaan ?.

Berapa lama masa percobaan yang diterapkan dalam

perusahaan ?.

g. Bagaimana kalau buruh sebelum masa percobaannya

ha-bis telah cakap melakukan pekerjaannya ?. Bagaimana

dengan upah buruh jika dikeluarkan pada masa perco­

(46)

LfMPIRAN DUA

2. Wawancara Dengan Penqelola Personalia pt Pharmasi Viva/

Vita Kosmetik Surabaya

a. Apakah mciksud perusahaan mengadakan penilaian kon­ duite bagi buruhnya?. Bagaimana pula akibatnya bagi

buruh yang mempunyai nilai konduite yang jelek ?.

b. Apakah maksud perusahaan memberikan jaminan sosial bagi buruh perusahaan ?.

c. Apakah perusahaan memberikan pendapatan lain kepada buruhnya selain upah pokok ?.

d. Bagaimana sikap majikan dalam menghadapi buruh yang

melakukan kosalahan ?

e. Sanksi apakah yang dijatuhkan perusahaan terhadap

buruh yang telah melakukan kesalahan itu ?.

f. Berapa persen pemotongan upah buruh terhadap

keru-gian materiel ?.

g. Bagaimana sikap majikan jika pelunasan kerugian pe­

rusahaan ini belum selesai sedangkan buruh itu te­

lah menunjukkan sikap yang baik ?.

h. Perbuatan pelanggaran buruh yang bagaimanakah yang

termasuk katagori bisa dimaafkan ?. Bagaimana sikap

(47)

3. Wawancara Dengan Pengelola Personalia PT Wijaya Kusuma

Contractor Surabaya

a. Bagaimana penentuan perusahaan terhadap buruh yang

telah melakukan kecerobohan milik Perusahaan ?. Ba­

gaimana tindakan perusahaan terhadap buruh yang te­

lah melakukan kecerobohan milik perusahaan itu ?.

b. Terhadap pelanggaran bagaitnanakah yang dapat dibe­

rikan teguran atau peringatan lisan dan bagaimana ~

kah yang dapat dijatuhi peringatan tertulis ?.

c. Siapakah yang berhak menjatuhkan peringatan tertu­

lis ke 1, ke 2, dan ke 3 terhadap buruh yang

me-langgar tata tertib perusahaan ?. Berapakah masa

berlakunya untuk tiaptiap surat peringatan tertu

-lis ?.

d. Dalam pelanggaran yang bagaimanakah yang dapat di­

jatuhi skorsing ?. Siapakah yang berhak menjatuhkan

skorsing itu ?.

e. Apakah maksud perusahaan menjatuhkan skorsing ?. f. Bagaimana dengan pembayaran buruh selama diadakan

skorsing ?. Bagaimana pula mengenai pembayaran bu­

ruh bila buruh yang diskorsing itu ternyata tidak

bersalah ?.

g. Apakah maksud perusahaan menjatuhkan peringatan li-s«;.n dan peringatan tertulis ?.

h. Bagaimana sikap majikan jika menghadapi nejumlah

buruh telah melakukan pelanggaran terhadap peratur­

(48)

LAMPIRAN EMPAT

PT w ij a y a KUSUMA CONTRACTOR SURABAYA

tgl

Kepada Yth

Sdr

SURAT PERINGATAN KE . . .

Dengan hormat,

Berhubung Saudara telah melakukan

tindakantindakan ytindakantindakang meltindakantindakanggar peraturtindakantindakan perusahatindakantindakan dtindakantindakan ketentutindakantindakanke

-tentuan yang telah digariskan oleh perusahaan seperti ter

sebut dibawah ini :

Yaitu melanggar peraturan perusahaan Dab .. Pasal .. No..

Maka atas dasar tersebut, kami berikan peringatan

Demikianlah agar peringatan ini diperhatikan dan keras atas diri Saudara, agar hal tersebut tidak

ter-ulangi lagi.

Surat peringatan ini berlaku dari tanggal

s / d ...

diindahkan.

Hormat kami,

Manager

Form, ini diketik rangkap 3 dengan kertas HVS

1 asli untuk yang bersangkutan 1 copy untuk Manager P & U

Referensi

Dokumen terkait

menuntut wanita itu hebat kalau anda sendiri tidak pantas bagi wanita yang hebat. Dalam menjalin sebuah hubungan, jangan menuntut sesuatu yang tidak Anda bangun di diri

Sedangkan menurut Riyanto (2009) struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antar aktiva lancar dan

Data responden sebanyak 210 mahasiswa dan Structural Equation Modelling dan juga WrapPLS digunakan untuk menguji hipotesis – hipotesis dari karateristik layanan wesbite

Ekstrak etanol umbi lapis bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) memiliki efek antihip ertensi (mampu menurunkan tekanan darah sistolik sebesar ≥20 mmHg) dan pada

You might think &#34;well, if he's not not an anatomy god, then why should I read this book?&#34; Allan tells you how to start, and how to use basics to start approaching the figure

Smart home merupakan konsep rumah yang memakai teknologi smart system di dalamnya, yaitu memanfaatkan energi ramah lingkungan untuk sumber daya listrik.Oleh karena

Prinsip yang sangat penting dalam memberikan makanan tambahan untuk rehabilitasi anak dengan gangguan gizi kurang adalah memberikan makanan dengan konsep

Lembar observasi digunakan untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan sintaks hasil kombinasi model Problem Based Learning