• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN

B. Hak Buruh dalam Perjanjian Kerja di PTPN II Kebun Tanjung Jati

produksi tidak terhambat

d. Melakukan upaya koordinasi pengamanan produksi kelapa sawit dengan Muspika/Muspida setempat dalam hal ini Polres Langkat da Polsek Binjai.

e. Melakukan evaluasi kerja terhadap pihak keamanan setempat (Secutiry) supaya tetap waspada terhadap upaya-upaya pencurian TBS dan penguasaan areal.

B. Hak Buruh dalam Perjanjian Kerja di PTPN II Kebun Tanjung Jati C.

Dilihat dari sudut pandang ilmu hukum, masalah yang menyangkut dengan Hak Asasi Manusia yang tidak boleh dilanggar, sudah merupakan bagian dari hukum positif di Indonesia. Meskipun Undang-Undang Dasar 1945 tidak mengatur secara lengkap tentang Hak-hak Asasi Manusia akan tetapi hak untuk hidup, hak persamaan dalam hukum,

Kebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan pendapat telah dijamin dalam konstitusi. Disamping itu sebagai anggota PBB Indonesia terikat deklarasi universal Hak Asasi Manusia.45

Adapun hak-hak pekerja dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

a. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan (Pasal 5);

b. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha (Pasal 6);

c. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja (Pasal 11);

d. Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya (Pasal 12 ayat (3));

e. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikut pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan di tempat kerja (Pasal 18 ayat (1));

f. Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi (Pasal 23);

g. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri (Pasal 31);

h. Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama satu setengah bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan satu setengah bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan (Pasal 82 ayat (1);

i. Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat satu setengah bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan (Pasal 82 ayat (2);

j. Setiap pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu istirahat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d, Pasa l80 dan Pasal 82 berhak mendapat upah penuh (Pasal 84); k. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh

45

Bahdar Johan Nasution, Hukum Ketenagakerjaan, Kebebasan Berserikat bagi Pekerja, (Bandung : Bandar Maju, 2004), hlm. 139.

perlindungan atas:

a) Keselamatan kerja; b) moral dan kesusilaan; dan

c) perlakuanyangsesuaidenganharkatdanmartabatmanusiaserta nilai-nilaI agama (Pasal 86 ayat (1);

l. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat (1));

m. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja (Pasal 99ayat (1));

n. Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/buruh (Pasal 104 ayat (1));

o. Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan (Pasal 137);

p. Dalam hal pekerja/buruh yang melakukan mogok kerja secara sah dalam melakukan tuntutan hak normative yang sungguh-sungguh dilanggaroleh pengusaha, pekerja/buruh berhak mendapatkan upah (Pasal 145).

Perjanjian Kerja Bersama PTPN II menjadi dasar perjanjian kerja bagi buruh yang ada di PTPN II Kebun Tanjung Jati. PKB ini merupakan hasil dari perundingan antara PTPN II dengan Serikat Pekerja Merdeka PTPN II yang didalamnya memuat berbagai ketentuan yang mengikat bagi pihak PTPN II maupun buruh diantaranya hak-hak buruh. Hak-hak buruh yang diatur dalam PKB antara lain:

a. Hak untuk mendapatkan pembebasan dari kewajiban untuk bekerja. Yang termasuk pembebasan dari kewajiban untuk bekerja antara lain:

1) Hari libur resmi dan cuti bersama. Setiap pekerja berhak atas hari libur resmi dan cuti bersama yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi.46

2) Cuti melahirkan. Pekerja wanita berhak atas cuti melahirkan

46

selama satu setengah bulan sebelum dan setelah melahirkan.47 Perpanjangan cuti melahirkan dapat diberikan hanya berdasarkan surat keterangan dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk perusahaan karena alasan keadaan yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan pekerja.48 Bagi pekerja yang mengalami keguguran kandungan menurut keterangan dokter perusahaan diberikan istirahat selama satu setengah bulan.49 Selama menjalani cuti melahirkan dan keguguran kandungan tetap mendapatkan gaji.50

b. Hak untuk mendapatkan upah. Kepada pekerja diberikan gaji pokok menurut golongan sesuai dengan skala golongan.51 Sistem pengupahan karyawan dinyatakan dalam golongan melalui hasil perundingan Direksi dengan Serikat Pekerja yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Perusahaan.52 Besarnya gaji pokok bagi karyawan dengan golongan terendah (IA/0) mengacu pada sekurang-kurangnya 75% dari Upah Minimum Privinsi dan untuk golongan atau berskala diatasnya akan disesuaikan dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan.53 Besarnya gaji pokok untuk golongan terendah akan disesuaikan dengan penetapan Upah Minimum Provinsi tahun berjalan.54

c. Hak Mendapatkan tunjangan tetap. Karyawan mendapatkan

47 Pasal 26 ayat (1) PKB PTPN II 48 Pasal 26 ayat (2) PKB PTPN II 49 Pasal 26 ayat (3) PKB PTPN II 50 Pasal 26 ayat (4) PKB PTPN II 51

Pasal 30 ayat (2) PKB PTPN II.

52

Pasal 30 ayat (1) PKB PTPN II.

53

Pasal 30 ayat (3) PKB PTPN II.

54

sejumlah uang sebagai tambahan penerimaan dan diberikan bersamaan pada pembayaran upah bulanan dan tidak dikaitkan dengan kehadiran yang terdiri dari:55

1) Tunjangan air. 2) Tunjangan listrik. 3) Tunjangan bahan bakar. 4) Tunjangan beras karyawan.

d. Hak mendapatkan santunan sosial. Kepada karyawan diberikan santunan sosial yang besarnya ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Direksi.56

e. Hak mendapatkan bonus. Kepada karyawan diberikan bonus atau jasa produksi yang merupakan biaya perusahaan yang dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku dnegan memperhatikan kemampuan perusahaan dan dibayarkan setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).57

f. Berhak mendapatkan pembayaran gaji bagi karyawan yang sakit berkepanjangan. Karyawan yang oleh dokter Perusahaan dinyatakan sakit yang berkepanjangan memperoleh upah, tunjangan, santunan sosial dan penerimaan-penerimaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.58 Pengaturan pembayaran upah adalah sebagai berikut: 1) Selama 4 (empat) bulan pertama dibayarkan 100% (seratus

55 Pasal 34 56 Pasal 38 PKB PTPN II. 57 Pasal 40 PKB PTPN II. 58

persen) gaji.

2) Selama 4 (empat) bulan kedua dibayarkan 75% (tujuh puluh lima persen) gaji.

3) Selama 4 (empat) bulan ketiga dibayarkan 50% (lima puluh persen) gaji.

4) Bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima persen) gaji. \ Pembayaran upah diberikan sampai dilakukannya pemutusan hubungan kerja dengan hormat.

Disamping menerima upah secara proporsional, karyawan yang menderita sakit berkepanjangan juga diberikan santunan sosial berupa santunan sosial yang berlaku bagi karyawan yang aktif dan jaminan sosial yang berlaku.59

g. Hak untuk mendapatkan perawatan/pengobatan bagi anak dari karyawan wanita yang menjadi kepala rumah tangga dengan ketentuan :60

1) Mengajukan permohonan kepada Pimpinan Perusahaan.

2) Melampirkan surat keterangan tidak mampu dari Kepala desa/Lurah.

3) Surat keterangan dari Perusahaan/instansi tempat suami bekerja yang tidak menanggung perawatan/pengobatan anak.

h. Hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan dan pengobatan karyawan. Bagi karyawan baru dan batihnya untuk perawatan serta pengobatannya diikutsertakan oleh perusahaan dalam program

59

Pasal 43 ayat (3) PKB PTPN II.

60

jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.61 Dalam keadaan darurat yang membutuhkan tindakan medis maka karyawan dan keluarganya dapat berobat di Rumah Sakit di luar perusahaan terdekat dengan ketentuan setelah dilakukan tindakan medis diwajibkan untuk melapor 1 x 24 jam kepada perusahaan untuk menentukan perawatan lanjutan.62 Ketentuan tentang perawatan kesehatan, biaya pengobatan dan fasilitas rumah sakit bagi karyawan dan batihnya diatur lebih lanjut melalui Peraturan Perusahaan.63 Karyawan yang berdasarkan pemeriksaan dokter perusahaan harus menggunakan kacamata memperoleh biaya pergantian kacamata 64yang besarannya diatur berdasarkan Peraturan Perusahaan.

i. Hak untuk mendapatkan perlengkapan keselamatan kerja yang disediakan oleh Perusahaan yang digunakan untuk pekerjaan yang menurut sifatnya membahayakan keselamatan dan kesehatan karyawan.65

j. Hak untuk mendapatkan makanan ekstra. Pekerja yang dalam melaksanakan tugasnya berhubungan dengan bahan berbahaya dan beracun, berhubungan dengan peralatan yang menimbulkan radiasi dan petugas khusus lainnya berhak mendapatkan makanan ekstra dari perusahaan.66

61

Pasal 46 ayat (1) PKB PTPN II.

62

Pasal 46 ayat (2) PKB PTPN II.

63

Pasal 46 ayat (3) PKB PTPN II.

64

Pasal 47 PKB PTPN II.

65

Pasal 50 PKB PTPN II.

66

k. Hak untuk mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja. Karyawan berhak diikutsertakan oleh perusahaan dalam program BPJS sebagaimana peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, dengan program yang diikuti antara lain:

1) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). 2) Jaminan Kematian (JKM).

3) Jaminan Hari Tua (JHT).

4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) khusus bagi karyawan baru.

l. Hak untuk mendapatkan bantuan kematian. Dalam hal karyawan meninggal dunia, maka kepada janda/duda atau ahli warisnya diberikan :

1) bantuan biaya pemakaman sebesar 1 (satu) bulan gaji; 2) bantuan tenaga untuk pemakaman, kain kafan dan papan;

3) uang duka sebesar 3 (tiga) bulan gaji; karyawan berhak mendapatkan penghasilan penuh pada bulan dimana karyawan meninggal dunia.

m. Hak mendapatkan pembinaan rohani dan jasmani. Karyawan berhak mendapatkan pembinaan rohani dan jasmani berupa kegiatan olahraga, kesenian, pendidikan kepramukaan dan rekreasi bagi pekerja termasuk penyediaan fasilitas untuk melaksanakan hal tersebut syang diselenggarakan oleh perusahaan sesuai dengan kemampuan perusahaan.67

67

n. Hak untuk mendapatkan tunjangan hari raya keagamaan kepada karyawan yang pelaksanaannya berpedoman pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor PER-04/MEN/1994.68

o. Hak untuk mendapatkan pembinaan keahlian dan keterampilan. Karyawan mempunyai kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang tanpa adanya perbedaan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dibiayai oleh perusahaan.69

Hak-hak yang diatur dalam PKB PTPN II diatas berlaku untuk semua daerah kerja yang bernaung pada PTPN II.Pelaksanaan pemberian hak di Kebun Tanjung Jati belum berjalan maksimal.Dari hasil penelusuran lapangan oleh penulis, buruh PKWT yang bekerja di Kebun Tanjung Jati belum mendapatkan keseluruhan hak yang layak. Hak-hak yang belum diberikan oleh PTPN II Kebun Tanjung Jati berdasarkan penulusaran lapangan antara lain :

a. pemberian gaji yang tidak tepat waktu;

b. perlengkapan dan keselamatan kerja yang tidak diberikan oleh perusahaan;

c. pelatihan dan pembinaan kerja yang tidak diberikan oleh perusahaan;

d. pembinaan rohani dan jasmani yang tidak diberikan oleh perusahaan.

Hak-hak yang tidak diberikan perusahaan membuat para buruh PKWT tidak bisa berbuat banyak.Buruh PKWT yang bekerja lebih mementingkan adanya

68

Pasal 57 PKB PTPN II.

69

pekerjaan dari pada harus melawan kondisi ada. Bahkan banyak buruh PKWT yang tidak mengetahui apa saja yang menjadi haknya.

C. Perlindungan Hukum bagi Buruh PKWT di PTPN II Kebun Tanjung Jati

1. Jaminan Sosial Bagi Buruh PKWT di PTPN II Kebun Tanjung Jati Pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan pembangunan nasional telah menghasilkan banyak kemajuan, di antaranya telah meningkatkan kesejahteraan rakyat.Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati secara berkelanjutan, adil, dan merata menjangkau seluruh rakyat.Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut 1untutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, yang diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jaminan sosial juga dijamin dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan ditegaskan dalam Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara untuk memberikan perlindungan minimum kepada setiap tenaga kerja. Sejalan dengan ketentuan tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dalam TAP Nomor X/MPR/2001 menugaskan Presiden untuk membentuk

Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu.70

Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program Negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.71

Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraannya, sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas nasionalnya.

Semakin meningkatnya peran tenaga kerja dalam pembangunan nasional dan semakin meningkatnya penggunaan teknologi diberbagai sector kegiatan seringkali berakibat pada tingginya resiko yang mengancam keselematan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, dengan demikian perlu upaya perlindungan tenaga kerja.

Bentuk perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk program jaminan social tenaga kerjayangbersifat dasar, dengan berasaskan usaha bersama, kekeluargaan dan gotong-royong sebagaimana terkandung dalam jiwa dan semangat Pancasila

70

Penjelasan UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN.

71

dan Undang-Undang Dasar1945. Pada dasarnya program ini menekankan pada perlindungan bagi tenaga kerja yang relative mempunyai kedudukan yang lebih lemah. Oleh sebab itu pengusaha memikul tanggungjawab utama dan secara moral pengusaha mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja.

Perlindungan tenaga kerja yang diperlukan baik yang melakukan pekerjaan dalam hubungan kerja maupun diluar hubungan kerja dilakukan melalui jaminan sosial bagi tenaga kerja. Karena melalui program ini dapat memberikan ketenangan kerja dan dampak positif terhadap usaha peningkatan disiplin dan produktivitas tenaga kerja.112 Jaminan sosial ditujukan untuk menanggulangi resiko-resiko kerja sekaligus akan menciptakan ketenangan kerja yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan produktivitas kerja. Ketenangan kerja dapat tercipta karena sistem jaminan sosial yang mendukung kemandirian dan harga diri manusia dalam menghadapi berbagai resiko social ekonomi tersebut.Selain itu, jaminan sosial bagi tenaga kerja diselenggarakan dengan metode pendanaan akan memupukdanayang akan menunjang pembiayaan pembanguan nasional.72

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut dengan UU SJSN) mengatur jenis program jaminan sosial bagi tenaga kerja, antara lain :

a. Jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip

72

SiswantoSastrohadiwiryo,ManajemenTenagaKerjaIndonesia,PendekatanAdministratifd anOperasional, (Jakarta:Bumi Aksara,2003), hlm. 114.

ekuitas.73 Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.74

b. Jaminan kecelakaan kerja. Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial.75 Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.76

c. Jaminan hari tua. Jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib.77 Jaminan hari tua diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.78

d. Jaminan pensiun. Jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib.79 Jaminan pensiun diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat

73 Pasal 19 ayat (1) UU SJSN. 74 Pasal 19 ayat (2) UU SJSN. 75 Pasal 29 ayat (1) UU SJSN. 76 Pasal 29 ayat (2) UU SJSN. 77 Pasal 35 ayat (1) UU SJSN. 78 Pasal 35 ayat (2) UU SJSN. 79 Pasal 39 ayat (1) UU SJSN.

peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.80 Jaminan pensiun diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.81Usia pensiun ditetapkan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.82

Perlindungan hukum melalui jaminan sosial bagi tenaga kerja diatas sudah termuat dalam PKB PTPN II yang menjadi dasar penyelenggaraan jaminan sosial bagi tenaga kerja di PTPN II. Jaminan Sosial diatur pada Pasal 52 yang berbunyi :

“Perusahaan berkewajiban mengikutsertakan Karyawan dalam program Jamsostek atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagaimana peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, dengan program yang diikutkan antara lain:

a. jaminan kecelakaan kerja; b. jaminan kematian;

c. jaminan pemeliharaan kesehatan; d. jaminan hari tua.

PTPN II Kebun Tanjung Jati sudah memuat aturan terkait pemberian premi BPJS Ketenagakerjaan. Aturan tersebut tercantum dalam Lampiran Perjanjian Kerja Panen TBS kelapa Sawit Kebun Tanjung Jati Nomor: TJT/PKP.TBS/T/2015 tentang Syarat-Syarat Kerja Perjanjian Kerja Panen TBS Kelapa Sawit Kebun Tanjung Jati. Dalam Lampiran tersebut Pihak Pertama (dalam hal ini adalah

80 Pasal 39 ayat (2) UU SJSN. 81 Pasal 39 ayat (3) UU SJSN. 82 Pasal 39 ayat (4) UU SJSN.

Perusahaan) membayar bantuan Premi BPJS Ketenagakerjaan bagi buruh dengan rincian sebagai berikut:83

1. JKK : 0,54% dari gaji pokok 2. JKM : 0,30% dari gaji pokok 3. JHT : 3,70% dari gaji pokok

4. Bantuan Premi BPJS Ketenagakerjaan : 4% dari gaji pokok Hasil penelusuran lapangan terlihat bahwa buruh yang bekerja di PTPN II Kebun Tanjung Jati sudah mendapatkan pelayanan jaminan sosial dari pihak perusahaan. Pada saat buruh sakit, langsung dirujuk ke rumah sakit menggunakan jaminan kesehatan yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial melalui perusahaan. Dana yang dibayarkan untuk jaminan sosial tersbut merupakan premi yang dibayarkan oleh buruh melalui pemotongan gaji ditambah dana yang telah disediakan oleh perusahaan.

2. Perlindungan Upah bagi Buruh PTPN II Kebun Tanjung Jati Upah merupakan salah satu aspek yang paling sensitif di dalam Hubungan Kerja. Berbagai pihak yang terkait melihat Upah dari sisi masing-masing yang berbeda. Pekerja/Buruh melihat Upah sebagai sumberpenghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup Pekerja/Buruh dan keluarganya. Secara psikologis Upahjuga dapat menciptakan kepuasan bagi Pekerja/Buruh.

Di lain pihak, Pengusaha melihat Upah sebagaisalah satu biaya produksi. Pemerintah melihat Upah, di satu pihak untuk tetap dapat

83

Pasal 6 Lampiran Perjanjian Kerja Panen TBS kelapa Sawit Kebun Tanjung Jati Nomor: TJT/PKP.TBS/T/2015 tentang Syarat -Syarat Kerja Perjanjian Kerja Panen TBS Kelapa Sawit Kebun Tanjung Jati.

menjamin terpenuhinya kehidupan yang layak bagi Pekerja/Buruh dan keluarganya, meningkatkan produktivitas Pekerja/Buruh, dan meningkatkan daya beli masyarakat. Dengan melihat berbagai kepentingan yang berbeda tersebut, pemahaman sistem pengupahan sertapengaturannya sangat diperlukan untuk memperoleh kesatuan pengertian dan penafsiran terutama antara Pekerja/Buruh dan Pengusaha. Agar terpenuhinya kehidupan yang layak, penghasilan Pekerja/Buruh harus dapat memenuhi kebutuhan fisik, non fisik dan sosial, yang meliputi makanan, minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, jaminan hari tua, dan rekreasi.84

Dampak langsung yang dialami pekerja atas status sebaga pekerja kontrak adalah soal upah. Ada kecenderungan menurunnya besaran upah saat pekerja menjadi pekerja kontrak. Hal ini mengakibatkan diskriminasi upah antara pekerja tetap dengan pekerja kontrak, walaupun jenis pekerjaan yang dilakukan sama.

Pemahaman mengenai kompensasi tidak sama dengan upah. Upah adalah salah satu perwujudan riil dari pemberian kompensasi.Bagi perusahaan,upah adalah salah satu perwujudan dari kompensasi yang paling besar diberikan kepada tenaga kerja.

Pengertian kompensasi selain terdiri atas upah,dapat berupa tunjangan, fasilitas perumahan, fasilitas kenderaan, tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, pakaian seragam (tunjangan pakaian) dan sebagainya yang dapat dinilai dengan uang serta cenderung diberikan secara tetap. Oleh karena itu apabila perusahaan pada suatu saat mengadakan rekreasi dengan

84

para tenaga kerjanya, uang untuk alokasi rekreasi tersebut bukan merupakan kompensasi. Jadi, kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.85

Pengertian upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruhyang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanijan kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.86

Pengaturan pengupahan ditetapkan atas kesepakatan pengusaha dan buruh/serikat buruh serta tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.87 Kebijakan pengupahan yang melindungi buruh untuk memenuhi penghidupan yang layak:88

a) Upah minimum; b) Upah kerja lembur;

c) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

d) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaan;

e) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

85 SiswantoSastrohadiwiryo, Op.Cit, hlm. 181. 86 Pasal1angka30 UU Ketenagakerjaan. 87 Pasal 91 UU Ketenagakerjaan. 88 Pasal 88 UU Ketenagakerjaan.

f) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; g) Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

h) Upah untuk pembayaran pesangon; upah untuk penghitungan pajak penghasilan

i) Bentuk dan cara pembayaran upah; j) Denda dan potongan upah.

Pengaturan lebih lanjut tentang pengupahan diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2015 tentang Pengupahan (selanjutnya disebut dengan PP Pengupahan) yang menjadi dasar hukum baru pengupahan di Indonesia. Kebijakan pengupahan dalam PP Pengupahan diarahkan untuk pencapaian penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi pekerja/buruh. Kebijakan pengupahan tersebut meliputi meliputi:

a. upah minimum; b. upah kerja lembur;

c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

Dokumen terkait