• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 46-89)

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN

3.3 Perizinan Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman

3.3.6 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)

Berdasarkan Permenkes No. 1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan, Cabang Penyalur Alat Kesehatan, yang selanjutnya disebut Cabang PAK adalah unit usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. Cabang PAK harus mampu menjamin produk yang disalurkan tetap aman, bermutu dan bermanfaat sampai ke tangan pasien/pengguna dan mampu melakukan pelayanan purna jual untuk produk yang memerlukannya. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,

Universitas Indonesia mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1184/Menkes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan PKRT bahwa cabang penyalur alat kesehatan wajib memiliki Izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Tata cara perizinan cabang penyalur alat kesehatan (Menteri Kesehatan RI, 2010) :

a. Pemohon mengajukan surat permohonan pengajuan Sub/Cabang PAK kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

b. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi meminta kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota untuk melakukan pemeriksaan setempat.

c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota berdasarkan hasil pemeriksaan setempat memberikan rekomendasi dengan melampirkan BAP.

d. Berdasarkan rekomendasi tersebut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mengeluarkan atau menolak permohonan izin sub/cab penyalur yang diajukan.

Persyaratan administrasi untuk mengajukan permohonan rekomendasi yaitu :

a. Surat Permohonan dari Direktur di tujukan kepada Menkes RI Cq. Kepala Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta beserta lampirannya 1 rangkap diatas materai Rp.6000,- .

b. Akte Pendirian Perusahaan beserta perubahan dalam bentuk PT yang disahkan Menkes.

c. Peta lokasi kantor dan gudang.

d. Denah kantor dan gudang beserta ukurannya (sesuai skala). e. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dari Perusahaan. f. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Perusahaan. g. Surat Domisili Perusahaan dari Lurah/Camat setempat.

Universitas Indonesia i. Fotokopi ijasah dan sertifikat keahlian Penanggung Jawab Teknis sesuai

dgn alat kesehatan yang diedarkan.

j. Surat Perjanjian Kerjasama antara Pimpinan perusahaan dengan Penanggung Jawab Teknis.

k. Fotokopi Ijazah teknisi.

l. Daftar serta brosur/katalog alat kesehatan yang disalurkan.

m. Daftar peralatan bengkel/workshop khusus untuk alkes elektromedik. n. Surat pernyataan garansi purna jual dari perusahaan.

o. Status gedung (melampirkan Sertifikat/Akte Jual Beli dan IPB/IMB tidak untuk rumah tinggal) jika sewa melampirkan surat sewa minimal 2 tahun, beserta KTP Pemilik.

p. Daftar pustaka (Farmakope edisi terakhir, Peraturan perundang- undangan, dll).

q. Perlengkapan Administrasi (Kartu stok, Faktur , SP, dll).

3.3.7 Perubahan Perizinan

Perubahan baik fisik maupun non fisik dari sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman dapat terjadi setiap saat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi dari sarana kesehatan tersebut. Perubahan dapat terjadi karena berakhirnya masa sewa bangunan, berakhirnya kerjasama antara pemilik dengan penanggung jawab teknis dan lain-lain. Agar pelayanan ataupun produksi tidak terganggu maka perlu dibuat aturan perubahan perizinan.

Setiap perubahan fisik maupun non fisik harus mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan. Untuk permohonan perizinan perubahan fisik maka proses perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman tersebut harus dilakukan pemeriksaan atau ditinjau ke lokasi oleh petugas yang berwenang, sedangkan perubahan non fisik tidak perlu dilakukan pemeriksaan atau ditinjau ulang ke lokasi akan tetapi cukup melengkapi persyaratan administrasinya saja.

Secara umum perubahan fisik terjadi karena :

a. Perubahan alamat atau pindah alamat sarana kesehatan farmasi,makanan, dan minuman.

Universitas Indonesia b. Perubahan letak lokasi atau denah ruangan sarana kesehatan farmasi,

makanan, dan minuman.

c. Penambahan jenis atau bentuk produksi sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman.

d. Perpanjangan izin sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman (pedagang eceran obat).

Secara umum perubahan non fisik terjadi karena :

a. Perubahan alamat tanpa pindah lokasi sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman.

b. Perubahan atau pergantian kepemilikan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman.

c. Perubahan atau pergantian tenaga ahli sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman.

d. Perubahan atau pergantian nama sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman.,

37 Universitas Indonesia

BAB IV PEMBAHASAN

Suku Dinas Kesehatan di Kota Administrasi merupakan unit kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan juga merupakan pelaksana Walikota di bidang kesehatan yang dipimpin oleh oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan yang berada di bawah Departemen Kesehatan yang merupakan unsur pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Departemen Kesehatan mempunyai tugas dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintah di bidang kesehatan.

Perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom menyebabkan sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat dilimpahkan ke daerah termasuk masalah pelayanan kesehatan. Undang-Undang No. 34 tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Negara Republik Indonesia Jakarta dalam pasal 4 disebutkan bahwa otonomi Provinsi DKI Jakarta diletakkan pada lingkup Provinsi, namun pada pasal 9 ayat 4 disebutkan bahwa Pemerintah DKI Jakarta melimpahkan kewenangan yang luas kepada kotamadya dan kabupaten administrasi dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan perizinan. Oleh karena itu, dibentuk Suku Dinas Kesehatan berdasarkan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 3 tahun 2001 tentang bentuk susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah dan sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan dijelaskan dalam SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi terdiri dari Kepala Suku Dinas, Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Keshatan,

Universitas Indonesia Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Subkelompok Jabatan Fungsional. Salah satu tugas dari Suku Dinas Kesehatan adalah memberikan rekomendasi atau perizinan praktik tenaga kesehatan. Izin kerja yang menjadi wewenang Suku Dinas Kesehatan berdasarkan otonomi daerah yaitu Surat Izin Praktik Tenaga Medis (SIPTM) seperti, Surat Izin Praktik Dokter Umum, Surat Izin Praktik Dokter Gigi, Surat Izin Praktik Bidan, Surat Izin Praktik Perawat dan Surat Izin Praktik Refraksi Optisian. Selain itu, Suku Dinas Kesehatan juga bertugas untuk melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman seperti, pemberian Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, Apoteker, Surat/Sertifikat Penanggung Jawab Pangan Industri Rumah Tangga, serta sertifikat perizinan Pangan Industri Rumah Tangga. Suku Dinas Kesehatan memberikan perizinan sarana kesehatan seperti Apotek (Apotek profesi, rakyat, kerja sama, depo farmasi), Toko Obat, Pangan Industri Rumah Tangga, Usaha Mikro Obat Tradisional dan Toko Pengecer Alat Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan juga memberikan rekomendasi terhadap Cabang Penyalur Alat Kesehatan dan Usaha Kecil Obat Tradisional dalam memperoleh perizinan dari Dinas Kesehatan.

Seluruh Suku Dinas Kesehatan di wilayah Kotamadya DKI Jakarta telah mendapatkan sertifikat International Standar Organization (ISO) 9001, sebagai bukti telah memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. Adanya ISO 9001 tentang manajemen mutu di seluruh Suku Dinas Kesehatan menjadikan pelaksanaan perizinan sarana kesehatan dilakukan dengan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang bertempat di Kantor Walikota. PTSP mempunyai kebijakan yang sama dan seluruh berkas perizinan diserahkan dan diterima di tempat yang sama. Pemohon mengajukan permohonan izin beserta berkas permohonan di PTSP bagian Kesehatan. Berkas permohonan yang sudah lengkap persyaratan administrasinya kemudian masuk ke Suku Dinas Kesehatan melalui Subbag Tata Usaha. Setelah didisposisikan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, kemudian berkas diserahkan ke seksi yang berwenang. Pemberian izin sarana kesehatan akan ditindaklanjuti setelah pemohon melengkapi semua persyaratan administrasi. Selanjutnya seksi yang bersangkutan akan melakukan peninjauan ke lokasi disertai dengan surat tugas yang ditandatangani oleh Kepala

Universitas Indonesia Suku Dinas Kesehatan. Peninjauan lokasi dilakukan dengan memeriksa sarana, prasarana dan personil sarana kesehatan. Jika sarana kesehatan memenuhi syarat, maka setelah peninjauan ke lokasi, seksi yang bersangkutan akan menerbitkan surat izin yang dimohon. Setelah itu akan disetujui dan disahkan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan. Namun ,jika sarana kesehatan masih belum memenuhi persyaratan, maka sarana kesehatan tersebut diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan dalam jangka waktu satu minggu sampai satu bulan. Lamanya proses perizinan sarana kesehatan di Suku Dinas Kesehatan adalah 12 (dua belas) hari kerja, terhitung sejak berkas permohonan masuk Suku Dinas Kesehatan.

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat lebih ditekankan pada Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman (Sie. Farmakmin). Jenis izin sarana kesehatan farmasi, makanan minuman yang telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya adalah Apotek (Apotek Praktik Profesi (APP), Apotek Kerjasama, Apotek Rakyat, dan Depo Farmasi/Obat), Toko Obat, Toko pengecer Alat Kesehatan, Usaha Mikro Obat Tradisional, Sertifikasi Kelayakan Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), serta perizinan untuk Apoteker (SIPA/SIKA) dan Asisten Apoteker (SIK-AA). Seksi Farmakmin selain memberikan perizinan juga memberikan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) kepada sarana kesehatan tersebut.

Kegiatan penyuluhan keamanan pangan dan produksi pangan yang baik oleh seksi Farmakmin pada perizinan P-IRT dilakukan setelah pengajuan permohonan. Setelah seluruh persyaratan terpenuhi maka surat izin akan dikeluarkan dalam bentuk sertifikat yang berisikan nomor registrasi dengan kode produksi P-IRT. Surat izin (SP-PIRT) yang dikeluarkan oleh Suku Dinas Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan dan juga untuk melindungi produsen dari kerugian yang besar akibat kesalahan produksi.

Permohonan SP-PIRT harus memiliki penanggung jawab yang bersertifikat PKP (Penyuluhan Keamanan Pangan). Sertifikat ini diperoleh setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 2 hari. Sertifikat PKP bertujuan agar proses produksi dan juga keamanan pangan terjamin. Pada penyuluhan ini

Universitas Indonesia diberikan berbagai materi yang nantinya akan mendukung proses produksi seperti materi mengenai keamanan pangan, Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT), Bahan Tambahan Pangan, Mikrobiologi Pangan, Issue Keamanan Pangan, Kebijakan Keamanan Pangan, Perundang-undangan Pangan, Pedoman Perizinan PIRT, dan Pedoman Pemeriksaan Sarana PIRT.

Salah satu PIRT yang dikunjungi saat PKPA untuk dilakukan pembinaan adalah PIRT X Fruit Cocktail di daerah Cempaka Putih. Berdasarkan hasil kunjungan, PIRT ini mendapatkan banyak saran perbaikan terhadap sarana PIRT terutama kebersihan sarana seperti kebersihan lantai dapur, saluran air pembuangan yang mampet sehingga menimbulkan bau yang menyengat, ruang penyimpanan alat yang kurang bersih serta gudang yang tidak disertai dengan palet. Sehingga perlu dilakukan pembinaan lebih lanjut terhadap PIRT tersebut.

Penyuluhan juga dilakukan terhadap apotek dan toko obat baik yang telah memiliki izin maupun yang belum berizin. Penyuluhan terhadap toko obat berisi tentang obat apa saja yang boleh dijual di toko obat, dan juga yang bertanggung jawab terhadap toko obat tersebut. Penanggung jawab toko obat adalah minimal seorang asisten apoteker sedangkan penanggung jawab untuk apotek adalah seorang apoteker. Toko obat hanya boleh menjual obat bebas dan bebas terbatas, sedangkan apotek diperbolehkan menjual obat bebas, bebas terbatas, obat keras, narkotika dan psikotropika. Penyuluhan ini juga memberitahukan tentang sanksi toko obat yang menjual obat diluar yang diperbolehkan dan juga tentang toko obat yang tidak memiliki izin. Pada kenyataannya toko obat masih menjual obat diluar yang diperbolehkan seperti obat keras. Untuk mengurangi penjualan obat keras oleh toko obat maka pada penyuluhan ini pun diberitahukan tentang pembentukan apotek rakyat. Apotek ini merupakan gabungan dari toko obat yang letaknya berdampingan. Apotek rakyat ini dipimpin oleh seorang apoteker. Dalam kegiatannya apotek rakyat ini tidak boleh melakukan peracikan dan menjual obat golongan narkotik dan OKT dengan atau tanpa resep dokter.

Apotek yang dikunjungi untuk pembinaan adalah Apotek X Johar Baru. Pembinaan dilakukan berdasarkan laporan dari BPOM tentang temuan-temuan kekurangan Apotek seperti tidak sesuainya jumlah stok obat narkotika (Codipront

Universitas Indonesia kapsul) pada kartu stok, fisik dan software. Pemeriksaan sampling ulang stok narkotika terhadap tiga Obat yaitu Codipront kapsul, Codipront Expectorant dan Codipront Syrup telah sesuai antara fisik, kartu stok, dan software. Namun, pada pemeriksaan sarana, Apotek tidak memiliki termometer ruangan dan termometer di dalam kulkas juga tidak ada. Sehingga perlu dilakukan pembinaan berlanjut pada Apotek tersebut untuk memperbaiki sarana yang kurang. Apotek X termasuk apotek kerjasama, yaitu antara PSA, Apoteker, dan klinik maupun dokter yang praktik di apotek tersebut. Sementara apotek rakyat, apotek profesi, dan depo farmasi tidak dikunjungi pada saat PKPA, namun kegiatan pembinaan yang dilakukan untuk apotek-apotek tersebut pada dasarnya adalah sama. Apotek Rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian di mana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan. Pedagang eceran obat dapat berubah statusnya menjadi apotek rakyat bila merupakan gabungan paling banyak 4 pedagang eceran obat. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar. Apotek dengan nama yang sesuai dengan nama Apoteker pengelolanya disebut dengan istilah Apotek Profesi. Dalam sebuah Apotek Profesi seorang apoteker bekerja secara professional dimana pelayanan dilakukan sepenuhnya oleh apoteker, jika apoteker tidak berada di apotek, maka kegiatan pelayanan kefarmasian tidak dapat dilakukan. Sementara depo farmasi adalah cabang didekat unit perawatan/pelayanan sebagai tempat desentralisasi pendistribusian perbekalan farmasi. Pada desentralisasi ini, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ke ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap keamanan dan efektivitas perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi.

Pembinaan Apotek di Rumah sakit juga dilakukan oleh sie. Farmakmin Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat. Rumah Sakit yang dikunjungi saat PKPA adalah Rumah Sakit X di daerah Menteng. Hasil pemeriksaan terhadap sarana Apotek di RS X menunjukkan banyak kekurangan yang perlu dilakukan pembinaan dan pembenahan diantaranya, masih tercampurnya alat kesehatan

Universitas Indonesia dengan obat, lemari narkotika yang tidak memenuhi syarat, adanya alat makan dan minuman dalam ruangan peracikan serta gudang yang tidak memenuhi syarat. Tata cara penyimpanan narkotika telah diatur dalam PERMENKES RI No.28/MENKES/PER/I/1978 pasal 5 menyatakan yang bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk penyimpanan narkotika berupa lemari tersendiri dengan persyaratan yang telah ditentukan, namun lemari yang terdapat di RS tersebut belum memenuhi persyaratan yakni lemari tidak dibagi menjadi dua dan tidak berkunci ganda. Selain lemari narkotika yang tidak memenuhi syarat tersebut, terdapat obat keras dan psikotropika yang disimpan bercampur dengan narkotika dalam lemari, padahal berdasarkan PERMENKES RI No. 28/MENKES/PER/I/1978 tentang tata cara penyimpanan narkotika pasal 6 disebutkan bahwa lemari khusus narkotika tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. Gudang penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan juga tidak memenuhi syarat diantaranya, tidak ada palet, tidak ada ventilasi, bercampur dengan ATK dan barang-barang lainnya seperti sepatu, tas dan lain-lain. Kekurangan-kekurangan tersebut disebabkan karena terbatasnya luas gedung sehingga penataannya masih belum tertata dengan baik. Oleh karena itu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat melakukan pembinaan untuk perbaikan sarana Apotek dan Gudang Obat di Rumah Sakit tersebut.

Stok fisik narkotik dan psikotropik dengan stok di komputer dan kartu stok harus sama karena penggunaan kedua obat ini harus dilaporkan setiap bulannya melalui SIPNAP. SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) merupakan sistem pelaporan penggunaan narkotik dan psikotropik secara online yang dilakukan setiap bulan. Software SIPNAP merupakan pengembangan dari

software SIPNAP sebelumnya yang telah disusun dan digunakan sejak tahun

2008. Apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui software SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di import (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika dan psikotropika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan), pasword dan username didapatkan setelah melakukan registrasi pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat untuk apotek wilayah Jakarta Pusat. Software

Universitas Indonesia

SIPNAP dapat diakses melalui komputer, dengan mengakses situs

www.sipnap.binfar.depkes.go.id.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat selain memberikan perizinan terhadap sarana kesehatan juga memberikan rekomendasi terhadap Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) sehingga Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat juga melakukan pemeriksaan pada sarana CPAK sebelum mengeluarkan surat rekomendasi untuk perizinan di Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Pemeriksaan salah satunya dilakukan pada CPAK X di Daerah Cempaka Putih. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa CPAK tersebut telah memenuhi persyaratan gudang alat kesehatan diantarannya terdapat AC, termometer, palet, kartu stok, dan pest control (rentokill) yang telah berizin.

Tugas lain dari seksi sumber daya kesehatan (SDK) adalah mengelola perbekalan dan persediaan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan. Tugas penyediaan obat di gudang obat ini dijalankan bersama-sama dengan subbagian Tata Usaha sehingga manajemen persediaan obat dapat berjalan dengan lancar. Penyimpanan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan ditujukan sebagai stok penjaga apabila puskesmas tiba-tiba membutuhkan obat tertentu atau ketika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Obat-obat untuk keperluan program tertentu, seperti program TBC (tuberkulosis), demam berdarah, filariasis, dan lain-lain yang ditetapkan oleh Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan serta untuk program KIA dan gizi yang ditetapkan oleh Seksi Kesehatan Masyarakat, juga disimpan di gudang obat Suku Dinas Kesehatan.

Pada gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat, obat-obat yang diterima digudang obat tersebut dapat berasal dari hasil anggaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ataupun hasil pengadaan sendiri. Saat proses penerimaan obat, maka perlu dilakukan pemeriksaan antara kesesuaian jenis dan jumlah obat yang diterima dengan hasil kesepakatan pengadaan atau pemberian yang telah dilakukan sebelumnya. Pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu mengenai bentuk fisik obat seperti kualitas dan tanggal kakadaluarsa dari obat tersebut. Jika obat-obat yang diterima tersebut telah sesuai dengan spesifikasi ataupun perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, maka obat-obat tersebut dapat langsung disimpan di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat

Universitas Indonesia yang berlokasi di Tanah Abang. Proses penyimpanan dilakukan dengan sistem FEFO dan FIFO untuk mencegah obat-obat yang terlanjur habis masa kadaluarsa karena tidak sempat didistribusikan. Sistem labelling juga digunakan untuk mempermudah pemantauan obat yang disimpan. Adapun sasaran mutu untuk pengelolaan persediaan obat adalah obat kadaluwarsa yang didistribusikan sebanyak 0%.

Puskesmas yang terdapat di wilayah kota Jakarta Pusat dapat melakukan permintaan obat ke gudang obat Suku Dinas Jakarta Pusat. Permintaan obat dari puskesmas ini dapat dilakukan saat puskesmas mengalami kekurangan stok obat, keperluan obat untuk program tertentu ataupun saat terjadi musibah banjir dan musibah lain serta keadaan lainnya. Untuk melakukan permintaan obat, maka puskesmas perlu mengajukan surat permintaan obat kepada kepala suku dinas kesehatan. Kemudian permintaan ini akan diproses hingga ke seksi SDK dan akan dikeluarkan surat berita acara keluar barang (SBBK). Dengan adanya SBBK ini, akan dikeluarkan obat-obat dari gudang suku dinas kesehatan sesuai dengan permintaan yang tertera di SBBK. Pada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat, proses pengelolaan persediaan obat berlangsung secara sistem satu pintu. Maksudnya disini adalah proses penerimaan (masuknya) dan proses pengeluaran (distribusi) obat ke/dari gudang obat harus melalui satu pintu yaitu koordinator gudang obat farmasi Kabupaten/Kota. Dengan adanya sistem satu pintu ini maka proses pengelolaan persediaan obat akan lebih terkendali sehingga penumpukan obat dan kakadaluarsa obat digudang dapat dicegah. Dengan begitu, sasaran mutu obat kakadaluarsa digudang juga dapat dicapai dengan pengelolaan yang terkendali seperti ini.

Proses penerimaan obat di Sudin Jakarta Pusat dilakukan oleh petugas penerimaan barang. Sebelum obat diterima maka petugas wajib memeriksa kondisi fisik barang meliputi jumlah, kemasan, nomor bets, pabrik yang memproduksi serta tanggal kakadaluarsa dari obat tersebut. Pemeriksaan disesuaikan dengan surat pengiriman barang (Delivery Order/DO). Apabila barang yang diterima sudah sesuai dengan dokumen pengiriman barang maka petugas penerima barang menandatangani surat penerimaan barang, selanjutnya barang tersebut dicatat di kartu stok barang. Pencatatan yang dilakukan meliputi

Universitas Indonesia tanggal penerimaan, nama barang, nama pabrik, nomor bets, jumlah barang dan tanggal kadaluarsa obat. Tetapi jika barang yang diterima ternyata tidak sesuai dengan dokumen penerimaan barang, maka petugas penerima barang berhak

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 46-89)

Dokumen terkait