• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1)

Dalam dokumen LAKIP Dinkes th 2016 (Halaman 185-190)

REKAPITULASI HASIL UJI SAMPLING ALKES DAN PKRT PROVINSI RIAU TAHUN

2. Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1)

Cakupan kunjungan neonatal pertama atau dikenal dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko kematian pada periode neonatal yaitu 6 – 48 jam setelah lahir yang meliputi, antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B 0 (nol) injeksi. Indikator ini merupakan indikator yang digunakan untuk memantau keberhasilan program penurunan AKB karena bayi baru lahir merupakan kelompok usia yang sangat sensitive terhadap berbagai kondisi yang terjadi disekitarnya seperti penyakit menular, kecukupan gizi serta perubahan yang terjadi disekitar lingkungan tempat orang tua si bayi. Kondisi ini mengakibatkan bayi baru lahir rentan terhadap penyakit yang dapat berakibat terjadinya kematian. Indikator ini juga menunjukan akses atau jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Data tentang persentase pelayanan neonatus pertama (KN 1) diperoleh berdasarkan laporan rutin dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Capaian realisasi cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1) tahun 2016 sebesar 86,37%, jika dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan yaitu 78%, realisasi cakupan ini sudah mencapai target yang ditetapkan dengan capaian sebesar 75%, seperti terlihat pada table dibawah ini :

Tabel 3.67

Capaian Kunjungan Neonatal Pertama (KN 1) Di Provinsi Riau Tahun 2016

No Kab/Kota

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama Jumlah Sasaran (130.518) Target Capaian (%) Absolut (%) 1 Kuantan Singingi 6.232 78 4.713 76 2 Indragiri Hulu 9.990 78 7.874 79 3 Indragiri Hilir 15.108 78 9.279 61 4 Pelalawan 8.517 78 7.869 92 5 Siak 9.567 78 9.067 95 6 Kampar 16.776 78 15.751 94 7 Rokan Hulu 15.796 78 13.616 86 8 Bengkalis 11.629 78 10.867 93 9 Rokan Hilir 13.608 78 11.913 88 10 Kepulauan Meranti 3.530 78 3.439 97 11 Kota Pekanbaru 23.596 78 19.356 82 12 Kota Dumai 8.233 78 7.643 93 Jumlah 142.582 78 121.387 86,37

Cakupan pelayanan neonatal pertama (KN1) yang tertinggi terdapat di Kabupaten Kepulauan Meranti dengan persentase (97%), untuk kab/kota yang lain capaian cakupannya masih ada yang dibawah target yakni Kabupaten Kuantan Singingi (76%) dan Kabupaten Inhil (61%), untuk Kabupaten yang lain sudah diatas rata Provinsi, seperti terlihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 3.48

Cakupan Pelayanan Neonatal Pertama (KN1) Di Provinsi Riau Tahun 2016

Berdasarkan laporan rutin yang diterima dari kabupaten/kota, cakupan pelayanan Neonatal yang pertama (KN 1) telah mengalami penurunan dari (92,4%) tahun 2014, (90,74%) tahun 2015 menjadi (86,37%) tahun 2016.

Grafik 3.49

Trend Pelayanan Neonatal Pertama (KN1) Di Provinsi Riau Tahun 2014 s.d 2016

,"$#', ")" "

Faktor Pendukung Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Adalah:

a. Meningkat akses pelayanan kesehatn ibu dan anak (KIA) dan KB melalui penempatan bidan desa dan bidang jorong

b. Melengkapi sarana dan prasarana saat ini Provinsi Riau terdapat 224 puskesmas (124 non rawatan dan 100 dengan fasilitas rawatan) dengan 213 (dua ratus tiga belas) puskesmas yang sudah diregistrasi dan 11 (sebelas) yang belum terregistrasi.

c. Diperolehnya dukungan dari organisasi profesi dan lintas program dalam penggerakan anggotanya untuk melaksanakan KN I. dukungan ini dapat diperoleh melalui advokasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Riau, dan pelibatan organisasi profesi terkait didalam kegiatan

d. Distribusi buku saku pelayanan neonatal esensial yang semakin tersebar setiap tahunnya. Buku ini menjadi pedoman sekaligus suatu bentuk perlindungan terhadap nakes didalam melaksanakan Kunjungan Neonatal Pertama.

Faktor Penghambat Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Adalah

Dilihat dari segi wilayah, pencapaian target masih belum optimal di wilayah Provinsi Riau. Untuk mencapai keberhasilan indikator Cakupan KN1, membutuhkan dukungan dari berbagai sektor antara lain pendidikan (Riskesdas 2013: Semakin rendah Pendidikan maka kecenderungan KN1 juga rendah, kemiskinan (Riskesdas 2013: Kemiskinan berbanding lurus dengan pencapaian Cakupan KN1), geografis (terkait akses), budaya. Dukungan tersebut untuk saat ini masih belum optimal.

Secara provinsi hambatan ini dapat terjadi di semua kabupaten/kota atau puskesmas. Faktor Penghambat Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama antara lain:

a. Belum semua daerah dan lintas sektor/lintas program terkait memberikan dukungan secara optimal

b. Masalah jumlah distribusi dan kualitas SDM kesehatan yang masih belum merata, sehingga belum semua nakes dapat member pelayanan

Kunjungan Neonatal sesuai standar, antara lain dikarenakan oleh alas an geografis, masalah ketersediaan logistik terutama untuk layanan esensial (menjaga bayi tetap hangat, pemeriksaaan bayi baru lahir, pemberian injeksi bit K1, salep mata dan hepatitis B 0) masih belum optimal

c. Kurang lengkapnya peralatan

d. Kurangnya kepatuhan petugas dalam menjalankan pelayanan sesuai pedoman

e. Masih banyaknya persalinan meski ditolong oleh nakes tetapi tetap dilakukan di rumah (bukan fasyankes)

f. Masalah koordinasi dan integrasi lintas program dan lintas sektor yang

belum harmonis

g. Masih kurangnya pemberdayaan keluarga/masyarakat terhadap penggunaan buku KIA

h. Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum sesuai seperti yang diharapkan misalnya penolong persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan tidak mencatat dengan benar pelayanan yang telah diberikan dan juga belum dipakainya form Manajemen Terpadu Bayi Muda pada kunjungan neonatal merupakan kendala dalam pencapaian KN.

Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan KN1 selama tahun 2016 antara lain:

- Advokasi ke organisasi profesi (IBI dan IDI) dan lintas sektor untuk

mendukung KN1 melalui pelibatan didalam kegiatan terkait pencapaian indikator.

- Mengevaluasi dan membentuk kesepakatan bersama untuk mendukung

peningkatan cakupan.

- Pendampingan peningkatan kualitas pelayanan neonatus di

kabupaten/Kota yang masih rendah capaiannya.

Adapun upaya yang harus dilakukan agar terjadi peningkatan sekaligus mempertahankan cakupan kunjungan neonatal pertama yaitu:

- Penguatan advokasi ke organisasi profesi dan lintas sektor tetap perlu

- Menambah lokasi pendampingan, untuk meningkatkan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap standar/pedoman

- Pemanfaatan Jamninan Kesehatan Nasional

- Penguatan pemanfaatan register kohort bayi untuk pemantauan sasaran

neonatus, serta distribusi tenaga bidan yang berkompeten hingga ke tingkat desa.

Yang diharapkan dari pencapaian target KN1 adalah tidak hanya dalam kuantitas tetapi juga menjamin kualitas pelayanan yang optimal dalam pelayanan KN1. Beberapa upaya terkait peningkatan kualitas Kunjungan Neonatal Pertama diantaranya adalah:

- Penyiapan fasilitator Peningkatan Kemampuan Tenaga Kesehatan

dalam Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir (Neonatus) di pusat dan provinsi.

- Fasilitasi Penerapan Audit Maternal Perinatal di Kab/Kota

- Peningkatan Implementasi Pembelajaran Nenatal Esensial, Manajemen

Asfiksia dan BBLR di Preservis

- Pembinaan Teknis terkait Program Bayi Baru Lahir dan bayi dalam

rangka Akselerasi Penurunan Angka Kematian Bayi

- Fasilitas Peningkatan Kemampuan Tenaga Kesehatan dalam Pelayanan

Neonatus di Provinsi dan kabupaten/Kota.

- Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor melalui

pertemuan Pokja yang sudah terbentuk di Kab/Kota.

Dalam dokumen LAKIP Dinkes th 2016 (Halaman 185-190)

Dokumen terkait