• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita

Dalam dokumen PROFIL KESEHATAN ACEH TAHUN 2011 (Halaman 45-59)

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. PELAYANAN KESEHATAN

9. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita

Cakupan anak balita mendapat kapsul Vit.A 2 kali/tahun adalah jumlah anak balita umur 12-59 bln mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 200μA 2 kali per tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian vitamin A bertujuan untuk menurunkan Prevalensi kekurangan vitamin A (KVA). Berdasarkan survey vitamin A tahun 1992, menunjukkan xeraphtalmia sebesar 0,33%, namun secara subklinis prevalensi KVA (kadar serum retinol dalam darah) pada balita sebesar 50%. Di kalangan anak balita, akibat kekurangan Vitamin A (KVA) akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas, anak mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah buta senja dan tanda-tanda lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia) dan kebutaan. Cakupan pemberian Vitamin A pada Anak Balita di Provinsi Aceh ditahun 2011 adalah sebesar 74.0%.

10. Cakupan Pemberian Vitamin A Ibu Nifas.

Cakupan ibu nifas mendapat kapsul Vit.A adalah jumlah pemberian vitamin A dengan dosis 2 kali dan diberikan pada ibu bersalin saat periode nifas yaitu 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan.

Pemberian kapsul vitamin A ibu nifas (melahirkan) memiliki manfaat penting bagi ibu dan bayi yang disusuinya.Tambahan vitamin A melalui suplementasi dapat meningkatkan kualitas Air Susu Ibu (ASI), meningkatkan daya tahan tubuh, dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup anak. Cakupan pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Provinsi Aceh ditahun 2011 adalah 70.0%. Gambar 4.8 menunjukkan cakupan pemberian Vit A pada bayi, balita dan ibu nifas tahun 2011.

Grafik 4.8

Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas Provinsi Aceh Tahun 2011

11. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi.

Pencapaian peserta KB aktif merupakan salah satu indikator kuantitatif keberhasilan pelaksanaan program KB. Dalam upaya percepatan target pembangunan MDG’s, program KB mempunyai nilai

strategis dalam upaya penelusuran kematian ibu karena kelompok sasaran akses dengan pelayanan KB yang berkualitas terutama pasca persalinan. KB dimasukkan dalam target 5b pada tujuan MDG’S dengan 2 (dua)

indikator penting yaitu Contraceptic Prudence Rate (CPR) dan unmet

need. CPR merupakan cakupan peserta KB aktif dan unmet need adalah

kelompok sasaran yang tidak menginginkan kehamilan karena tidak masuk akses tetap pelayanan KB.

Persentase proporsi peserta KB Aktif menurut jenis kontrasepsi di Provinsi Aceh ditahun 2011 yang tertinggi adalah dengan metode suntik 50.7% dan pil 38.4%. Jenis kontrasepsi yang dimaksud dalam program KB. Grafik 4.9 dibawah ini menunjukkan proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi.

Diagram 4.1

Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Provinsi Aceh Tahun 2011

12. Cakupan Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi.

Peserta KB Baru adalah Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi dan/atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya.

Dari grafik 4.10 di bawah mengambarkan bahwa penggunaan metode suntik dan pil masih menunjukkan pesentase terbanyak. Banyak hal yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi antara lain adalah pertimbangan medis, latar belakang sosial budaya, sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan, dan jumlah anak yang diinginkan. Disamping itu adanya efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor memilih suatu alat kontrasepsi.

Diagram 4.2

Cakupan Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Provinsi Aceh Tahun 2011

13. Cakupan Peserta KB Baru

Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri (Akseptor Baru) untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. Persentase peserta KB Baru Provinsi Aceh ditahun 2011 adalah 23.5%.

14. Cakupan Peserta KB Aktif

Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, di ketahui bahwa jumlah KB aktif di Aceh, CPR sebesar 45% dan unmet need sebesar 15%. Angka Unmet

need cukup tinggi dibanding dengan angka rata-rata nasional pada tahun

2011. Cakupan peserta KB aktif di Aceh sebesar 56.3% sementara target nasional 70%.

Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru yang masih aktif memakai alat dan obat kontrasepsi/alokon terus menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.

Grafik 4.9

Persentase Peserta KB Baru dan Aktif Provinsi Aceh Tahun 2011

15. Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatal (KN).

Neonatal adalah bayi yang berumur 0 – 28 hari. Dalam pelaksanaan pelayanan neonatal, petugas kesehatan melakukan konseling pada ibu melahirkan. Pelayanan kesehatan neonatal dasar yaitu; tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegah infeksi

berupa perawatan luka, perawatan tali pusat, perawatan kulit dan pemberian imunisasi.

Kunjungan Neonatus (KN) 1 adalah Pelayanan kesehatan neonatal dasar, kunjungan pertama pada 6-24 jam setelah lahir. KN Lengkap adalah Pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi pemberian ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan pada saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda. Untuk melihat aksesibilitas dan mutu pelayanan neonatal yang adekuat digunakan indikator KN1 dan KN lengkap.

KN dilakukan 3 kali yaitu pada 6-24 jam setelah lahir, 3-7 hari dan pada 8-28 hari setelah lahir. Upaya ini perlu dilakukan mengingat risiko kesakitan dan kematian pada periode neonatal sangat tinggi. Secara empiris dinyatakan bahwa 2/3 kematian bayi dikontribusi pada kematian periode neonatal maupun kunjungan bu nifas. Pada tahun 2011 capaian indikator kunjungan Neonatal lengkap adalah 87.07% melebihi target SPM (85%), namun masih ada 6 kabupaten yang belum mencapai target SPM yaitu Gayo Lues, Pidie Jaya, simeulue, Sabang, Aceh barat dan Aceh Selatan dengan kisaran (60%-80%)

Cakupan kunjungan neonatal (KN1) Provinsi Aceh pada tahun 2011 sebesar 77.6% dan Kunjungan neonatal yang ke 3 kali (KN Lengkap) 75.4%.

Grafik 4.10

Cakupan Kunjungan Neonatal Provinsi Aceh Tahun 2011

16. Cakupan Kunjungan Bayi

Cakupan Kunjungan Bayi adalah Jumlah kunjungan bayi umur 29 hari–11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit) maupun kunjungan rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan mendapat pelayanan dari petugas

70 75 80 KN 1 KN Lengkap 77.6 75.4

kesehatan. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan.

Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan penyuluhan perawatan kesehatan. Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi : konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit sesuai manajemen terpadu balita sakit (MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6-11 bulan.Persentase cakupan kunjungan Bayi di Provinsi Aceh tahun 2011 sebesar 87.8 %.

17. Cakupan Desa/kelurahan “Universal Child Immunization”(UCI) Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun.

Pencapaian desa UCI di Provinsi Aceh tahun tahun 2011 adalah 61,1 %. Pencapai ini masih sangat rendah dari target yang ingin dicapai (80%). Oleh karena itu sosialisasi imunisasi diseluruh desa perlu dilakukan bagi masyarakat terutama keluarga yang mempunyai bayi dan balita, agar permasalahan kesakitan dan kematian pada balita dapat dikurangi. Pada grafik 4.13 dibawah ini menunjukkan bahwa Kota Sabang sudah mencapai

UCI. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis

DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak, sedangkan pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, I dosis campak dan 2 dosis TT.

Grafik 4.11

Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Aceh Tahun 2011

18. Cakupan Imunisasi Bayi

Program imunisasi pada bayi dikelompokkan menjadi beberapa jenis vaksinasi imunisasi yaitu BCG, HB0, DPT+HB1, DPT3+HB3, Polio3 dan Campak. Adanya penurunan jumlah imunisasi pada bayi perlu mendapat perhatian dari pelaksana program, mengingat peningkatan status kesehatan bayi sangat dipengaruhi dari kekebalan bayi terhadap penyakit yang akan dimunculkan, akibat ketidak lengkapan dari imunisasinya.

Sebahagian besar kabupaten/kota belum dapat mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2011 yaitu 90%. Capaian BCG mencapai 86.9%, DPT+HB1 mencapai 88,8%, DPT3+HB3 mencapai 83.7%, Polio3 mencapai 85.9%, Campak pada bayi mencapai 81.6%.

Perbedaan capaian setiap jenis imunisasi disebabkan karena terjadinya drop out (DO) antar pemberian imunisasi . DO Bayi yang tidak mendapat imunisasi lengkap dilakukan dengan mendeteksi bayi yang mendapat imunisasi DPT1-HB1 tetapi tidak terdeteksi pada pemberian imunisasi campak pada kunjungan berikutnya. Berdasarkan hal tersebut diketahui DO Rate untuk tahun 2011 sebesar 8.1%. Grafik dibawah ini menunjukkan cakupan imunisasi tahun 2011.

Grafik 4.12

Cakupan Imunisasi Pada Bayi Provinsi Aceh Tahun 2011

19. Cakupan Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif.

Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah Bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai 6 bulan. ASI merupakan makanan khusus bayi supaya kebutuhan nutrisinya akan kalori, asam lemak, laktosa dan asam amino dapat terpenuhi dalam proporsi yang tepat. ASI juga memberikan perlindungan pada bayi baru lahir karena kaya akan

50 60 70 80 90 89.1 83.9 80.1 DPT1+HB1 HB3 CAMPAK

imunoglobulin (antibodi yang diperlukan untuk kekebalan tubuhnya). Pemberian ASI eksklusif harus dilakukan selama 6 bulan, Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif tahun 2011 baru mencapai 11.9%. Rendahnya cakupan ini banyak dipengaruhi oleh budaya memberikan makanan dan minuman terlalu dini kepada bayi baru lahir, akibat dari pengetahuan keluarga tentang ASI yang masih sangat minim. Disamping itu gencarnya propaganda susu formula terutama di perkotaan dan prilaku ibu terhadap pemberian ASI.

20. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Usia 6-23 Bulan Keluarga Miskin.

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan suplemen tambahan untuk bayi usia 6 sampai 23 bulan, yang utama tetap ASI. Sehingga diharapkan jumlah dan frekuensi ASI yang diberikan tidak boleh berkurang hanya karena MP-ASI. Memberikan MP-ASI tidak sekedar memberikan makan, tetapi juga memberikan nutrisi dan kebiasaan kepada anak. Selain itu, MP-ASI juga mensinergikan kemampuan mengunyah, menelan menjadi optimal.

Anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin adalah Bayi usia 6-11 bulan dan anak usia 12-23 bulan dari keluarga miskin (Gakin). Kriteria keluarga miskin ditetapkan oleh kabupaten/Kota).

Cakupan pemberian MP-ASI pada anak 6-23 bulan Gakin adalah Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-23 Bulan dari keluarga miskin selama 90 hari. Cakupan pemberian Makanan Pendamping ASI pada usia 6-23 bulan untuk keluarga miskin di Provinsi Aceh tahun 2011 sebesar 25,48%, sementara target SPM 100%.

21. Jumlah Balita Ditimbang.

Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan setiap bulan mulai umur 1 tahun sampai 5 tahun di Posyandu. Hal ini diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita termasuk deteksi dini gangguan tumbuh kembangnya. Setelah balita ditimbang, hasilnya dicatat pada Buku KIA atau KMS. Pada buku tersebut akan telihat berat badannya naik atau tidak.

* Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna KMS * Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya.

Tanda-tanda Berat Badan (BB) Tidak naik : * Garis pertumbuhannya menurun

* Garis pertumbuhannya mendatar

* Garis pertumbuhannya naik tetapi pindah ke pita warna lebih muda Tanda-tanda balita gizi kurang:

* BB tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus * Mudah sakit dan tampak lesu dan lemah, mudah menangis/rewel.

Kondisi Gizi buruk pada balita dibagi 3 katagori yaitu: Kwashiorkor, Marasmus dan Marasmus-Kwashiorkor.

1. Tanda-tanda balita kwashiorkor:

Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki), wajah bulat dan sembab, cengeng/rewel/apatis, perut buncit, rambut kusam dan mudah dicabut, bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan.

2. Tanda-tanda Marasmus:

Tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, apatis, Iga gambang, perut cekung, otot pantat mengendor, pengeriputan otot lengan dan tungkai.

Manfaat penimbangan balita setiap bulan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah: Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita. Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/pilek/diare), berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM dan dicurigai gizi buruk sehingga dapat segera dirujuk ke puskesmas. Guna mengetahui kelengkapan imunisasi serta mendapatkan penyuluhan tentang gizi.

Indikator program yang dihitung untuk penimbangan balita adalah D/S dimana D adalah Jumlah balita yang ditimbang berat badannya di sarana pelayanan kesehatan termasuk di posyandu dan tempat penimbangan lainnya, dan S adalah semua jumlah balita yang ada diunit tersebut. Pada tahun 2011 cakupan D/S balita ditimbang sebesar 48,5%. Dari jumlah tersebut terdapat 65,3% balita yang naik berat badannya dan 2,8% balita dengan BGM.

22. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan.

Balita Gizi buruk adalah Balita dengan status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score <-3 SD dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwasiorkor). Balita Gizi buruk mendapat perawatan adalah Balita gizi buruk yang dirawat/ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Seluruh bayi BGM dari keluarga miskin telah diberikan MP-ASI sesuai ketentuan yang berlaku, hal ini berarti bahwa bayi BGM dari Gakin telah dilayani secara baik. Balita gizi buruk sejogyanya mendapat perawatan 100%. Pada tahun 2011 balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar 94,5% dari 402 balita gizi buruk. Variasi cakupan gizi buruk yang mendapat perawatan menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada grafik 4.15.

Grafik 4.13

Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Provinsi Aceh Tahun 2011

23. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat.

Cakupan penjaringan siswa Sekolah Dasar (SD) dan setingkat adalah Pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Tenaga Kesehatan adalah Tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas Puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) atau Usaha

Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Guru UKS/UKGS adalah Guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil adalah Kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.

UKS merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 4–21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok, yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun). Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat di Provinsi Aceh tahun 2011 yaitu: 52.304 siswa atau 3.7%.

24. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat.

Pelayanan kesehatan pada UKS adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan guru UKS terlatih dan dokter kecil secara berjenjang (penjaringan awal oleh guru dan dokter kecil, penjaringan lanjutan oleh tenaga kesehatan). Cakupan Siswa SD yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar tahun 2011 sebesar 64,4 %.

25. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila.

Masalah lanjut usia (lansia) perlu mendapatkan perhatian karena jumlahnya yang terus bertambah setiap tahunnya. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah lansia terus meningkat dari 5,3 juta jiwa (1971), meningkat menjadi 14,4 juta jiwa (2000) dan diperkirakan pada tahun 2020 mencapai 28,8 juta jiwa. Pertambahan penduduk lansia ini mungkin disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia. Lansia pedesaan perlu mendapatkan perhatian karena diperkirkan 60% lansia tinggal di pedesaan. Lansia di pedesaan sangat minim aksesnya terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dan prilaku hidup sehat. Cakupan pelayanan kesehatan lanjut usia di Aceh tahun 2011 baru mencapai 38,38%. Rendahnya cakupan pelayanan ini disebabkan karena sebahagian kabupaten belum melaporkan hasil kegiatannya.

Grafik 4.14

Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Provinsi Aceh Tahun 2011

26. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 741/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Kesehatan, yang terdiri dari 4 Jenis Pelayanan dengan 18 Indikator. Salah satu Standar Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM-K) adalah Pelayanan Kesehatan Rujukan.

Ada dua Indikator untuk menilai pelayanan kesehatan Rujukan yaitu ;

1. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan Rumah Sakit, Puskesmas dan Sarana Kesehatan lainnya. 2. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin.

Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki Dokter Umum

on site (berada di tempat) selama 24 jam dengan kualifikasi GELS (General Emergency Life Support) dan/atau ATLS (Advance Trauma Life Support) serta ACLS (Advance Cardiac Life Support), yang dilengkapi dengan alat

transportasi dan komunikasi.Cakupan Pelayanan gawat darurat level 1 pada tahun 2011 untuk Rumah Sakit sebanyak 19 unit atau 35.2%.

27. Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani <24 jam.

Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan bahan berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang banyak. Penyakit diare, campak dan demam berdarah dengue merupakan penyakit yang sering menimbulkan KLB di Indonesia.

Penduduk terancam adalah Penduduk yang tinggal di daerah (kelurahan/desa) yang terkena kejadian luar biasa Attack Rate adalah Angka pengukuran yang dipakai untuk menghitung insidens kasus baru selama kejadian KLB terhadap penduduk yang terancam. Sementara CFR (Case Fatality Rate) adalah Persentase penderita yang meninggal karena suatu penyakit terhadap seluruh kasus penyakit yang sama.

Salah satu Indikator kinerja penanggulangan KLB adalah dengan melakukan kegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB dengan cepat dan tepat yang terlaksana kurang dari 24 jam sejak adanya KLB atau dugaan KLB. Pada tahun 2011 tidak ada desa/kelurahan yang terkena KLB. 28. Jumlah Penderita dan Kematian KLB.

Penanggulangan KLB adalah Upaya untuk menemukan penderita atau tersangka penderita, penatalaksanaan penderita serta pencegahan. Pada tahun 2011 tidak teridentifikasi jumlah penduduk terancam dan karena tidak terjadi KLB sehingga Attack Rate dan CFR 0 %.

29. Pelayanan Kesehatan Dasar Gigi dan mulut di Puskesmas

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada prinsipnya sama seperti pelayanan kesehatan pada umumnya, meliputi upaya pencegahan, pengobatan dasar serta upaya kesehatan gigi sekolah (UKGS) untuk murid SD dan sederajat.

Kegiatan pelayanan dasar gigi tetap yang dijadikan salah satu indikator pelayanan dengan menghitung Rasio tambal dengan pencabutan gigi. Jika rasio penambalan gigi tetap lebih tinggi dari pencabutan berarti pengetahuan dan tingkat kepedulian masyarakat untuk mempertahankan gigi cukup baik melalui upaya pencegahan.

Pada tahun 2011, berdasarkan laporan dari kabupaten Rasio tambal/pecabutan adalah 0.4 berarti jumlah penambalan dan pencabutan seimbang. Belum semua kabupaten melaporkan kegiatan pelayanan gigi dan mulut dalam sistem informasi puskesmas yang di rekapitulasi oleh dinas Kesehatan kab/kota.

30. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan setingkat. Upaya Kesehatan Gigi Sekolah(UKGS) yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi yang menjadi bagian dari upaya kesehatan sekolah (UKS). Murid SD Diperiksa (UKGS) adalah Murid SD yang diperiksa keadaan giginya. Kegiatan UKGS meliputi pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk mendapatkan murid yang perlu perawatan gigi kemudian memberikan perawatan pada murid yang memerlukan.

Pemeriksaan Gigi dan Mulut Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan dan penambalan sementara gigi sulung dan gigi tetap, yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke Puskesmas minimal 2 kali dalam setahun. Persentase murid SD yang mendapat perawatan gigi dan mulut tahun 2011 sebesar 51.3% dan belum semua kabupaten melaporkan kegiatannya.

31. Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan.

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).

Upaya Penyuluhan adalah Semua usaha yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip pendidikan dalam bidang kesehatan. Penyuluhan Kelompok adalah penyuluhan yang dilakukan pada kelompok sasaran tertentu. Penyuluhan Massa adalah penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran massal, seperti pameran, pemutaran film, melalui media massa (cetak dan elektronik). Jumlah kegiatan penyuluhan yang dilakukan pada tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut

Grafik 4.15

Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2011

0 10000

JUMLAH KEGIATAN

PENYULUH MASSA JUMLAH SELURUH

KEGIATAN PENYULUH KELOMPOK

Dalam dokumen PROFIL KESEHATAN ACEH TAHUN 2011 (Halaman 45-59)

Dokumen terkait