• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN ACEH TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN ACEH TAHUN 2011"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL

KESEHATAN ACEH

TAHUN 2011

DINAS KESEHATAN ACEH

2012

(2)

TIM PENYUSUN

Pengarah

Dr. M. Yani, M.Kes, PKK Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh

Ketua

Dr. Amren Rahim, M.Kes Kepala Bidang Program dan Pelaporan

Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Sekretaris

Fadhilah, SKM, MPH Kepala Seksi Data dan Informasi

Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Tim Analisis dan Interpretasi

dr. Abdul Fatah, MPPM dr. Hasnani, M.Kes

drg. Mohd. Irvan drg. Sarifa Yessi H, M.Kes

dr. Sulasmi, MHSM drg. Efi Safrida, M.Kes

Zulfian, SKM, MPH Henny Maulida, ST, MPH

M. Yusuf, ST Suhaimi, SE Henny Maryanti, A.Md

Junaidar, Amd. Rad Safrizal, AMTE

Kontributor

Sekretaris Dinas Kesehatan Aceh

Bidang dalam Lingkungan Dinas Kesehatan Aceh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Rumah Sakit Kabupaten/Kota Puskesmas Kabupaten/Kota

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Profil Kesehatan Aceh tahun 2011 telah dapat kita selesaikan dan diterbitkan. Kami seluruh tim yang mengelola profil dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota telah bekerja sama dalam pengumpulan data bidang kesehatan dari seluruh wilayah Aceh yang terdiri atas 23 kabupaten/kota di kawasan Provinsi Aceh. Serta dukungan dari lintas sektor seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten/Kota, dan lainnya.

Profil Kesehatan Provinsi Aceh menyajikan data dan informasi kesehatan yang meliputi data situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, data umum serta lingkungan yang terkait dengan kesehatan. Data yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Profil Kesehatan ini bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar lingkungan sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis (Puskesmas, maupun dari Kabupaten/Kota yang bersumber dari Sistem Pelaporan, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat Provinsi. Data yang tersaji pada profil kesehatan Provinsi Aceh dapat digunakan untuk membandingkan keadaan kesehatan di Aceh antara satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya. Buku Profil Kesehatan Aceh disajikan dalam bentuk cetakan dan juga dapat di unduh di website:

www.dinkes.acehprov.go.id.

Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Aceh 2011 ini kami ucapkan Terima Kasih.

Kepala Bidang Program dan Pelaporan

dto

Dr. Amren Rahim M.Kes NIP. 19630731 199001 1 001

(4)

SAMBUTAN

KEPALA DINAS KESEHATAN ACEH

Berkat rahmat Allah SWT, buku “Profil Kesehatan Tahun 2011” ini telah dapat diterbitkan dari rangkaian penyajian data dan informasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Aceh.

Profil Kesehatan Provinsi Aceh merupakan peremajaan dan perkembangan data dan informasi kesehatan sebagai hasil berbagai upaya kesehatan selama tahun 2011.

Dengan terbitnya profil kesehatan Aceh tahun 2011, diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik institusi pemerintah, institusi swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya dalam mendapatkan data dan informasi kesehatan. Profil kesehatan ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi penyelenggaraan program pembangunan kesehatan menjadi sebagai evindence based untuk perencanaan baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan Terima Kasih dan Penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan profil kesehatan Aceh.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh

dto

Dr. M.Yani, M.Kes, PKK NIP.19610127 198811 1 001

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GRAFIK... ix

DAFTAR DIAGRAM ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II GAMBARAN UMUM ... 3

1. Luas Wilayah... 3

2. Jumlah Kecamatan ... 3

3. Jumlah Desa/ Kelurahan... 3

4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur... 3

5. Jumlah Rumah Tangga/ Kepala Keluarga ... 4

6. Kepadatan Penduduk... 4

7. Rasio Beban Tanggungan ... 5

8. Rasio Jenis Kelamin... 5

9. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf ... 6

10. Persentase/Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ... 6

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 7

A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) ... 7

1. Angka Kematian Bayi (AKB)... 7

2. Angka Kematian Balita (AKABA) ... 9

3. Jumlah Kematian Ibu (AKI)... 9

B. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) ... 12

1. Angka Penemuan dan Penanggulangan Penderita Penyakit ”Acute Flaccid Paralysis” (AFP) ... 12

(6)

2. Prevalensi Tuberkulosis... 12

3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ ... 13

4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+ ... 13

5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani... 14

6. Angka Penanganan Kasus HIV/AIDS ... 15

7. Angka Pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS)... 15

8. Cakupan Skrining Terhadap HIV ... 15

9. Cakupan Penanganan Kasus Diare... 16

10.Prevalensi Penyakit Kusta ... 17

11.Cakupan Pengobatan Penderita Kusta... 18

12.Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)... 18

13.Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 20

14.Angka Kesakitan Malaria ... 20

15.Angka Kematian Malaria... 21

16.Cakupan Penanganan Penyakit Filariasis ... 21

C. STATUS GIZI... 21

1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)... 21

2. Persentase Balita Dengan Gizi Kurang ... 22

3. Persentase Balita Dengan Gizi Buruk... 22

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN... 23

A. PELAYANAN KESEHATAN... 23

1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K-1) ... 24

2. Cakupan Pelayanan Antenatal Lengkap (K-4)... 25

3. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 26

4. Cakupan Pelayanan Nifas ... 27

5. Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil... 27

6. Cakupan Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Besi (Tablet Fe). 28 7. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal... 29

8. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi... 31

(7)

10.Cakupan Pemberian Vitamin A Ibu Nifas... 32

11.Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi ... 32

12.Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi... 33

13.Cakupan Peserta KB Baru... 34

14.Cakupan Peserta KB Aktif ... 34

15.Cakupan Kunjungan Neonatal (KN)... 34

16.Cakupan Kunjungan Bayi ... 35

17.Cakupan Desa/Kelurahan ”Universal Child Immunization” (UCI). 36 18.Cakupan Imunisasi Bayi ... 37

19.Cakupan Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif... 37

20.Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Usia 6-23 Bulan Keluarga Miskin ... 38

21.Jumlah Balita Ditimbang ... 38

22.Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan... 40

23.Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat... 40

24.Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat ... 41

25.Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila ... 41

26.Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1... 42

27.Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani <24 Jam... 42

28.Jumlah Penderita dan Kematian KLB ... 43

29.Pelayanan Kesehatan Dasar Gigi dan Mulut di Puskesmas ... 43

30.Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulutpada Anak SD dan setingkat ... 43

31.Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan ... 44

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN ... 45

1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar... 45

2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin)... 45

3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin)... 46

(8)

4. Jumlah Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan ... 47

5. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit ... 47

6. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit... 48

C. PRILAKU HIDUP SEHAT ... 49

1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS ... 49

D. KEADAAN LINGKUNGAN ... 51

1. Persentase Rumah Sehat... 51

2. Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes ... 52

3. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih Yang Digunakan... 52

4. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan sarana Sanitasi dasar... 53

5. Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat... 54

6. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya ... 55

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 57

A. SARANA KESEHATAN ... 57

1. Ketersediaan Farmasi dan Alat Kesehatan... 57

2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan... 58

3. Laboratorium Kesehatan... 59

4. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)... 60

B. TENAGA KESEHATAN... 62

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan ... 62

2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan (bidan, perawat) di Sarana Kesehatan ... 63

3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan.... 63

4. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi (ahli gizi) di Sarana Kesehatan .. 63 5. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana

(9)

Kesehatan... 64 6. Jumlah dan Rasio Tenaga Teknis Medis dan Fisioterapis di

Sarana Kesehatan ... 64 C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ... 65 D. PENUTUP ... 68

(10)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Provinsi

Aceh Tahun 2011 ... 4 Grafik 2.2 Kepadatan Penduduk Provinsi Aceh Tahun 2011 ... 4 Grafik 2.3 Rasio Beban Tanggungan dan Rasio Jenis Kelamin Provinsi Aceh

Tahun2011... 5

Grafik 3.1 Angka Lahir Mati Provinsi Aceh Tahun 2011... 7 Grafik 3.2 Persentase Kematian Bayi dan Balita Provinsi Aceh Tahun 2011... 9 Grafik 3.3 Jumlah Kasus TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru Provinsi Aceh

Tahun 2011... 13 Grafik 3.4 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Provinsi

Aceh tahun 2011... 13 Grafik 3.5 Angka Kesembuhan Penderita Tuberkulosis BTA Positif Provinsi Aceh

Tahun 2011... 14 Grafik 3.6 JumlahPenemuan Kasus Pneumonia Pada BalitaProvinsi Aceh

Tahun 2011... 14 Grafik 3.7 JumlahHIV, AIDS, IMS dan Kematian AIDSProvinsi Aceh Tahun 2011 15

Grafik 3.8 Cakupan Skrining Terhadap HIV Provinsi Aceh Tahun 2011 ... 16 Grafik 3.9 Cakupan Penanganan Kasus diare Provinsi Aceh tahun 2011... 16 Grafik 3.10 Jumlah Kasus Baru Kusta dan NCDR Provinsi Aceh tahun 2011... 17 Grafik 3.11 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 tahun dan Persentase Cacat

Tingkat 2 Penderita Kusta Provinsi Aceh Tahun 2011... 17 Grafik 3.12 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Provinsi Aceh

Tahun 2011... 18 Grafik 3.13 Persentase Penderita Kusta yang Diobati Provinsi Aceh Tahun 2011 18

(11)

Grafik 3.14 CFR Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31) Provinsi Aceh Tahun 2011 ... 19 Grafik 3.15 Angka Kesakitan dan Kematian DBD Provinsi Aceh Tahun 2011 ... 20 Grafik 3.16 Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Provinsi Aceh Tahun

2011... 20 Grafik 3.17Cakupan Penanganan Penyakit Filariasis Provinsi Aceh tahun 2011.. 21

Grafik 3.18Proporsi Gizi Buruk dan Kurang (Gibur) Provinsi Aceh tahun2011... 22

Grafik 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Provinsi Aceh Tahun 2011... 25 Grafik 4.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Provinsi Aceh Tahun 2011 ... 25 Grafik 4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Provinsi

Aceh tahun 2011... 26 Grafik 4.4 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Provinsi Aceh tahun 2011.. 27 Grafik 4.5 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Provinsi Aceh tahun

2011... 28 Grafik 4.6 Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe Provinsi Aceh

Tahun 2011... 29 Grafik 4.7 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal Provinsi

Aceh tahun 2011... 31 Grafik 4.8 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas

Provinsi Aceh tahun 2011... 32 Grafik 4.9 Persentase Peserta KB Baru dan Aktif Provinsi Aceh Tahun 2011 .... 34 Grafik 4.10 Cakupan Kunjungan Neonatal Provinsi Aceh tahun 2011 ... 35 Grafik 4.11 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Aceh tahun 2011... 36 Grafik 4.12 Cakupan Imunisasi Pada Bayi Provinsi Aceh Tahun 2011 ... 37 Grafik 4.13 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Provinsi Aceh

(12)

Grafik 4.14 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Provinsi Aceh Tahun

2011... 42

Grafik 4.15 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2011 .. 44

Grafik 4.16 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Provinsi Aceh tahun 2011 ... 46

Grafik 4.17 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Provinsi Aceh Tahun 2011... 46

Grafik 4.18 Jumlah Kasus Gangguan Jiwa Provinsi Aceh Tahun 2011... 47

Grafik 4.19 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi Aceh tahun 2011... 51

Grafik 4.20 Persentase Rumah Tangga Sehat Provinsi Aceh tahun 2011... 51

Grafik 4.21 Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Provinsi Aceh Tahun 2011 ... 52

Grafik 4.22 Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih yang digunakan Provinsi Aceh tahun 2011... 53

Grafik 4.23 Persentase Keluarga dengan Kepemilikan sarana Sanitasi dasar Provinsi Aceh tahun 2011... 54

Grafik 4.24 Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Provinsi Aceh tahun 2011 ... 55

Grafik 4.25 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Provinsi Aceh Tahun 2011... 56

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Jumlah Pelayanan di Fasilitas Rujukan Provinsi Aceh tahun 2011... 48 Tabel 5.1 Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat Provinsi Aceh 2011... 58 Tabel 5.2 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola

Provinsi Aceh 2011... 59 Tabel 5.3 Jenis dan Jumlah Pemeriksaan Laboratorium kesehatan Provinsi Aceh

Tahun 2011... 60

Tabel 5.4 Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten/Kota

Provinsi Aceh 2011... 66 Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Alokasi Anggaran APBA... 67 Tabel 5.6 Gambaran Distribusi Alokasi Dana Dekon... 67

(14)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 3.1 Proporsi Kematian Ibu Berdasarkan Umur Provinsi Aceh tahun 2011 10

Diagram 3.2 Persentase Penyebab Kematian IbuProvinsi Aceh tahun 2011 ... 11

Diagram 4.1 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Provinsi Aceh

tahun 2011 ... 33 Diagram 4.2 Cakupan Desa Siaga Aktif Provinsi Aceh Tahun 2011... 33 Diagram 5.1 Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Provinsi Aceh 2011 ... 62 Diagram 5.2 Rasio Tenaga Keperawatan (bidan, perawat) di Sarana Kesehatan

Provinsi Aceh 2011... 63 Diagram 5.3 Rasio Tenaga Kefarmasian Dan Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan

Provinsi Aceh 2011... 64 Diagram 5.4 Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitarian di Sarana

Kesehatan Provinsi Aceh 2011 ... 64 Diagram 5.5 Rasio Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis di Sarana Kesehatan

(15)

BAB I

P

P

E

E

N

N

D

D

A

A

H

H

U

U

L

L

U

U

A

A

N

N

Pembangunan kesehatan secara umum bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan, oleh pemerintah, pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupaten/kota, beserta masyarakat, termasuk dunia usaha. Secara Global, kesehatan diakui sebagai instrumen strategis untuk mengurangi kemiskinan yang harus dicapai pada tahun 2015, seperti dinyatakan dalam Millenium Development Goals (MDGs). Dari delapan tujuan MDGs, enam menyangkut intervensi kesehatan, yaitu : (a) perbaikan gizi, (b) menurunkan jumlah kematian ibu, (c) menurukan jumlah kematian bayi (d) mengendalikan Human Immunodeficiency Virus (HIV) - Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), malaria dan penyakit menular lainnya (TB),(e) akses terhadap air bersih dan (f) akses terhadap obat essensial.

Menurut WHO, dalam sistem penyelenggaraan upaya kesehatan selalu harus ada Subsistem Informasi yang mendukung subsistem lainnya. Tidak mungkin subsistem lain dapat bekerja tanpa didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan. Sebaliknya, Sistem Informasi Kesehatan tidak mungkin bekerja sendiri tanpa subsistem lain. Ini tercermin dalam SKN 2009, dimana terdapat Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan yang menaungi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan.

Undang - undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap ketersediaan akses informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan, yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih lanjut akan

(16)

diatur dengan peraturan pemerintah. Sedangkan pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperolah akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Untuk mendukung hal tersebut, salah satu keluaran penyelenggaraan sistem informasi bagi masyarakat di Provinsi Aceh adalah Profil Kesehatan Aceh, salah satu paket penyajian data dan informasi kesehatan tentang derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan kinerja tahunan.

Metodelogi penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2011 ini dilakukan dengan pengumpulan data, menvalidasi, analisis, korelasi antar tabel, serta check and balance dari seluruh kegiatan program di Provinsi yang dihimpun dari seluruh kabupaten/kota.

Data profil ini belum termasuk yang berasal dari fasilitas kesehatan swasta, praktek-praktek swasta serta dokter swasta. Sajian data dilakukan dalam bentuk tabel, grafik dan pencapaian indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM) per kabupaten/kota.

Verifikasi data juga dilakukan pada Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), serta dukungan informasi dari Kabupaten/Kota. Profil Kesehatan Aceh 2011 ini terdiri atas 5 (lima) bab, yaitu:

Bab I – Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang serta sistematika penyajian Profil.

Bab II - Situasi Umum dan Perilaku Penduduk. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum, yang meliputi: kependudukan, perekonomian, pendidikan, dan lingkungan fisik; serta perilaku hidup sehat.

Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2011.

Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2011, untuk tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan.

Bab V- Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

(17)

BAB II

G

G

A

A

M

M

B

B

A

A

R

R

A

A

N

N

U

U

M

M

U

U

M

M

1. Luas Wilayah

Aceh adalah sebuah provinsi paling barat Indonesia. Aceh mempunyai luas wilayah sebesar 58.375,63 km2, yang terletak antara 20 sampai 60 lintang utara dan 950 sampai 980 lintang selatan. Wilayah Aceh terdiri dari 119 buah pulau, 73 sungai besar dan 35 gunung.

Ketinggian rata-rata wilayah adalah 125 meter di atas permukaan laut. Temperatur rata-rata 25 0 Celsius, dengan kelembaban rata-rata 85 persen dan curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar 3,0 sampai 245,9 mm.

Provinsi Aceh berbatasan langsung dengan Selat Malaka di sebelah utara, Provinsi Sumatera Utara di sebelah timur dan Samudera Hindia di sebelah barat dan selatan.

2. Jumlah Kecamatan

Provinsi Aceh dengan ibu-kota Banda Aceh, terdiri dari 23 kabupaten/kota dan 284 kecamatan.

3. Jumlah Desa/Kelurahan

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di bawah kabupaten. Sementara kelurahan adalah suatu wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten/kota dalam wilayah kerja kecamatan. Adapun jumlah desa/gampong/kelurahan adalah sebanyak 6.450 desa.

4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur.

Jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat menunjukkan jumlah penduduk produktif dan nonproduktif. Pengelompokan penduduk dalam usia produktif dan nonproduktif dapat digunakan sebagai acuan menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) yang merupakan indikator ekonomi di suatu daerah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)

(18)

‘Aceh Dalam Angka’ jumlah estimasi penduduk Aceh tahun 2011 sebanyak 4.597.308 jiwa.

Dilihat dari Grafik 2.1, penduduk Provinsi Aceh jumlah terbesar terdapat pada range usia balita 0 - 4 tahun dibandingkan dengan range usia produktif. Jika dilihat dari gender, jumlah laki-laki lebih rendah umur harapan hidup dibandingkan dengan perempuan.

Grafik 2.1

Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Provinsi Aceh Tahun 2011

5. Jumlah Rumah tangga/Kepala keluarga.

Dari seluruh jumlah rumah tangga (1.151.186) di kabupaten/kota, rata-rata dalam satu rumah tangga dihuni oleh 4 orang anggota keluarga.

6. Kepadatan Penduduk

Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Aceh tahun 2011 adalah 79 orang per kilometer persegi. Daerah yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah Kota Banda Aceh, yaitu 3,725 orang per kilometer persegi. Sedangkan yang terendah Kabupaten Gayo Lues, yakni 14 orang per kilometer persegi.

Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh besarnya wilayah pada masing-masing kabupaten/kota. Kepadatan penduduk dari sektor kesehatan merupakan indikator dalam melihat beberapa kondisi kesehatan yang akan muncul terutama kondisi kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan ketersediaan air minum, air bersih, sistem pembuangan air limbah

(19)

dan sampah keluarga. Kepadatan penduduk Provinsi Aceh menurut kabupaten/kota pada tahun 2011 dapat dilihat pada grafik 2.2 berikut.

Grafik 2.2

Kepadatan Penduduk Provinsi Aceh Tahun 2011

Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi. Jumlah penduduk terendah adalah di Kota Sabang sebesar 31.355 jiwa, sementara kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Aceh Utara sebesar 541.878 jiwa.

7. Rasio Beban Tanggungan.

Rasio Beban Tanggungan adalah Perbandingan antara banyaknya orang yang belum produktif (usia kurang dari 15 tahun) dan tidak produktif lagi (usia 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (15-64 tahun). Saat ini sebesar 66 % penduduk Indonesia berada dalam usia produktif (16-65 tahun) dengan rasio ketergantungan 57, setiap 100 orang usia produktif harus menanggung 57 orang usia non produktif. Sedangkan pada tahun 2020-2030 mendatang Indonesia akan memiliki 70% penduduk usia produktif dengan rasio ketergantungan turun menjadi sekitar 44-48.

8. Rasio Jenis Kelamin.

Penduduk laki-laki Provinsi Aceh sebanyak 2.300.442 jiwa dan perempuan sebanyak 2.296.866 jiwa. Seks Rasio adalah 100, berarti terdapat 100 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks Rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Pidie sebesar 94 dan tertinggi adalah Kabupaten Aceh Jaya sebesar 108. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 87 sampai

0 100

Rata-Rata Jiwa Per Rumah Tangga

Kepadatan Penduduk per km2 4

79

(20)

dengan 105, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 85. Median umur penduduk Provinsi Aceh tahun 2010 adalah 24,18 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Aceh termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20 tahun, penduduk menengah jika median umur 20-30 tahun, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun. Lihat pada grafik 2.3 berikut:

Grafik 2.3

Rasio Beban Tanggungan dan Rasio Jenis Kelamin Provinsi Aceh Tahun 2011

9. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf.

Penduduk berusia 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Saat Profil ini dibuat data belum tersedia.

10. Persentase/Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan berusia 10 tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan.

Sekolah adalah Kegiatan bersekolah di sekolah formal yaitu sekolah dasar, menengah dan tinggi, termasuk pendidikan yang disamakan. Tidak/belum pernah bersekolah adalah tidak/belum pernah bersekolah di sekolah formal, misalnya tamat/belum tamat taman kanak- kanak tetapi melanjutkan ke SD. Tamat sekolah adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah, baik negeri maupun swasta, dan telah mendapatkan tanda tamat/ijazah. Orang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi telah mengikuti ujian dan lulus dianggap tamat sekolah.

0 50 100 150 RASIO BEBAN TANGGUNGAN

RASIO JENIS KELAMIN 55.76

(21)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Perkembangan upaya kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan menjadi salah satu pilar utama membangun daerah. Derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor utama yaitu: lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan dan genetika.

Indikator penting dan sangat sensitif untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat antara lain; Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH) dan Status Gizi.

Berikut dijelaskan gambaran dari situasi derajat kesehatan Provinsi Aceh tahun 2011.

A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian pada suatu kelompok populasi. Mortalitas dapat mengekspresikan jumlah satuan kematian per 1.000 kelahiran hidup dalam periode waktu tertentu. Berbeda dengan morbiditas yang merujuk angka kesakitan individu dalam periode waktu tertentu. Pada bab ini kita dapat melihat bagaimana gambaran kejadian kematian di Aceh periode tahun 2011.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Salah satu tujuan MDGs priode tahun 2015 adalah menurunkan jumlah kematian Anak dengan menghitung AKB dan Angka Kematian Balita (AKABA) di suatu Negara. Upaya percepatan penurunan AKB dan AKABA menjadi prioritas Kementrian Kesehatan RI dan secara konsisten menjadi Rencana Aksi Daerah (RAD) seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Upaya ini dilakukan dengan kegiatan program yang fokus, terintegrasi secara sektoral dan berkesinambungan sehingga berdampak ungkit besar terhadap penurunan AKB, AKABA di Aceh.

Dalam profil ini juga akan disampaikan Angka kejadian lahir mati, oleh karena banyak terjadi kematian pada janin dalam kandungan sebelum dilahirkan. untuk perhitungan indikator ini digunakan definisi operasional yang standar dengan kategori masing-masing antara lain :

(22)

Lahir Hidup (LH); Suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misalnya: bernafas, ada denyut jantung atau gerakan otot.

Bayi Lahir Mati; Suatu kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Angka Lahir Mati (ALM); Jumlah bayi lahir mati terhadap 1.000 kelahiran (hidup+mati).

Bila dilihat dari distribusi yang bersumber dari kesehatan kabupaten diketahui Jumlah Bayi Lahir Mati di Aceh sebanyak 826 jiwa dan Jumlah Lahir Hidup sebanyak 103.206 jiwa, maka ALM di Aceh tahun 2011 adalah 7,7 per 1.000 LH.

Grafik 3.1 Angka Lahir Mati Provinsi Aceh Tahun 2011

Pada tahun 2011 dilaporkan sejumlah 826 kematian bayi dan 122 kasus kematian anak balita, diasumsikan berasal dari fasilitas pelayanan dasar yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan jaringannya serta fasiltas rujukan seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Berdasarkan dua indikator tersebut maka AKB Aceh tahun 2011 sebesar 8/1000 LH dan AKABA sebesar 9,2/1000 LH. Mungkin angka ini lebih rendah dari perkiraan nasional namun masih dapat dilakukan penyesuaian perhitungan yang aktual dengan sistem kohort, sehingga adjusted Infant mortality rate dan under five mortality rate dapat mendekati gambaran kondisi di populasi yang sebenarnya. Angka ini lebih rendah dari AKB nasional yaitu 32 per 1.000 LH.

0% 50% 100% LAKI-LAKI PEREMPUAN L+ P 8 7.5 7.7

(23)

2. Angka Kematian Balita (AKABA)

Kematian Bayi adalah Kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia satu tahun sedangkan Kematian Anak Balita adalah Kematian yang terjadi pada anak umur 1-4 tahun. Selanjutnya yang dimaksud dengan Kematian Balita adalah Kematian yang terjadi pada balita sebelum usia 5 tahun (bayi + anak balita).

AKABA adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun pada periode waktu tertentu dalam 1.000 Kelahiran Hidup (KH). Maka AKABA yang dilaporkan di Provinsi Aceh tahun 2011 adalah 9.2/1.000 KH. Artinya dari 1.000 balita lahir hidup terdapat 9 sampai 10 balita yang meninggal dalam setahun. Grafik 3.2 dibawah ini menunjukan persentase AKB dan AKABA di Aceh 2011.

Grafik 3.2

Persentase Kematian Bayi dan Balita Provinsi Aceh Tahun 2011

Proporsi kematian bayi mencapai 47 persen dari seluruh kematian balita. Jika dibandingkan dengan proporsi kematian pada tahun 2010, terjadi penurunan yang sangat berarti. Sebagian besar kematian bayi dikontribusi pada priode neonatal, sehingga upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir menjadi sangat strategis dalam percepatan pencapaiaan target MDGs.

3. Angka Kematian Ibu (AKI)

AKI adalah Jumlah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan. Kematian yang

44% 46% 48% 50% 52% 54% AKABA AKB 53% 47%

(24)

dihitung dapat terjadi karena kehamilannya, persalinannya dan masa nifas bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll.

Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah AKI. Perhitungan AKI disetiap kabupaten/kota sulit dilakukan, karena jumlah KH tidak mencapai 100.000 kelahiran dan masih ada kemungkinan under reported. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI menurun dari 307 per 100.000 KH menjadi 228 per 100.000 KH. Target penurunan AKI tahun 2014 adalah 118 per 100.000 KH. Upaya efektif untuk menurunkan AKI adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional di fasilitas kesehatan, meningkatkan penggunaan kontrasepsi paska persalinan dan penanganan komplikasi maternal.

Pada lampiran ini di ketahui bahwa jumlah kematian ibu pada tahun 2011 di Aceh Utara (20 kasus) kemudian dari Kabupaten Bireun (16 kasus); Aceh Tamiang (13 kasus); Aceh Timur dan Pidie masing-asing sebanyak 12 kasus. Perhitungan AKI dapat dikonversi dalam 100.000 KH. Hasil perhitungan diketahui bahwa AKI tahun 2011 di Aceh sebesar 158/100.000 LH. Kematian tertinggi terjadi pada ibu bersalin (108 kasus) dan pada usia reproduktif antara (20-34 tahun). Karakteristik usia ibu, merupakan salah satu faktor risiko tinggi kematian maternal. Bahwa usia <20 tahun dan >35 tahun dikategorikan sebagai usia risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan yang berdampak terhadap kematian maternal. Pada diagram dibawah ini terlihat bahwa usia >35 tahun memberi kontribusi 31,3% (51 kasus) terhadap kematian ibu, sementara usia <20 tahun memberi kontribusi 2.4% (4 kasus) terhadap total kematian ibu tahun 2011. Gambar berikut ini memperlihatkan proporsi kematian ibu berdasarkan umur.

Diagram 3.1

Proporsi Kematian Ibu Berdasarkan Umur Provinsi Aceh Tahun 2011

(25)

Jika dilihat dari porsi penyebab kematian bahwa perdarahan (38%) kemudian Eklamsi (20%) dan infeksi (4%), kasus lain sebagai penyebab memberi kontribusi 37% namun tidak di jelaskan secara rinci, namun dijelaskan dalam program KIA. Diagram berikut menunjukan persentase penyebab kematian ibu berdasarkan penyebab pada tahun 2011.

Diagram 3.2

Persentase Penyebab Kematian Ibu Provinsi Aceh Tahun 2011

Melihat kondisi ini beberapa upaya yang harus tetap dilakukan adalah mendeteksi dini kehamilan risiko tinggi oleh tenaga kesehatan, meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan menjamin bahwa seluruh persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan professional di fasilitas kesehatan. Selain itu peningkatan kapasitas tenaga kesehatan berbasis kompetensi, khususnya petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih sangat perlu dilakukan secara konsisten mengingat kematian banyak terjadi pada saat persalinan. Prioritas perhatian yang tinggi terutama pada kabupaten penyumbang terbanyak kasus kematian dan pada daerah terpencil dan kepulauan merupakan isu strategis yang harus dicermati dan difasilitasi oleh pemerintah.

Jumlah Kematian Ibu yang dilaporkan adalah 163 orang dari perhitungan AKI tahun 2011 sebesar 158/100.000 LH. Sementara AKI di Aceh, bila dibandingkan pada tahun 2010 terjadi penurunan dari 193/100000 LH menjadi 158/100.000 LH di tahun 2011. Kabupaten Pidie, Bireuen, Aceh Utara dan Aceh Tamiang memberi kontribusi jumlah kematian ibu paling banyak yaitu antara 12 s/d 20 kematian.

Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi (Laporan PWS KIA, 2011). Jumlah kematian ibu merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Jumlah kematian ibu meliputi kematian yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas.

(26)

B. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)

Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) suatu penyakit yang terjadi pada suatu populasi dalam kurun waktu tertentu. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis penyakit menular serta upaya pencegahan dan penanggulangannya penyakit menular dan tidak menular di Aceh tahun 2011. Gambaran morbiditas penyakit ini didapat dari hasil kegiatan program P2PL dan terbatas pada penyakit menular saja sementara prevalensi penyakit tidak menular dapat dilihat di Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 dan 2011.

1. Angka Penemuan dan Penanggulangan Penderita Penyakit “Acute Flaccid Paralysis” (AFP)

Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah Kelumpuhan pada anak berusia <15 tahun yang bersifat layuh (flaccid) terjadi secara akut, mendadak dan bukan disebabkan ruda paksa. AFP rate adalah Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk berusia <15 tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Berdasarkan data surveilans tahun 2011, dilakukan pengamatan terhadap semua kasus AFP pada anak usia <15 tahun yang merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit Polio. Jumlah penduduk Aceh yang berusia <15 tahun berjumlah 766,466 jiwa dengan jumlah kasus AFP (Non Polio) sebanyak 38 orang. Jumlah kasus tersebut merupakan data yang ditemukan di wilayah kerja puskesmas dan di rumah sakit. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa AFP Rate (Non Polio) sebesar 4.96/100.000 penduduk.( Sumber P2PL 2011).

2. Prevalensi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang atau Basil yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru.

Target program penanggulangan tuberkulosis adalah tercapainya penemuan pasien baru tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA) positif minimal 70% dari perkiraan dengan angka kesembuhan minimal 85%. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat tuberkulosis dalam upaya mencapai tujuan MDGs pada tahun 2015. Dari grafik 3.5 dibawah ini menunjukkan jumlah semua kasus TB Paru sebanyak 4.423 dengan kematian berjumlah 41 orang.

(27)

Grafik 3.3

Jumlah Kasus TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru Provinsi Aceh Tahun 2011

Dari grafik diatas menunjukan hanya 1 persen atau 41 orang kematian yang terjadi dari 4.423 kasus.

3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+

Di Provinsi Aceh pada tahun 2011 jumlah tersangka kasus TB Paru yang ditemukan berjumlah 27.821. Melalui pemeriksaan dahak secara Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) didapatkan sebanyak 3.616 kasus BTA poistif kasus baru. Sehingga angka penemuan kasus baru TB BTA positif case detection rate (CDR) di Aceh pada tahun 2011 sebesar 65.41%, masih dibawah target nasional sebesar minimal 70%.

Grafik 3.4

Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Provinsi Aceh Tahun 2011

4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+

Kesembuhan Penderita TB Paru adalah penderita TB Paru yang setelah menerima pengobatan anti TB Paru dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya menunjukkan 2 kali negatif). Pengobatan Lengkap adalah pasien baru TB BTA+ yang telah menjalani pengobatan dengan obat anti Tuberkulosis (OAT) secara lengkap tanpa didukung pemeriksaan ulang dahak. 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000

JLH TB LAMA & BARU JLH KEMATIAN 4,423 41 0 2000 4000 6000 JLH PERKIRAAN KASUS JLH KASUS BTA+ CDR 5529 3616 65.41

(28)

Dari Grafik 3.7 dapat di lihat bahwa angka kesembuhan penderita TB paru BTA+sebesar (84,73%). Dari semua penderita TB paru yang mendapat pengobatan lengkap berjumlah 212 (5,98%). Angka keberhasilan pengobatan atau Success Rate (SR) sudah mencapai 90,71%. Angka ini dapat secara langsung dipantau serta akurat dalam kontrol pasien yang diobati melalui directly observed treatment short course (DOTS). Pengawasan yang efektif melalui penemuan dan penanganan kasus infeksi akan membatasi risiko penyebarannya.

Grafik 3.5

Angka Kesembuhan Penderita Tuberkulosis BTA Positif Provinsi Aceh Tahun 2011

5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani

Jumlah perkiraan penderita Pneumonia pada balita yaitu 10% dari jumlah balita pada wilayah dan kurun waktu yang sama. Perkiraan Pneumonia pada balita Provinsi Aceh berjumlah 44.293 dan penemuan penderita Pneumonia sebesar 1.102 kasus atau 2,5% ini masih jauh dari target nasional yaitu 60%.

Grafik 3.6

Jumlah Penemuan Kasus Pneumonia Pada Balita Provinsi Aceh Tahun 2011

0 20 40 60 80 100 Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+ Cakupan Pengobatan TB Paru Lengkap Angka Kesuksesan (Success Rate) 84.73 5.98 90.71

(29)

6. Angka Penanganan Kasus HIV/AIDS

AIDS merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Dari grafik 3.9 dibawah ini jumlah kasus HIV-AIDS yang terjadi adalah HIV berjumlah 15 orang, AIDS berjumlah 29 orang dan Infeksi Seksual 69 orang sementara jumlah kematian AIDS bejumlah 16 orang.

Grafik 3.7

Jumlah HIV, AIDS, IMS dan Kematian AIDS Provinsi Aceh Tahun 2011

7. Angka Pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) yang cara penularannya melalui hubungan seksual (vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular. IMS pada ibu hamil bisa tertular kepada bayi pada saat hamil atau saat melahirkan dan juga saat menyusui. Berdasarkan informasi dari bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Aceh tidak ditemukan kasus IMS pada tahun 2011.

8. Cakupan Skrining terhadap HIV.

Uji saring (skrining) darah donor dalam upaya penanggulangan AIDS dilakukan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) sejak 1992 berdasarkan Kepmenkes No 622/VII/1992. Skrining darah donor dilakukan dengan rapid test atau ELISA. Sebaiknya skrining para pendonor untuk mendeteksi lebih akurat sejumlah penyakit yang diderita oleh pendonor, sebelum mereka mendonorkan darahnya. Grafik 3.10 menunjukan cakupan skrining terhadap HIV tahun 2011.

(30)

Grafik 3.8

Cakupan Skrining Terhadap HIV Provinsi Aceh Tahun 2011

9. Cakupan Penanganan Kasus Diare

Penderita diare yang ditangani adalah jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader adalah 10% dari angka kesakitan dikali dengan jumlah penduduk disatu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Sementara Angka kesakitan yaitu angka kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2006 yaitu sebesar 423/1000 penduduk. Pada tahun 2011 terdapat 194.466 kasus diare dan 99.304 kasus yang ditangani (51,1%)

Grafik 3.11 menunjukan cakupan penanganan kasus diare tahun 2011.

Grafik 3.9

Cakupan Penanganan Kasus Diare Provinsi Aceh Tahun 2011

0 5000 10000 15000 Sampel Darah Diperiksa Positif HIV 11471 0 0 100000 200000

Jumlah Perkiraan Kasus

Diare Ditangani 194466

(31)

10. Prevalensi Penyakit Kusta.

Pada Grafik 3.12 dibawah ini menunjukan bahwa penderita kusta di Provinsi Aceh tahun 2011 berjumlah: kusta pause baciller (PB) 135 orang dan kusta multi baciller (MB) berjumlah 411 orang. Dengan angka Penemuan Kasus new case detection rate(NCDR) sebesar 12,05/100.000 penduduk.

Angka prevalensi adalah Per 10.000 penduduk Penderita kusta (kasus baru dan kasus lama) per 10.000 penduduk di Provinsi Aceh pada tahun 2011 sebanyak 1.2 per 10.000 penduduk.

Grafik berikut menunjukkan jumlah kasus baru kusta dan angka penemuan kasus tahun 2011.

Grafik 3.10

Jumlah Kasus Baru Kusta dan NCDR Provinsi Aceh Tahun 2011

Kasus baru yang terjadi pada anak berumur 0-14 yaitu sejumlah 8,48%, dan terdapat kasus baru dengan cacat tingkat 2 yaitu 16,06%.

Grafik 3.11

Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 tahun dan Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta

Provinsi Aceh Tahun 2011

135 411 12.05 0 100 200 300 400 500

Jumlah Kasus Baru Kusta/PB

Jumlah Kasus Baru Kusta/MB Angka Penemuan Kasus Kusta (NCDR) 0 10 20

Kasus Baru Kusta 0-14

Tahun Cacat Tingkat 2 Penderita

Kusta

(32)

Grafik 3.12

Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Provinsi Aceh Tahun 2011

11. Cakupan Pengobatan Penderita Kusta

Dari grafik 3.15 menunjukan penderita yang selesai berobat adalah; release from treatment (RFT) PB 141 orang dari jumlah penderita pada tahun lalu (2010) yang berjumlah 146 orang (96.6%). Sementara RFT MB 238 orang dari jumlah penderita pada tahun (2009) yang berjumlah 370 orang (64%).

Grafik 3.13

Persentase Penderita Kusta yang Diobati Provinsi Aceh Tahun 2011

12. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa ada beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi di antaranya :

 Penyakit Difteri adalah infeksi akut yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphteriae ditandai dengan pembentukan membran di kerongkongan dan aliran udara lainnya yang menyebabkan sulit bernapas. 0 200 400 600 PB MB Prevalensi 99 453 1.2 RFT PB RFT MB 96.6 64

(33)

 Penyakit Pertusis adalah Penyakit membran mukosa pernapasan dengan gejala demam ringan, bersin, hidung berair, dan batuk kering.

 Penyakit Tetanus adalah Penyakit infeksi akut dan sering fatal yang mengenai sistem saraf yang diisebabkan infeksi bakteri dari luka terbuka. Ditandai dengan kontraksi otot tetanik dan hiper-refleksi, yang mengakibatkan trismus (rahang terkunci), spasme glotis, spasme otot umum, opistotonus/ spasme respiratoris, serangan kejang dan paralysis.

 Penyakit T.Neonatorum adalah suatu bentuk tetanus infeksius yang berat, dan terjadi selama beberapa hari pertama setelah lahir. Disebabkan oleh faktor-faktor seperti tindakan perawatan sisa tali pusat yang tidak higienis, atau pada sirkulasi bayi laki-laki dan kekurangan imunisasi maternal.

 Penyakit Campak adalah penyakit akut yang disebabkan Morbilivirus ditandai dengan munculnya bintik merah (ruam), terjadi pertama kali saat anak-anak.

 Penyakit Polio adalah Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Dapat menyerang semua umur, tetapi biasanya menyerang anak-anak usia kurang dari 3 tahun yang menyebabkan kelumpuhan sehingga penderita tidak dapat menggerakkan salah satu bagian tubuhnya.

 Penyakit Hepatitis B adalah Peyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis (A, B, C, D dan E).

Dari grafik 3.16 dibawah ini CFR kasus Difteri, Campak, Poliomylitis, Hepatitis tidak dijumpai sementara CFR tetanus Neonatorum 100% dan Non Neonatorum 21%.

Grafik 3.14

CFR Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31) Provinsi Aceh Tahun 2011

0 500 1000 0 93 2 14 708 0 0

(34)

13. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Jumlah kasus DBD Provinsi Aceh adalah 2,569 jiwa dengan kematian berjumlah 14 jiwa. Dari grafik 3.17 dibawah ini menunjukan IR (Insidens Rate) kasus DBD di Provinsi Aceh pada tahun 2011 pada laki-laki (IR=65,03/100.000 Penduduk dan CFR=0,47%) sementara pada perempuan (IR=46,72/100.000 Penduduk dan CFR 0,65%).

Grafik 3.15

Angka Kesakitan dan Kematian DBD Provinsi Aceh Tahun 2011

14. Angka Kesakitan Malaria

Di Indonesia malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih memerlukan perhatian. Target angka kesakitan malaria diukur dengan angka Annual Parasite Incidence ( API ).

Malaria klinis adalah Kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi disertai menggigil) Tanpa Pemeriksaan Sediaan Darah yang berjumlah 6442. Malaria Positif adalah Kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi disertai menggigil) dengan pemeriksaan sediaan darah di laboratorium berjumlah 3562. Bila kita melihat Grafik 3.16 dibawah ini Jumlah API di Provinsi Aceh tahun 2011 berjumlah 0,8 per 1000 penduduk

Grafik 3.16

Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Provinsi Aceh Tahun 2011

L P L+P 65.03 46.72 55.88 0.47 0.65 0.54 CFR IR 0 1 CFR API 0 0.8

(35)

15. Angka Kematian Malaria.

Kematian akibat malaria atau Case-Fatality Rate (CFR) sementara pada tahun 2011 tidak ditemukan.

16. Cakupan Penanganan Penyakit Filariasis

Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.

Di Provinsi Aceh dari semua kasus Filariasis yang berjumlah 236 terdapat 5 kasus baru. Berdasarkan data tersebut maka Angka Kesakitan Filariasis di Aceh adalah 5/100.000 Penduduk.

Grafik 3.17

Cakupan Penanganan Penyakit Filariasis Provinsi Aceh Tahun 2011

C. STATUS GIZI

Status gizi masyarakat merupakan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan kesehatan yang diindikasikan dengan kondisi gizi balita melalui pengukuran BB dan TB. Status gizi didefinisikan sebagai keadaan yang di akibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (Intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktifitas pemeliharaan kesehatan dll).

1. Persentase Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

BBLR adalah Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. BBLR tidak memandang masa gestasi atau masa pembentukan janin dalam uterus yaitu setelah proses fertilisasi/hamil hingga kelahiran. Berat

0 100 200 300 Kasus Baru Kasus Seluruhnya Angka Kesakitan 5 236 5.13

(36)

lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Di Aceh pada tahun 2011 terdapat jumlah lahir hidup 103,206 orang dan di temukan BBLR sebanyak 567 atau 0.6%. BBLR merupakan salah satu penyebab terbanyak kematian pada bayi terutama pada periode neonatal.

2. Persentase Balita Dengan Gizi Kurang.

Masalah gizi erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan menyangkut aspek pengetahuan serta perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat dengan gizi seimbang.

Beberapa tanda awalnya yaitu berat badan anak tidak naik selama 3 bulan, posisi hasil penimbangan di Bawah Garis Merah (BGM). Berdasarkan ukuran tersebut di ketahui bahwa pada tahun 2011, proporsi balita gizi kurang sebesar 2.8%

3. Persentase Balita Dengan Gizi Buruk

Balita dengan Gizi Buruk berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya. Gejala awal sering tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata berat badannya hanya sekitar 60-80% dari berat badan ideal.. Berdasarkan data profil kabupaten di ketahui bahwa pada tahun 2011 Gizi Buruk di Aceh sebesar 0.1%.

Berikut Proporsi gizi buruk pada tahun 2011 sebesar 4.3% dan beberapa informasi tambahan mengenai proporsi Gizi Buruk dan Kurang (Gibukur) di Aceh berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2011.

Grafik 3.18

Proporsi Gizi Buruk dan Kurang (Gibukur) Provinsi Aceh Tahun 2011

(37)

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Untuk dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi–tingginya, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.

Unsur upaya kesehatan masyarakat meliputi promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat adiktif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.

Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya promosi kesehatan, pengobatan penyakit, pelayanan rawat jalan dan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Faktor utama penentu derajat kesehatan masyarakat adalah prilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor ini dikenal dengan teori Blumm. Dalam penjelasan selanjutya akan diuraikan beberapa faktor yang berhubungan dengan teori Blumm tersebut yaitu Pelayanan kesehatan, Akses dan mutu pelayanan, prilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta kesehatan lingkungan.

A. PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan melalui beberapa kegiatan program yang dilakukan di fasilitas kesehatan, baik fasilitas kesehatan dasar (puskesmas dan jaringannya) maupun fasilitas rujukan (RSUD/pemerintah dan swasta). Saat ini masih menjadi prioritas di sektor kesehatan antara lain kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi dan pemberantasan penyakit menular. Penetapan Prioritas ini berkaitan dengan kesepakatan dunia yang yang mengutamakan pada upaya percepatan

(38)

target MDGs di tahun 2015. Demikian juga halnya di Indonesia khususnya bidang kesehatan, melalui strategi yang disepakati secara nasional dan di tindak lanjuti oleh daerah dengan rencana aksi masing-masing sesuai kemampuan dan kondisi lokal. Di Aceh, strategi dan rencana aksi daerah untuk upaya percepatan pencapaian target MDGs ini juga sudah secara terus menerus dilakukan. Beberapa indikator proksi yang akan di sampaikan berikut ini adalah merupakan indikator output untuk menggambarkan sejauh mana upaya pelayanan kesehatan yang telah dicapai hingga saat ini sebagai proyeksi untuk pencapaian target MDGs di tahun 2015 yang akan datang. Selain indikator untuk pencapaian target pembangunan millinium juga akan diuraikan indikator lain sebagaimana tertuang dalam SPM Kesehatan sesuai Permenkes tahun 2008, serta indikator penting lainya sesuai dengan indikator kinerja program pemerintah dalam hal ini SKPA Dinas Kesehatan Aceh. Capaian kinerja bidang kesehatan di Aceh tahun 2011 dapat di uraikan sebagai berikut;

1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K-1)

Cakupan kunjungan ibu hamil (K-1) adalah Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimester pertama kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil pada masa kehamilan.

Cakupan K1 adalah persentase ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan.

Cakupan Pelayanan Antenatal, kunjungan ibu hamil sesuai standar pelayanan yang mencakup minimal: (1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), (4) Ukur tinggi fundus uteri, (5) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ), (6) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT bila diperlukan, (7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, (8) Test laboratorium (rutin dan khusus), (9) Tata laksana kasus, (10) Temu wicara (konseling, termasuk P4K serta KB pasca persalinan). Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam melayani masyarakat. Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil (K1) pada tahun 2011 meningkat (95,3), dibandingkan dari tahun 2009 dan tahun 2010.

(39)

Grafik 4.1

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K-1) Provinsi Aceh Tahun 2011

Dari grafik tersebut diatas kecenderungan peningkatan akses pelayanan kesehatan ibu hamil cukup baik, dan mencapai target SPM yang ditetapkan.

2. Cakupan Pelayanan Antenatal Lengkap ( K-4 )

Cakupan Pelayanan Antenatal Lengkap (K-4) adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan pada trimester ke tiga sebanyak 2 kali. Standar minimal yang ditetapkan untuk pelayanan kehamilan adalah 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester ke III.

Pada Grafik 4.2 dibawah ini menggambarkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil (K-4) meningkat, dibandingkan dari tahun 2009 dan 2010. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa kelompok sasaran, mudah untuk mendapatkan pelayanan dengan ketersediaan sarana dan tenaga kesehatan yang memadai, mulai dari pelayanan pada bidan di desa sampai ke pelayanan puskesmas dan jaringannya.

Grafik 4.2

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil Provinsi Aceh Tahun 2011

70 75 80 85 90

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011

78 83.1

(40)

Pada grafik diatas terlihat peningkatan capaian dari tahun 2009-2011 namun belum mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan. Ke dua indikator tersebut diatas (K1-K4) memberi gambaran terdapat aksesibilitas pelayanan kesehatan ibu hamil tehadap fasilitas dan SDM kesehatan yang ada. Untuk kasus-kasus kehamilan resiko tinggi yang tidak dapat dilayani di puskesmas dan jaringannya akan dirujuk ke fasilitas yang lebih tinggi yaitu rumah sakit umum daerah.

3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah Jumlah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Komplikasi dan kematian maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (professional) dan persalinan bukan pada fasilitas kesehatan.

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2009-2011 hampir sama seperti grafik 4.3 dibawah ini. Target SPM untuk indikator ini adalah 90% pada tahun 2015.

Strategi utama yang harus dilakukan adalah mendorong semua persalinan ke tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan yang tersedia termasuk penyediaan pembiayaan untuk persalinan.

Grafik 4.3

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2011

0% 50% 100% Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 83.7 82.9 86.3

(41)

4. Cakupan Pelayanan Nifas.

Cakupan Pelayanan Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan nifas sesuai standar adalah Pelayanan kepada ibu nifas minimal 3 kali, yaitu pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3 hari; pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI termasuk pemberian vitamin A dengan dosis 2 kali serta persiapan dan atau pemasangan KB pasca persalinan.

Grafik 4.4

Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Provinsi Aceh Tahun 2011

Pada grafik diatas bila dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan pelayanan 0.8 % pada tahun 2010. Penurunan ini disebabkan karena ada kelompok ibu nifas akan di kunjungi pada bulan Januari tahun 2011. Dan Pada tahun 2011 terjadi peningkatan pelayanan kembali sekitar 3.4%

5. Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil.

Imunisasi Toksoid Tetanus (TT) Ibu Hamil adalah Pemberian vaksin TT pada ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) dengan tujuan memberikan kekebalan seumur hidup. Pemberian TT2 adalah jeda waktu pemberian minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun. Pemberian TT3 adalah jeda waktu pemberian minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun. Pemberian TT4 adalah jeda waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun. Pemberian TT5 adalah jeda waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun. Pemberian TT2+ adalah Imunisasi tetanus yang diberikan minimal 2 kali saat kehamilan yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan.

70 75 80 85 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 78 77.2 84.1

(42)

Imunisasi TT perlu dilakukan oleh wanita sebelum menikah dan pada ibu hamil, karena Imunisasi TT dapat memberikan kekebalan tubuh pada ibu hamil agar janin terhindar dari Tetanus Neonatarum (TN).

Sebagian besar bayi yang terkena tetanus biasanya lahir dari ibu yang tidak pernah mendapatkan imunisasi TT dan persalinan yang dilakukan tidak sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) misalnya kurang steril. Grafik 4.5 berikut memberi informasi cakupan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di Aceh tahun 2011.

Grafik 4.5

Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Provinsi Aceh Tahun 2011

6. Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Besi (Tablet Fe).

Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh. Saat hamil, kebutuhan zat besi sangat meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamil, volume darah meningkat sampai 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga memerlukan banyak zat besi.

Sumber makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain daging, unggas, ikan, kerang, telur, sereal, bayam. Vitamin C dianggap dapat membantu penyerapan zat besi di usus, terutama zat besi yang berasal dari tumbuhan. Sebaliknya, teh, kopi, dan kalsium dianggap dapat

(43)

mengurangi penyerapan zat besi jika dikonsumsi dalam dua jam setelah makan makanan kaya zat besi.

Kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi) selama hamil dapat berdampak tidak baik bagi ibu maupun janin. Perdarahan yang banyak sewaktu melahirkan, beresiko lebih besar pada ibu hamil yang anemia. Kekurangan zat besi juga mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga saat lahir, berat badannya di bawah normal, yang disebut sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Akibat lain dari anemia defisiensi besi selama hamil adalah bayi lahir prematur.

Pemberian Fe1 adalah Ibu hamil yang mendapat 30 tablet Fe (suplemen zat besi) selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian Fe3 adalah Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe (suplemen zat besi) selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Persentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe sejumlah 90 tablet Fe selama periode kehamilannya pada tahun 2011 sebesar 74.39%. Data ini meningkat dibanding tahun 2010 sebesar 67.6%.

Grafik 4.6

Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe Provinsi Aceh Tahun 2011

7. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal

Komplikasi kebidanan adalah Kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi baru lahir. Cakupan komplikasi kebidanan adalah Jumlah kasus komplikasi ibu hamil, bersalin dan Ibu nifas yang mendapat pelayanan sesuai standar di fasilitas

(44)

pelayanan dasar mampu PONED dan fasilitas rujukan RSUD dan swasta. Penanganan definitive adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.

Cakupan penanganan komplikasi kebidanan adalah cakupan kasus komplikasi kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan kesehatan sampai selesai (tidak termasuk kasus yang dirujuk untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut.

Perhitungan untuk Cakupan penanganan komplikasi kebidanan; Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan

komplikasi yang ditangani oleh tenaga kesehatan

X 100% 20% dari jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

Neonatus komplikasi adalah Neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) < 2500 gr, sindroma gangguan pernafasan, kelainan congenital. Neonatus komplikasi yang ditangani adalah Neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter, dan bidan di sarana pelayanan kesehatan.

Perhitungan untuk cakupan penanganan komplikasi Neonatus; Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani

X 100% Jumlah neonatus dengan faktor resiko 15% dari seluruh bayi

dalam 1 tahun

Indikator ini menunjukan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindak lanjuti dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Pada tahun 2011 cakupan penanganan komplikasi kebidanan sebanyak 8,108 kasus (36.4%) dan pelayanan komplikasi neonatal sebanyak 3,481 kasus (15%).

Grafik 4.7 memperlihatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan dan komplikasi neonatal yang ditangani.

(45)

Grafik 4.7

Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal Provinsi Aceh Tahun 2011

8. Cakupan Pemberian Vitamin A pada bayi.

Vitamin A merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi bayi dan ibu nifas, karena zat gizi ini sangat penting agar proses fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal, termasuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan imunologis dan pertumbuhan badan. Vitamin A juga membantu mencegah perkembangan sel-sel kanker. Cakupan Bayi mendapat kapsul Vit.A adalah jumlah bayi 6-11 bln mendapat kapsul vitamin A dosis 100 μA 1 kali per tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian Vitamin A yang rutin dilakukan setahun dua kali, yaitu pada Bulan Februari dan Agustus. Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi di Provinsi Aceh ditahun 2011 adalah 51.5%.

9. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita.

Cakupan anak balita mendapat kapsul Vit.A 2 kali/tahun adalah jumlah anak balita umur 12-59 bln mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 200μA 2 kali per tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian vitamin A bertujuan untuk menurunkan Prevalensi kekurangan vitamin A (KVA). Berdasarkan survey vitamin A tahun 1992, menunjukkan xeraphtalmia sebesar 0,33%, namun secara subklinis prevalensi KVA (kadar serum retinol dalam darah) pada balita sebesar 50%. Di kalangan anak balita, akibat kekurangan Vitamin A (KVA) akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas, anak mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah buta senja dan tanda-tanda lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia) dan kebutaan. Cakupan pemberian Vitamin A pada Anak Balita di Provinsi Aceh ditahun 2011 adalah sebesar 74.0%.

(46)

10. Cakupan Pemberian Vitamin A Ibu Nifas.

Cakupan ibu nifas mendapat kapsul Vit.A adalah jumlah pemberian vitamin A dengan dosis 2 kali dan diberikan pada ibu bersalin saat periode nifas yaitu 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan.

Pemberian kapsul vitamin A ibu nifas (melahirkan) memiliki manfaat penting bagi ibu dan bayi yang disusuinya.Tambahan vitamin A melalui suplementasi dapat meningkatkan kualitas Air Susu Ibu (ASI), meningkatkan daya tahan tubuh, dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup anak. Cakupan pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Provinsi Aceh ditahun 2011 adalah 70.0%. Gambar 4.8 menunjukkan cakupan pemberian Vit A pada bayi, balita dan ibu nifas tahun 2011.

Grafik 4.8

Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas Provinsi Aceh Tahun 2011

11. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi.

Pencapaian peserta KB aktif merupakan salah satu indikator kuantitatif keberhasilan pelaksanaan program KB. Dalam upaya percepatan target pembangunan MDG’s, program KB mempunyai nilai strategis dalam upaya penelusuran kematian ibu karena kelompok sasaran akses dengan pelayanan KB yang berkualitas terutama pasca persalinan. KB dimasukkan dalam target 5b pada tujuan MDG’S dengan 2 (dua) indikator penting yaitu Contraceptic Prudence Rate (CPR) dan unmet need. CPR merupakan cakupan peserta KB aktif dan unmet need adalah kelompok sasaran yang tidak menginginkan kehamilan karena tidak masuk akses tetap pelayanan KB.

Persentase proporsi peserta KB Aktif menurut jenis kontrasepsi di Provinsi Aceh ditahun 2011 yang tertinggi adalah dengan metode suntik 50.7% dan pil 38.4%. Jenis kontrasepsi yang dimaksud dalam program KB. Grafik 4.9 dibawah ini menunjukkan proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi.

Gambar

Grafik 3.1  Angka Lahir Mati   Provinsi Aceh Tahun 2011
Grafik  3.11  menunjukan  cakupan  penanganan  kasus  diare  tahun  2011.
Grafik  berikut menunjukkan jumlah kasus baru kusta dan angka penemuan  kasus tahun 2011
Tabel 46 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan studi agar dapat menjawab pertanyaan penelitian mengenai penerimaan masyarakat terhadap program relokasi permukiman kumuh serta

Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak dedak padi yang memiliki nilai viskositas yang tinggi bisa diturunkan dengan dicampurkan

Penyusunan masterplan drainase IKK Bappeda SKPD bidang POKJA AMPL Bulan Oktober - Nopember Bupati/ Kepala SKPD.. Obyek Pemantauan Penanggung Jawab Waktu Pelaksanaan Pelaporan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1 kemampuan berpikir keruangan mahasiswa; 2 kemampuan mahasiswa pada kegiatan melukis dalam ruang menggambar bangun ruang, melukis

Pemeriksaan visus, pemeriksaan funduskopi untuk melihat pembuluh darah, pemeriksaan lainnya untuk pemeriksaan penyakit sistemik.. Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan akan

Kadar TSS dalam air limbah bekas pencucian jeans tergolong sangat tinggi, dengan menggunakan unit koagulasi flokulasi dibantu variasi koagulan, yakni tawas 50

Desa Mandiri atau yang disebut Desa Sembada adalah Desa Maju yang memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan Desa untuk peningkatan kualitas hidup dan

Embrio sapi tahap 2-8 sel hasil produksi in vitro Dari Tabel 2 dan Gambar 1 terlihat bahwa oosit pada media berbahan dasar TCM 199 mampu untuk difertilisasi dan