• Tidak ada hasil yang ditemukan

Capability of the audience

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 31-49)

Komunikasi harus mempertimbangkan kemampuan audien. Kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti waktu yang mereka miliki, kebiasaan, kemampuan membaca, dan pengetahuan yang telah mereka punyai. Mengenai hal tersebut, maka penulis mengajukan pertanyaan berupa siapa khalayak sasaran dari kegiatan sosialisasi program ini ? Berikut penjelasan dari Bapak kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa, Ibu Suzana Benyamin, selaku Kasi Dikmas dan Ibu

108

Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya

109

Wawancara dengan Bapak Mahbub selaku Kasubbid Penerangan Masyarakat

110

Telly, selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi dalam wawancara kepada penulis :

Bapak Kanton Pinem :”Secara keseluruhan tentunya program ini ditujukan untuk masyarakat luas pengguna kendaraan roda dua dan roda empat, karena nantinya program ini akan dikembangkan kebeberapa titik. Namun untuk diwilayah saat ini kami mengkhususkan bagi pengendara yang melintas dikawasan perempatan sarinah.”111

Ibu Suzana Benyamin : “Masyarakat luas pengguna jalan.”112 Ibu Telly :”Jelas masyarakat luas”113

Untuk selanjutnya penulis menanyakan mengenai Bagaimana jika pelanggar berasal diluar Jakarta? Apakah termasuk target sasaran program ini ? Berikut penjelasan dari Bapak kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa :

“Untuk saat ini kami berlakukan teguran simpatik bagi siapapun yang melanggar karena sifatnya saat ini masih sosialisasi. Namun, untuk diberlakukannya nanti apabila didapati pelanggar dari luar Jakarta, maka kami tetap akan menindak dan melakukan proses sidang berupa titip sidang. Jadi kami harus menindak tegas siapapun pelanggarnya.”114 Pertanyaan yang penulis ajukan selanjutnya mengenai apakah sejauh ini masyarakat dapat menangkap isi pesan yang dimaksud dalam program dengan baik ? Berikut penuturan dari Bapak kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa :

“Sejauh ini kami melihat masyarakat telah mengerti maksud dan tujuan dari isi pesan kami mengenai program ini, hal ini terlihat dari perubahan yang terjadi dilapangan dimana ketertiban jalan telah tercipta.”

Masih dengan pertanyaan yang sama, Ibu Telly selaku ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi menyatakan bahwa :

111

Wawancara dengan Bapak Kanton Pinem selaku Kasubdit Dikyasa Polda Metro Jaya

112

Wawancara dengan Ibu Suzana Benyamin selaku Kasi Dikmas

113

Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi

114

“Iya, terlihat dari pantauan kami dilapangan bahwa pengendara sudah jarang ditemui melanggar traffic light dan marka jalan.”115

Berdasarkan hasil petikan wawancara tersebut diatas, maka didapatkan bahwa kemampuan penerimaan program yang dilakukan divisi Dikyasa Polda Metro Jaya dapat dilihat berdasarkan perubahan yang terjadi dilapangan dimana ketertiban jalan telah tercipta.

Hal tersebut dikuatkan dengan penuturan dari Bapak Mahbub selaku Kasubbid Penerangan Masyarakat yang menyatakan bahwa :

“Berdasarkan laporan data bulanan kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas Ditlantas Polda Metro Jaya, diketahui bahwa tingkat angka pelanggaran dan kecelakaan telah mengalami penurunan setiap bulannya. Sejak Januari hingga Maret 2011, sebanyak 942 kendaraan tercatat melanggar marka jalan dan 1.131 kendaraan menerobos lampu lalu lintas. Adapun pada April-Juni 2011, kendaraan yang melanggar marka jalan menurun menjadi 458 dan 611 kendaraan yang menerobos lampu lalu lintas. Dari angka itu, pelanggaran marka lalu lintas menurun sebesar 51,4 persen dan menerobos lampu lalu lintas merosot sebanyak 46 persen. Secara total, jumlah pelanggaran turun dari 2.073 kendaraan ke 1.069 kendaraan. Jadi dapat dikatakan program tilang elektronik ini telah memberikan konstribusi dalam meminimalisir jumlah pelanggaran lalu lintas.”116

Hal yang menjadi penguat lainnya yakni berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Sarah selaku pengendara kendaraan roda empat, Bapak Anton selaku pengendara kendaraan roda dua, serta Wenny mahasiswa Univ. Negeri Jakarta mengenai pertanyaan apakah anda mengetahui program tilang elektronik ? dan dari manakah anda mengetahui program tersebut ? berikut penjelasan dari ketiga narasumber :

115

Wawancara dengan Ibu Telly selaku Ketua tim pelaksana kegiatan sosialisasi

116

Ibu Sarah :”Iya saya tahu. Dari berita di televisi, lagi pula saya juga tahu karena saya bekerja didekat sini jadi sering lewat sini.”117

Bapak Anton :”Iya tahu. Sebelumnya saya tahu dari televisi dan dari kegiatan sosialisasi petugas dijalan.”118

Wenny :“Dari kegiatan seminar yang diadakan direktorat lalu lintas polda.”119

Untuk pertanyaan selanjutnya mengenai Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap program tilang elektronik ? berikut penjelasan dari ketiga narasumber yang merupakan wakil dari masyarakat:

Ibu Sarah : “Saya sangat mengapresiasi sekali program ini, mudah-mudahan program ini tidak hanya sesaat, tapi untuk seterusnya benar-benar dijalankan”.120

Bapak Anton : “Ini merupakan suatu terobosan yang patut kita dukung karena selain efektif dalam pelaksanaannya, cara ini juga melatih masyarakat di Indonesia untuk tertib dan patuh terhadap peraturan yang dibuat. Toh peraturan itu kan dibuat untuk keselamatan masyarakat juga khususnya para pengguna jalan”.121

Wenny : “Programnya bagus dan tegas untuk menindak pengendara yang melanggar biar jera.”122

117

Wawancara dengan Ibu Sarah selaku wakil masyarakat

118

Wawancara dengan Bapak Anton selaku wakil masyarakat

119

Wawancara dengan Wenny selaku wakil masyarakat

120

Wawancara dengan Ibu Sarah selaku wakil masyarakat

121

Wawancara dengan Bapak Anton selaku wakil masyarakat

122

Tabel Strategi Komunikasi Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya Dalam Menyosialisasikan Program Tilang Elektronik Wilayah Jakarta Pusat (Periode Mei-Oktober 2011) Berdasarkan Teori The Seven C’s Communications

No Aktivitas Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya Dalam

Menyosialisasikan Program Tilang Elektronik

Strategi Komunikasi The Seven C’s Communication

1 a. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya telah membentuk tim pelaksana yang berjumlah tiga unit untuk melakukan kegiatan sosialisasi berupa penerangan langsung kepada masyarakat pengguna jalan

b. Pelaksana kegiatan berasal dari internal organisasi dimulai dari pimpinan hingga para anggota. c. Dalam kegiatan formal seperti

seminar dan talk show pimpinan

Credibility

Komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Iklim ini dibangun melalui kinerja di pihak institusi, yang mereflesikan keinginan untuk melayani stakeholder dan publik. Penerima harus percaya kepada pengirim informasi dan menghormati kompetensi sumber informasi terhadap topik informasi.

bertugas menjadi penyampai pesan atau informasi. d. Dalam kegiatan sosialisasi

program tilang elektronik Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya selalu berlandaskan payung hukum berupa Pasal 5 UU No. 11 Th. 2008 mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik,serta berdasarkan pada peraturan pasal 272 UU. No.22 Th.2009

mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

e. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya menjalankan kegiatan sosialisasi sesuai dengan visi misi

organisasi yaitu sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.

f. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya

dalam menjalankan rencana sosialisasi program tilang elektronik menghimpun kerjasama dengan berbagai pihak diluar organisasi seperti dinas perhubungan, dinas penerangan umum, DLLAJR, pengadilan dan sebagainya g. Masyarakat melihat bahwa peran

pihak kepolisian sangat dibutuhkan karena senantiasa membantu kelangsungan kegiatan masyarakat.

2 a. Keberadaan tilang elektronik dilatarbelakangi oleh

perkembangan teknologi di bidang transportasi selain itu, atas dasar tingkat angka

pelanggaran lalu lintas yang kian bertambah, serta untuk

menengahi persepsi publik atas istilah damai ditempat yang memberikan image negatif bagi

Context

Program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan. Media massa hanyalah suplemen untuk ucapan dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Harus disediakan konteks untuk partisipasi dan umpan balik. Konteks harus

korps polisi

b. Pemilihan lokasi kegiatan sosialisasi diperempatan sarinah, jalan MH. Thamrin Jakarta pusat di sebabkan karena kawasan tersebut merupakan tempat yang banyak terdapat mobilitas sosial sehingga dipasang yellowbox junction atau marka garis kuning untuk membantu mengurangi kemancetan terutama di jam-jam sibuk seperti jam masuk atau pulang kantor.

c. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya mengadakan kegiatan seminar police goes to campus guna memberikan pengetahuan seputar lalu lintas kepada para generasi muda. Karena berdasarkan data

kecelakaan/pelanggaran lalu lintas banyak didominasi oleh

mengonfirmasikan, bukan menetang isi pesannya. Komunikasi yang efektif membutuhkan lingkungan sosial yang mendukung, yang sebagian besar dipengaruhi media massa.

kalangan anak muda seusia mahasiswa.

3 a. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya dalam forum diskusi seperti seminar maupun on air

memberikan penjelasan berupa latarbelakang program, maksud dan tujuan program, serta metode kerja programnya. b. Untuk media umum seperti

papan pengumuman Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya mencantumkan pesan berupa himbauan untuk berhenti di garis putih atau stop line pada saat traffic light yang dilampirkan penjelasan undang-undangnya.

Content

Pesan harus mengandung makna bagi penerimanya dan harus sesuai dengan sistem nilai penerima. pesan harus relevan dengan situasi penerima. Pada umumnya orang memilih item informasi yang menjanjikan manfaat yang besar bagi mereka. Isi pesan menentukan audien.

c. Untuk spanduk, Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya hanya mencantumkan mengenai pemberlakuan program tilang elektronik.

d. Untuk brosur, Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya mencantumkan latarbelakang, maksud dan tujuan, dasar hukum, serta metode kerja program tilang elektronik seperti apa.

e. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya dalam melakukan kegiatan sosialisi berupa penerangan langsung kepada masyarakat pengguna jalan memberikan pesan atau informasi yang berisi kata-kata himbauan agar para pengendara memberhentikan kendaraannya tidak melebihi

garis atau stop line disaat lampu merah menyala demi

keselamatan dan kelancaran lalu lintas

f. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya dalam melaksanakan sosialisasi program tilang elektronik mempunyai tujuan agar masyarakat mengetahui dan memahami peraturan yang berlaku saat ini serta untuk menimbulkan perubahan sikap masyarakat agar taat berlalu lintas.

4 a. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya dalam menyampaikan pesan sosialsasi pada masyarakat mencampurkan penggunaan bahasa verbal dengan bahasa non verbal dan juga memakai rambu-rambu lalu lintas untuk

Clarity

Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana. Kata harus bermakna sama menurut si pengirim dan penerima. Isu yang kompleks harus dipadatkan ke dalam tema, slogan, atau stereotip yang

menjelaskan aturan penggunaan jalan.

b. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya menyampaikan pesan dengan rinci dan tidak memakai istilah-istilah yang rumit.

mengandung kesederhanaan dan kejelasan. Semakin jauh pesan dikirim, pesan itu seharusnya semakin

sederhana. Organisasi harus berbicara dengan satu suara, tidak banyak suara.

5 a. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya menjalankan sosialisasi program tilang elektronik sejak bulan februari 2011

b. Ide dari program telah lama direncanakan dan telah

dikuatkan oleh amanat undang-undang no.22 tahun 2009, tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

c. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi secara gradual atau step by step.

Continuity and consistency Komunikasi adalah proses tanpa akhir. Ia membutuhkan repetisi agar bisa masuk. Repetisi – dengan variasi – berperan untuk pembelajaran dan persuasi. Beritanya harus konsisten.

d. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya telah merencanakan penerapan program tilang elektronik pada bulan april tahun 2012

e. Program tilang elektronik akan dikembangkan ke beberapa titik rawan kemacetan.

6 a. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya melakukan sosialisasi berupa penerangan langsung dijalan dengan membagi-bagikan brosur, pin, stiker serta

memasang papan pengumuman tentang program tilang

elektronik

b. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya bekerja sama dengan stasiun televisi seperti Metro tv, Jak tv, Indosiar dan lain-lain

c. Divisi Pendidikan Masyarakat

Channel

Saluran komunikasi yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan dipakai oleh si penerima. menciptakan saluran baru bisa jadi sulit, membutuhkan waktu, dan mahal. Saluran yang berbeda punya efek berbeda dan efektif pada tingkat yang berbeda-beda dalam tahap proses difusi informasi. Dibutuhkan pemilihan saluran yang sesuai dengan publik

dan Rekayasa Polda Metro Jaya bekerja sama dengan stasiun Radio seperti Sonora, Elshinta, Suara Metro dan lain-lain d. Divisi Pendidikan Masyarakat

dan Rekayasa Polda Metro Jaya bekerja sama dengan media cetak seperti Kompas, Media Indonesia, Sinar Harapan, Poskota dan lain-lain

e. Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Polda Metro Jaya turut menginformasikan melalui website di

[email protected].

sasaran. Orang

mengasosiasikan nilai yang berbeda-beda pada berbagai saluran komunikasi.

7 a. Khalayak sasaran kegiatan sosialisasi program tilang elektronik dikhususkan bagi pengendara yang melintas dikawasan perempatan sarinah. b. Masyarakat telah mengerti

maksud dan tujuan dari isi pesan program tilang elektronik.

Capability of the audience Komunikasi harus

mempertimbangkan kemampuan audien. Komunikasi akan efektif apabila tidak banyak membebani penerima untuk memahaminya. Kemampuan

ini dipengaruhi aleh faktor-faktor seperti waktu yang mereka miliki, kebiasaan, kemampuan membaca, dan pengetahuan yang telah mereka punyai.

4.3 Pembahasan

Sistem tilang elektronik atau electronic traffic law enforcement (E-TLE) merupakan salah satu bentuk aparat kepolisian dalam menindak pelanggar lalu lintas. Program Tilang Elektronik dilatar belakangi oleh pertambahan jumlah kendaraan yang tentunya memberikan indikasi kepada tingginya angka pelanggaran yang dapat memicu terjadinya kecelakaan. Sesuai dengan perjanjian WHO, bahwa pihak kepolisian akan melakukan Global Safety yaitu dengan meningkatkan keselamatan, menerapkan kebijakan lalu lintas hingga 50%. Oleh karenaya berbagai program keselamatan pun digalakan pihak kepolisian.

Tahap awal program tilang elektronik mulai diberlakukan oleh Polda Metro Jaya di kawasan Sarinah - Thamrin, Jakarta Pusat tanggal 1 April 2011 namun masih dalam tahap uji coba dan sosialisasi agar pesan dapat sampai ke lapisan masyarakat secara keseluruhan terlebih dahulu.

Tujuan sistem tilang elektronik ini adalah meminimalisir pelanggaran lalu lintas yang sering menerobos lampu merah, melanggar

yellow box juga melewati batas stop line. Tiga pelanggaran itulah yang akan ditilang dengan masing-masing biaya pelanggaran senilai Rp.500.000,- dengan total jikakalau melanggar ketiganya maka pelanggar akan dikenai biaya tilang Rp 1.500.000,.

Setiap lampu lalu lintas telah dipasang alat sensor dan pengawas cctv. Apabila terdapat pengendara yang melanggar, maka sensor segera bekerja dan menyala, plat nomor polisi pengendara baik mobil atau motor akan terfoto secara otomatis. Setelah itu, plat nomor polisi pengendara juga otomatis terdata masuk dalam sistem komputer Polda Metro Jaya, kemudian pihak Polda Metro Jaya akan mengirimkan surat tilang kepada pemilik plat nomor pengendara tersebut untuk segera membayar tilang atas pelanggaran itu.

Dalam pelaksanaan komunikasi, didapatkan hasil bahwa pihak penyampai informasi (komunikator) kegiatan sosialisasi program tilang elektronik yakni Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Dikyasa) Polda Metro Jaya. Saat ini Dikyasa Polda Metro Jaya telah merancang strategi guna menyosialisasikan program tilang elektronik tersebut kepada masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian penulis, bahwa Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Dikyasa) Polda Metro Jaya berperan mengedukasi dan menyampaikan informasi kepada seluruh masyarakat agar memahami peraturan yang berlaku. Oleh karenanya Divisi ini bertugas dalam memberikan penerangan kepada masyarakat mengenai program tilang elektronik.

Dalam menyosialisasikan program tilang elektronik, Divisi Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Dikyasa) Polda Metro Jaya menggunakan unsur -unsur terpenting komunikasi sebagai penerapan strategi komunikasinya. Unsur -unsur terpenting dalam komunikasi biasa disebut the seven C’s Communications seperti yang dikemukakan oleh Cutlip dan Center.

Unsur pertama adalah Credibility, Dalam kegiatan sosialisasi program tilang elektronik, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kepercayaan publik untuk menerima informasi yang diberikan, yang antara lain peran aparat kepolisian masih dipandang penting bagi segenap masyarakat atau dalam artian image positif masih melekat dalam organisasi, selain itu pelaksanaan program memperoleh dukungan dari berbagai pihak diantaranya dinas perhubungan, pengadilan dan lain-lain, dan hal yang menguatkan lainnya untuk menimbulkan kepercayaan publik yakni adanya landasan hukum terhadap program berupa pasal 5 UU No. 11 Th. 2008 mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik, serta berdasarkan pada peraturan pasal 272 UU. No.22 Th.2009 mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Unsur kedua adalah Context, dimana program tilang elektronik diadakan atas dasar tingkat pelanggaran lalu lintas yang kian bertambah, guna menengahi persepsi istilah damai ditempat yang memberikan image negatif bagi polisi serta dilatar belakangi atas perkembangan teknologi dibidang transportasi. Perempatan Sarinah dipilih menjadi lokasi uji coba

dan sosialisasi program tilang elektronik berdasarkan atas pertimbangan tingkat mobilitas sosial dan infrastruktur yang tersedia.

Unsur ketiga adalah Content, Dalam hal ini Dikyasa Polda Metro Jaya memberikan informasi kepada masyarakat berupa penjelasan yang telah disesuaikan dengan bentuk dari media yang digunakan. Dalam forum diskusi seperti seminar maupun on air Dikyasa Polda Metro Jaya memberikan penjelasan dengan lebih mendetail berupa latarbelakang program, maksud dan tujuan program, serta metode kerja program tilang elektronik. Namun untuk media umum seperti papan pengumuman, spanduk, dan brosur Dikyasa Polda Metro Jaya lebih memadatkan pesannya berupa tulisan penjelasan singkat mengenai program tilang elektronik.

Unsur keempat adalah Clarity, Dalam proses penyampaian pesannya Divisi Dikyasa menggunakan bahasa verbal sebagai penjelas kepada masyarakat. Penggunaan bahasa verbal ini digunakan disegala bentuk aktivitas komunikasinya termasuk ketika melakukan penerangan langsung dijalan. Bahasa yang digunakan sederhana dan tidak rumit. Komunikasi verbal ini diperkuat dengan penggunaan komunikasi non verbal berupa penggunaan tulisan dalam spanduk, papan pengumuman. Serta adanya penggunaan rambu-rambu lalu lintas sebagai penguat proses transfer informasi lainnya. Informasi diberikan secara singkat, akan tetapi mudah dipahami.

Unsur kelima adalah Continuity and Consistency, dimana pihak Ditlantas Polda Metro Jaya telah sejak lama merancang program tilang elektronik. Saat ini kelanjutan program terus ditingkatkan yaitu dengan mengembangkan kebeberapa titik rawan kemacetan seperti perempatan Blok M, Grogol, Cempaka Putih, dan Kuningan, Pasar Rebo, Harmoni, Lebak Bulus, Prapanca, Dewi Sartika, dan Gunung Sahari.

Unsur keenam adalah Channel, media yang digunakan untuk menyampaikan informasi tentang program tilang elektronik diantaranya dengan melakukan penerangan langsung dijalan, mengadakan seminar police goes to campus, diskusi, dialog interaktif di beberapa stasiun televisi, talk show dan on air di radio, memasang spanduk, memasang papan pengumuman dijalan, membagikan pin, brosur, leaflet, stiker,dan lain-lain.

Unsur ketujuh adalah Capability of the audience, dimana khalayak sasaran kegiatan sosialisasi program tilang elektronik dikhususkan bagi pengendara yang melintas dikawasan perempatan sarinah.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 31-49)

Dokumen terkait