• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian kinerja

Pada bab ini disajikan disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja per setiap indikator :

1. Indikator: Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV a. Definisi Operasional: Persentase ODHA yang baru ditemukan masuk dalam

layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), yang memulai terapi Anti Retro Virus.

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah ODHA yang baru ditemukan masuk dalam layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), yang memulai terapi Anti Retro Virus (ODHA yang inisiasi ART), dibagi dengan jumlah ODHA yang baru ditemukan masuk dalam layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), dalam kurun waktu tertentu, dikali 100 persen.

c. Capaian Indikator

Grafik 3.1. Persentase odha baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV Tahun 2020

Tahun 2020 indikator Persentase odha baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV adalah sebesar 73,35% (ODHA baru pengobatan 655 orang, ODHA masuk perawatan 893 orang), sehingga bila dibandingkan dengan target yang 77,00% maka capaian kinerja sebesar 95.26%.

77,00% 73,35% 95,26%

Target Capaian Kinerja

Persentase odha baru ditemukan

yang memulai pengobatan ARV

Persentase odha baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV

Target jangka menengah (2020) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi adalah 77%.

Standar nasional pada indikator ini sebesar 77%

Grafik 3.2. Persentase odha baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV Tahun 2015 - 2020

Capaian tahun ini menurun jika dibandingkan capaian 5 tahun kebelakang : Tahun 2015 capaian 69.92% dari target 45%

Tahun 2016 capaian 76.22% dari target 48% Tahun 2017 capaian 78.37% dari target 50.00% Tahun 2018 capaian 51.40% dari target 52% Tahun 2019 capaian 54.37% dari target 55.00% Tahun 2020 capaian 73,35% dari target 77% d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

- Validasi data dinkes/kab/kota/layanan terkait capaian pemeriksaan/ skrining, pengobatan, dan logistik.

- Distribusi logistik pusat ke seluruh kab/kota sesuai dengan kebutuhan. - Mengeliminasi jumlah kasus Lost to Follow Up (LFU) di setiap Fasyankes

dengan pertemuan rutin melacak pasien rujukan dan memastikan tidak ada identitas ganda yang tercatat.

46,00% 48,00% 50,00% 52,00% 55,00% 77,00% 69,92% 76,22% 78,37% 51,40% 54,37% 73,35% 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase kasus HIV yang

diobati

- Untuk Fasyankes baru harus menetapkan kebijakan mendorong semua ODHA untuk melakukan pengobatan dan memastikan pasien mengetahui hak dan kewajibannya.

- Memberikan pengertian yang benar terhadap sistem pengobatan dan rujukan kepada setiap pasien.

- Peningkatan kapasitas petugas dan konselor mengenai kepatuhan minum ARV bekerjasama dengan PKVHI.

- Meningkatkan peran LSM dalam dukungan sebaya, pendampingan, dan pelacakan kasus LFU.

e. Analisa Penyebab Kegagalan

Pada tahun 2020, selain terjadi perubahan target juga terjadi perubahan definisi operasional. Bila pada tahun sebelumnya capaian dihitung berdasarkan keseluruhan pasien yang melaksanakan pengobatan anti retroviral (on ART) (poin 4.5) dibandingkan dengan pasien yang memenuhi syarat (2.4), namun mulai tahun 2020 yang diperhitungkan adalah pasien baru yang memulai pengobatan ARV (penjumlahan poin 3.2) dibandingkan dengan pasien baru yang masuk perawatan (penjumlahan poin 1.2). Pada poin 1.2 merupakan keseluruhan pasien yang masuk perawatan termasuk pasien rujuk masuk. Pada poin 3.2 merupakan pasien baru yang memulai pengobatan ARV (inisiasi ARV), sedangkan untuk pasien rujuk masuk tidak dihitung melainkan masuk dalam poin 3.3. Untuk mencapai target yang ditetapkan dapat dicapai dengan memastikan bahwa semua pasien yang masuk perawatan juga memulai pengobatan ARV dan pengendalian perpindahan pasien (rujuk masuk-rujuk keluar).

f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Sumber daya petugas yang terampil dalam konseling lanjutan seperti kepatuhan ARV di setiap layanan hampir tidak ada.

- Perpindahan pasien masih tinggi terutama bagi layanan dengan beban pasien yang tinggi. Tujuan dari pemindahan ini adalah untuk pemerataan jumlah pasien pada setiap layanan dan mendekatkan dengan tempat tinggal pasien. - Kecenderungan pasien tidak ingin melakukan pengobatan di dekat tempat

- Stigma menimbulkan ketakutan untuk memulai pengobatan karena kemungkinan diketahui kondisi sebagai ODHA oleh keluarga atau lingkungan tempat tinggal pasien.

- Populasi kunci (LSL, PSP, dan Waria) cenderung berpindah-pindah mengikuti perpindahan lokasi mangkal atau karena alasan kenyamanan yang dirasakan.

g. Pemecahan Masalah

- Penguatan konseling sebelum memulai ARV sehingga pasien paham akan hak dan kewajiban serta keuntungan melakukan pengobatan sedini mungkin.

- ODHA yang ditemukan melalui pemeriksaan/skrining HIV akan menentukan tempat pengobatan yang dirasakan nyaman dan mampu untuk dilaksanakan. Hal ini untuk mengurangi terjadinya rujukan/pindah atas permintaan pasien.

- Upaya peningkatan kapasitas petugas yang terampil dalam konseling kepatuhan minum ARV melalui refreshing petugas bekerjasama dengan PKVHI. Untuk pengobatan jangka panjang perlu upaya untuk mendorong kepatuhan minum ARV (adherence) di setiap Fasyankes terutama dengan jumlah pasien yang banyak ataupun sudah lama melakukan pengobatan. - Telusur kasus LFU dengan koordinasi antar Fasyankes dalam kab/kota

maupun antar kab/kota.

- Dalam rangka akselerasi ARV maka akan dilakukan pelacakan kasus LFU dengan bantuan dari LSM setempat yang merupakan perpanjangan tangan dari Spiritia sebagai pengampu kegiatan penjangkauan dan pendampingan ODHA.

h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian Persentase ODHA baru yang memulai ARV adalah 73,35% dari target 77%. Nilai kinerja pada program ini adalah sebesar 95.26%, sedangkan capaian realisasi anggaran Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV AIDS bersumber APBN sebesar 99.50% yang artinya tidak ada efisiensi penggunaan sumber daya.

2. Indikator: Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC

a. Definisi Operasional: Persentase semua kasus TB baru dan kambuh (termasuk TB resistan obat) yang diobati dan dilaporkan diantara perkiraan insiden TB. b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah semua kasus TB baru dan kambuh (termasuk

TB resistan obat) yang diobati dan dilaporkan dibagi perkiraan insiden TB dikali 100 persen

c. Capaian Indikator

Grafik 3.3.Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar Tahun 2020

Tahun 2020 indikator Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar adalah sebesar 85%. Indikator ini sudah memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Sehingga nilai kinerja pada pogram ini sebesar 106%. Capaian tersebut masih harus dilakukan penyisiran kasus baik ke rumas sakit dan praktek mandiri. Pada tahun 2019 sudah dilakukan penyisiran kasus ke rumah sakit. Tetapi tidak dapat dilakukan pada semua rumah sakir, karena tidak mempunya rekam medik yang memenuhi syarat-syarat penyisiran kasus TB rumah sakit. Begitu juga dengan praktik mandiri dan klinik yang tidak mempunya rekam medik.

Target jangka menengah (2018) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi adalah jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap dibagi semua kasus TB yang di obati

80,00% 85,00%

106%

Target Capaian Kinerja

Persentase Cakupan Penemuan

dan Pengobatan TBC

dan dilaporkan dikali 100% Standar nasional pada indikator ini sebesar 97 %.

Grafik 3.4.Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC Tahun 2016 - 2020

Capaian pada tahun 2020 yaitu sebesar 100%. Sebagaimana pada tahun 2015 capaian 100%, pada tahun 2016 capaian 100%, tahun 2017 capaian turun menjadi 99,90% dan pada tahun 2018 ini kembali naik sebesar 100%. Pada tahun 2019 capaian 100%.

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

- Workshop peningkatan kapasitas SDM TB di Propinsi Lampung

- Deteksi dini penemuan kasus di daerah resti ( lapas dan pondok pesantren ) - Peningkatan kapasitas SDM progrm TB

- Sosialisasi dan supervisi serta bimbingan teknis terhadap petugas TBC di level kabkota dan

- Bekerja sama dengan lintas proram serta sektor terkait dalam hal menemukan kasus TBC dan melakukan tatalaksana sesuai standart.

- Penyisiran kasus TBC rumah sakit, klinik dan praktik mandiri. - Penemuan kasus TB pada kegiatan luar gedung puskesmas. e. Analisa Penyebab Keberhasilan

- Petugas di level provinsi dan kabkota telah melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap capaian program.

80% 85%

2016 2017 2018 2019 2020

Persentase cakupan penemuan

dan pengobatan TBC

- Petugas layanan TBC telah melakukan follow up terhadap seluruh pengobatan pasien baik yang diobati di puskesmas maupun yang dirujuk. - Penyisiran kasus telah dilakukan terhadap beberapa rumah sakit.

f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Masih banyaknya rotasi pegawai terlatih di level layanan kesehatan di kabkota dan minimnya petugas kesehatan yang terlatih TBC.

- Masih banyak missing cases dari rumah sakit, klinik dan praktik mandiri. - Masih terdapat angka pasien TB yang belum diinvestigasi kontak.

g. Pemecahan Masalah

- Peningkatan kapasitas SDM program TBC di layanan - Surveilan aktif rumah sakit, klinik dan praktik mandiri. - Investigasi Kontak kasus TB.

h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian indikator Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC adalah 85% dan nilai kinerja 106% dan realisasi serapan sumber pembiayaan bersumber APBN sebesar 72,60%. Sehingga efisiensi pada indicator ini adalah 33,40%

3. Indikator: Persentase anak 0-11 tahun yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap a. Definisi Operasional: Persentasi anak usia 0-11 bulan yang mendapat 1 dosis

Hep B, 1 dosis BCG, 4 dosis polio tetes, 1 dosis IPV, 3 dosis DPT-HB-Hib serta 1 dosis campak/MR di suatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun,

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat 1 dosis Hep B, 1 dosis BCG, 4 dosis polio tetes, 1 dosis IPV, 3 dosis DPT-HB-Hib serta 1 dosis campak/MR di suatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun dibagi dengan jumlah seluruh bayi yang bertahan hidup di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama dikali 100 persen

Grafik 3.5. Hasil Cakupan IDL Provinsi Lampung Tahun 2020

Dari grafik tersebut di atas grafik. 1 menjelaskan bahwa Tahun 2020 capaian indikator Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap sampai dengan bulan November 2020 adalah sebesar 90,91%. Indikator ini belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar 92,90% dengan capaian target kinerja 78%.

Grafik 3.6. Hasil Cakupan IDL Provinsi Lampung Tahun 2016 - 2020

Dari grafik 3.2 menyatakan bahwa hasil cakupan indicator persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap belum mencapai target. 92,90% 90,91% 98% 86,00% 88,00% 90,00% 92,00% 94,00% 96,00% 98,00% 100,00%

Target Capaian Kinerja

Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

91,50% 92,00% 92,50% 93,00% 92,90%

98,40% 99,80% 100,10% 98,96%

90,91%

2016 2017 2018 2019 2020

Persentase anak usia 0-11 bulan

yang mendapat imunisasi dasar

lengkap

Target Capaian

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

- Koordinasi dalam rangka validasi data cakupan imunisasi

- Orientasi dalam rangka implementasi sistem informasi imunisasi - Surveilans KIPI

- Supervisi Suportif

- Bimtek dan Monitoring Vaksin dan logfistik imunisasi e. Analisa Penyebab Kegagalan

Indikator Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap tidak mencapai target dikarenakan Pandemi covid 19, sehingga posyandu sempat berhenti melakukan kegaiatan 1 (satu) bulan yakni di bulan April. kemudian ada kekosongan vaksin IPV dari bulan September 2019 – September 2020 juga yang mengakibatkan pelayanan imunisasi IPV tidak ada. f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Pandemi covid-19 menyebabkan beberapa posyandu tidak berjalan selama 1 bulan di bulan April 2020

- Adanya indikator IPV masuk dalam indikator IDL tahun 2020

- Terjadi kekososngan vaksin IPV dari bulan September 2019 sampai dengan bulan September 2020

- Petugas imunisasi puskesmas lebih fokus dengan kegiatan pelaksanaan penemuan kasus Covid-19 untuk tracing kontak kasus

g. Pemecahan Masalah

- Membuat surat himbauan ke kabupaten/kota untuk tetap membuka pelayanan imunisasi dengan tetap menggunakan protokol kesehatan

- Melakukan sosialisasi terhadap pedoman pelaksanaan imunisasi rutin di masa pandemi

- Membuat jadwal pelayanan imunisasi di Puskesmas

- Melengkapi pemberian imunisasi IPV pada anak sebelum usia 1 tahun untuk mengejar IDL

- Melengkapi sarana dan prasarana APD untuk pelayanan imunisasi di lapangan.

h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian indikator Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap adalah 90,91% dengan kinerja 98% dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran layanan imunisasi sebesar 89,50% yang berarti terdapat efisiensi 8,50%.

4. Indikator: Persentase kasus kusta baru tanpa cacat

a. Definisi Operasional: Persentase kasus kusta baru yang ditemukan tanpa cacat (cacat tingkat 0) diantara kasus kusta baru

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat (cacat tingkat 0) dibagi total jumlah kasus kusta baru dikali 100 persen

c. Capaian Indikator

Grafik 3.7.Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat Tahun 2020

Grafik 3.10 menjelaskan bahwa Tahun 2020 indikator Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat adalah sebesar 85,20%. Angka ini belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar 87%. Sehingga Kinerja hanya mencapai 98%.

87,00%

85,20%

98%

Target Capaian Kinerja

Persentase cakupan penemuan

kasus baru kusta tanpa cacat

Grafik 3.8.Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat Tahun 2016 - 2020

Pada grafik tersebut di atas dapat digambarkan bahwa Pada tahun 2019 dan 2020 capaian masih di bawah target yang ditetapkan.

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator - Pertemuan data kohort tingkat propinsi

- Survey desa atau servey sekolah - Survey Kontak di setiap Kabupaten

- Intensive case Finding di 2 Kabupaten yakni, Lampung Tengah dan mesuji. e. Analisa Penyebab Kegagalan

Pada tahun 2019 petugas menemukan pasien saat sudah terjadinya cacat baik melalui survey kontak maupun ICF selain dari pada itu masyarakatpun di setiap Kabupaten belum mengetahui apa tanda dan gejala kusta sehingga pasien-pasien enggan ke puskesmas terdekat.

f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Wasor di setiap Kabupaten sering sekali terjadi pergantian dan berpindah kerja ke Puskesmas. Dari 15 Kabupaten / Kota terdapat 11 Kabupaten yang mempunyai wasor baru. Sehingga wasor tersebut belum pernah mengikuti pelatihan program Kusta.

91 91 91 91 87 93 94 100 87,77 85,2 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase cakupan penemuan

kasus baru kusta tanpa cacat

- Pengelola di tingkat Puskesmas juga banyak yang belum mengikuti pelatihan program Kusta.

- Alat-alat untuk penyuluhan juga tidak ada seperti lembar balik yang sangat berguna di lapangan tidak ada lagi di puskesmas karena sudah beberapa tahun ini tidak ada pengadaan untuk lembar balik.

g. Pemecahan Masalah

- Pelatihan program kusta pada pengelola program / wasor di tingkat Kabupaten dan puskesmas

- Pengadaan untuk lembar balik yang sangat dibutuhkan di fasyankes / puskesmas.

- Peningkatan penyuluhan penyakit kusta kepada masyarakat h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian indikator Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat adalah 85,20% dengan jumlah kinerja 98,00% dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran intensifikasi penemuan kasus kusta sebesar 95,67% yang berarti terdapat efisiensi 2,33%.

5. Indikator: Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar.

a. Definisi Operasional: Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar program,

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus positif malaria yang diobati sesuai standar program dibagi dengan jumlah seluruh kasus positif malaria dikali 100 persen

c. Capaian Indikator

Grafik 3.9.Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar Tahun 2020

Dalam grafik 3.6 dapat diketahui Tahun 2020 Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar adalah sebesar 100%. Indikator ini sudah memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar 95%.

Target jangka menengah (2017) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi adalah > 90 %

Standar nasional pada indicator ini sebesar > 95%.

95 95 95 95 95 98 100 9 9 ,0 8 9 7 ,0 2 100 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 P E R S E NTASE K A SUS M A L A R IA P O SI TI P YA N G D I O B AT I S ES UA I S TAND AR Target Capaian

Grafik 3.10.Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar Tahun 2016 – 2020

Pada grafik 3.7 Capaian tahun 2020 ini naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 target pada program malaria mencapai 100%

95,00%

100,00%

105,00%

Target Capaian Kinerja

Persentase kasus malaria positif

yang di obati sesuai standar

Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar

namun pada tahun selanjutnya 2018 dan 2019 menurun dan pada tahun 2020 ini kasus malaria positif telah diobati sesuai standar 100%

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

- Menyediakan obat malaria ACT setiap Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah dan berjejaring dengan Rumah Sakit Swasta yang menanggani penderita malaria.

- Menyediakan bahan pemeriksaan malaria seperti Giemsa dan RDT. - Melengkapi setiap UPK dengan mikroskop.

- Melatih tenaga laboratorium di UPK tentang teknis pemeriksaan mikroskopis malaria.

- SOP pengobatan tersedia di setiap Puskesmas dan Rumah sakit.

- Mewajibkan setiap kasus klinis malaria dilakukan pemeriksaan laboratorium. - Melakukan perbaikan managemen program dengan kunjungan ke Kabupaten

dengan Assesment penilaian eliminasi malaria

- Melakukan cross chek Sediaan darah mikroskopis malaria yang di uji silang (% Sensitifitas, spesifitas, akurasi spesies)

- Survey darah massal malaria di daerah endemis malaria untuk meningkatkan cakupan penemuan penderita.

- IRS/Indoor residual spraying (Penyemprotan insektisida pada dinding rumah). e. Analisa Penyebab Keberhasilan

Keberhasilan indicator ini dikarenakan adanya edaran pedoman pengobatan malaria standar yang dikeluarkan oleh Menteri kesehatan Nomor 5/MENKES/PMK/I/2013 serta edaran tatalaksana pengobatan yang dikeluarkan oleh IDI, workshop serta surat edaran dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung yang ditujukan kepada petugas kesehatan untuk mengikuti pedoman pengobatan terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Terjadi putus stok obat malaria ACT di UPK

- Belum semua Puskesmas tersedia tenaga mikroskopis malaria.

- Belum semua UPK terutama RS Swasta dan praktek dokter mandiri memahami alur permintaan obat program ke Dinas Kesehatan.

- Menyediakan obat malaria minimal 2 cure di setiap puskesmas dan Rumah Sakit.

- Melakukan pelatihan tenaga mikroskopis malaria sehingga semua UPK tersedia tenaga pemeriksa malaria.

- Menyediakan alat diagnosis cepat malaria RDT di UPK yang belum tersedia tenaga mikroskopis.

- Membuat alur tata cara permintaan obat malaria ke Dinas Kesehatan h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian indikator Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar adalah 100,00% dengan total kinerja sebesar 105,00% dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran layanan capaian eliminasi malaria sebesar 70,50% yang berarti terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 34,50%.

6. Indikator Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker

a. Definisi Operasional: Kab/kota yang menyelenggarakan deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks paling kurang pada 80% populasi wanita usia 30-59 tahun atau wanita yang memiliki riwayat sexual aktif

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki cakupan deteksi dini kanker payudara paling kurang 80% populasi wanita usia 30-59 tahun atau wanita yang memiliki riwayat sexual aktif

c. Capaian Indikator

Grafik 3.11. Jumlah Kabupaten Kota melaksakan deteksi dini kanker pada Tahun 2020

80,00%

0,00% 0,00%

Target Capaian Kinerja

Jumlah Kabupaten Kota melaksakan

deteksi dini kanker

Pada grafik tersebut di atas menerangkan bahwa jumlah kabupaten kota yang melaksanakan deteksi kanker Pada Tahun 2020 adalah 0%.

Grafik 3.12.

Jumlah Kabupaten Kota melaksakan deteksi dini kanker Tahun

pada Tahun 2016 - 2020

Capaian tahun 2015- 2019 yaitu 23,4 % ( dimana indikator tahun 2015 – 2019 berbunyi persentase perempuan usia 30-50 tahun yang dideteksi dini kanker serviks dan payudara), sedangkan tahun 2020 capaian skrening/ deteksi dini perempuan wanita usia 30- 50 tahun adalah 3,40%, sedangkan jumlah kabupaten kota yang melaksanakan deteksi dini kanker tahun 2020 adalah 0% (target 80%) d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

Pelatihan dan orientasi atau OTJ deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim agar semua puskesmas terlatih.

e. Analisa Penyebab Kegagalan

Tidak tercapainya target di minimal 80% wanita usia 30-59 tahun atau wanita yang memiliki riwayat seksual aktif yang dilakukan skrining kanker leher rahim dan kanker payudara dikarenakan adanya pandemic covid 19 yang mengakibatkan kurangnya kunjungan masyarakat untuk dating ke puskesmas, pergantian SDMK yang sudah dilatih ke fasyankes yang lain, dan kurangnya kesadaran masyarakat khususnya wanita usia 30-50 tahun atau yang sudah memiliki riwayat seksual aktif untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara, kurangnya sosialisasi tentang pentingnya deteksi dini kanker terutama leher rahim dan payudara pada wanita di plosok desa terpencil, terlalu tingginya target indikator dari Kementerian Kesehatan RI (80%).` f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Masih banyak SDM puskesmas yang belum terlatih

80

0,00%

2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Kabupaten Kota

melaksakan deteksi dini kanker

- Masa Pandemi Covid-19

- Masih banyak perempuan usisa 30-50 tahun atau yang memiliki riwayat seksual aktif yang tidak datang ke puskesmas karena stigma malu, kurang nya sosialisasi tentang pentingnya deteksi dini kanker terutama leher rahim dan payudara.

g. Pemecahan Masalah

Masih harus tetap mengadakan pelatihan/ orientasi/ OJT deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim, sosialisasi tentang kanker leher rahim dan payudara pada masyarakat, advokasi pada pejabat pengambil kebijakan, bekerja sama dengan organisasi profesi seperti IBI atau IDI/ BKKBN/ P2KB untuk mensosialisasikan/ melatih/ OJT pada SDM puskesmas di kabupaten kota, melakukan acara yang melibatkan masyarakat umum untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara contohnya gebyar atau even tertentu. h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian indikator Jumlah Kabupaten Kota melaksanakan deteksi dini kanker adalah 0% dan kinerja 0% yang berarti terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 0%.

7. Indikator Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan

a. Definisi Operasional: ODGJ berat yang mendapat pelayanan sesuai standar di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, berupa: pemeriksaan kesehatan jiwa (wawancara psikiatrik dan pemeriksaan status mental), memberikan informasi dan edukasi, tatalaksana awal, meberikan pengobatan dasar dan atau melakukan rujukan bila diperlukan. Standar Pelayanan: Pelayanan Kesehatan dilakukan oleh minimal 1 orang Dokter Umum/ Spesialis Kedokteran Jiwa dan 1 orang Perawat/ Perawat Spesialis Keperawatan Jiwa.

Penderita ODGJ yang dimaksud adalah penderita Skizofrenia dan Psikotik Akut yang didiagnosis oleh dokter, psikolog klinis dan psikiater.

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah penderita ODGJ Berat yang mendapat layanan dibagi Jumlah sasaran penderita ODGJ dikali 100 %

Grafik 3.13. Presentasi ODGJ yang mendapatkan pelayanan Tahun 2020

Capaian Tahun 2020 pada target persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan adalah 71,92%. Sehingga kinerja menjadi 719,20%.

Grafik 3.14. Presentasi ODGJ yang mendapatkan pelayanan Tahun 2006-2020

Capaian tahun 2020 : 71,92 % meningkat dibandingkan dengan realisasi tahun 2019 sebesar 67,18 %. Begitu juga dengan realisasi kinerja di tahun 2020 juga meningkat dibandingkan tahun 2019. Capaian ini tidak dibandingkan untuk Tahun 2017, 2016 dan 2015 dikarenakan Program ini mulai masuk di P2PTM di tahun 2018 sehingga merupakan angka kumulatif saja.

10,00% 71,92%

719,20%

Target Capaian Kinerja

Persentase ODGJ yang

mendapatkan pelayanan

Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan

10,00% 71,92%

2016 2017 2018 2019 2020

Persentase ODGJ yang

mendapatkan pelayanan

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

Dokumen terkait