• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SATKER DEKONSENTRASI 05

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SATKER DEKONSENTRASI 05"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

SATKER DEKONSENTRASI 05

DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2020

(2)
(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Secara garis besar Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian kinerja tahun 2020 dengan capaian rata-rata sasaran strategis sebesar 163%, meskipun di satu sisi ada yang melebihi target dan ada yang tidak mencapai target yang direncanakan.

Dari 8 Indikator Kinerja yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2020 yang dijanjikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dengan Direktur Jenderal P2P, terdapat 4 Indikator kinerja sasaran strategis yang memiliki kinerja yang mencapai atau melebihi target yaitu:

1) Persentase orang dengan HIV-AIDS yang menjalani terapi ARV (ODHA on ART)

tercapai 73,35% dari target 77%, dengan capaian kinerja 95,26%.. 2) Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC

tercapai 85,00% dari target 80%, dengan capaian kinerja 106%.

3) Persentase anak 0-11 tahun yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap tercapai 72% dari target 92,9%, dengan capaian kinerja 88%.

4) Persentase kasus Kusta baru tanpa cacat

tercapai 85,20% dari target 87%, dengan capaian kinerja 97,93%. 5) Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar

tercapai 100% dari target 95%, dengan capaian kinerja 105%. 6) Jumlah Kab Kota melaksanakan deteksi dini kanker

tercapai 0 dari target 10, dengan capaian kinerja 0%. 7) Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan.

tercapai 71,92% dari target 10%, dengan capaian kinerja 719,20%. 8) Nilai kinerja penganggaran

tercapai 80,25% dari target 80%, dengan capaian kinerja 100,31%.

Kinerja keuangan pada tahun 2020, data per 16 Februari 2021 berdasarkan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), realisasi anggaran semua jenis belanja mencapai 84,39% atau sebesar Rp 1.205.072.500 dari total pagu sebesar Rp

(4)

1.427.915.000,-

Walau pencapaian Penetapan Kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung sudah dianggap cukup baik, namun dalam pelaksanaannya masih dirasakan ada beberapa hal belum sesuai dengan harapan. Pandemi covid 19 merupakan kendala utama dalam pelaksanaan realisasi kegiatan yang telah direncanakan.

Pencapaian sasaran strategis Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung harus ditingkatkan untuk tahun anggaran selanjutnya, sehingga beberapa perbaikan dalam perencanaan dan tindak lanjut mutlak diperlukan. Keberhasilan pencapaian target sendiri disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan unit-unit lain di lingkungan Dinas Keseshatan Provinsi sera institusi terkait lainnya. Semoga ke depannya, kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung yang sudah relatif baik ini dapat terus dipertahankan dan dapat memberikan dampak yang signifikan dalam rangka menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit menular dan tidak menular serta meningkatkan kesehatan jiwa.

(5)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Visi dan Misi ... 3

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi ... 4

1.4 Sumber Daya Manusia ... 7

1.5 Sistematika Penulisan ... 8

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA ... 9

2.1 Perencanaan Kinerja ... 9

2.2 Perjanjian Kinerja ... 14

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA ... 16

3.1 Capaian kinerja ... 16

3.2 Realisasi Anggaran ... 37

BAB 4 PENUTUP ... 39

4.1 Kesimpulan ... 39

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung

Tabel 2.1. Cascading Indikator RAP, RAK dan Dana Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2020

(7)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Distribusi Pegawai Berdasarkan Pendidikan

Grafik 1.2. Distribusi Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional

Grafik 3.1. Hasil Cakupan Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV Tahun 2020

Grafik 3.2. Hasil Cakupan Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV Tahun 2016 – 2020

Grafik 3.3. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC Tahun 2020

Grafik 3.4. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC. Tahun 2016 – 2020 Grafik 3.5. Persentase anak 0-11 tahun yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2020

Grafik 3.6. Persentase anak 0-11 tahun yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2016 - 2020

Grafik 3.7.Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat Tahun 2020 Grafik 3.8.Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat Tahun 2016 - 2020

Grafik 3.9. Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar Tahun 2020 Grafik 3.10.Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar Tahun 2016 – 2020

Grafil 3.11. Jumlah Kabupaten / Kota melaksanakan deteksi dini Kanker Tahun 2020 Grafik 3.12. Jumlah Kabupaten / Kota melaksanakan deteksi dini Kanker Tahun 2016 – 2020

Grafik 3.13. Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan Tahun 2020

Grafik 3.14. Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan Tahun 2016 – 2020 Grafik 3.15. Nilai Kinerja Penganggaran Tahun 2020

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

- Perjanjian Kinerja TA 2020.

- SK Petugas Penyusunan LAKIP Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung .

- SOP / Alur Pencatatan dan Pelaporan Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.

- Data Dukung Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Bidang P2P Seksi Surveilans dan Imunisasi.

- Data Dukung Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Bidang P2P Seksi PTM Keswa.

- Data Dukung Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Bidang P2P Seksi P2PM.

(9)
(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.

Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga merupakan periode pembangunan jangka menengah yang sangat penting dan strategis. RPJMN 2020-2024 akan memengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (Upper-Middle Income Country) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Isu strategis yang ada di bidang P2 Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, yaitu masih tingginya kesakitan akibat Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular, antara lain: HIV/AIDS, TBC, Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan Gangguan Jiwa. Pada Tahun 2020 terjadi Pandemi Covid 19 dengan adanya Penyakit Infeksi Emerging baru yang disebabkan oleh Corona Virus.

(11)

Adanya penyakit oleh corona virus ini mempunyai dampak yang luas pada semua aspek kehidupan masyarkat khususnya di Provinsi Lampung. Penanggulangan Covid 19 menjadi prioritas baik nasional maupun daerah sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional. Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi pandemi diadaptasikan melalui era new normal atau adaptasi kebiasan baru dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menerima dana dekonsentrasi salah satunya dekonsentrasi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan sejak tahun 2017 telah dilakukan Penandatangan Perjanjian Kinerja (PK) antara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktur Jenderal P2P terhadap indikator dan target kinerja atas pemanfaatan dana dekonsentrasi. Dalam perjanjian disampaikan bahwa Ditjen P2P akan

memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

Laporan kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Provinsi Lampung atas pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun 2020 dengan menggunakan anggaran Dekonsentrasi. Laporan kinerja ini merupakan pelaksanaan amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pasal 28 menyatakan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan dan Kinerja sebagaimana berlaku bagi kuasa Pengguna Anggaran pada tingkat pemerintah pusat dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyampaikan Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan Dana Dekonsentrasi kepada gubernur dan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait. Selain itu Peraturan Menteri PAN/RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang mengamanatkan bahwa Pimpinan Satuan Kerja menyusun dan menyampaikan Laporan Kinerja kepada Pimpinan Unit Kerja. Pimpinan unit kerja menyusun laporan kinerja tahunan tingkat

(12)

unit kerja berdasarkan perjanjian kinerja yang disepakatidan menyampaikannya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga.

1.2 Visi dan Misi

Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 mengikuti Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini dilaksanakan melalui 9 misi pembangunan yaitu:

1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;

2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing. 3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan

4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.

5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.

6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya.

7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga. 8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya.

9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan. 10. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Peran Ditjen P2P dalam mendukung pencapaian indikator Kementerian Kesehatan yakni menyelenggarakan pencegahan dan pengendalian peyakit secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui kegiatan surveilans dan karantina kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung, pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program P2P.

Sesuai RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2019 – 2024, Visi Pemerintah Daerah Provinsi Lampung adalah “ Rakyat Lampung Berjaya”. Untuk mewujudkan Visi Gubernur Lampung maka telah dirumuskan 6 (enam) misi dalam dokumen RPJMD 2019 – 2024 yaitu :

(13)

1. Menciptakan kehidupan yang religius (agamis), berbudaya, aman dan damai. 2. Mewujudkan "good governance" untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan

pelayanan publik.

3. Meningkatkan kualitas SDM dan mengembangkan upaya perlindungan anak, pemberdayaan perempuan dan penyandang disabilitas.

4. Mengembangkan infrastruktur guna meningkatkan efisiensi produksi dan konektivitas wilayah.

5. Membangun kekuatan ekonomi masyarakat berbasis pertanian dan wilayah perdesaan yang seimbang dengan wilayah perkotaan.

6. Mewujudkan pembangunan daerah berkelanjutan untuk kesejahteraan bersama. Sektor Kesehatan masuk dalam Misi ketiga dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2019-2024 Provinsi Lampung yaitu: “Meningkatkan Kualitas SDM dan Mengembangkan Upaya Perlindungan Anak, Pemberdayaan Perempuan, dan Kaum Disabilitas”. Bidang kesehatan sangat berperan dalam upaya peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) sebagai salah satu indikator indeks pembangunan manusia (IPM). Melalui SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik secara fisik dan mental akan berdampak positif tidak hanya terhadap peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, namun juga dalam mendukung pembangunan nasional.

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi

1. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung merupakan salah satu Satuan Kerja dari Pemerintah Provinsi Lampung yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah nomor 18 Tahun 2016 yang selanjutnya dijabarkan dengan Peraturan Gubernur nomor 63 Tahun 2016 tentang tentang rincian Tugas, Fungsi dan Tata kerja Dinas-Dinas Daerah pada Pemerintah Provinsi.

Berdasarkan Peraturan Gubernur diatas maka Tugas Pokok Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan Unit Pelaksana Teknis (Labkes, Bapelkes, Instalasi Farmasi dan Kalibrasi Alkes dan RSUDBNH) mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan provinsi di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan Pemerintah kepada Gubernur

(14)

serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Sedangkan fungsi dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan Unit Pelaksana Teknis (UPTD) berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung nomor 63 tahun 2017 sebagai berikut :

1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, program dan evaluasi pelaporan

2. Pengkoordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi dilingkungan Dinas Kesehatan

3. Pengelolaan barang milik daerah yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan 4. Penyelenggaraan upaya kesehatan berskala provinsi dan yang belum dapat

diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota; dan

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan.

(15)
(16)

1.4 Sumber Daya Manusia

Pada tahun 2020, jumlah pegawai di Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dengan distribusi pegawai di seksi surveilans dan imunisasi 10 orang, seksi pengendalian penyakit 13 orang, dan seksi penyakit tidak menular dan keswa 10 orang.

a. Grafik Distribusi Pegawai berdasarkan pendidikan

Distribusi Pegawai Aparatur Sipil Negara pada Bidang P2P 33 orang. Klasifikasi berdasarkan pendidikan SMA Sederajat sebanyak 2 orang, S1 sebanyak 24 orang dan S2 sebanyak 8 orang.

b. Grafik Distribusi Pegawai berdasarkan jabatan fungsional.

0 5 10 15 20 25 30 SMA S1 S2

Grafik Distribusi Pegawai

berdasarkan pendidikan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Fungsional Epid Fungsional Umum

Grafik distribusi pegawai

berdasarkan jabatan fungsional

(17)

Distribusi Pegawai Aparatur Sipil Negara berdasarkan Jabatan fungsional pada bidang P2P berjumlah 5 orang. Dengan Klasifikasi fungsional Epidemiologi sebanyak 2 Orang dan fungsional umum sebanyak 3 Orang.

1.5 Sistematika Penulisan

1. Bab 1. Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang dihadapi organisasi.

2. Bab 2. Perencanaan Kinerja

Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2020.

3. Bab 3. Akuntabilitas Kinerja a. Capaian Kinerja Organisasi

Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.

b. Realisasi Anggaran

Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja

4. Bab 4. Penutup

Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

(18)

BAB 2

PERENCANAAN KINERJA

2.1 Perencanaan Kinerja

Perencanaan kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Perencanaan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal P2P dan RKPD Dinas Kesehatan Provinsi.

Sasaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020-2024 adalah menurunnya penyakit menular, penyakit tidak menular serta meningkatnya kesehatan jiwa. Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

1. Persentase Orang dengan HIV-AIDS yang menjalani Terapi ARV (ODHA on ART) sebesar 60% pada akhir tahun 2024;

2. Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC succes rate) sebesar 90% pada akhir tahun 2024;

3. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria sebanyak 405 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

4. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi kusta sebanyak 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

5. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis yang mencapai eliminasi sebanyak 190 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan perokok usia < 18 tahun sebanyak 350 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

7. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan dan pengendalian PTM sebanyak 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

8. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak usia 0-11 bulan sebesar 95% pada akhir tahun 2024;

9. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza sebanyak 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

(19)

10. Persentase kabupaten/kota yang mempunyai kapasitas dalam pencegahan dan pengendalian KKM sebesar 86% pada akhir tahun 2024;

11. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan sebanyak 472 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

12. Persentase faktor resiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan sebesar 100% pada akhir tahun 2024;

13. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan sebesar 100% pada akhir tahun 2024.

Rencana Aksi Program tersebut selanjutnya diturunkan dalam indikator untuk Direktorat dan Dinas Kesehatan Provinsi dengan penjabaran sebagai berikut. Indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi yakni:

1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ART 2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC

3. Persentase anak 0-11 bulan yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap 4. Persentase kasus kusta baru tanpa cacat

5. Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar 6. Jumlah kabupaten/kota endemis yang melakukan POPM filariasis 7. Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker

8. Nilai kinerja penganggaran

Secara lengkap cascading indikator Program Pencegahan dan Pengendalian adalah sebagai berikut:

(20)

Tabel 2.1

Cascading Indikator RAP, RAK dan Dana Dekonsentrasi Tahun 2020

Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Kegiatan

Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

1. Persentase Orang Dengan HIV-AIDS yang menjalani Terapi ARV (ODHA on ART)

1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ART

1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ART

2. Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC succes rate)

2. Cakupan pengemuan dan pengobatan TBC (TBC treatment coverage)

2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC

3. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria

3. Jumlah Kab/Kota yang mencapai API<1/1.000 penduduk

3. Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar

4. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi kusta

4. Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat 4. Persentase kasus kusta baru tanpa cacat 5. Jumlah kabupaten/kota endemis

filariasis yang mencapai eliminasi

5. Jumlah Kab/Kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1%

5. Jumlah kabupaten/kota endemis yang melakukan POPM filariasis

6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan perokok usia < 18 tahun

6. Jumlah Kab/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

7. Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan Layanan Upaya Berhenti merokok (UBM)

-

7. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan dan pengendalian PTM

8. Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥80% populasi usia ≥ 15 tahun

9. Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini penyakit kanker di ≥80% populasi

6. Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker

(21)

Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi

usia 30-50 tahun

10. Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40% populasi

8. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak usia 0-11 bulan

11. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 12. Persentase anak usai bulan yang

mendapat imunisasi lanjutan campak rubella

13. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap di Papua dan Papua Barat

7. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

9. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza

8. Persentase ODGJ berat yang mendapatkan layanan

9. Penyalahguna Napza yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis

10. Presentase penderita Depresi pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat layanan

11. Presentase penderita Gangguan Mental Emosional pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat layanan

8. Jumlah Kab/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA

10. Persentase kabupaten/kota yang mempunyai kapasitas dalam pencegahan dan pengendalian KKM

12. Persentase Kab/Kota yang memiliki Pelabuhan/Bandar Udara/PLBDN yang mempunyai kapasitas sesuai standar dalam pencegaham dan pengendalian kedaruratan kesehatan masyarakat

-

(22)

Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi

mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan

frambusia 12. Persentase faktor resiko penyakit

di pintu masuk yang dikendalikan

14. Persentase faktor resiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan

-

13. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan

15. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan

-

Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit 14. Nilai Reformasi Birokrasi

Kementerian Kesehatan

16. Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit

17. Persentase kinerja RKAKL pada lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit

(23)

2.2 Perjanjian Kinerja

Perjanjian Kinerja merupakan wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja Aparatur. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dengan Ditjen P2P telah ditandatangani dan didokumentasikan sebagai berikut:

Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung

Tabel.2.2 Perjanjian Kinerja

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2020

NO Sasaran NO Indikator Kinerja TARGET

1

Menurunnya penyakit menular, penyakit tidak

menular, serta

meningkatnya kesehatan jiwa

1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV

77% 2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan

TBC

80% 3. Persentase anak 0-11 tahun yang mendapatkan

Imunisasi Dasar Lengkap

92,9% 4. Persentase kasus kusta baru tanpa cacat 87% 5. Persentase kasus malaria positif yang diobati

sesuai standar

95% 6. Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi

dini kanker

10 kab/kota 7. Persentase ODGJ yang mendapatkan

pelayanan

10% 2 Terkelolanya anggaran

pencegahan dan

pengendalian penyakit yang efisien dan akuntabel

8. Nilai kinerja penganggaran >80%

Pada Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2020 telah dialokasikan Anggaran sebesar Rp. 4.620.784.000,-. Berdasarkan kebijakan Kemenkes RI terhadap pagu anggaran tersebut maka diberlakukan efisiensi sebanyak 61% sehingga alokasi anggaran menjadi Rp. 1.427.915.000,-.

(24)

No Kegiatan Anggaran Pagu

awal Anggaran Revisi

1. Surveilans dan Karantina Kesehatan 1.019.217.000 315.865.000 2. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular

Vektor dan Zoonotik

1.086.728.000 328.799.000 3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

Langsung

712.401.000 228.931.000 4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak

Menular

892.135.000 289.370.000 5. Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan

Jiwa dan NAPZA

515.303.000 118.000.000 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

395.000.000 146.950.000

(25)

BAB 3

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian kinerja

Pada bab ini disajikan disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja per setiap indikator :

1. Indikator: Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV a. Definisi Operasional: Persentase ODHA yang baru ditemukan masuk dalam

layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), yang memulai terapi Anti Retro Virus.

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah ODHA yang baru ditemukan masuk dalam layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), yang memulai terapi Anti Retro Virus (ODHA yang inisiasi ART), dibagi dengan jumlah ODHA yang baru ditemukan masuk dalam layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), dalam kurun waktu tertentu, dikali 100 persen.

c. Capaian Indikator

Grafik 3.1. Persentase odha baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV Tahun 2020

Tahun 2020 indikator Persentase odha baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV adalah sebesar 73,35% (ODHA baru pengobatan 655 orang, ODHA masuk perawatan 893 orang), sehingga bila dibandingkan dengan target yang 77,00% maka capaian kinerja sebesar 95.26%.

77,00% 73,35% 95,26%

Target Capaian Kinerja

Persentase odha baru ditemukan

yang memulai pengobatan ARV

Persentase odha baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV

(26)

Target jangka menengah (2020) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi adalah 77%.

Standar nasional pada indikator ini sebesar 77%

Grafik 3.2. Persentase odha baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV Tahun 2015 - 2020

Capaian tahun ini menurun jika dibandingkan capaian 5 tahun kebelakang : Tahun 2015 capaian 69.92% dari target 45%

Tahun 2016 capaian 76.22% dari target 48% Tahun 2017 capaian 78.37% dari target 50.00% Tahun 2018 capaian 51.40% dari target 52% Tahun 2019 capaian 54.37% dari target 55.00% Tahun 2020 capaian 73,35% dari target 77% d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

- Validasi data dinkes/kab/kota/layanan terkait capaian pemeriksaan/ skrining, pengobatan, dan logistik.

- Distribusi logistik pusat ke seluruh kab/kota sesuai dengan kebutuhan. - Mengeliminasi jumlah kasus Lost to Follow Up (LFU) di setiap Fasyankes

dengan pertemuan rutin melacak pasien rujukan dan memastikan tidak ada identitas ganda yang tercatat.

46,00% 48,00% 50,00% 52,00% 55,00% 77,00% 69,92% 76,22% 78,37% 51,40% 54,37% 73,35% 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase kasus HIV yang

diobati

(27)

- Untuk Fasyankes baru harus menetapkan kebijakan mendorong semua ODHA untuk melakukan pengobatan dan memastikan pasien mengetahui hak dan kewajibannya.

- Memberikan pengertian yang benar terhadap sistem pengobatan dan rujukan kepada setiap pasien.

- Peningkatan kapasitas petugas dan konselor mengenai kepatuhan minum ARV bekerjasama dengan PKVHI.

- Meningkatkan peran LSM dalam dukungan sebaya, pendampingan, dan pelacakan kasus LFU.

e. Analisa Penyebab Kegagalan

Pada tahun 2020, selain terjadi perubahan target juga terjadi perubahan definisi operasional. Bila pada tahun sebelumnya capaian dihitung berdasarkan keseluruhan pasien yang melaksanakan pengobatan anti retroviral (on ART) (poin 4.5) dibandingkan dengan pasien yang memenuhi syarat (2.4), namun mulai tahun 2020 yang diperhitungkan adalah pasien baru yang memulai pengobatan ARV (penjumlahan poin 3.2) dibandingkan dengan pasien baru yang masuk perawatan (penjumlahan poin 1.2). Pada poin 1.2 merupakan keseluruhan pasien yang masuk perawatan termasuk pasien rujuk masuk. Pada poin 3.2 merupakan pasien baru yang memulai pengobatan ARV (inisiasi ARV), sedangkan untuk pasien rujuk masuk tidak dihitung melainkan masuk dalam poin 3.3. Untuk mencapai target yang ditetapkan dapat dicapai dengan memastikan bahwa semua pasien yang masuk perawatan juga memulai pengobatan ARV dan pengendalian perpindahan pasien (rujuk masuk-rujuk keluar).

f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Sumber daya petugas yang terampil dalam konseling lanjutan seperti kepatuhan ARV di setiap layanan hampir tidak ada.

- Perpindahan pasien masih tinggi terutama bagi layanan dengan beban pasien yang tinggi. Tujuan dari pemindahan ini adalah untuk pemerataan jumlah pasien pada setiap layanan dan mendekatkan dengan tempat tinggal pasien. - Kecenderungan pasien tidak ingin melakukan pengobatan di dekat tempat

(28)

- Stigma menimbulkan ketakutan untuk memulai pengobatan karena kemungkinan diketahui kondisi sebagai ODHA oleh keluarga atau lingkungan tempat tinggal pasien.

- Populasi kunci (LSL, PSP, dan Waria) cenderung berpindah-pindah mengikuti perpindahan lokasi mangkal atau karena alasan kenyamanan yang dirasakan.

g. Pemecahan Masalah

- Penguatan konseling sebelum memulai ARV sehingga pasien paham akan hak dan kewajiban serta keuntungan melakukan pengobatan sedini mungkin.

- ODHA yang ditemukan melalui pemeriksaan/skrining HIV akan menentukan tempat pengobatan yang dirasakan nyaman dan mampu untuk dilaksanakan. Hal ini untuk mengurangi terjadinya rujukan/pindah atas permintaan pasien.

- Upaya peningkatan kapasitas petugas yang terampil dalam konseling kepatuhan minum ARV melalui refreshing petugas bekerjasama dengan PKVHI. Untuk pengobatan jangka panjang perlu upaya untuk mendorong kepatuhan minum ARV (adherence) di setiap Fasyankes terutama dengan jumlah pasien yang banyak ataupun sudah lama melakukan pengobatan. - Telusur kasus LFU dengan koordinasi antar Fasyankes dalam kab/kota

maupun antar kab/kota.

- Dalam rangka akselerasi ARV maka akan dilakukan pelacakan kasus LFU dengan bantuan dari LSM setempat yang merupakan perpanjangan tangan dari Spiritia sebagai pengampu kegiatan penjangkauan dan pendampingan ODHA.

h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian Persentase ODHA baru yang memulai ARV adalah 73,35% dari target 77%. Nilai kinerja pada program ini adalah sebesar 95.26%, sedangkan capaian realisasi anggaran Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV AIDS bersumber APBN sebesar 99.50% yang artinya tidak ada efisiensi penggunaan sumber daya.

(29)

2. Indikator: Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC

a. Definisi Operasional: Persentase semua kasus TB baru dan kambuh (termasuk TB resistan obat) yang diobati dan dilaporkan diantara perkiraan insiden TB. b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah semua kasus TB baru dan kambuh (termasuk

TB resistan obat) yang diobati dan dilaporkan dibagi perkiraan insiden TB dikali 100 persen

c. Capaian Indikator

Grafik 3.3.Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar Tahun 2020

Tahun 2020 indikator Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar adalah sebesar 85%. Indikator ini sudah memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Sehingga nilai kinerja pada pogram ini sebesar 106%. Capaian tersebut masih harus dilakukan penyisiran kasus baik ke rumas sakit dan praktek mandiri. Pada tahun 2019 sudah dilakukan penyisiran kasus ke rumah sakit. Tetapi tidak dapat dilakukan pada semua rumah sakir, karena tidak mempunya rekam medik yang memenuhi syarat-syarat penyisiran kasus TB rumah sakit. Begitu juga dengan praktik mandiri dan klinik yang tidak mempunya rekam medik.

Target jangka menengah (2018) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi adalah jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap dibagi semua kasus TB yang di obati

80,00% 85,00%

106%

Target Capaian Kinerja

Persentase Cakupan Penemuan

dan Pengobatan TBC

(30)

dan dilaporkan dikali 100% Standar nasional pada indikator ini sebesar 97 %.

Grafik 3.4.Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC Tahun 2016 - 2020

Capaian pada tahun 2020 yaitu sebesar 100%. Sebagaimana pada tahun 2015 capaian 100%, pada tahun 2016 capaian 100%, tahun 2017 capaian turun menjadi 99,90% dan pada tahun 2018 ini kembali naik sebesar 100%. Pada tahun 2019 capaian 100%.

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

- Workshop peningkatan kapasitas SDM TB di Propinsi Lampung

- Deteksi dini penemuan kasus di daerah resti ( lapas dan pondok pesantren ) - Peningkatan kapasitas SDM progrm TB

- Sosialisasi dan supervisi serta bimbingan teknis terhadap petugas TBC di level kabkota dan

- Bekerja sama dengan lintas proram serta sektor terkait dalam hal menemukan kasus TBC dan melakukan tatalaksana sesuai standart.

- Penyisiran kasus TBC rumah sakit, klinik dan praktik mandiri. - Penemuan kasus TB pada kegiatan luar gedung puskesmas. e. Analisa Penyebab Keberhasilan

- Petugas di level provinsi dan kabkota telah melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap capaian program.

80% 85%

2016 2017 2018 2019 2020

Persentase cakupan penemuan

dan pengobatan TBC

(31)

- Petugas layanan TBC telah melakukan follow up terhadap seluruh pengobatan pasien baik yang diobati di puskesmas maupun yang dirujuk. - Penyisiran kasus telah dilakukan terhadap beberapa rumah sakit.

f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Masih banyaknya rotasi pegawai terlatih di level layanan kesehatan di kabkota dan minimnya petugas kesehatan yang terlatih TBC.

- Masih banyak missing cases dari rumah sakit, klinik dan praktik mandiri. - Masih terdapat angka pasien TB yang belum diinvestigasi kontak.

g. Pemecahan Masalah

- Peningkatan kapasitas SDM program TBC di layanan - Surveilan aktif rumah sakit, klinik dan praktik mandiri. - Investigasi Kontak kasus TB.

h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian indikator Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC adalah 85% dan nilai kinerja 106% dan realisasi serapan sumber pembiayaan bersumber APBN sebesar 72,60%. Sehingga efisiensi pada indicator ini adalah 33,40%

3. Indikator: Persentase anak 0-11 tahun yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap a. Definisi Operasional: Persentasi anak usia 0-11 bulan yang mendapat 1 dosis

Hep B, 1 dosis BCG, 4 dosis polio tetes, 1 dosis IPV, 3 dosis DPT-HB-Hib serta 1 dosis campak/MR di suatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun,

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat 1 dosis Hep B, 1 dosis BCG, 4 dosis polio tetes, 1 dosis IPV, 3 dosis DPT-HB-Hib serta 1 dosis campak/MR di suatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun dibagi dengan jumlah seluruh bayi yang bertahan hidup di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama dikali 100 persen

(32)

Grafik 3.5. Hasil Cakupan IDL Provinsi Lampung Tahun 2020

Dari grafik tersebut di atas grafik. 1 menjelaskan bahwa Tahun 2020 capaian indikator Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap sampai dengan bulan November 2020 adalah sebesar 90,91%. Indikator ini belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar 92,90% dengan capaian target kinerja 78%.

Grafik 3.6. Hasil Cakupan IDL Provinsi Lampung Tahun 2016 - 2020

Dari grafik 3.2 menyatakan bahwa hasil cakupan indicator persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap belum mencapai target. 92,90% 90,91% 98% 86,00% 88,00% 90,00% 92,00% 94,00% 96,00% 98,00% 100,00%

Target Capaian Kinerja

Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

91,50% 92,00% 92,50% 93,00% 92,90%

98,40% 99,80% 100,10% 98,96%

90,91%

2016 2017 2018 2019 2020

Persentase anak usia 0-11 bulan

yang mendapat imunisasi dasar

lengkap

Target Capaian

(33)

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

- Koordinasi dalam rangka validasi data cakupan imunisasi

- Orientasi dalam rangka implementasi sistem informasi imunisasi - Surveilans KIPI

- Supervisi Suportif

- Bimtek dan Monitoring Vaksin dan logfistik imunisasi e. Analisa Penyebab Kegagalan

Indikator Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap tidak mencapai target dikarenakan Pandemi covid 19, sehingga posyandu sempat berhenti melakukan kegaiatan 1 (satu) bulan yakni di bulan April. kemudian ada kekosongan vaksin IPV dari bulan September 2019 – September 2020 juga yang mengakibatkan pelayanan imunisasi IPV tidak ada. f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Pandemi covid-19 menyebabkan beberapa posyandu tidak berjalan selama 1 bulan di bulan April 2020

- Adanya indikator IPV masuk dalam indikator IDL tahun 2020

- Terjadi kekososngan vaksin IPV dari bulan September 2019 sampai dengan bulan September 2020

- Petugas imunisasi puskesmas lebih fokus dengan kegiatan pelaksanaan penemuan kasus Covid-19 untuk tracing kontak kasus

g. Pemecahan Masalah

- Membuat surat himbauan ke kabupaten/kota untuk tetap membuka pelayanan imunisasi dengan tetap menggunakan protokol kesehatan

- Melakukan sosialisasi terhadap pedoman pelaksanaan imunisasi rutin di masa pandemi

- Membuat jadwal pelayanan imunisasi di Puskesmas

- Melengkapi pemberian imunisasi IPV pada anak sebelum usia 1 tahun untuk mengejar IDL

- Melengkapi sarana dan prasarana APD untuk pelayanan imunisasi di lapangan.

(34)

h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian indikator Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap adalah 90,91% dengan kinerja 98% dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran layanan imunisasi sebesar 89,50% yang berarti terdapat efisiensi 8,50%.

4. Indikator: Persentase kasus kusta baru tanpa cacat

a. Definisi Operasional: Persentase kasus kusta baru yang ditemukan tanpa cacat (cacat tingkat 0) diantara kasus kusta baru

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat (cacat tingkat 0) dibagi total jumlah kasus kusta baru dikali 100 persen

c. Capaian Indikator

Grafik 3.7.Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat Tahun 2020

Grafik 3.10 menjelaskan bahwa Tahun 2020 indikator Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat adalah sebesar 85,20%. Angka ini belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar 87%. Sehingga Kinerja hanya mencapai 98%.

87,00%

85,20%

98%

Target Capaian Kinerja

Persentase cakupan penemuan

kasus baru kusta tanpa cacat

(35)

Grafik 3.8.Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat Tahun 2016 - 2020

Pada grafik tersebut di atas dapat digambarkan bahwa Pada tahun 2019 dan 2020 capaian masih di bawah target yang ditetapkan.

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator - Pertemuan data kohort tingkat propinsi

- Survey desa atau servey sekolah - Survey Kontak di setiap Kabupaten

- Intensive case Finding di 2 Kabupaten yakni, Lampung Tengah dan mesuji. e. Analisa Penyebab Kegagalan

Pada tahun 2019 petugas menemukan pasien saat sudah terjadinya cacat baik melalui survey kontak maupun ICF selain dari pada itu masyarakatpun di setiap Kabupaten belum mengetahui apa tanda dan gejala kusta sehingga pasien-pasien enggan ke puskesmas terdekat.

f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Wasor di setiap Kabupaten sering sekali terjadi pergantian dan berpindah kerja ke Puskesmas. Dari 15 Kabupaten / Kota terdapat 11 Kabupaten yang mempunyai wasor baru. Sehingga wasor tersebut belum pernah mengikuti pelatihan program Kusta.

91 91 91 91 87 93 94 100 87,77 85,2 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase cakupan penemuan

kasus baru kusta tanpa cacat

(36)

- Pengelola di tingkat Puskesmas juga banyak yang belum mengikuti pelatihan program Kusta.

- Alat-alat untuk penyuluhan juga tidak ada seperti lembar balik yang sangat berguna di lapangan tidak ada lagi di puskesmas karena sudah beberapa tahun ini tidak ada pengadaan untuk lembar balik.

g. Pemecahan Masalah

- Pelatihan program kusta pada pengelola program / wasor di tingkat Kabupaten dan puskesmas

- Pengadaan untuk lembar balik yang sangat dibutuhkan di fasyankes / puskesmas.

- Peningkatan penyuluhan penyakit kusta kepada masyarakat h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian indikator Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat adalah 85,20% dengan jumlah kinerja 98,00% dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran intensifikasi penemuan kasus kusta sebesar 95,67% yang berarti terdapat efisiensi 2,33%.

5. Indikator: Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar.

a. Definisi Operasional: Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar program,

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus positif malaria yang diobati sesuai standar program dibagi dengan jumlah seluruh kasus positif malaria dikali 100 persen

c. Capaian Indikator

(37)

Grafik 3.9.Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar Tahun 2020

Dalam grafik 3.6 dapat diketahui Tahun 2020 Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar adalah sebesar 100%. Indikator ini sudah memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar 95%.

Target jangka menengah (2017) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi adalah > 90 %

Standar nasional pada indicator ini sebesar > 95%.

95 95 95 95 95 98 100 9 9 ,0 8 9 7 ,0 2 100 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 P E R S E NTASE K A SUS M A L A R IA P O SI TI P YA N G D I O B AT I S ES UA I S TAND AR Target Capaian

Grafik 3.10.Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar Tahun 2016 – 2020

Pada grafik 3.7 Capaian tahun 2020 ini naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 target pada program malaria mencapai 100%

95,00%

100,00%

105,00%

Target Capaian Kinerja

Persentase kasus malaria positif

yang di obati sesuai standar

Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar

(38)

namun pada tahun selanjutnya 2018 dan 2019 menurun dan pada tahun 2020 ini kasus malaria positif telah diobati sesuai standar 100%

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

- Menyediakan obat malaria ACT setiap Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah dan berjejaring dengan Rumah Sakit Swasta yang menanggani penderita malaria.

- Menyediakan bahan pemeriksaan malaria seperti Giemsa dan RDT. - Melengkapi setiap UPK dengan mikroskop.

- Melatih tenaga laboratorium di UPK tentang teknis pemeriksaan mikroskopis malaria.

- SOP pengobatan tersedia di setiap Puskesmas dan Rumah sakit.

- Mewajibkan setiap kasus klinis malaria dilakukan pemeriksaan laboratorium. - Melakukan perbaikan managemen program dengan kunjungan ke Kabupaten

dengan Assesment penilaian eliminasi malaria

- Melakukan cross chek Sediaan darah mikroskopis malaria yang di uji silang (% Sensitifitas, spesifitas, akurasi spesies)

- Survey darah massal malaria di daerah endemis malaria untuk meningkatkan cakupan penemuan penderita.

- IRS/Indoor residual spraying (Penyemprotan insektisida pada dinding rumah). e. Analisa Penyebab Keberhasilan

Keberhasilan indicator ini dikarenakan adanya edaran pedoman pengobatan malaria standar yang dikeluarkan oleh Menteri kesehatan Nomor 5/MENKES/PMK/I/2013 serta edaran tatalaksana pengobatan yang dikeluarkan oleh IDI, workshop serta surat edaran dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung yang ditujukan kepada petugas kesehatan untuk mengikuti pedoman pengobatan terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Terjadi putus stok obat malaria ACT di UPK

- Belum semua Puskesmas tersedia tenaga mikroskopis malaria.

- Belum semua UPK terutama RS Swasta dan praktek dokter mandiri memahami alur permintaan obat program ke Dinas Kesehatan.

(39)

- Menyediakan obat malaria minimal 2 cure di setiap puskesmas dan Rumah Sakit.

- Melakukan pelatihan tenaga mikroskopis malaria sehingga semua UPK tersedia tenaga pemeriksa malaria.

- Menyediakan alat diagnosis cepat malaria RDT di UPK yang belum tersedia tenaga mikroskopis.

- Membuat alur tata cara permintaan obat malaria ke Dinas Kesehatan h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian indikator Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar adalah 100,00% dengan total kinerja sebesar 105,00% dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran layanan capaian eliminasi malaria sebesar 70,50% yang berarti terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 34,50%.

6. Indikator Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker

a. Definisi Operasional: Kab/kota yang menyelenggarakan deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks paling kurang pada 80% populasi wanita usia 30-59 tahun atau wanita yang memiliki riwayat sexual aktif

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki cakupan deteksi dini kanker payudara paling kurang 80% populasi wanita usia 30-59 tahun atau wanita yang memiliki riwayat sexual aktif

c. Capaian Indikator

Grafik 3.11. Jumlah Kabupaten Kota melaksakan deteksi dini kanker pada Tahun 2020

80,00%

0,00% 0,00%

Target Capaian Kinerja

Jumlah Kabupaten Kota melaksakan

deteksi dini kanker

(40)

Pada grafik tersebut di atas menerangkan bahwa jumlah kabupaten kota yang melaksanakan deteksi kanker Pada Tahun 2020 adalah 0%.

Grafik 3.12.

Jumlah Kabupaten Kota melaksakan deteksi dini kanker Tahun

pada Tahun 2016 - 2020

Capaian tahun 2015- 2019 yaitu 23,4 % ( dimana indikator tahun 2015 – 2019 berbunyi persentase perempuan usia 30-50 tahun yang dideteksi dini kanker serviks dan payudara), sedangkan tahun 2020 capaian skrening/ deteksi dini perempuan wanita usia 30- 50 tahun adalah 3,40%, sedangkan jumlah kabupaten kota yang melaksanakan deteksi dini kanker tahun 2020 adalah 0% (target 80%) d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

Pelatihan dan orientasi atau OTJ deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim agar semua puskesmas terlatih.

e. Analisa Penyebab Kegagalan

Tidak tercapainya target di minimal 80% wanita usia 30-59 tahun atau wanita yang memiliki riwayat seksual aktif yang dilakukan skrining kanker leher rahim dan kanker payudara dikarenakan adanya pandemic covid 19 yang mengakibatkan kurangnya kunjungan masyarakat untuk dating ke puskesmas, pergantian SDMK yang sudah dilatih ke fasyankes yang lain, dan kurangnya kesadaran masyarakat khususnya wanita usia 30-50 tahun atau yang sudah memiliki riwayat seksual aktif untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara, kurangnya sosialisasi tentang pentingnya deteksi dini kanker terutama leher rahim dan payudara pada wanita di plosok desa terpencil, terlalu tingginya target indikator dari Kementerian Kesehatan RI (80%).` f. Kendala/masalah yang dihadapi

- Masih banyak SDM puskesmas yang belum terlatih

80

0,00%

2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Kabupaten Kota

melaksakan deteksi dini kanker

(41)

- Masa Pandemi Covid-19

- Masih banyak perempuan usisa 30-50 tahun atau yang memiliki riwayat seksual aktif yang tidak datang ke puskesmas karena stigma malu, kurang nya sosialisasi tentang pentingnya deteksi dini kanker terutama leher rahim dan payudara.

g. Pemecahan Masalah

Masih harus tetap mengadakan pelatihan/ orientasi/ OJT deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim, sosialisasi tentang kanker leher rahim dan payudara pada masyarakat, advokasi pada pejabat pengambil kebijakan, bekerja sama dengan organisasi profesi seperti IBI atau IDI/ BKKBN/ P2KB untuk mensosialisasikan/ melatih/ OJT pada SDM puskesmas di kabupaten kota, melakukan acara yang melibatkan masyarakat umum untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara contohnya gebyar atau even tertentu. h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Capaian indikator Jumlah Kabupaten Kota melaksanakan deteksi dini kanker adalah 0% dan kinerja 0% yang berarti terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 0%.

7. Indikator Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan

a. Definisi Operasional: ODGJ berat yang mendapat pelayanan sesuai standar di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, berupa: pemeriksaan kesehatan jiwa (wawancara psikiatrik dan pemeriksaan status mental), memberikan informasi dan edukasi, tatalaksana awal, meberikan pengobatan dasar dan atau melakukan rujukan bila diperlukan. Standar Pelayanan: Pelayanan Kesehatan dilakukan oleh minimal 1 orang Dokter Umum/ Spesialis Kedokteran Jiwa dan 1 orang Perawat/ Perawat Spesialis Keperawatan Jiwa.

Penderita ODGJ yang dimaksud adalah penderita Skizofrenia dan Psikotik Akut yang didiagnosis oleh dokter, psikolog klinis dan psikiater.

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah penderita ODGJ Berat yang mendapat layanan dibagi Jumlah sasaran penderita ODGJ dikali 100 %

(42)

Grafik 3.13. Presentasi ODGJ yang mendapatkan pelayanan Tahun 2020

Capaian Tahun 2020 pada target persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan adalah 71,92%. Sehingga kinerja menjadi 719,20%.

Grafik 3.14. Presentasi ODGJ yang mendapatkan pelayanan Tahun 2006-2020

Capaian tahun 2020 : 71,92 % meningkat dibandingkan dengan realisasi tahun 2019 sebesar 67,18 %. Begitu juga dengan realisasi kinerja di tahun 2020 juga meningkat dibandingkan tahun 2019. Capaian ini tidak dibandingkan untuk Tahun 2017, 2016 dan 2015 dikarenakan Program ini mulai masuk di P2PTM di tahun 2018 sehingga merupakan angka kumulatif saja.

10,00% 71,92%

719,20%

Target Capaian Kinerja

Persentase ODGJ yang

mendapatkan pelayanan

Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan

10,00% 71,92%

2016 2017 2018 2019 2020

Persentase ODGJ yang

mendapatkan pelayanan

(43)

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

Advokasi dan Sosialisasi kepada para pemangku kebijakan, melakukan bimtek ke pengelola kesehatan jiwa di Kabupaten/kota dan puskesmas, mengupayakan jejaring kerja dengan RSJ, Dinsos, IPKJI, Disdukcapil, kepolisian dan BPJS kesehatan

e. Analisa Penyebab Keberhasilan

Tercapainya target 10% dikarenakan sebagian puskesmas telah dilatih dan melaksanakan deteksi dini gangguan jiwa (ODGJ), ditunjang oleh kompetensi dokter umum fungsional untuk melakukan diagnosis gangguan jiwa dan perawat nya dalam melakukan asuhan keperawatan bagi ODGJ. Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan pencapaian pada indikator ini dapat diintegrasikan melalui posbindu CERDIK JIWA, kegiatan skrining di BP puskesmas.

f. Kendala/masalah yang dihadapi

Belum semua puskesmas memiliki tenaga dokter atau tenaga perawat yang terlatih deteksi dini dan penatalaksanaan gangguan jiwa, dan kurangnya ketersediaan oabat- obatan jiwa di puskesmas

g. Pemecahan Masalah

Penambahan jumlah SDMK terutama yang memiliki kompetensi yang melakukan deteksi dini dan penatalaksanaan ODGJ melalui pelatihan, pertemuan Orientasi atau OJT bagi pengelola program jiwa baik di tingkat kab/kota dan puskesmas, feedback pencatatan dan pelaporan secara berjenjang, on the job training kader posbindu cerdik jiwa dlm integrasi deteksi dini gangguan jiwa dan pemenuhan oabt- obatan jiwa.

h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan sebesar 71,92% (realisasi kinerja 719,20%) dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran layanan penyakit tidak menular sebesar 83,16% yang berarti terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 636,04%.

(44)

a. Definisi Operasional: Capaian keluaran kegiatan diukur dari realisasi Volume Keluaran (RVK) dan realisasi volume keluaran kegiatan (RIKK) dengan menggunakan formula rata geometrik

b. Rumus/Cara perhitungan: Realisasi volume kegiatan / target volume kegiatan x realisasi indikator kegiatan / target indikator kegiatan

c. Capaian Indikator

Tabel 3.15. Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi Tahun 2020

Pada Tabel 3.32 menjelaskan bahwa Tahun 2020 indikator Nilai Kinerja Penganggaran sebesar 80,25% dengan kinerja 100%.

80,00% 80,25%

100%

Target Capaian Kinerja

Nilai Kinerja penganggaran

Nilai Kinerja penganggaran

80% 80,25%

2016 2017 2018 2019 2020

Nilai Kinerja penganggaran

Target Capaian

(45)

Tabel 3.16 Nilai Kinerja Penganggaran Pada Tahun 2016- 2020 Tabel 3.28 menjelaskan bahwa Capaian tahun 2020 telah mencapai target. Dan nilai kinerja ini tidak bisa dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena pada aplikasi emonev dja sudah tidak dapat di buka lagi

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator - Penyusunan E-Renggar

- Penyusunan RKAKL Bidang P2P

- Pembahasan dokumen perencanaan dan penganggaran ke pusat - Penyusunan laporan pelaksanaan bidang P2P

- Penyusunan laporan E-Monev Penganggaran

- Penyusunan laporan e-monev bappenas (PP 9 Th. 2006) - Verifikasi dan rekonsiliasi laporan keuangan satker

- Penyusunan realisasi anggaran bulanan / triwulan / semester / tahunan Rekonsiliasi LK UAKPPA E-1 Laporan keuangan satker pusat, UPT, dekon th 2018 dan semester 1 tahun 2019

- Dukungan pelaksanaan pengelolaan BMN e. Analisa Penyebab Keberhasilan

Mempunyai rasa tanggung jawab penuh merupakan keberhasilan dalam indikator ini.

f. Kendala/masalah yang dihadapi

Tidak adanya anggaran untuk petugas penyusunan Lakip pada dana dekonsentrasi Tahun 2020.

g. Pemecahan Masalah

Perlunya dukungan pemangku kebijakan untuk memberikan anggaran pada Pelaksana / Petugas Lakip .

h. Efisiensi penggunaan sumber daya

Nilai Kinerja Penganggaran adalah 80,25% dengan kinerja 100% dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran sebesar 83,16% yang berarti efisiensi senilai 16,84%.

(46)

3.2 Realisasi Anggaran

1. Realisasi Anggaran Berdasarkan Kegiatan

No Kegiatan Anggaran Realisasi %

1. Surveilans dan Karantina Kesehatan 315.865.000 219.693.400 69,55 2. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Tular Vektor dan Zoonotik 328.799.000 248.802.000 75,67 3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Menular Langsung 228.931.000 205.650.400 89,83

4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Tidak Menular 289.370.000 287.118.800 99,22

5. Pencegahan dan Pengendalian Masalah

Kesehatan Jiwa dan NAPZA 118.000.000 98.134.500 83,16 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

146.950.000 145.673.400 99,13

Jumlah 1.427.915.000 1.205.072.500 84,39

2. Realisasi Anggaran Berdasarkan Indikator

No Indikator Anggaran Realisasi %

1 Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV

84.911.000 84.487.000 99,50 2 Persentase cakupan penemuan dan

pengobatan TBC

70.392.000 50.725.000 72,06 3 Persentase anak 0-11 tahun yang

mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap

195.513.000 174.988.400 89,50

4 Persentase kasus kusta baru tanpa cacat

73.628.000 70.438.400 95,67 5 Persentase kasus malaria positif yang

diobati sesuai standar

124.265.000 87.609.000 70.50 6 Jumlah kabupaten/kota melaksanakan

deteksi dini kanker

0 0 0

7 Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan

146.950.000 145.673.400 99,13 8 Nilai kinerja penganggaran 118.000.000 98.134.500 83,16

Jumlah 813.659.000 712.055.700 87,51

3. Realisasi Anggaran Berdasarkan Output (RKAKL)

(47)

1 Layanan Kewaspadaan Dini dan

Respon Penyakit Potensial KLB 75.352.000 11.039.000 14,65

2 Layanan Imunisasi 195.513.000 174.982.400 89,50

3 Layanan Pengendalian Penyakit

Infeksi Emerging 45.000.000 33.672.000 74,83

4 Layanan Intensifikasi Eliminasi

Malaria 124.265.000 87.609.000 70,50

5 Layanan Pengendalian Penyakit

Filariasis dan Kecacingan 204.534.000 161.193.000 78,81 6 Layanan Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit HIV AIDS 84.911.000 84.487.000 99,50

7 Layanan Pengendalian Penyakit TBC 70.392.000 50.725.000 72,06 8 Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta 73.628.000 70.438.400 95,67 9 Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit

Tidak Menular 140.370.000 138.399.400 98,60

10 Layanan Upaya Berhenti Merokok 149.000.000 148.719.400 99,81 11 Layanan Dukungan Manajemen Satker 118.000.000 98.134.500 83,16 12 Layanan Orang Dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) Berat 146.950.000 145.673.400 99,13

Jumlah 1.427.915.000 1.205.072.500 84,39

Realisasi anggaran baik berdasarkan kegiatan maupun berdasarkan indikator output sama-sama sebesar 84,39%. Namun berbeda bila dilihat berdasarkan indikator yaitu sebesar 87,51%. Hal ini terjadi karena terdapat program yang tidak masuk dalam Perjanjian Kinerja 2020. Seperti program Filariasis dan Kecacingan, program deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular, Program UBM, Program Kewaspadaan Dini dan Respon Penyakit Potensial KLB, dan Program Penyakirt Infeksi Emerging.

(48)

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pencapaian kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2020 telah berjalan baik sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan dengan rata –rata capaian kinerja sebesar 163,64 %.

2. Berdasarkan pengukuran indikator kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2020, dari 8 Indikator kinerja sasaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020, sebanyak 3 indikator telah melebihi target yang ditetapkan (>100%), 1 indikator telah mencapai target yang ditetapkan (100%), sedangkan 4 indikator tidak mencapai target dengan pencapaian sebesar 0 %.

3. Berdasarkan penyerapan dan pengukuran kinerja anggaran Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2020 diketahui bahwa kinerja anggaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebesar 84,39 %, dengan realisasi Rp 1.205.072.500 dari total pagu sebesar Rp 1.427.915.000,- dengan realisasi tertinggi pada Nomenklatur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular sebesar 99,22% dan realisasi paling rendah pada Surveilans dan Karantina Kesehatan yakni sebesar 69,55 %.

4. Berdasarkan pengukuran efisiensi sumber daya, dari 8 indikator, terdapat 2 indikator telah berjalan dengan efisien dimana capaian kinerja dapat mencapai atau melebihi target dengan anggaran yang lebih rendah dan semua kegiatan telah dilaksanakan dengan baik.

4.2 Tindak Lanjut

1. Capaian kinerja tahun 2020 belum tercapai optimal karena adanya pandemi COVID-19, oleh karena itu Dinas Kesehatan Provinsi Lampung akan melakukan upaya percepatan pencapaian kinerja yakni:

a. Mensosialisasikan petunjuk teknis pelayanan kesehatan pada masa pandemi b. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dengan

(49)

2. Melakukan review untuk mengevaluasi capaian target akhir tahun perencanaan, menilai keberhasilan dan pembelajaran yang dihasilkan.

Demikian Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2020 disusun sebagai bahan masukan untuk penyusunan perencanaan tahun berikutnya.

(50)

Pada hari ini Jumat tanggal Delapan bulan Januari tahun Dua Ribu Dua Puluh Satu telah diselenggarakan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran antara DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG (129008) yang selanjutnya disebut Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara BANDAR LAMPUNG, yang selanjutnya disebut Bendahara Umum Negara.

Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran Belanja, Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja Negara, Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan serta Neraca sebagai bahan rekonsiliasi periode Desember 2020.

Selanjutnya Kuasa Bendahara Umum Negara menyediakan data transaksi, Laporan Realisasi Anggaran, dan Neraca yang diproses berdasarkan Sistem Akuntansi Pusat (SiAP). Rekonsiliasi dilaksanakan secara bersama-sama, yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) ini dengan hasil sebagai berikut:

Hasil Rekonsiliasi secara rinci tertuang dalam Laporan Hasil Rekonsiliasi dan lampiran lainnya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari BAR ini. Perbedaan yang masih ditemukan akan ditindaklanjuti kedua belah pihak.

Demikian berita acara ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.

An. Kuasa Bendahara Umum Negara, Kepala Seksi Verifikasi dan Akuntansi

An. Kuasa Pengguna Anggaran, KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI

LAMPUNG Maimoon Sary NIP.196605211996032001 Dr.dr. Hj. REIHANA,M.Kes NIP.196308251989102002 9 6 0 0 No. 1,427,915,000 1 1,205,072,500 0 0 Pagu Belanja 5 0 0 0 0 1,205,072,500 0 0 0 2 8 0

Kas pada Badan Layanan Umum

0

10

SiAP

0 0 Pengembalian Pendapatan Bukan Pajak

0 0

0

Mutasi Uang Persediaan Pengembalian Belanja Uraian Estimasi Pendapatan 4 0 0 Pengembalian Pajak

Kas di Bendahara Pengeluaran

0 SAI 0 0 Perbedaan Belanja 0 3 7 0 0 Pendapatan Bukan Pajak

1,427,915,000

11 Kas Lainnya di K/L dari Hibah 0 0 0

Berita Acara Rekonsiliasi ini telah diotorisasi secara elektronik, tidak dibutuhkan tanda tangan basah

12 Pengesahan Hibah Langsung Barang/Jasa/Surat Berharga

(51)

3. Laporan Realisasi Belanja 2. Estimasi Pendapatan

UAKPA: DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG (129008)

SAI/SA-BUN : 1,427,915,000

Dari Hasil Rekonsiliasi Laporan SAI/SA-BUN dengan SiAP sampai dengan bulan Desember tahun anggaran 2020 dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut:

6. Pengembalian Pendapatan Bukan Pajak 4. Pengembalian Belanja

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN. SiAP : 1,427,915,000

Laporan Hasil Rekonsiliasi

5. Realisasi Pendapatan Bukan Pajak 1. Pagu Anggaran

7. Pengembalian Pajak

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN.

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN.

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN.

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN.

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN.

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN. SiAP : 0 SAI/SA-BUN : 0 SiAP : 1,205,072,500 SAI/SA-BUN : 1,205,072,500 SiAP : 0 SAI/SA-BUN : 0 SAI/SA-BUN : 0 SiAP : 0 SiAP : 0 SAI/SA-BUN : 0 SiAP : 0 SAI/SA-BUN : 0

(52)

8. Mutasi Uang Persediaan

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN.

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN. 9. Kas di Bendahara Pengeluaran

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN. 10. Saldo Kas Lainnya dari Hibah Langsung

Langkah-langkah Perbaikan kesalahan/perbedaan SiAP : 0 SAI/SA-BUN : 0 SiAP : 0 SAI/SA-BUN : 0 SiAP : 0 SAI/SA-BUN : 0

KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG

Maimoon Sary

NIP.196308251989102002 NIP.196605211996032001

An. Bendahara Umum Negara, An. Kuasa Pengguna Anggaran,

Dr.dr. Hj. REIHANA,M.Kes Tanggal : 08/01/2021

Tidak terdapat perbedaan antara data SiAP dengan data SAI/SA-BUN. 11. Saldo Kas Badan Layanan Umum

SAI/SA-BUN : 0 SiAP : 0

13.

Kepala Seksi Verifikasi dan Akuntansi

Berita Acara Rekonsiliasi ini telah diotorisasi secara elektronik, tidak dibutuhkan tanda tangan basah

12. Pengesahan Hibah Langsung Barang/Jasa/Surat Berharga SiAP : 0

SAI/SA-BUN : 0

(53)
(54)
(55)
(56)

Gambar

Grafik Distribusi Pegawai  berdasarkan pendidikan 00,511,522,533,5
Tabel  ‎ 2.2. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
Grafik 3.2. Persentase odha baru ditemukan yang memulai pengobatan  ARV  Tahun 2015 - 2020
Grafik 3.3.Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar Tahun  2020
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, 4.3 Menyelesaikan masalah penaksiran dari jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua bilangan cacah

Hasil analisis penyebaran kuesioner menghasilkan nilai rata-rata, yaitu 3.31 pada proses DSS03, DSS04, DSS06, MEA02, dan MEA03 yang berarti bahwa sistem informasi kependudukan

Madrasah Tsanawiyah Al Irsyad ingin menjadikan para peserta didiknya paham dengan sebenarnya akan hak dan kewajiban seorang hamba Allah Ι, melalui pendidikan aqidah yang

pelayanan pelanggan dengan memblok secara selektif kanal video melalui penggunaan carrier jamming dan menunjang “network powered” (pencatuan daya jaringan) perangkat

30 Potensi Penerimaan Retribusi Parkir Kawasan Perbelanjaan Kota Klaten oleh PEMDA yang Hilang Melalui Peraturan Baru. (Kenaikan Setoran dan Perubahan Persentase

Bagian ketiga dari aplikasi sistem pendukung keputusan klinis ini memberikan informasi kepada klinisi tentang prediksi biaya pelayanan kesehatan dan prediksi nilai

Sebuah sepeda Bosozoku khas disesuaikan biasanya terdiri dari sebuah sepeda jalan rata-rata Jepang yang muncul untuk menggabungkan unsur-unsur seorang Amerika helikopter sepeda

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Upaya Yang Dilakukan Bank