• Tidak ada hasil yang ditemukan

Capaian Indikator Kinerja Utama

BAB III Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan

A. Capaian Indikator Kinerja Utama

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 14

A. Capaian Indikator Kinerja Utama

Pada tahun 2018, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah menetapkan 9 (sembilan) Sasaran Strategis (SS) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dengan 14 (empat belas) Indikator Kinerja Utama (IKU) dimana 6 (enam) IKU merupakan

cascading dari IKU Kemenkeu-One tahun 2018 dengan capaian sebagai berikut.

No. Sasaran Strategis Idikator Kinerja Target Realisasi Indeks

1 Organisasi sehat yang berkinerja tinggi Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi 100% 115.05% 115.05 2 Pelayanan publik yang prima Indeks kepuasan publik atas layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan 4.18 (skala 5) 4.53 (skala 5) 108.37 3 Penguatan pengelolaan SDM berbasis merit Persentase penyelesaian pembentukan jabatan fungsional 100% 120% 120 4 Persentase penyelesaian penggunaan jabatan fungsional 100% 100% 100

5 Organisasi yang fit

for purpose Tingkat pemenuhan kriteria Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi 100 128.67 120 6 Pengelolaan anggaran yang berkualitas Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 95.11 100.12

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 15

Selain 6 (enam) IKU yang merupakan cascading dari Kemenkeu-One sebagaimana tabel di atas, terdapat 8 (delapan) IKU lain yang merupakan bagian dari kontrak kinerja dalam Peta Strategi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2018.

No. Sasaran

Strategis Idikator Kinerja Target Realisasi Indeks

1 Pengelolaan organisasi yang berkualitas Persentase penyelesaian penataan organisasi Kementerian Keuangan 100% 120% 120 2 Persentase penyelesaian simplifikasi alat ukur survei kesehatan organissi Kementerian Keuangan 100% 120% 120 3 Pengelolaan proses bisnis yang berkualitas Persentase penyelesaian SOP unit Eselon I bernotasi BPMN 100% 100% 100 4 Tingkat penyelesaian Business Process Cooperation View level strategis Kementerian Keuangan 100% 100% 100 5 Penguatan pengelolaan SDM berbasis merit Persentase penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan 100% 100% 100 6 SDM yang kompetitif Persentase pengembangan kompetensi pegawai 85% 100% 117.65 7 Organisasi yang fit for

purpose Persentase penyusunan dokumen comprehensive business process 100% 100% 100

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 16

No. Strategis Sasaran Idikator Kinerja Target Realisasi Indeks

8 Otomasi layanan korporat (e-PRIME) Tingkat pengembangan aplikasi e-PRIME tahap IV 100% 103.67% 103.67

Adapun penjelasan capaian 14 IKU di atas, sebagai berikut.

1a-CP Tingkat Pemenuhan Unit Kerja Terhadap Kriteria Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi

Target 100%

Realisasi 115.05%

Sejalan dengan semangat dan visi Kabinet Kerja 2015-2019 serta program revolusi mental dalam pemberantasan korupsi, berbagai program terkait dengan peningkatan kualitas aparatur sipil negara yang digariskan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN dan RB) dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, transparan, dan akuntabel telah dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan secara proaktif. Pelaksanaan program-program tersebut antara lain ditujukan agar keuangan dan kekayaan negara dapat didayagunakan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

Salah satu program penting Kementerian Keuangan dalam melakukan usaha pencegahan dan pemberantasan korupsi, adalah dengan membangun Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (ZI-WBK) yang telah dicanangkan sejak tahun 2012 sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 52 Tahun 2014. Program pembangunan unit kerja berpredikat ZI-WBK di lingkungan Kementerian Keuangan merupakan upaya untuk mewujudkan pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang bersih dari praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Syarat untuk ditetapkan menjadi berpredikat WBK, unit kerja harus memperoleh nilai total (pengungkit dan hasil) minimal 75 (tujuh puluh lima) dan memiliki nilai komponen hasil “terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN” minimal 18, dengan nilai sub komponen Survei Persepsi Korupsi minimal 13,5 dan sub komponen persentasi TLHP minimal 3,5.

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 17

Pada tahun 2018, sebanyak 99 (sembilan puluh sembilan) unit kerja telah diusulkan oleh Unit Eselon I untuk mendapatkan predikat WBK. Biro Organta selaku Tim Pembangun Integritas melakukan pembinaan terhadap unit-unit kerja tersebut yang berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal selaku TPK.

Setelah melalui proses penilaian oleh TPK, dari 99 unit kerja yang diajukan, 90 unit kerja berhasil memenuhi syarat untuk mendapatkan predikat WBK sesuai dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 52 Tahun 2014 sehingga target unit kerja berpredikat WBK pada tahun 2018 dapat terealisasi 90 unit kerja dari target 51 unit kerja.

Tabel 1. Perbandingan Target dan Realisasi WBK 2015-2018

2a-CP Indeks Kepuasan Publik Atas Layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Target 4,18 (skala 5) Realisasi 4,53 (skala 5)

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sebagai bagian dari Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan senantiasa meningkatkan kualitas layanan kepada pengguna layanan. Peningkatan kualitas dimaksud dilakukan melalui beberapa

2 3 9 51 4 7 21 90 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Th 2015 Th 2016 Th 2017 Th 2018 Target Realisasi

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 18

terobosan inovatif dan penetapan standar-standar pelayanan yang terukur. Guna mengukur sejauh mana kualitas pelayanan yang telah diberikan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan kepada pengguna layanan dan untuk mendapatkan informasi yang obyektif dan komprehensif terhadap kinerja layanan, perlu dilakukan pengukuran tingkat kepuasan publik atas layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan berdasarkan indikator-indikator spesifik yang ditetapkan melalui Survei Kepuasan Pengguna Layanan. IKU ini diukur berdasarkan survei terhadap layanan Penerbitan Rekomendasi Standar Operasional Prosedur yang diusulkan unit organisasiEselon I di lingkungan Kementerian Keuangan.

Survei Kepuasan Pengguna Layanan Kementerian Keuangan (SKPL Kemenkeu) merupakan bagian dari agenda program Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan senantiasa dituntut untuk selalu memperbaiki kualitas pelayanan secara terus menerus (continuous improvement) kepada pengguna layanan maupun pihak-pihak terkait lainnya (stakeholders).

Ruang lingkup SKPL dari 2 (dua) variabel pengukuran yaitu kepentingan dan kepuasan, kemudian diterjemahkan dalam 11 (sebelas) aspek layanan sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik meliputi: (a) keterbukaan/kemudahan akses informasi, (b) informasi layanan, (c) kesesuaian

prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan, (d) sikap pegawai, (e) kemampuan dan keterampilan pegawai, (f) lingkungan pendukung, (g) akses terhadap kantor layanan, (h) waktu penyelesaian layanan, (i) pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang ditetapkan, (j) pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan layanan, dan (k) keamanan lingkungan dan layanan.

Berdasarkan target IKU yang ditetapkan oleh Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2018 ditetapkan sejumlah 4,18. Adapun realisasi yang diperoleh berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, untuk tahun 2018 dapat tercapai sebesar 4,53 atau sebesar 108.37% dari target.

Tabel 2. Realisasi Aspek Layanan yang disurvei

Aspek Layanan Indeks

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 19

Aspek Layanan Indeks

Informasi Layanan (Persyaratan, Prosedur, dll.) 4,48 Kesesuaian Prosedur dengan Ketentuan 4,48

Sikap Pegawai 4,71

Kemampuan dan Keterampilan Pegawai 4,59

Lingkungan Pendukung 4,47

Akses terhadap Layanan 4,68

Waktu Penyelesaian Layanan 4,26

Pembayaran Biaya Sesuai Ketentuan NA**

Pengenaan Sanksi/Denda Atas Pelanggaran NA**

Keamanan Lingkungan dan Layanan 4,60

INDEKS 4,53

**NA=not available atau tidak ada

Warna biru mengindikasikan bahwa indeks ≥ batas kritis (4,00) namun masih di bawah indeks kepuasan agregat Kemenkeu (4,43)

Warna hijau mengindikasikan bahwa indeks ≥ indeks kepuasan agregat Kemenkeu (4,43) namun < indeks kepuasan agregat Setjen (4,54)

Warna hitam mengindikasikan bahwa indeks ≥ indeks kepuasan agregat Kemenkeu (4,43) dan Setjen (4,54)

Apabila dibandingkan dengan tahun 2017, capaian IKU Kepuasan Pengguna Layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan mengalami peningkatan 0.28 poin. Tren capaian indeks kepuasan pengguna layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sejak tahun 2013 dapat dilihat dalam grafik berikut.

Gambar 5. Perbandingan Target dan Realisasi Hasil Survei Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan 2013-2018 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Realisasi 3.85 4.17 4.10 4.16 4.25 4.53 Target 0 4.00 4.10 4.09 4.14 4.18 3 3.5 4 4.5 5 Realisasi

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 20

Sampai dengan tahun 2019, telah disusun rencana target indeks yang ditargetkan untuk dicapai oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan yaitu sebesar 4.22.

Peningkatan target kepuasan pelanggan secara tidak langsung juga dalam rangka memperbaiki kekurangan-kekurangan yang masih ada di dalam pelayanan yang dikelola oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan. Sehingga layanan yang dikelola oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan kedepan akan lebih memuaskan pengguna layanan.

Dalam pelaksanaannya, Unit-Unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang memiliki karakteristik perkembangan organisasi dan layanan yang cukup dinamis, menginginkan percepatan waktu layanan. Hal ini berimplikasi pada target indeks kepuasan layanan SOP berpotensi tidak tercapai. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal sebagai berikut.

1. Standar waktu layanan SOP adalah 40 hari. 2. Belum ada dukungan dari segi aplikasi.

3. Proses editing/perbaikan di unit pengusul belum ada standar waktu.

Sehubungan dengan hal tersebut, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah melakukan evaluasi SOP Penerbitan Rekomendasi SOP dan mulai mengembangkan aplikasi penyusunan SOP. Selain itu, telah disusun pula beberapa rencana aksi untuk kedepannya yaitu perbaikan SOP dan layanan penerbitan rekomendasi SOP dari unit-unit organisasi di lingkungan Kemenkeu.

3a-N Persentase Penyelesaian Penataan Organisasi Kementerian Keuangan

Target 100%

Realisasi 120%

Perubahan organisasi dilakukan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal dalam rangka menciptakan suatu struktur dan budaya organisasi yang mampu merefleksikan dan mentransformasikan tugas dan fungsi. Penataan organisasi bertujuan untuk mewujudkan organisasi yang efektif, efisien, dan fit for purpose dan memenuhi perkembangan kebutuhan dan tuntutan stakeholder, serta sesuai dengan amanat Keputusan Menteri Keuangan Nomor (KMK) Nomor 36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan dan KMK Nomor 974/KMK.01/2016 tentang Implementasi

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 21

Inisiatif Strategis Program RBTK Kementerian Keuangan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan KMK Nomor 59/KMK.01/2018.

Target Persentase Penyelesaian Penataan Organisasi Kementerian Keuangan tahun 2018 adalah 100% dari 3 Penataan Organisasi, dan realisasi kinerja penyelesaian penataan organisasi Kementerian Keuangan Tahun 2018 tercapai melebihi yang ditargetkan dengan capaian sebesar 120% (4 proses penataan organisasi) dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Penataan Organisasi Balai Laboratorium Bea dan Cukai (BLBC)

Penataan Organisasi BLBC memiliki tujuan untuk mewujudkan standardisasi nasional yang mencakup standar, pengujian, dan mutu untuk meningkatkan perlindungan konsumen, pelaku usaha, masyarakat lain, dan lingkungan hidup, mewujudkan kelancaran perdagangan, serta mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.

Usulan penataan organisasi BLBC telah disampaikan kepada Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-95/MK.01/2018 tanggal 13 April 2018 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-RB Nomor B/380/M.KT.01/2018 tanggal 22 Mei 2018, serta selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 84/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja BLBC tanggal 22 Mei 2018. Secara garis besar, penataan organisasi BLBC meliputi perubahan nomenklatur dari Balai Pengujian dan Identifikasi Barang (BPIB) menjadi BLBC, penyesuaian tipologi, penajaman tugas dan fungsi, penambahan struktur organisasi setingkat eselon IV pada masing-masing BPIB Tipe B, serta penambahan unit organisasi non struktural.

2. Penataan Organisasi Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan (Setkomwasjak)

Latar belakang penataan organisasi Setkomwasjak diantaranya adalah tuntutan stakeholders untuk meningkatkan kualitas usulan saran/rekomendasi dan senantiasa update, penambahan ruang lingkup pengawasan Komite Pengawas Perpajakan (Komwasjak), semula hanya pada instansi administrasi perpajakan ditambahkan pula pada instansi perumusan kebijakan perpajakan, serta penambahan kewenangan Komwasjak untuk melaksanakan mediasi, edukasi, dan monev pada instansi perumusan kebijakan perpajakan.

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 22

Usulan penataan organisasi Setkomwasjak telah disampaikan kepada Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-95/MK.01/2018 tanggal 13 April 2018 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-PAN-RB Nomor B/405/M.KT.01/2018 tanggal 6 Juni 2018, serta selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 117/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setkomwasjak tanggal 13 September 2018. Secara garis besar, penataan organisasi Setkomwasjak meliputi penguatan fungsi pengawasan perpajakan dan fungsi edukasi, mediasi, monitoring dan evaluasi, penguatan-penguatan tersebut dilakukan dengan tidak menambah jabatan struktural.

3. Penataan Organisasi Sekretariat Pengadilan Pajak (Set PP)

Penataan organisasi Set PP dilaksanakan dalam rangka menyempurnakan

clustering fungsi dalam tahapan proses bisnis penyelesaian sengketa pajak guna

meningkatkan efesiensi dan efektifitas pelaksanaan proses bisnis, memenuhi tuntutan dan ekspektasi stakeholder untuk memberikan layanan yang cepat dan berkualitas, serta sebagai tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan evaluasi atas layanan peninjauan kembali putusan Pengadilan Pajak.

Usulan penataan organisasi Set PP telah disampaikan kepada Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-95/MK.01/2018 tanggal 13 April 2018 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-RB Nomor B/405/M.KT.01/2018 tanggal 6 Juni 2018, serta selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 122/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Set PP tanggal 21 September 2018. Secara garis besar, penataan organisasi Set PP meliputi penguatan fungsi pengelolaan persidangan dan manajemen kinerja dan kepatuhan internal, administrasi peninjauan kembali, dan pendokumentasian putusan dan yurisprudensi, serta penguatan fungsi pengelolaan organisasi, tata usaha dan layanan pimpinan, penguatan-penguatan tersebut dilakukan dengan tidak menambah jabatan struktural.

4. Penataan Organisasi Lembaga National Single Window (LNSW)

Penetapan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2018 tentang Indonesia National Single Window menjadi salah satu dasar penataan organisasi Pengelola Portal Indonesia National Single Window (PP INSW). Selain penetapan perpres tersebut, terdapat penambahan mandat pada PP INSW, diantaranya adalah:

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 23

a. perumusan dan pelaksanaan pedoman dalam rangka Pengelolaan INSW dan Penyelenggaraan SINSW;

b. penyediaan fasilitas untuk penyampaian, pencantuman, dan penghapusan ketentuan tata niaga post border pada SINSW;

c. pelaksanaan komunikasi, koordinasi, dan kerja sama di bidang sistem National Single Window dalam forum nasional dan internasional.

Usulan penataan organisasi PP INSW telah disampaikan kepada Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-236/MK.01/2018 tanggal 27 Septembar 2018 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-RB Nomor B/812/M.KT.01/2018 tanggal 31 Oktober 2018, serta selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 180/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja LNSW tanggal 31 Desember 2018. Secara garis besar, penataan organisasi LNSW meliputi perubahan nomenklatur dari PP INSW menjadi LNSW, penguatan tugas dan fungsi, serta penambahan 3 unit layer eselon IV.

3b-N Persentase Penyelesaian Simplifikasi Alat Ukur Survei Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan

Target 100%

Realisasi 120%

Survei kesehatan organisasi merupakan salah satu alat ukur yang objektif untuk mengetahui praktik-praktik kesehatan organisasi yang telah diterapkan di Kementerian Keuangan. Hasil dari survei tersebut akan menjadi bahan masukan bagi penyusunan kebijakan-kebijakan Kementerian Keuangan di bidang organisasi dan sumber daya manusia. Dalam rangka meningkatkan kualitas alat ukur dan pemahaman serta kemudahan responden dalam mengisi survei dimaksud, maka perlu dilakukan proses simplifikasi terhadap alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan.

Target simplifikasi alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan Tahun 2018 adalah 100% dan realisasi penyelenggaraan kegiatan dimaksud tercapai melebihi target dengan capaian sebesar 120%. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mendukung tercapainya penyusunan simplifikasi alat ukur kesehatan organisasi Kementerian Keuangan tahun 2018 adalah sebagai berikut.

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 24

1. Evaluasi dan pengumpulan bahan masukan penyempurnaan butir-butir alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan.

Pengumpulan bahan masukan diawali dengan evaluasi terhadap pelaksanaan penilaian kesehatan organisasi tahun 2017, hasil evaluasi tersebut ditindaklanjuti melalui studi literatur, analisis kuantitatif, dan pembahasan bersama tenaga ahli. 2. Penyusunan draft penyempurnaan butir-butir alat ukur kesehatan organisasi

Kementerian Keuangan.

Dalam kegiatan ini, dilakukan penyempurnaan dan simplifikasi terhadap 53 butir pernyataan praktik kesehatan organisasi, yang dilakukan berdasarkan hasil analisis bahan masukan yang diperoleh melalui studi literatur, analisis kuantitatif, dan masukan tenaga ahli.

3. Uji coba kuesioner tahap pertama di lingkungan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan.

Hasil uji coba tersebut mengindikasikan perlunya penyempurnaan lebih lanjut karena terdapat sebagian butir alat ukur yang tidak memenuhi kriteria validitas secara statistik.

4. Penyempurnaan alat ukur dan uji coba tahap ke dua di 6 (enam) kota.

Hasil penyempurnaan butir kuesioner pada uji coba tahap pertama kemudian diujicobakan kembali di 6 (enam) kota, yaitu Jakarta, Medan, Semarang, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar dengan total responden sebanyak 219 orang. Hasil uji coba mengindikasikan bahwa 37 butir pernyataan yang disusun telah layak untuk mengukur konstruk kesehatan organisasi karena secara statistik memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.

5. Permintaan pendapat tenaga ahli di bidang ilmu manajemen dan psikologi (content validity analysis) di empat universitas, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga.

Content validity analysis menghasilkan masukan secara kualitatif mengenai

relevansi butir-butir kuesioner di dalam mengukur konstruk kesehatan organisasi. Kegiatan ini menghasilkan pula masukan mengenai kejelasan bahasa yang digunakan pada butir kuesioner dan metode pengukuran secara umum.

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 25

6. Uji coba kuesioner tahap ketiga di lingkungan kantor pusat Kementerian Keuangan dan finalisasi kuesioner.

Hasil pengujian tahap ketiga dilakukan untuk menguji butir pernyataan final yang telah disempurnakan berdasarkan hasil uji coba dan pernyataan pendapat ahli. Pada tahap ini total responden yang berpartisipasi sebanyak 114 orang pegawai dan menghasilkan kesimpulan bahwa seluruh item alat ukur telah memiliki reliabilitas dan validitas yang baik secara statistik.

Proses simplifikasi alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan berhasil menyederhanakan 53 item pernyataan praktik kesehatan organisasi menjadi 37 item pernyataan, ditambah 10 pernyataan untuk mengukur tingkat kepentingan setiap indikator, dan 2 pernyataan social desirability bias untuk mengukur validitas jawaban responden.

Tercapainya target simplifikasi alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan tahun 2018 didukung oleh tingkat partisipasi responden dalam uji coba alat ukur baik di lingkungan kantor pusat maupun kantor vertikal di lingkungan Kementerian Keuangan, terpenuhinya kriteria hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur yang dihasilkan dalam proses simplifikasi, serta terpenuhinya validasi konten alat ukur (content validity analysis) dan usulan penyempurnaan format survei oleh 12 (dua belas) pakar manajemen dan psikologi di 4 (empat) universitas.

Hasil Penyusunan simplifikasi alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan tersebut telah dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal dengan ND-951/SJ.2/2018 tanggal 21 Desember 2018 perihal “Penyampaian

Laporan Penyempurnaan Metode Penilaian Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan”.

4a-N Persentase Penyelesaian SOP unit Eselon I Bernotasi BPMN

Target 100%

Realisasi 100%

Dalam hal pelaksanaan tugas umum pemerintahan di bidang pengelolaan keuangan dan kekayaan negara, diperlukan adanya SOP sebagai pedoman/petunjuk bagi para aparatur (pejabat/pegawai) dalam melaksanakan tugas dan fungsi guna dapat mengetahui/memahami akan suatu prosedur dan mekanisme

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 26

pelayanan. Dengan demikian, dapat dihindarkan adanya tumpang tindih, kesalahan prosedur melaksanakan tugas, dan kejelasan tanggung jawab, serta memberikan informasi yang diperlukan dalam menyusun standar pelayanan sehingga dapat menciptakan/menghasilkan efisiensi dan efektivitas kinerja organisasi dalam mencapai tujuannya.

Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2015 tentang Pedoman Penyusunan Proses Bisnis, Kerangka Pengambilan Keputusan, Dan Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Kementerian Keuangan, seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan diwajibkan menyusun dan menyesuaikan naskah SOP dengan berpedoman pada ketentuan PMK tersebut, yakni dengan mencantumkan matriks RASCI. Matriks RASCI merupakan tabel berisi representasi visual dari peran masing-masing individu atau para pemangku kegiatan di dalam proses kegiatan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang memegang peran

Responsible, Approval, Support, Consult, dan Informed. Berdasarkan surat edaran

Menteri Keuangan nomor SE-27/MK.1/2016 tentang Panduan Penyusunan Peta Proses Bisnis Di Lingkungan Kementerian Keuangan dan surat Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Nomor S-12/SJ.2/2018 tanggal 18 Januari 2018 hal Penyeragaman SOP Unit Eselon I dalam Notasi BPMN, pada tahun 2018 seluruh Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan diharapkan telah menyusun SOP dalam notasi BPMN guna mendukung penyusunan Enterprise

Architecture Kementerian Keuangan.

Secara garis besar, terdapat 4 (empat) proses yang dilakukan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dalam melaksanakan reviu SOP, antara lain:

1. Reviu/ penelitian awal 2. Pembahasan draft SOP

3. Pemeriksaan ulang dan/ atau perbaikan minor

4. Penerbitan persetujuan/rekomendasi tertulis Sekretaris Jenderal.

Periode capaian penyelesaian usulan SOP diberlakukan untuk setiap pengusulan SOP terbagi kedalam 2 periode, yaitu:

1. periode pengusulan I bulan Mei, dengan rekomendasi yang diterbitkan selama Semester I sebanyak 11 rekomendasi; dan

2. periode pengusulan II bulan November, dengan rekomendasi yang diterbitkan selama Semester II sebanyak 11 rekomendasi.

AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Kinerja

|

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 27

4b-N Tingkat Penyelesaian Business Process Cooperation View level Strategis Kementerian Keuangan

Target 100%

Realisasi 100%

Business Architecture, merupakan salah satu referensi utama dalam analisis

pembangunan dan implementasi Enterprise Architecture (EA) secara keseluruhan. EA adalah suatu metode perencanaan strategis organisasi untuk mencapai tujuan organisasi Kementerian Keuangan secara lebih efektif dan efisien dengan mendefinisikan, memetakan, menyelaraskan, dan mengintegrasikan domain yang terdiri atas domain bisnis, data, aplikasi, dan teknologi. Lebih lanjut, keempat domain tersebut digambarkan dalam bentuk arsitektur sebagai alat analisis penyempurnaan berkelanjutan pada seluruh aspek dalam organisasi Kementerian Keuangan. Berikut adalah penjelasan singkat atas keempat domain utama yang menjadi komponen EA, yaitu:

1. Business Architecture, menggambarkan strategi, maksud, fungsi, proses,

informasi dan aset bisnis yang penting untuk memberikan layanan bagi masyarakat, bisnis, pemerintah, dan sebagainya.

2. Data Architecture, menyediakan struktur untuk mendokumentasikan rincian

informasi yang penting untuk organisasi termasuk dasar dan target konsep dan dasar untuk target logik dan fisik.

3. Application Architecture, berisi portofolio aplikasi-aplikasi bisnis.

4. Technology Architecture, menyediakan sekumpulan proses dan struktur yang

mendukung penerapan dan penyampaian arsitektur teknologi.

Pembangunan Business Architecture dilaksanakan pula dalam rangka implementasi Perpres No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), yaitu domain arsitektur SPBE mendeskripsikan substansi arsitektur yang memuat:

1. domain arsitektur Proses Bisnis; 2. domain arsitektur data dan informasi; 3. domain arsitektur Infrastruktur SPBE; 4. domain arsitektur Aplikasi SPBE;

5. domain arsitektur Keamanan SPBE; dan

Dokumen terkait