LAPORAN KINERJA
Tahun 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERALOrganisasi Andal, Kinerja Optimal
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan, paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir, setiap Pimpinan Kementerian/LPNK sampai satuan kerja atau unit kerja di dalamnya wajib membuat Laporan Kinerja secara berjenjang serta berkala dan disampaikan kepada Pimpinan masing-masing.
Penyusunan Laporan Kinerja ini yakni untuk memberikan informasi yang jelas sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban atas capaian kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan. Adapun lingkup kinerja dalam laporan ini merupakan bagian dari tugas dan fungsi sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 212/PMK.01/2017 tanggal 29 Desember 2017. Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2018 juga memuat capaian kinerja yang ditetapkan dalam kontrak kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2018 dalam kaitan implementasi Rencana Strategis level unit Eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal.
Demikian laporan kinerja ini disusun, kiranya dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
evaluasi pimpinan terhadap kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan guna perbaikan kinerja periode berikutnya.
Jakarta, Februari 2019
Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan,
DAFTAR ISI
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 iiKata Pengantar ... i
Ikhtisar Eksekutif ... iii
A. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Stakeholder ... iii
B. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Customer ... iv
C. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Internal Process ... iv
D. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Learning and Growth ... vii
BAB I Pendahuluan ... 1
A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi ... 2
B. Peran Strategis ... 5
C. Sistematika Laporan ... 6
BAB II Perencanaan Kinerja ... 7
A. Perencanaan Strategis ... 8
B. Perjanjian Kinerja ... 10
BAB III Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan ... 13
A. Capaian Indikator Kinerja Utama ... 14
B. Capaian Kinerja Lainnya ... 43
C. Realisasi Anggaran ... 47
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 iii Agar kegiatan dan kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dapat tercapai sesuai dengan sasaran dan tujuan organisasi, diperlukan arah sebaimana tergambar dalam visi dan misi dan rencana kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam rencana strategis Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan. Visi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah ditetapkan, yaitu “Terwujudnya Organisasi Kementerian Keuangan Sehat Yang Berkinerja Tinggi”.Untuk mewujudkan visi tersebut, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan menetapkan misi sebagai berikut.
1. Membangun kelembagaan yang efisien, efektif, dan akuntabel. 2. Mengembangkan jabatan fungsional yang tepat.
3. Mewujudkan tata kelola dan tata laksana yang baik.
Dalam peta strategi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan ditetapkan 4 (empat) perspektif, yaitu: stakeholders perspective, customer perspective, internal process,
learning and growth perspective yang kemudian diuraikan ke dalam 9 (sembilan)
Sasaran Strategis (SS) dengan 14 (empat belas belas) IKU. Capaian masing-masing IKU sebagai berikut.
A. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Stakeholder
1a-CP Tingkat Pemenuhan Unit Kerja Terhadap Kriteria Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi
Target 100%
Realisasi 115.05%
euangan
Telah ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 672/KMK.01/2018 tentang Penetapan Unit Kerja Berpredikat Wilayah Bebas Dari Korupsi (WBK) Di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2018 untuk 90 unit kerja. Sedangkan penganugerahan penghargaan terhadap unit kerja berpredikat ZI WBK/WBBM oleh Tim Penilai Nasional telah diserahkan pada tanggal 10 Desember 2018.
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 ivB. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Customer
2a-CP Indeks Kepuasan Publik Atas Layanan Biro Organisasi Dan Ketatalaksanaan Target 4,18 (skala 5) Realisasi 4,53 (skala 5)
Berdasarkan data Laporan Survei Kepuasan Pengguna Layanan tahun 2018, nilai indeks kepuasan publik atas layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan adalah 4,53. Aspek yang masih perlu di tingkatkan dari layanan penyelesaian SOP yaitu pada aspek Waktu Penyelesaian Layanan, meliputi indikator:
1. Kepastian jadwal waktu pelayanan 2. Ketepatan standar waktu layanan
3. Monitoring proses/tahapan penyelesaian layanan
C. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Internal Process
3a-N Persentase Penyelesaian Penataan Organisasi Kementerian Keuangan
Target 100%
Realisasi 120%
Terdapat 4 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) mengenai organisasi dan tata kerja yang telah ditetapkan dan ditandantangani oleh Menteri Keuangan, yaitu :
1. PMK No 117 Th 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan tanggal 13 September 2018.
2. PMK No 122 Th 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Pengadilan Pajak tanggal 21 September 2018.
3. PMK No 84 Th 2018 tentang Balai Laboratorium Bea dan Cukai tanggal 2 Agustus 2018.
4. PMK mengenai Organisasi dan Tata Kerja Lembaga National Single Window telah ditandatangani pada tanggal 31 Desember 2018.
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 v Selain itu, terdapat beberapa progress penataan organisasi yaitu Rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan yang telah disampaikan kepada Kementerian Hukum dan HAM untuk dilakukan Harmonisasi.3b-N Persentase Penyelesaian Simplifikasi Alat Ukur Survei Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan
Target 100%
Realisasi 120%
Untuk menguji kualitas alat ukur survei MOFIN, secara kuantitatif telah dilakukan uji coba konsep alat ukur di Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, kantor pusat, dan instansi vertikal unit eselon I. Sedangkan secara secara kualitatif telah dilakukan Content Validity Analysis (CVA) di beberapa universitas yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, dan Universitas Airlangga sebagai bentuk opini validitas alat ukur oleh akademisi. Hasil uji coba dan CVA telah dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal melalui ND-951/SJ.2/2018 tanggal 21 Desember 2018.
4a-N Persentase Penyelesaian SOP unit Eselon I Bernotasi BPMN
Target 100%
Realisasi 100%
Penyelesaian SOP unit Eselon I dilakukan melalui proses yang komprehensif diantaranya sharing knowledge dan diskusi terkait metode penggambaran SOP dengan notasi BPMN dan pemberian rekomendasi SOP terhadap usulan SOP yang telah disampaikan kepada Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan.
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 vi4b-N Tingkat Penyelesaian Business Process Cooperation View level Strategis Kementerian Keuangan
Target 100%
Realisasi 100%
Finalisasi peta Proses Bisnis Kementerian Keuangan Level 0 dengan seluruh unit Eselon I telah dilakukan pada tanggal 23 Juli 2018. Adapun Peta Proses Bisnis Kementerian Keuangan telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 625/KMK.01/2018 pada tanggal 25 September 2018.
5a-CP Persentase Penyelesaian Pembentukan Jabatan Fungsional
Target 100%
Realisasi 120%
Pembentukan jabatan fungsional pada tahun 2018 telah dilakukan melalui serangkaian tahapan, diantaranya a) persetujuan prinsip dari Kementerian PAN dan RB; b) pembahasan matriks butir kegiatan bersama Badan Kepegawaian Negara dan Kementerian PAN dan RB; c) pelaksanaan uji petik dan pengolahan data beban kerja dan norma waktu; dan d) penyusunan serta penetapan 4 Peraturan Menteri PAN dan RB. Pada tahun 2018, jabatan fungsional yang dibentuk sebanyak 4 (empat) Jabatan Fungsional di bidang perbendaharaan yang ditetapkan dalam 4 Peraturan Menteri PAN dan RB, yaitu:
1. Jabatan Fungsional Analis Pengelolaan Keuangan APBN; 2. Jabatan Fungsional Pranata Keuangan APBN;
3. Jabatan Fungsional Pembina Teknis Perbendaharaan Negara; dan 4. Jabatan Fungsional Analis Perbendaharaan Negara.
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 vii5b-CP Persentase Penyelesaian Penggunaan Jabatan Fungsional
Target 100%
Realisasi 100%
Penggunaan Jabatan Fungsional merupakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam rangka penggunaan Jabatan Fungsional yang telah dibentuk oleh K/L lain untuk diimplementasikan di lingkungan Sekretariat
Jenderal/Kementerian Keuangan. Penggunaan Jabatan Fungsional di lingkungan Sekretariat Jenderal pada Tahun 2018 meliputi Jabatan
Fungsional Asessor SDM Aparatur dan Jabatan Fungsional Pustakawan.
5c-N Persentase Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan
Target 100%
Realisasi 100%
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam penyusunan dan penyesuaian kamus kompetensi teknis tahun 2018, meliputi:
1. Persiapan, melalui Kick off meeting dengan unit Eselon I dan Penunjukan
Subject Matter Expert (SME) pada masing-masing fungsi utama.
2. Identifikasi dan penyusunan kompetensi berdasarkan pendekatan RMCS. 3. Penyesuaian kamus kompetensi dari pendekatan RMCS ke RCL.
4. Koreksi dan perbaikan atas kompetensi, level, dan indikator perilaku.
5. Laporan penyusunan kamus kompetensi teknis disampaikan kepada
Sekretaris Jenderal melalui nota dinas nomor ND-952/SJ.2/2018 tanggal 21 Desember 2018.
D. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Learning and Growth
6a-N Persentase Pengembangan Kompetensi Pegawai
Target 85%
Realisasi 100%
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan secara aktif melaksanakan pengembangan kompetensi pegawai melalui IHT, pelatihan melalui BPPK maupun di luar BPPK, menjadi pengajar, menjadi narasumber, melakukan
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 viiibenchmark, dan menjadi Plh. Capaian IKU pemenuhan pengembangan
kompetensi sampai dengan Desember 2018 adalah sebesar 100% (87 dari 87 pegawai aktif yang memenuhi 20 jamlat)
7a-CP Tingkat pemenuhan kriteria Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
Target 100
Realisasi 128.67
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah menyampaikan Lembar Kerja
Evaluasi dan Dokumen pendukung kepada Biro Umum melalui ND-265/SJ.2/2018 tanggal 29 Maret 2018. Entry Meeting Penilaian ZI
WBK/WBBM oleh Tim Penilai Internal (UKI Setjen) dilakukan pada tanggal 20 April 2018, dengan hasil Entry Meeting menunjukkan nilai sementara
komponen pengungkit 53,47 (nilai maksimal 60). Sedangkan Exit Meeting Penilaian ZI WBK/WBBM oleh Tim Penilai Internal (UKI Setjen) dengan hasil komponen pengungkit 59,7 dan komponen hasil 17,66 sehingga total nilai mencapai 96,84. Adapun penilaian predikat dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal selaku Tim Penilai Kementerian dengan hasil 96,47.
7b-N Persentase Penyusunan Dokumen Comprehensive Business
Process
Target 100%
Realisasi 100%
Penyampaian perbaikan hasil reviu BPMN Proses Bisnis (As Is) level 3 Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahap II (45%) kepada Biro Umum melalui surat elektronik pada tanggal 12 Desember 2018 dengan total 46 SOP BPMN telah diselesaikan.
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 ix8a-N Tingkat Pengembangan Aplikasi e-PRIME tahap IV
Target 100%
Realisasi 103.67%
Proses penyelesaian aplikasi e-PRIME yang telah dilakukan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan meliputi:
a. Aplikasi QA b. Aplikasi ABK c. Aplikasi e-Jafung
9a-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran
Target 95%
Realisasi 95.11%
Realisasi anggaran Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan meliputi: a. Penyerapan anggaran atas Pagu sebesar Rp7.337.159.702,- dari total pagu
Rp10.120.786.000,-;
b. Capaian keluaran riil 100%;
c. Konsistensi Rencana Penarikan dana 46.42%; dan d. Efisiensi 110.89%.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi B. Peran Strategis
PENDAHULUAN
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan - 2018 2A.
Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 212/PMK.01/2017, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan penataan organisasi, tata laksana, dan jabatan fungsional pada semua satuan organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan.
Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan menyelenggarakan fungsi berikut.
a. Pembinaan, koordinasi, evaluasi dan monitoring organisasi, analisis jabatan, dan peningkatan kinerja organisai.
b. Pembinaan, koordinasi, evaluasi dan monitoring sistem dan prosedur kerja, sistem administrasi umum, tata laksana pelayanan publik, dan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja.
c. Pembinaan, koordinasi, evaluasi dan monitoring jabatan fungsional. d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
Adapun struktur organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersebut terdiri atas 5 (lima) unit Eselon III sebagai berikut.
a. Bagian Organisasi I. b. Bagian Organisasi II. c. Bagian Ketatalaksanaan I. d. Bagian Ketatalaksanaan II. e. Bagian Jabatan Fungsional.
PENDAHULUAN
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan - 2018 3Gambar 1. Struktur Organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 90 orang (per 31 Desember 2018), yang dapat dirinci sebagaimana data berikut.
PENDAHULUAN
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan - 2018 4Gambar 2. Jumlah SDM Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Berdasarkan Jabatan Th. 2018
Gambar 3. Jumlah SDM Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Berdasarkan Golongan Th. 2018
Kepala Bagian 5 Orang Kepala Biro 1 Orang Kepala Subbagian 16 Orang Pelaksana 68 Orang Golongan IV 48 Orang Golongan III 32 Orang Golongan II 10 Orang Golongan I 0 Orang
PENDAHULUAN
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan - 2018 5Gambar 4. Jumlah SDM Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Berdasarkan Pendidikan Th. 2018
B. Peran Strategis
Peran Strategis Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretaris Jenderal, sebagai berikut:
1. melaksanakan penelaahan, analisis, dan penyiapan pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring organisasi, analisis jabatan, dan peningkatan kinerja organisasi di semua satuan organisasi di lingkungan Kementerian;
2. melaksanakan penelaahan, analisis, dan penyiapan pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring sistem dan prosedur kerja, sistem administrasi umum,
tata laksana pelayanan publik, dan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja di semua satuan organisasi di lingkungan Kementerian; dan
3. melaksanakan penelaahan, analisis, dan penyiapan pembinaan, koordinasi,
evaluasi dan monitoring jabatan fungsional di seluruh satuan organisasi di lingkungan Kementerian. SMP 1 Orang S3 1 Orang D1 2 Orang SMA 8 Orang S2 17 Orang D3 21 Orang S1 40 Orang
PENDAHULUAN
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan - 2018 6C.
Sistematika Laporan
Untuk memudahkan dalam memahami isi laporan maka digunakan sistematika pelaporan sebagai berikut.
BAB I Pendahuluan
BAB II Perencanaan Kinerja BAB III Akuntabilitas Kinerja BAB IV Penutup
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Strategis B. Perjanjian Kinerja
PERENCANAAN KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 8A.
Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan dan organisasi. Untuk itu, perlu ditentukan terlebih dahulu visi yang ingin dicapai oleh instansi tersebut. Adapun visi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan untuk tahun 2018 yang telah ditetapkan dalam Peta Strategi Kemenkeu-Two tahun 2018 yaitu “Terwujudnya Organisasi Kementerian Keuangan Sehat Yang Berkinerja Tinggi”.
Untuk merealisasikan visi tersebut, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan mempunyai misi sebagai berikut.
1. Membangun kelembagaan yang efisien, efektif, dan akuntabel. 2. Mengembangkan jabatan fungsional yang tepat.
3. Mewujudkan tata kelola dan tata laksana yang baik.
Untuk itu, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan melaksanakan program sebagaimana yang telah ditetapkan pada tahun 2018, yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan. Program ini merupakan salah satu Program Sekretariat Jenderal yang tercantum dalam Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015 s.d. 2019.
Atas dasar Rencana Strategis tersebut disusun peta strategi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan yang didalamnya mengandung 4 (empat) perspektif, yaitu:
stakeholders perspective, customer perspective, internal process, learning and growth perspective yang kemudian diuraikan ke dalam 9 (sembilan) Sasaran
PERENCANAAN KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 9PERENCANAAN KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 10B.
Perjanjian Kinerja
Kewajiban penyusunan Perjanjian Kinerja tertuang dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Perjanjian kinerja di lingkungan Sekretariat Jenderal telah dilakukan dengan menggunakan metode Balanced
Scorecard (BSC). Metode BSC digunakan sebagai instrumen perencanaan kinerja
di lingkungan Sekretariat Jenderal yang dituangkan menjadi Sasaran Strategis. Sasaran Strategis (SS) adalah faktor utama yang merupakan suatu keberhasilan yang dapat diukur dengan Indikator Kinerja Utama/IKU dan membandingkan dengan targetnya. Untuk menjamin tercapainya sasaran dan target dimaksud secara optimal dan tepat waktu, visi dan misi Sekretariat Jenderal harus menjadi acuan sekaligus landasan penyusunan strategis.
Penerapan BSC dalam rangka menunjang Sasaran Strategis utama berdasarkan stakeholder perspective pada tahun 2018, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan menetapkan 14 Indikator Kinerja Utama (IKU).
SS-1 | Organisasi sehat yang berkinerja tinggi
Kode Indikator Satuan Target
1a-CP Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
Persentase 100%
SS-2 | Pelayanan Publik Yang Prima
Kode Indikator Satuan Target
2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Indeks (skala 5) 4,18
SS-3 | Pengelolaan Organisasi Yang Berkualitas
Kode Indikator Satuan Target
3a-N Persentase penyelesaian penataan organisasi Kementerian Keuangan Persentase 100% 3b-N Persentase penyelesaian simplifikasi alat ukur survei kesehatan organisasi
PERENCANAAN KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 11SS-4 | Pengelolaan Proses Bisnis Yang Berkualitas
Kode Indikator Satuan Target
4a-CP Persentase penyelesaian SOP unit Eselon I bernotasi BPMN Persentase 100% 4b-N
Tingkat penyelesaian Business Process
Cooperation View level strategis
Kementerian Keuangan Persentase 100%
SS-5 | Pengelolaan SDM Berbasis Merit
Kode Indikator Satuan Target
5a-CP Persentase penyelesaian pembentukan jabatan fungsional Persentase 100% 5b-CP Persentase penyelesaian penggunaan jabatan fungsional Persentase 100% 5c-N Persentase penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan Persentase 100%
SS-6 | SDM Yang Kompetitif
Kode Indikator Satuan Target
6a-N Persentase pengembangan kompetensi pegawai Persentase 85%
SS-7 | Organisasi Yang Fit For Purpose
Kode Indikator Satuan Target
7a-CP
Tingkat pemenuhan kriteria Zona Integritas
menuju Wilayah Bebas dari Korupsi Indeks 100
7b-N Persentase penyusunan dokumen comprehensive business process Persentase 100%
SS-8 | Otomasi Layanan Korporat (e-PRIME)
Kode Indikator Satuan Target
PERENCANAAN KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 12SS-9 | Pengelolaan Anggaran Yang Berkualitas
Kode Indikator Satuan Target
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Indikator Kinerja Utama B. Capaian Kinerja Lainnya
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 14A.
Capaian Indikator Kinerja Utama
Pada tahun 2018, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah menetapkan 9 (sembilan) Sasaran Strategis (SS) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dengan 14 (empat belas) Indikator Kinerja Utama (IKU) dimana 6 (enam) IKU merupakan
cascading dari IKU Kemenkeu-One tahun 2018 dengan capaian sebagai berikut.
No. Sasaran Strategis Idikator Kinerja Target Realisasi Indeks
1 Organisasi sehat yang berkinerja tinggi Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi 100% 115.05% 115.05 2 Pelayanan publik yang prima Indeks kepuasan publik atas layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan 4.18 (skala 5) 4.53 (skala 5) 108.37 3 Penguatan pengelolaan SDM berbasis merit Persentase penyelesaian pembentukan jabatan fungsional 100% 120% 120 4 Persentase penyelesaian penggunaan jabatan fungsional 100% 100% 100
5 Organisasi yang fit
for purpose Tingkat pemenuhan kriteria Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi 100 128.67 120 6 Pengelolaan anggaran yang berkualitas Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 95.11 100.12
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 15Selain 6 (enam) IKU yang merupakan cascading dari Kemenkeu-One sebagaimana tabel di atas, terdapat 8 (delapan) IKU lain yang merupakan bagian dari kontrak kinerja dalam Peta Strategi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2018.
No. Sasaran
Strategis Idikator Kinerja Target Realisasi Indeks
1 Pengelolaan organisasi yang berkualitas Persentase penyelesaian penataan organisasi Kementerian Keuangan 100% 120% 120 2 Persentase penyelesaian simplifikasi alat ukur survei kesehatan organissi Kementerian Keuangan 100% 120% 120 3 Pengelolaan proses bisnis yang berkualitas Persentase penyelesaian SOP unit Eselon I bernotasi BPMN 100% 100% 100 4 Tingkat penyelesaian Business Process Cooperation View level strategis Kementerian Keuangan 100% 100% 100 5 Penguatan pengelolaan SDM berbasis merit Persentase penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan 100% 100% 100 6 SDM yang kompetitif Persentase pengembangan kompetensi pegawai 85% 100% 117.65 7 Organisasi yang fit for
purpose Persentase penyusunan dokumen comprehensive business process 100% 100% 100
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 16No. Strategis Sasaran Idikator Kinerja Target Realisasi Indeks
8 Otomasi layanan korporat (e-PRIME) Tingkat pengembangan aplikasi e-PRIME tahap IV 100% 103.67% 103.67
Adapun penjelasan capaian 14 IKU di atas, sebagai berikut.
1a-CP Tingkat Pemenuhan Unit Kerja Terhadap Kriteria Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
Target 100%
Realisasi 115.05%
Sejalan dengan semangat dan visi Kabinet Kerja 2015-2019 serta program revolusi mental dalam pemberantasan korupsi, berbagai program terkait dengan peningkatan kualitas aparatur sipil negara yang digariskan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN dan RB) dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, transparan, dan akuntabel telah dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan secara proaktif. Pelaksanaan program-program tersebut antara lain ditujukan agar keuangan dan kekayaan negara dapat didayagunakan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Salah satu program penting Kementerian Keuangan dalam melakukan usaha pencegahan dan pemberantasan korupsi, adalah dengan membangun Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (ZI-WBK) yang telah dicanangkan sejak tahun 2012 sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 52 Tahun 2014. Program pembangunan unit kerja berpredikat ZI-WBK di lingkungan Kementerian Keuangan merupakan upaya untuk mewujudkan pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang bersih dari praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Syarat untuk ditetapkan menjadi berpredikat WBK, unit kerja harus memperoleh nilai total (pengungkit dan hasil) minimal 75 (tujuh puluh lima) dan memiliki nilai komponen hasil “terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN” minimal 18, dengan nilai sub komponen Survei Persepsi Korupsi minimal 13,5 dan sub komponen persentasi TLHP minimal 3,5.
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 17Pada tahun 2018, sebanyak 99 (sembilan puluh sembilan) unit kerja telah diusulkan oleh Unit Eselon I untuk mendapatkan predikat WBK. Biro Organta selaku Tim Pembangun Integritas melakukan pembinaan terhadap unit-unit kerja tersebut yang berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal selaku TPK.
Setelah melalui proses penilaian oleh TPK, dari 99 unit kerja yang diajukan, 90 unit kerja berhasil memenuhi syarat untuk mendapatkan predikat WBK sesuai dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 52 Tahun 2014 sehingga target unit kerja berpredikat WBK pada tahun 2018 dapat terealisasi 90 unit kerja dari target 51 unit kerja.
Tabel 1. Perbandingan Target dan Realisasi WBK 2015-2018
2a-CP Indeks Kepuasan Publik Atas Layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Target 4,18 (skala 5) Realisasi 4,53 (skala 5)
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sebagai bagian dari Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan senantiasa meningkatkan kualitas layanan kepada pengguna layanan. Peningkatan kualitas dimaksud dilakukan melalui beberapa
2 3 9 51 4 7 21 90 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Th 2015 Th 2016 Th 2017 Th 2018 Target Realisasi
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 18terobosan inovatif dan penetapan standar-standar pelayanan yang terukur. Guna mengukur sejauh mana kualitas pelayanan yang telah diberikan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan kepada pengguna layanan dan untuk mendapatkan informasi yang obyektif dan komprehensif terhadap kinerja layanan, perlu dilakukan pengukuran tingkat kepuasan publik atas layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan berdasarkan indikator-indikator spesifik yang ditetapkan melalui Survei Kepuasan Pengguna Layanan. IKU ini diukur berdasarkan survei terhadap layanan Penerbitan Rekomendasi Standar Operasional Prosedur yang diusulkan unit organisasiEselon I di lingkungan Kementerian Keuangan.
Survei Kepuasan Pengguna Layanan Kementerian Keuangan (SKPL Kemenkeu) merupakan bagian dari agenda program Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan senantiasa dituntut untuk selalu memperbaiki kualitas pelayanan secara terus menerus (continuous improvement) kepada pengguna layanan maupun pihak-pihak terkait lainnya (stakeholders).
Ruang lingkup SKPL dari 2 (dua) variabel pengukuran yaitu kepentingan dan kepuasan, kemudian diterjemahkan dalam 11 (sebelas) aspek layanan sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik meliputi: (a) keterbukaan/kemudahan akses informasi, (b) informasi layanan, (c) kesesuaian
prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan, (d) sikap pegawai, (e) kemampuan dan keterampilan pegawai, (f) lingkungan pendukung, (g) akses terhadap kantor layanan, (h) waktu penyelesaian layanan, (i) pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang ditetapkan, (j) pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan layanan, dan (k) keamanan lingkungan dan layanan.
Berdasarkan target IKU yang ditetapkan oleh Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2018 ditetapkan sejumlah 4,18. Adapun realisasi yang diperoleh berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, untuk tahun 2018 dapat tercapai sebesar 4,53 atau sebesar 108.37% dari target.
Tabel 2. Realisasi Aspek Layanan yang disurvei
Aspek Layanan Indeks
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 19Aspek Layanan Indeks
Informasi Layanan (Persyaratan, Prosedur, dll.) 4,48 Kesesuaian Prosedur dengan Ketentuan 4,48
Sikap Pegawai 4,71
Kemampuan dan Keterampilan Pegawai 4,59
Lingkungan Pendukung 4,47
Akses terhadap Layanan 4,68
Waktu Penyelesaian Layanan 4,26
Pembayaran Biaya Sesuai Ketentuan NA**
Pengenaan Sanksi/Denda Atas Pelanggaran NA**
Keamanan Lingkungan dan Layanan 4,60
INDEKS 4,53
**NA=not available atau tidak ada
Warna biru mengindikasikan bahwa indeks ≥ batas kritis (4,00) namun masih di bawah indeks kepuasan agregat
Kemenkeu (4,43)
Warna hijau mengindikasikan bahwa indeks ≥ indeks kepuasan agregat Kemenkeu (4,43) namun < indeks kepuasan agregat Setjen (4,54)
Warna hitam mengindikasikan bahwa indeks ≥ indeks kepuasan agregat Kemenkeu (4,43) dan Setjen (4,54)
Apabila dibandingkan dengan tahun 2017, capaian IKU Kepuasan Pengguna Layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan mengalami peningkatan 0.28 poin. Tren capaian indeks kepuasan pengguna layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sejak tahun 2013 dapat dilihat dalam grafik berikut.
Gambar 5. Perbandingan Target dan Realisasi Hasil Survei Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan 2013-2018 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Realisasi 3.85 4.17 4.10 4.16 4.25 4.53 Target 0 4.00 4.10 4.09 4.14 4.18 3 3.5 4 4.5 5 Realisasi
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 20Sampai dengan tahun 2019, telah disusun rencana target indeks yang ditargetkan untuk dicapai oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan yaitu sebesar 4.22.
Peningkatan target kepuasan pelanggan secara tidak langsung juga dalam rangka memperbaiki kekurangan-kekurangan yang masih ada di dalam pelayanan yang dikelola oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan. Sehingga layanan yang dikelola oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan kedepan akan lebih memuaskan pengguna layanan.
Dalam pelaksanaannya, Unit-Unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang memiliki karakteristik perkembangan organisasi dan layanan yang cukup dinamis, menginginkan percepatan waktu layanan. Hal ini berimplikasi pada target indeks kepuasan layanan SOP berpotensi tidak tercapai. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal sebagai berikut.
1. Standar waktu layanan SOP adalah 40 hari. 2. Belum ada dukungan dari segi aplikasi.
3. Proses editing/perbaikan di unit pengusul belum ada standar waktu.
Sehubungan dengan hal tersebut, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah melakukan evaluasi SOP Penerbitan Rekomendasi SOP dan mulai mengembangkan aplikasi penyusunan SOP. Selain itu, telah disusun pula beberapa rencana aksi untuk kedepannya yaitu perbaikan SOP dan layanan penerbitan rekomendasi SOP dari unit-unit organisasi di lingkungan Kemenkeu.
3a-N Persentase Penyelesaian Penataan Organisasi Kementerian Keuangan
Target 100%
Realisasi 120%
Perubahan organisasi dilakukan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal dalam rangka menciptakan suatu struktur dan budaya organisasi yang mampu merefleksikan dan mentransformasikan tugas dan fungsi. Penataan organisasi bertujuan untuk mewujudkan organisasi yang efektif, efisien, dan fit for purpose dan memenuhi perkembangan kebutuhan dan tuntutan stakeholder, serta sesuai dengan amanat Keputusan Menteri Keuangan Nomor (KMK) Nomor 36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan dan KMK Nomor 974/KMK.01/2016 tentang Implementasi
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 21Inisiatif Strategis Program RBTK Kementerian Keuangan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan KMK Nomor 59/KMK.01/2018.
Target Persentase Penyelesaian Penataan Organisasi Kementerian Keuangan tahun 2018 adalah 100% dari 3 Penataan Organisasi, dan realisasi kinerja penyelesaian penataan organisasi Kementerian Keuangan Tahun 2018 tercapai melebihi yang ditargetkan dengan capaian sebesar 120% (4 proses penataan organisasi) dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Penataan Organisasi Balai Laboratorium Bea dan Cukai (BLBC)
Penataan Organisasi BLBC memiliki tujuan untuk mewujudkan standardisasi nasional yang mencakup standar, pengujian, dan mutu untuk meningkatkan perlindungan konsumen, pelaku usaha, masyarakat lain, dan lingkungan hidup, mewujudkan kelancaran perdagangan, serta mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.
Usulan penataan organisasi BLBC telah disampaikan kepada Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-95/MK.01/2018 tanggal 13 April 2018 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-RB Nomor B/380/M.KT.01/2018 tanggal 22 Mei 2018, serta selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 84/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja BLBC tanggal 22 Mei 2018. Secara garis besar, penataan organisasi BLBC meliputi perubahan nomenklatur dari Balai Pengujian dan Identifikasi Barang (BPIB) menjadi BLBC, penyesuaian tipologi, penajaman tugas dan fungsi, penambahan struktur organisasi setingkat eselon IV pada masing-masing BPIB Tipe B, serta penambahan unit organisasi non struktural.
2. Penataan Organisasi Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan (Setkomwasjak)
Latar belakang penataan organisasi Setkomwasjak diantaranya adalah tuntutan stakeholders untuk meningkatkan kualitas usulan saran/rekomendasi dan senantiasa update, penambahan ruang lingkup pengawasan Komite Pengawas Perpajakan (Komwasjak), semula hanya pada instansi administrasi perpajakan ditambahkan pula pada instansi perumusan kebijakan perpajakan, serta penambahan kewenangan Komwasjak untuk melaksanakan mediasi, edukasi, dan monev pada instansi perumusan kebijakan perpajakan.
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 22Usulan penataan organisasi Setkomwasjak telah disampaikan kepada Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-95/MK.01/2018 tanggal 13 April 2018 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-PAN-RB Nomor B/405/M.KT.01/2018 tanggal 6 Juni 2018, serta selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 117/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setkomwasjak tanggal 13 September 2018. Secara garis besar, penataan organisasi Setkomwasjak meliputi penguatan fungsi pengawasan perpajakan dan fungsi edukasi, mediasi, monitoring dan evaluasi, penguatan-penguatan tersebut dilakukan dengan tidak menambah jabatan struktural.
3. Penataan Organisasi Sekretariat Pengadilan Pajak (Set PP)
Penataan organisasi Set PP dilaksanakan dalam rangka menyempurnakan
clustering fungsi dalam tahapan proses bisnis penyelesaian sengketa pajak guna
meningkatkan efesiensi dan efektifitas pelaksanaan proses bisnis, memenuhi tuntutan dan ekspektasi stakeholder untuk memberikan layanan yang cepat dan berkualitas, serta sebagai tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan evaluasi atas layanan peninjauan kembali putusan Pengadilan Pajak.
Usulan penataan organisasi Set PP telah disampaikan kepada Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-95/MK.01/2018 tanggal 13 April 2018 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-RB Nomor B/405/M.KT.01/2018 tanggal 6 Juni 2018, serta selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 122/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Set PP tanggal 21 September 2018. Secara garis besar, penataan organisasi Set PP meliputi penguatan fungsi pengelolaan persidangan dan manajemen kinerja dan kepatuhan internal, administrasi peninjauan kembali, dan pendokumentasian putusan dan yurisprudensi, serta penguatan fungsi pengelolaan organisasi, tata usaha dan layanan pimpinan, penguatan-penguatan tersebut dilakukan dengan tidak menambah jabatan struktural.
4. Penataan Organisasi Lembaga National Single Window (LNSW)
Penetapan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2018 tentang Indonesia National Single Window menjadi salah satu dasar penataan organisasi Pengelola Portal Indonesia National Single Window (PP INSW). Selain penetapan perpres tersebut, terdapat penambahan mandat pada PP INSW, diantaranya adalah:
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 23a. perumusan dan pelaksanaan pedoman dalam rangka Pengelolaan INSW dan Penyelenggaraan SINSW;
b. penyediaan fasilitas untuk penyampaian, pencantuman, dan penghapusan ketentuan tata niaga post border pada SINSW;
c. pelaksanaan komunikasi, koordinasi, dan kerja sama di bidang sistem National Single Window dalam forum nasional dan internasional.
Usulan penataan organisasi PP INSW telah disampaikan kepada Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-236/MK.01/2018 tanggal 27 Septembar 2018 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-RB Nomor B/812/M.KT.01/2018 tanggal 31 Oktober 2018, serta selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 180/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja LNSW tanggal 31 Desember 2018. Secara garis besar, penataan organisasi LNSW meliputi perubahan nomenklatur dari PP INSW menjadi LNSW, penguatan tugas dan fungsi, serta penambahan 3 unit layer eselon IV.
3b-N Persentase Penyelesaian Simplifikasi Alat Ukur Survei Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan
Target 100%
Realisasi 120%
Survei kesehatan organisasi merupakan salah satu alat ukur yang objektif untuk mengetahui praktik-praktik kesehatan organisasi yang telah diterapkan di Kementerian Keuangan. Hasil dari survei tersebut akan menjadi bahan masukan bagi penyusunan kebijakan-kebijakan Kementerian Keuangan di bidang organisasi dan sumber daya manusia. Dalam rangka meningkatkan kualitas alat ukur dan pemahaman serta kemudahan responden dalam mengisi survei dimaksud, maka perlu dilakukan proses simplifikasi terhadap alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan.
Target simplifikasi alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan Tahun 2018 adalah 100% dan realisasi penyelenggaraan kegiatan dimaksud tercapai melebihi target dengan capaian sebesar 120%. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mendukung tercapainya penyusunan simplifikasi alat ukur kesehatan organisasi Kementerian Keuangan tahun 2018 adalah sebagai berikut.
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 241. Evaluasi dan pengumpulan bahan masukan penyempurnaan butir-butir alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan.
Pengumpulan bahan masukan diawali dengan evaluasi terhadap pelaksanaan penilaian kesehatan organisasi tahun 2017, hasil evaluasi tersebut ditindaklanjuti melalui studi literatur, analisis kuantitatif, dan pembahasan bersama tenaga ahli. 2. Penyusunan draft penyempurnaan butir-butir alat ukur kesehatan organisasi
Kementerian Keuangan.
Dalam kegiatan ini, dilakukan penyempurnaan dan simplifikasi terhadap 53 butir pernyataan praktik kesehatan organisasi, yang dilakukan berdasarkan hasil analisis bahan masukan yang diperoleh melalui studi literatur, analisis kuantitatif, dan masukan tenaga ahli.
3. Uji coba kuesioner tahap pertama di lingkungan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan.
Hasil uji coba tersebut mengindikasikan perlunya penyempurnaan lebih lanjut karena terdapat sebagian butir alat ukur yang tidak memenuhi kriteria validitas secara statistik.
4. Penyempurnaan alat ukur dan uji coba tahap ke dua di 6 (enam) kota.
Hasil penyempurnaan butir kuesioner pada uji coba tahap pertama kemudian diujicobakan kembali di 6 (enam) kota, yaitu Jakarta, Medan, Semarang, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar dengan total responden sebanyak 219 orang. Hasil uji coba mengindikasikan bahwa 37 butir pernyataan yang disusun telah layak untuk mengukur konstruk kesehatan organisasi karena secara statistik memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.
5. Permintaan pendapat tenaga ahli di bidang ilmu manajemen dan psikologi (content validity analysis) di empat universitas, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga.
Content validity analysis menghasilkan masukan secara kualitatif mengenai
relevansi butir-butir kuesioner di dalam mengukur konstruk kesehatan organisasi. Kegiatan ini menghasilkan pula masukan mengenai kejelasan bahasa yang digunakan pada butir kuesioner dan metode pengukuran secara umum.
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 256. Uji coba kuesioner tahap ketiga di lingkungan kantor pusat Kementerian Keuangan dan finalisasi kuesioner.
Hasil pengujian tahap ketiga dilakukan untuk menguji butir pernyataan final yang telah disempurnakan berdasarkan hasil uji coba dan pernyataan pendapat ahli. Pada tahap ini total responden yang berpartisipasi sebanyak 114 orang pegawai dan menghasilkan kesimpulan bahwa seluruh item alat ukur telah memiliki reliabilitas dan validitas yang baik secara statistik.
Proses simplifikasi alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan berhasil menyederhanakan 53 item pernyataan praktik kesehatan organisasi menjadi 37 item pernyataan, ditambah 10 pernyataan untuk mengukur tingkat kepentingan setiap indikator, dan 2 pernyataan social desirability bias untuk mengukur validitas jawaban responden.
Tercapainya target simplifikasi alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan tahun 2018 didukung oleh tingkat partisipasi responden dalam uji coba alat ukur baik di lingkungan kantor pusat maupun kantor vertikal di lingkungan Kementerian Keuangan, terpenuhinya kriteria hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur yang dihasilkan dalam proses simplifikasi, serta terpenuhinya validasi konten alat ukur (content validity analysis) dan usulan penyempurnaan format survei oleh 12 (dua belas) pakar manajemen dan psikologi di 4 (empat) universitas.
Hasil Penyusunan simplifikasi alat ukur survei kesehatan organisasi Kementerian Keuangan tersebut telah dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal dengan ND-951/SJ.2/2018 tanggal 21 Desember 2018 perihal “Penyampaian
Laporan Penyempurnaan Metode Penilaian Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan”.
4a-N Persentase Penyelesaian SOP unit Eselon I Bernotasi BPMN
Target 100%
Realisasi 100%
Dalam hal pelaksanaan tugas umum pemerintahan di bidang pengelolaan keuangan dan kekayaan negara, diperlukan adanya SOP sebagai pedoman/petunjuk bagi para aparatur (pejabat/pegawai) dalam melaksanakan tugas dan fungsi guna dapat mengetahui/memahami akan suatu prosedur dan mekanisme
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 26pelayanan. Dengan demikian, dapat dihindarkan adanya tumpang tindih, kesalahan prosedur melaksanakan tugas, dan kejelasan tanggung jawab, serta memberikan informasi yang diperlukan dalam menyusun standar pelayanan sehingga dapat menciptakan/menghasilkan efisiensi dan efektivitas kinerja organisasi dalam mencapai tujuannya.
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2015 tentang Pedoman Penyusunan Proses Bisnis, Kerangka Pengambilan Keputusan, Dan Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Kementerian Keuangan, seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan diwajibkan menyusun dan menyesuaikan naskah SOP dengan berpedoman pada ketentuan PMK tersebut, yakni dengan mencantumkan matriks RASCI. Matriks RASCI merupakan tabel berisi representasi visual dari peran masing-masing individu atau para pemangku kegiatan di dalam proses kegiatan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang memegang peran
Responsible, Approval, Support, Consult, dan Informed. Berdasarkan surat edaran
Menteri Keuangan nomor SE-27/MK.1/2016 tentang Panduan Penyusunan Peta Proses Bisnis Di Lingkungan Kementerian Keuangan dan surat Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Nomor S-12/SJ.2/2018 tanggal 18 Januari 2018 hal Penyeragaman SOP Unit Eselon I dalam Notasi BPMN, pada tahun 2018 seluruh Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan diharapkan telah menyusun SOP dalam notasi BPMN guna mendukung penyusunan Enterprise
Architecture Kementerian Keuangan.
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) proses yang dilakukan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dalam melaksanakan reviu SOP, antara lain:
1. Reviu/ penelitian awal 2. Pembahasan draft SOP
3. Pemeriksaan ulang dan/ atau perbaikan minor
4. Penerbitan persetujuan/rekomendasi tertulis Sekretaris Jenderal.
Periode capaian penyelesaian usulan SOP diberlakukan untuk setiap pengusulan SOP terbagi kedalam 2 periode, yaitu:
1. periode pengusulan I bulan Mei, dengan rekomendasi yang diterbitkan selama Semester I sebanyak 11 rekomendasi; dan
2. periode pengusulan II bulan November, dengan rekomendasi yang diterbitkan selama Semester II sebanyak 11 rekomendasi.
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 274b-N Tingkat Penyelesaian Business Process Cooperation View level Strategis Kementerian Keuangan
Target 100%
Realisasi 100%
Business Architecture, merupakan salah satu referensi utama dalam analisis
pembangunan dan implementasi Enterprise Architecture (EA) secara keseluruhan. EA adalah suatu metode perencanaan strategis organisasi untuk mencapai tujuan organisasi Kementerian Keuangan secara lebih efektif dan efisien dengan mendefinisikan, memetakan, menyelaraskan, dan mengintegrasikan domain yang terdiri atas domain bisnis, data, aplikasi, dan teknologi. Lebih lanjut, keempat domain tersebut digambarkan dalam bentuk arsitektur sebagai alat analisis penyempurnaan berkelanjutan pada seluruh aspek dalam organisasi Kementerian Keuangan. Berikut adalah penjelasan singkat atas keempat domain utama yang menjadi komponen EA, yaitu:
1. Business Architecture, menggambarkan strategi, maksud, fungsi, proses,
informasi dan aset bisnis yang penting untuk memberikan layanan bagi masyarakat, bisnis, pemerintah, dan sebagainya.
2. Data Architecture, menyediakan struktur untuk mendokumentasikan rincian
informasi yang penting untuk organisasi termasuk dasar dan target konsep dan dasar untuk target logik dan fisik.
3. Application Architecture, berisi portofolio aplikasi-aplikasi bisnis.
4. Technology Architecture, menyediakan sekumpulan proses dan struktur yang
mendukung penerapan dan penyampaian arsitektur teknologi.
Pembangunan Business Architecture dilaksanakan pula dalam rangka implementasi Perpres No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), yaitu domain arsitektur SPBE mendeskripsikan substansi arsitektur yang memuat:
1. domain arsitektur Proses Bisnis; 2. domain arsitektur data dan informasi; 3. domain arsitektur Infrastruktur SPBE; 4. domain arsitektur Aplikasi SPBE;
5. domain arsitektur Keamanan SPBE; dan 6. domain arsitektur Layanan SPBE.
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 28Penyusunan Proses Bisnis bertujuan untuk memberikan pedoman dalam penggunaan data dan informasi serta penerapan Aplikasi SPBE, Keamanan SPBE, dan Layanan SPBE.
Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2015 tentang Pedoman Penyusunan Proses Bisnis, Kerangka Pengambilan Keputusan, Dan Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Kementerian Keuangan, terdapat 3 (tiga) tipe proses bisnis yaitu:
1. Proses bisnis utama, merupakan proses yang meliputi bisnis inti (core business) yang menciptakan aliran nilai utama Kementerian Keuangan di bidang pengelolaan fiskal dan tugas-tugas lainnya di bidang fiskal Republik Indonesia. Proses bisnis utama mempunyai kontribusi terhadap peran Kementerian Keuangan secara langsung dalam memenuhi kebutuhan pengguna eksternal dan berpengaruh terhadap keberhasilan Kementerian Keuangan dalam mencapai visi, misi, dan strategi organisasi.
2. Proses bisnis manajemen, merupakan proses yang mengendalikan atau mengelola operasional dari suatu sistem atau proses yang memastikan bahwa proses operasional/inti dan proses pendukung berjalan dengan baik.
3. Proses bisnis pendukung, merupakan proses yang menopang terselenggaranya dan keberhasilan dari proses operasional/inti serta proses manajemen.
Selanjutnya, berdasarkan amanat dari PMK 131/2015 dan Perpres 95/2018, pada tahun 2018 Kementerian Keuangan telah menyusun Arsitektur Proses Bisnis Level 0 yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 625/KMK.01/2018 tentang Peta Proses Bisnis Kementerian Keuangan. Pada tahun 2019 ini, Biro Organta bertugas mengkoordinasikan penyusunan Peta Proses Bisnis turunan dari Level 0, yaitu Level 1 dan 2 pada seluruh fungsi dengan melibatkan semua unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dan Lembaga National Single Window. Peta Proses Bisnis Kementerian Keuangan Level 0 digambarkan sesuai keterkaitan antarproses yang dapat divisualisasikan ke dalam notasi Archimate:
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 29Gambar 6. Notasi Archimate Peta Proses Bisnis Kementerian Keungan Level 0
Inti
Manajemen
Pendukung
Pengelolaan Fiskal
Manajemen Strategis Pengawasan InternPengendalian dan
Perencanaan dan Penganggaran APBN
Pengelolaan Kas Negara
Pengelolaan Penerimaan dan Pendapatan Negara Pengelolaan Pengeluaran dan Belanja Negara Pengelolaan Pembiayaan Pengelolaan Kekayaan Negara
Monitoring dan Evaluasi Pelaporan KeuanganAkuntansi dan
Revisi Anggaran dan Perubahan APBN
Manajemen Keuangan Manajemen Organisasi dan Tata Laksana Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Hukum dan Advokasi
Dukungan Pimpinan dan Administrasi Umum
Manajemen Teknologi dan Informasi Keuangan
Manajemen Komunikasi dan Layanan Informasi
Manajemen Barang Milik Negara
Pengelolaan Fiskal Lainnya Manajemen
Pengetahuan
Gambar di atas menggambarkan alur keterkaitan antarfungsi pada organisasi Kementerian Keuangan secara holistik dan utuh sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5a-CP Persentase Penyelesaian Pembentukan Jabatan Fungsional
Target 100%
Realisasi 120%
Pembentukan Jabatan Fungsional Kementerian Keuangan merupakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam rangka mengembangkan jabatan fungsional yang sesuai dengan core business Kementerian Keuangan. Kementerian
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 30Keuangan sampai dengan Tahun 2018 telah membentuk 15 jabatan fungsional core
business Kementerian Keuangan di bidang pengelolaan keuangan negara. Pada
tahun 2018, jabatan fungsional yang dibentuk sebanyak 4 (empat) Jabatan Fungsional di bidang perbendaharaan yang ditetapkan dalam 4 PermenPAN RB, yaitu:
1. Jabatan Fungsional Analis Pengelolaan Keuangan APBN 2. Jabatan Fungsional Pranata Keuangan APBN
3. Jabatan Fungsional Pembina Teknis Perbendaharaan Negara 4. Jabatan Fungsional Analis Perbendaharaan Negara
Proses pembentukan jabatan fungsional di atas dilakukan melalui tahapan-tahapan yang dimulai dari Penyusunan Naskah Akademik Pembentukan jabatan fungsional, Ekspose Naskah Akademik (NA), Penyusunan matriks butir-butir kegiatan, Uji petik beban kerja dan norma waktu, Pengolahan data validasi uji petik, dan Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB.
Adapun dalam pencapaian target tersebut terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi diantaranya:
1. Belum adanya peraturan yang komprehensif dan terstruktur terkait dengan pengembangan jabatan fungsional yang dikeluarkan oleh Kementerian PANRB dan BKN; dan
2. Pengembangan jabatan fungsional belum dilakukan secara komprehensif oleh unit agar dapat lebih optimal dalam mendukung kegiatan penataan organisasi dan pengembangan karir pegawai.
Pada Tahun 2018 capaian IKU Persentase penyelesaian pembentukan Jabatan Fungsional mencapai 120% dari target. Hal ini terkait bahwa usulan pembentukan jabatan fungsional yang mempunyai target penyampaian Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB tersebut telah ditetapkan melalui 4 Peraturan Menteri PAN dan RB yaitu:
1. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 51 Tahun 2018 tentang Jafung Pembina Teknis Perbendaharaan Negara;
2. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 52 Tahun 2018 tentang Jafung Analis Perbendaharaan Negara;
3. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2018 tentang Analis Pengelolaan Keuangan APBN; dan
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 314. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 54 Tahun 2018 tentang Pranata Keuangan APBN.
5b-CP Persentase Penyelesaian Penggunaan Jabatan Fungsional
Target 100%
Realisasi 100%
Penggunaan Jabatan Fungsional merupakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam rangka penggunaan Jabatan Fungsional yang telah dibentuk oleh K/L lain untuk diimplementasikan di lingkungan Sekretariat Jenderal/Kementerian Keuangan. Penggunaan Jabatan Fungsional di lingkungan Sekretariat Jenderal pada Tahun 2018 meliputi Jabatan Fungsional Asessor SDM Aparatur dan Jabatan Fungsional Pustakawan. IKU ini dilaksanakan oleh 3 unit terkait yaitu:
1.
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sebagai koordinator,2.
Biro Sumber Daya Manusia sebagai UPI Jabatan Fungsional Assessor SDM Aparatur, dan3.
Biro Komunikasi dan Layanan Informasi sebagai UPI JF Pustakawan.Proses implementasi penggunaan jabatan fungsional di atas dilakukan melalui tahapan-tahapan yang dimulai dari benchmarking pelaksanaan penggunaan jabatan fungsional di K/L lain, penentuan jenjang jabatan, penghitungan dan penyampaian kebutuhan jumlah pegawai, dan penyusunan uraian jabatan fungsional. Adapun dalam pencapaian target tersebut terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi diantaranya:
1. belum adanya peraturan yang komprehensif dan terstruktur terkait dengan pengembangan jabatan fungsional yang dikeluarkan oleh Kementerian PANRB dan BKN; dan
2. pengembangan jabatan fungsional pada unit-unit belum dijadikan prioritas dalam mendukung kegiatan penataan organisasi dan pengembangan karir pegawai.
Pada tahun 2018 telah ditetapkan uraian Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 107/KMK.01/2018 dan telah dilakukan seleksi diklat Jabatan Fungsional Assessor pada tanggal 3 sampai dengan 26 September 2018 terhadap 7 orang calon
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 32jabatan fungsional Pustakawan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 551/KMK.01/2018 serta telah dilakukan uji kompetensi pada tanggal 28 November 2018 terhadap 13 pegawai dari: a) Biro Komunikasi dan Layanan Informasi; b) BPPK, c) Ditjen. Anggaran; d) Badan Kebijakan Fiskal; dan e) Ditjen. Perbendaharaan.
5c-N Persentase Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan
Target 100%
Realisasi 100%
Sesuai dengan amanah Pasal 69 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pengembangan karir PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Adapun yang dimaksud sebagai kompetensi dalam pasal dimaksud meliputi:
1. kompetensi teknis, yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis;
2. kompetensi manajerial, yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan;
3. kompetensi sosial kultural, yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Menindaklanjuti hal tersebut, pada tahun 2016 dan 2017 Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah menyusun kamus kompetensi teknis Kementerian Keuangan dengan menggunakan pendekatan Regional Model Competency Standard (RMCS) pada fungsi penganggaran, kebijakan fiskal, pengawasan internal, pendukung internal, pengelolaan pembiayaan dan risiko, serta pengelolaan perimbangan keuangan. Namun demikian, pada akhir tahun 2017 ditetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara (Permenpan 38). Sesuai amanat Permenpan 38 dimaksud, setiap kementerian/lembaga harus menyusun kamus kompetensi teknis sesuai dengan Permenpan 38, sehingga kamus kompetensi yang telah disusun dengan pendekatan RMCS tersebut perlu dilakukan penyesuaian sesuai dengan format pada Permenpan 38 dengan pendekatan
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 33Pada tahun 2018, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan melanjutkan penyusunan kamus kompetensi teknis di lingkungan Kementerian Keuangan dengan memfokuskan pada fungsi pengelolaan kekayaan negara dengan pendekatan RMCS sekaligus penyesuaian terhadap format Permenpan 38 dengan pendekatan RCL. Pada tahap awal, penyesuaian kamus kompetensi teknis dimaksud difokuskan pada fungsi utama pengelolaan kekayaan negara (pengelolaan BMN dan pengelolaan KNL).
Target IKU Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Kementerian Keuangan yang ditetapkan oleh Kepala Biro Organta pada tahun 2018 adalah 100%. Adapun realisasi yang dicapai pada akhir tahun adalah sebesar 100%. Target dan realisasi tersebut sama dengan tahun sebelumnya yaitu target sebesar 100% dan realisasi sebesar 100%.
Tabel 3. Perbandingan target dan realisasi penyusunan kamus kompetensi teknis 2016-2018
2016 2017 2018
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
95% 95% 100% 100% 100% 100%
Adapun hasil dari penyusunan kompetensi teknis pada fungsi pengelolaan kekayaan negara adalah sebanyak 81 (delapan puluh satu) unit kompetensi, dengan rincian sebagai berikut:
Fungsi Kunci Fungsi Utama Jumlah Unit
Kompetensi (UK) Pengelolaan
Kekayaan Negara Pengelolaan kekayaan negara 28 UK
Pengelolaan investasi pemerintah 10 UK
Pembinaan dan pengawasan BUMN di bawah
Kemenkeu 5 UK
Pengelolaan piutang negara 13 UK
Pengelolaan lelang 11 UK
Penilaian 9 UK
Land funding 5 UK
Sedangkan hasil penyesuaian kamus kompetensi teknis pada fungsi utama pengelolaan kekayaan negara (pengelolaan BMN dan pengelolaan KNL) secara umum adalah sebagai berikut:
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja
|
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan – 2018 34Semula Menjadi
Jumlah Unit Kompetensi : 28 Jumlah Kompetensi : 33
Unit Kompetensi Nama Kompetensi
Deskripsi Kompetensi Definisi Kompetensi
Elemen Kompetensi Level (dengan dilakukan beberapa penyesuaian)
Kriteria Unjuk Kerja Indikator Perilaku (dengan dilakukan beberapa
penyesuaian)
Secara garis besar, rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam penyusunan dan penyesuaian kamus kompetensi teknis tahun 2018 sebagai berikut.
No. Kegiatan Rincian Kegiatan Pelaksanaan
1. Persiapan Kick off meeting dengan unit eselon I
Penunjukan Subject Matter Expert (SME) pada masing-masing fungsi utama
Februari 2018 2. Identifikasi dan penyusunan kompetensi berdasarkan pendekatan RMCS
Penyediaan dokumen yang dibutuhkan dalam penyusunan kompetensi teknis (PMK OTK, Urjab, SOP, dan peta probis) Pemetaan fungsi kunci kunci, fungsi
utama, dan fungsi dasar
Penulisan unit kompetensi, deskripsi kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja
Februari – Juli 2018 3. Penyesuaian kamus kompetensi dari pendekatan RMCS ke RCL
Penyamaan persepsi proses konversi elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja ke dalam level dan indikator perilaku Penulisan kompetensi, level, dan indikator
perilaku
Agustus- November 2018
4. Verifikasi Koreksi dan perbaikan atas kompetensi,
level, dan indikator perilaku
Desember 2018
5. Laporan Laporan penyusunan kamus kompetensi
teknis disampaikan kepada Sekretaris Jenderal melalui nota dinas nomor ND-952/SJ.2/2018 tanggal 21 Desember 2018.
Desember 2018
Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Kementerian Keuangan dapat tercapai dengan baik karena:
1. komitmen Subject Matter Expert (SME) yang tinggi untuk hadir pada rapat pembahasan yang dilaksanakan secara intensif serta mampu memberikan informasi yang komprehensif mengenai proses bisnis dan kegiatan yang dijalankan pada masing-masing fungsi;
2. peta proses bisnis yang telah tersusun sampai dengan level terendah, dimana proses bisnis merupakan salah satu input terpenting dalam penyusunan kompetensi teknis;