BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA
3.2 Capaian Kinerja
3.2.1 Sasaran Program 1: Inovasi di Bidang Pengembangan Sumber Daya Alam untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa
Dalam penetapan indikator kinerja tingkat Lembaga sampai Unit Kerja/ Satuan Kerja, BPPT selalu berupaya memenuhi kriteria:
1. Spesifik : sifat dan tingkat kinerja dapat diidentifikasi dengan jelas
2. Dapat diukur : target kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur baik bagi indikator yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan biaya
3. Dapat dicapai : target kinerja yang dapat dicapai terkait kapasitas dan sumber daya yang ada
4. Relevan : mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara target output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan, serta antara target outcome dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; dan
5. Kurun waktu : waktu/periode pencapaian kinerja ditetapkan
Pemenuhan kriteria indikator kinerja untuk IK tersebut diatas dibedakan berdasar dua sub program TPSA terdapat pada tabel berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Prosedur Pelayanan Persyaratan Pelayanan Kejelasan Petugas Kedisiplinan Putugas Tanggung Jawab Petugas Kemampuan Petugas Kecepatan Pelayanan Keadilan Pelayanan Kesopanan dan Keramahan Petugas Kewajaran Biaya Kepastian Biaya Kepastian Jadwal Kenyamanan Lingkungan Keamanan Pelayanan PT Vale INCO 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 BPBD Riau 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
PLN Pembangkitan Sektor Barito
(reponden1) 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3
BPBD Sumsel 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3
PLN Wilayah Kalimantan Selatan
dan Tengah (responden2) 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4
PLN Sektor Barito (responden3) 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3
BNPB 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4
PT PLN (Persero) Pembangkitan
Pekanbaru 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jumlah Nilai Per Unsur 22 22 23 22 24 26 22 24 25 23 24 23 23 26 Nilai Rata-Rata (NRR) per Unsur 2.75 2.75 2.88 2.75 3.00 3.25 2.75 3.00 3.13 2.88 3.00 2.88 2.88 3.25 NRR tertimbang per Unsur 0.20 0.20 0.20 0.20 0.21 0.23 0.20 0.21 0.22 0.20 0.21 0.20 0.20 0.23 Jumlah NRR IKM Tertimbang 2.92
Konversi IKM Unit Pelayanan = NRR IKM tertimbang x25 73.00 Mutu Pelayananan B Kinerja Unit Pelayanan Baik
UNSUR PELAYANAN Nama Responden
Tabel 3.11 Kriteria indikator kinerja Program Inovasi di Bidang Pengembangan Sumber Daya Alam untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa
Kriteria Penjelasan
Spesifik • Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
Penurunan tingkat resiko bencana Karhutla di Provinsi Sumatera Selatan, Riau dan Kalimantan Barat
• Pilot Project teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran
Unit penyedia arsinum kapasitas 5000 L/hari berbentuk fisik yang progres pembuatannya sejak desain, perakitan sampai dengan wujud lengkap dapat diikuti dengan seksama
Dapat diukur • Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
Penurunan drastis hotspot di Pulau Sumatera dari sekitar 7000 titik tahun 2015 menjadi sekitar 1800 di tahun 2016, sedangkan untuk Pulau Kalimantan dari sekitar 11000 titik di tahun 2015 menjadi 2500 titik di tahun 2016.
• Pilot Project teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran
Sebanyak satu unit arsinum kapasitas 5000 L/hari menjadi kuantitas sasaran yang ditetapkan
Dapat dicapai • Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
Dengan kemampuan SDM dan fasilitas peralatan yang memadai dapat dicapai penurunan tingkat resiko bencana Karhutla
• Pilot Project teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran
Dengan komposisi sumberdaya manusia serta dukungan anggaran yang ada dapat dipastikan satu unit arsinum kapasitas 5000 L/hari dapat dibuat Relevan • Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
Dengan teknologi hujan buatan mampu menurunkan tingkat resiko bencana Karhutla pada cakupan wilayah yang luas.
• Pilot Project teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran
Tujuan pembuatan satu unit arsinum kapasitas 5000 L/hari sangat relevan dengan kebutuhan air siap minum di lingkungan kampus atau perkotaan sebagaimana telah dijelaskan dalam narasi
Kurun waktu • Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
Kegiatan inovasi penurunan tingkat resiko bencana Karhutla di dua provinsi dilakukan pada tahun fiskal 2016.
• Pilot Project teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran
Dengan sasaran satu unit arsinum kapasitas 5000 L/hari yang ditetapkan maka durasi dua triwulan dalam tahun fiskal 2016 telah mencukupi untuk merealisasikan wujud fisik lengkap unit arsinum tersebut
A. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja untuk Sasaran Program 1 ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 3.12 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja untuk sasaran kegiatan 1.
Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Mitra
Terwujudnya inovasi di bidang Pengembangan Sumber Daya Alam untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
Provinsi yang menurun tingkat risiko bencananya
2 2 100% Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Pilot Project teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran
1 1 100% Pusat Teknologi Lingkungan Universitas Teknologi Sumbawa
B. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya
Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis untuk Sasaran Program 1 ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3. 37 Perbandingan realisasi kinerja SP 1 dengan tahun sebelumnya
Pemanfaatan TMC pada tahun 2015 dilakukan pada saat musim puncak berncana Karhutla, sedangkan pada tahun 2016 dilakukan jauh-juah hari sebelumnya, sehingga langkah antisipasi lebih efektif menurunkan tingkat resiko bencana Karhutla. Penerapan teknologi arsinum pada tahun 2015 diaplikasikan di Kawasan Teknopark Pelalawan, sedangkan pada tahun 2016 dilakukan di kawasan Kampus Universitas Teknologi Sumbawa dengan jumlah pengguna 250 orang, atau setara dengan 62.5% dari mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa.
C. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah
Capaian kinerja program inovasi untuk menurunkan tingkat resiko bencana tahun 2016 menuju target akhir sesuai dokumen Renstra BBTMC 2015-2019 digambarkan dalam gambar berikut;
Gambar 3. 38 Realisasi program inovasi penurunan resiko bencana terhadap rencana jangka menengah
Inovasi teknologi peningkatan kualitas air di Kedeputian TPSA berdasarkan Renstra telah direncanakan dan diaplikasikan sejak tahun 2015 – 2019. Pada tahun 2015 teknologi yang diaplikasikan adalah teknologi air minum dari air payau. Teknologi ini telah diaplikasikan di Pelalawan menggunakan teknologi koagulasi-flokulasi dengan kombinasi reverse Osmosis. Pada tahun 2016 teknologi yang diaplikasikan adalah teknologi air minum untuk perkantoran, yang diaplikasikan di Universitas Teknologi Sumbawa. Pada tahun 2017, rencana kegiatan yang dilakukan adalah teknologi air minum dari air gambut. Pada tahun 2018, rencana kegiatan yang dilakukan adalah teknologi air minum dari air banjir. Pada tahun 2019, rencana kegiatan yang dilakukan adalah teknologi air minum dari air limbah. Keseluruhan teknologi tersebut memiliki tujuan utama untuk meingkatkan akses layanan air bersih kepada masyarakat.
Terlaksanany a inovasi pengurangan tingkat resiko bencana hidrometeor ologi
Gambar 3. 39 Realisasi program inovasi teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran terhadap rencana jangka menengah
D. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika memang
sudah ada)
• Tidak ada standard nasional Indonesia (SNI) teknologi TMC untuk penurunan tingkat resiko bencana Karhutla.
• Capaian kegiatan pemanfaatan teknologi air siap minum di Asrama Univesitas Teknologi Sumbawa telah memenuhi standard baku mutu kualitas air minum dalam kemasan yang tertuang pada SNI 01-3553-2006 dan Permenkes 492 tahun 2010.
Gambar 3. 40 Hasil uji lab kualitas air minum teknologi Arsinum di UTS
2015 -Air minum dari air payau
2016 - Air minum untuk perkantoran
2017 Air minum dari air gambut
2018 Air minum dari air banjir 2019 Air minum dari air limbah
E. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan untuk Sasaran Program 1:
a. Faktor penyebab keberhasilan/peningkatan kinerja:
• Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
1. Kondisi iklim yang mendukung 2. SDM yang kompeten
3. Peralatan dan armada yang memadai
4. Perencanaan kegiatan yang dilakukan lebih awal sebelum periode puncak bencana 5. Dukungan dan koordinasi yang baik dari mitra
• Teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran
1. Tersedianya sumberdaya manusia di TPSA dengan pengalaman inovasi teknologi air siap minum serta kepakaran di bidang teknologi penyediaan air bersih dan air minum
2. Kerjasama kemitraan yang baik dengan Universitas Teknologi Sumbawa sehingga kegiatan dapat mencapai kinerja yang diharapkan
b. Faktor penyebab kegagalan/penurunan kinerja:
• Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
1. Lokasi yang tersebar
2. Keterbatasan armada yang dimiliki sendiri
• Teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran
1. Fasilitas laboratorium dan workhsop di TPSA masih harus dilengkapi lagi untuk mendapatkan keluaran dan hasil kerja yang lebih optimal.
2. Adanya perubahan kebijakan dari pemerintah menyangkut anggaran sehingga berpengaruh terhadap proses kerja menjadi lama.
c. Alternatif solusi yang dilakukan:
• Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
1. Efisiensi pemberdayaan SDM dan peralatan
2. Kerjasama dengan mitra yang memiliki armada (TNI AU)
1. Penguatan fasilitas laboratorium dan workshop di TPSA untuk menunjang proses inovasi teknologi menjadi lebih baik
2. Menyesuaikan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
F. Analisis atau efisiensi penggunaan sumber daya untuk Sasaran Program 1:
• Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia
Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
Untuk mengefisienkan penggunaan SDM, BBTMC dalam kegiatannya juga bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi di lokasi rawan bencana.
Teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran: Variasi sumberdaya manusia yang terlibat dalam pembuatan unit arsinum kapasitas 5000 L/hari telah mencukupi. Sumberdaya yang terlibat antara lain dengan kompotensi desain unit arsinum, ekonomi perekayasaan, analisis kimia, teknik kimia, perekayasaan proses kimia fisik dan unit operasi. Semua SDM tersebut dapat berintegrasi untuk menghasilkan output berupa satu arsinum kapasitas 5000 L/hari.
• Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan:
Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
Pendanaan bersumber dari dana siap pakai (DSP) bencana dari BNPB
Teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran: Penggunaan sumber daya keuangan yang tersedia, terutama untuk kebutuhan kegiatan operasional telah dapat dimanfaatkan oleh TPSA, meskipun sumber daya keuangan tersebut masih belum maksimal.
• Analisis efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan peralatan:
Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
Perlu adanya revitalisasi armada, mengingat luasnya cakupan wilayah operasional yang mencakup beberapa provinsi di Indonesia.
Teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran: Sumberdaya laboratorium dan peralatan yang ada di PTL dapat digunakan dengan
optimal untuk mendukung tercapainya kinerja kegiatan ini. Adanya fasilitas workshop sangat membantu dalam proses perakitan unit arsinum kapasitas 5000 L/hari sebelum dikirim ke Universitas Teknologi Sumbawa. Selain itu untuk keperluan analisis kualitas air produksi unit arsinum tersebut juga memanfaatkan fasilitas laboratorium yang ada di Geostech.
G. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja untuk Sasaran Program 1: Provinsi yang menurun tingkat risiko bencana
Kegiatan TMC termasuk dalam salah satu skema kedaruratan bencana asap yang dikoordinir oleh BNPB
Teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran Adanya program kemitraan dengan berbagai universitas di Indonesia dalam rangka peningkatan IPTEK, dimana salah satunya adalah Universitas Teknologi Sumbawa.
3.2.2 Sasaran Program 2: Terwujudnya layanan teknologi di bidang Pengembangan
Sumber Daya Alam untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
Dalam penetapan indikator kinerja tingkat Lembaga sampai Unit Kerja/Satuan Kerja, BPPT selalu berupaya memenuhi kriteria:
1. Spesifik : sifat dan tingkat kinerja dapat diidentifikasi dengan jelas
2. Dapat diukur : target kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur baik bagi indikator yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan biaya
3. Dapat dicapai : target kinerja yang dapat dicapai terkait kapasitas dan sumber daya yang ada
4. Relevan : mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara target output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan, serta antara target outcome dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; dan
Pemenuhan kriteria indikator kinerja untuk IK tersebut diatas dibedakan berdasar dua kegiatan besar TPSA terdapat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.13 Kriteria indikator kinerja Program Layanan Teknologi di bidang Pengembangan
Sumber Daya Alam untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa
Kriteria Penjelasan
Spesifik • Layanan teknologi survey kelautan
Layanan survey kelautan di Samudera Hindia, Selat makassar, dan Laut Arafuru
• Layanan teknologi modifikasi cuaca
Layanan pengisian waduk PLTA Larona (PT. Vale Indonesia), Waduk Ir. PM Noor (PT. PLN)
Dapat diukur • Layanan teknologi survey kelautan
Pelaksanaan kegiatan layanan survey kelautan dengan 2 mitra yaitu BMKG dan KKP
• Layanan teknologi modifikasi cuaca
Pelaksanaan kegiatan layanan teknologi modifikasi cuaca untuk pengisian waduk dengan 2 mitra yaitu PT vale Indonesia dan PT PLN
Dapat dicapai • Layanan teknologi survey kelautan
Dengan kemampuan SDM dan fasilitas peralatan yang memadai dapat dicapai layanan teknologi survey kelautan
• Layanan teknologi modofikasi cuaca
Dengan kemampuan SDM dan fasilitas peralatan yang memadai dapat dicapai layanan teknologi modifikasi cuaca
Relevan • Layanan teknologi survey kelautan
Dengan layanan teknologi survey kelautan yang ditunjang dengan wahana riset milik BTSK mampu melakukan kegiatan survey kelautan.
• Layanan teknologi modofikasi cuaca
Dengan teknologi hujan buatan mampu melakukan modifikasi cuaca untuk pengisian waduk PLTA.
Kurun waktu • Layanan teknologi survey kelautan
Kegiatan layanan teknologi survey kelautan dengan dua mitra dilakukan pada tahun fiskal 2016.
• Layanan teknologi modofikasi cuaca
Kegiatan layanan teknologi modifikasi cuaca dengan dua mitra dilakukan pada tahun fiskal 2016
A. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja untuk Sasaran Program 2 ditunjukkan pada tabel berikut;
Tabel 3.14 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja untuk sasaran program 2.
Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Mitra
Terwujudnya layanan di bidang
Pengembangan Sumber Daya Alam untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
Jumlah Layanan teknologi di bidang TPSA berupa Layanan Teknologi Survey Kelautan
2 2 100% Balai Teknologi Survey Kelautan KKP, BMKG,
NOAA, Jastec
Jumlah Layanan teknologi di bidang TPSA berupa Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca
2 2 100% Balai Besar Teknologi Modifikasi
Cuaca
PT PLN, PT vale, PT Inalum
B. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya
Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis untuk Sasaran Program 2 ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3. 41 Perbandingan realisasi kinerja SP 2 dengan tahun sebelumnya
C. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah
Kegiatan layanan jasa teknologi survei kelautan merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya sebagai satuan kerja yang harus mencari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Realisasi kinerja tahunan pada umumnya diukur dari jumlah layanan jasa teknologi survei kelautan (PNBP) yang sangat terkait dengan jumlah pemasukan PNBP sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan
Pada tahun 2016 target penerimaan PNBP sebesar Rp 9.450.000.000, dan realisasi kinerja selama tahun anggaran 2016 adalah jumlah layanan/kontrak sebanyak 4 buah terdiri atas 1 kontrak PNBP Balai Teksurla dengan BPPL KKP survei Fish Stok Assessment di Samudera Hindia selama 36 hari, 1 kontrak PNBP Balai Teksurla dengan BPPL KKP survey Fish Stok Assessment di selat Makassar dan laut Arafura selama 50 hari, 1 kontrak PNBP Balai Teksurla dengan BMKG survei Recovery dan Deployment Bouy ATLAS di samudera
Hindia selama 29 hari dan 1 kontrak PNBP Balai Teksurla dengan JAMSTEC JAPAN survey Recovery dan Deployment Bouy M-Triton di samudera Hindia selama 29 hari.
Capaian kinerja program layanan TMC tahun 2016 menuju target akhir sesuai dokumen Renstra 2015-2019 digambarkan dalam gambar berikut;
Gambar 3. 42 Perbandingan realisasi kinerja program TMC terhadap target jangka menengah
D. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika memang sudah ada)
• Tidak ada standard nasional Indonesia (SNI) aplikasi TMC untuk penurunan tingkat resiko bencana Karhutla.
• Tidak ada standard nasional Indonesia (SNI) aplikasi TSK untuk eksplorasi sumber daya kelautan.
E. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan untuk Sasaran Program 1:
a. Faktor penyebab keberhasilan/peningkatan kinerja:
• Layanan Teknologi Survey Kelautan
1. Kegiatan layanan jasa teknologi survei kelautan merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya sebagai satuan kerja yang harus mencari
PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Realisasi kinerja tahunan pada umumnya diukur dari jumlah layanan jasa teknologi survei kelautan (PNBP) yang sangat terkait dengan jumlah pemasukan PNBP sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.
Pada tahun 2016 target penerimaan PNBP sebesar Rp 9.450.000.000, dan realisasi kinerja selama tahun anggaran 2016 adalah jumlah layanan/kontrak sebanyak 4 buah terdiri atas 1 kontrak NBP Balai Teksurla dengan BPPL KKP survei Fish Stok Assessment di Samudera Hindia selama 36 hari, 1 kontrak PNBP Balai Teksurla dengan BPPL KKP survei Fish Stok Assessment di selat Makassar dan laut Arafura selama 50 hari, 1 kontrak PNBP Balai Teksurla dengan BMKG survei Recovery dan Deployment Bouy ATLAS di samudera Hindia selama 29 hari dan 1 kontrak PNBP Balai Teksurla dengan JAMSTEC JAPAN survei Recovery dan Deployment Bouy M-Triton di samudera Hindia selama 29 hari.
2. Keberhasilan pencapaian kinerja tahun 2016 didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam melaksanakan kegiatan survey laut terutama survey fish stok assessment dan survey recovery dan deployment bouy. Disamping itu kesiapan kapal, peralatan survey dan penunjangnya sangat mendukung untuk Kesusksesan pelaksanaan survey sesuai dengan target yang telah ditetapkan mitra. Kerjasama dan networking yang telah dibangun baik di dalam maupun di luar negeri juga menjadi salah satu penyebab keberhasilan pencapaian kinerja. Kerjasama lintas unit dan sistem matriks yang diterapkan BPPT dalam system kerekayasaan sangat mempengaruhi keberhasilan kinerja.
• Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca
1. Profesionalisme Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca dalam menjalankan operasi TMC, sehingga hasil pelaksanaan TMC kerap kali mampu memberikan kepuasan bagi para pengguna jasanya.
2. Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca merupakan pelaku tunggal operator TMC di Indonesia, tidak ada pesaing (kompetitor) lain yang melayani jasa serupa.
3. Nilai manfaat hasil TMC yang sudah mulai bisa dipahami oleh sejumlah pengguna jasa (khususnya dari para pengelola waduk PLTA dan irigasi), sehingga mereka mulai menerima konsep TMC dalam skema praktek pengelolaan sumberdaya air
yang mereka rencanakan. Dalam hal ini, TMC tidak harus semata-mata hanya perlu dilakukan saat mengalami defisit air, tetapi lebih kepada untuk menjaga ketersediaan air secara optimal agar mampu menghasilkan produksi listrik maupun pasokan air irigasi secara maksimal dan kontinyu.
4. Relationship yang terjalin dengan baik antara Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca dengan sejumlah pengguna jasanya
b. Faktor penyebab kegagalan/penurunan kinerja:
• Layanan Teknologi Survey Kelautan
1. Kondisi wahana survei yang telah berumur sehingga memerlukan perawatan yang lebih intensif
2. Ketersediaan suku cadang wahana yang terbatas 3. Keterbatasan kapten dan awak kapal
• Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca
1. Meskipun dari sisi volume kegiatan capaian program ini dinilai berhasil memenuhi target 100%, namun dari sisi penerimaan pagu anggaran PNBP sebetulnya capaian program ini hanya mampu memenuhi penerimaan PNBP sebesar Rp. 15.869.418.342,- dari beban pagu anggaran sebesar Rp. 18.482.960.000,-, atau hanya tercapai sekitar 85.86% dari yang ditargetkan. Persentase capaian tahun 2016 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yang sebesar 47%
2. Salah satu faktor utama yang menyebabkan belum mampu terpenuhinya target perolehan PNBP dari layanan jasa Teknologi Modifikasi Cuaca di tahun 2016 ini disebabkan oleh masih belum tersedianya armada pesawat milik Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca yang siap pakai untuk mendukung kegiatan pelayanan jasa TMC, sebagaimana telah dibahas pada bagian Pendahuluan. Pelayanan jasa TMC yang terlaksana pada tahun 2016 didukung oleh armada pesawat milik PT Pelita Air Service (untuk PNBP) dan juga dari TNI-AU (untuk swakelola). Kondisi demikian menyebabkan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca juga tidak mampu melayani sejumlah pihak pengguna jasa lain yang sempat mengajukan permintaan layanan jasa TMC di sepanjang tahun 2016. Seandainya tidak ada kendala tersebut, bukan tidak mungkin target pagu perolehan PNBP di tahun 2016 mampu
terpenuhi, bahkan mungkin saja mampu melebihi target dengan melihat banyaknya permintaan layanan jasa TMC yang diterima oleh Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca di sepanjang tahun 2016.
c. Alternatif solusi yang dilakukan:
• Layanan Teknologi Survey Kelautan
1. Diperlukan adanya revitalisasi wahana survei untuk meningkatkan kinerja layanan teknologi survey kelautan
• Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca
1. Diperlukan adanya revitalisasi wahana survei untuk meningkatkan kinerja layanan teknologi modifikasi cuaca
F. Analisis atau efisiensi penggunaan sumber daya untuk Sasaran Program 2:
• Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia Layanan Teknologi Survey Kelautan
Penggunaan SDM yang relative efisien tentunya menjadi prioritas dalam pelaksanaan kegiatan ini. Hal ini disebabkan banyaknya kegiatan lain yang juga membutuhkan SDM. Dengan demikian kebutuhan akan tenaga ahli yang sesuai sangat penting untuk efisiensi penggunaan SDM. Sistem matrix SDM merupakan solusi untuk efisiensi SDM ini.
Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca
Untuk mengefisienkan penggunaan SDM, BBTMC dalam kegiatannya juga bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi di lokasi setempat.
• Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan: Layanan Teknologi Survey Kelautan
Penggunaan anggaran yang sangat efisien melalui prioritasi penggunaan anggaran. Prioritas anggaran diarahkan untuk biaya mensukseskan kegiatan PNBP dari masing-masing kontrak sesuai dengan target dari mitra. Selain itu, prioritas anggaran untuk pengadaan bahan-bahan dan material hanya untuk menunjang kesuksesan kegiatan layanan jasa teknologi survei kelautan. Perjalanan dinas harus dioptimalkan dalam rangka pelaksanaan layanan jasa survei dan teknologi kelautan.
Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca
BBTMC melakukan kerjasama untuk mencari sumber pendanaan lainnya guna menunjang kegiatan TMC, sebagai contoh pendanaan eksternal yang bersumber