LAPORAN
KINERJA
LAPORAN KINERJA TPSA
TAHUN ANGGARAN 2016
KEDEPUTIAN BIDANG
TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Tim Penyusun
Pengarah:
Wimpie Agoeng N Aspar / Deputi Kepala TPSA
Penanggungjawab/Ketua Tim :
Rudi Nugroho / Direktur PTL
Anggota Tim:
Muhammad Hanif / Kabag Program & Anggaran PTL Syabarudin Zikri/Kabag Program & Anggaran PTPSM Wahyu Purwanta / PTL Gunawan / PTPSM Nana Sudiana / PTRRB Budi Harsoyo / BBTMC Muhammad Irfan / BTSK Ikhsan Budi Wahyono / BTSK M. Abdul Kholik / BTPAL
Sekretaris:
IKHTISAR EKSEKUTIF
Kedeputian bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) sebagai salah satu unit kerja eselon 1 di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam. Hal ini diwujudkan dengan fungsi Kedeputian bidang TPSA dalam perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi pengembangan sumberdaya alam, pelaksanaan kegiatan teknologi pengembangan sumberdaya wilayah, teknologi pengembangan sumberdaya mineral, teknologi reduksi risiko bencana dan teknologi lingkungan, dan pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan penerapan teknologi pengembangan sumberdaya alam.
Rencana kerja dan akuntabilitas kinerja Kedeputian bidang TPSA dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut tercermin dari program dan kegiatan yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) BPPT dan Renstra Kedeputian bidang TPSA.
Laporan Kinerja (LKj) Kedeputian bidang TPSA 2016 ini berisi penjelasan umum organisasi, tugas dan fungsi, profil sumber daya manusia (SDM) dan perencanaan kinerja serta akuntabilitas kinerja TPSA berupa rencana dan capaian atas target kinerja selama TA 2016 yang disusun secara akuntabel, obyektif dan transparan.
Secara umum, seluruh kinerja TPSA TA 2106 dapat tercapai dengan baik dengan terpenuhinya target kinerja sesuai sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Capaian kinerja Kedeputian bidang TPSA TA 2016 mengacu kepada sasaran program, indikator kinerja dan target yang telah ditetapkan pada perjanjian kinerja TA 2016 yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
● Sasaran Program ke-1 terkait "Terwujudnya inovasi di bidang Pengembangan Sumber Daya Alam untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa" dengan 1 (satu) Indikator Kinerja yaitu "Jumlah inovasi di bidang TPSA yang dihasilkan" yang terdiri dari "menurunnya tingkat resiko bencana" dengan Target 2 (dua) propinsi dan "inovasi teknologi peningkatan kualitas air di kawasan kampus dan perkantoran" dengan
Target 1 (satu) pilot project. Dari hasil pengukuran kinerja dengan membandingkan realisasi dan target kinerja diperoleh bahwa semua target tersebut tercapai 100%.
yang terdiri dari Layanan Teknologi Survey Kelautan dengan Target 2 (dua) layanan dan Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca dengan Target 2 (dua) layanan serta Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan Target nilai B. Dari hasil pengukuran kinerja dengan membandingkan realisasi dan target kinerja diperoleh bahwa semua target tersebut tercapai 100%.
Analisis terhadap faktor-faktor yang mendukung peningkatan kinerja TPSA TA 2016 antara lain: (1) memiliki SDM yang kompeten dalam bidang pengkajian dan penerapan teknologi sumberdaya alam, kebencanaan dan lingkungan; (2) mengadopsi sistem dan tata kerja kerekayasaan yang bercirikan team work, well-structured dan well-documented; (3) memiliki sarana dan pra-sarana (seperti laboratorium, workship, alat uji, pilot plant, dll) yang relatif cukup memadai; (4) memiliki pengalaman dalam aplikasi hasil kegiatan untuk produk inovasi dan kerekayasaan tertentu bagi masyarakat, pemerintah daerah dan mitra industri.
Sedangkan analisis faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan kinerja TPSA TA 2016 antara lain: (1) masih minimnya kemampuan hilirisasi produk inovasi teknologi yang dihasilkan oleh TPSA yang berbasis pasar dengan tekno-ekonominya; (2) program masih bersifat inward-looking dan belum maksimal berorientasi pada kebutuhan dan permintaan pengguna (industri dan masyarakat); (3) koordinasi, komunikasi dan program kegiatan matrik TPSA dengan eselon 1 di Kedeputian di internal BPPT masih lemah; (4) masih tingginya kesenjangan komposisi usia, jenjang pendidikan dan bidang keahlian/kepakaran SDM.
Pada tahun 2016 total anggaran yang dikelola oleh Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam dengan pagu awalnya adalah sebesar Rp. 104.154.874.000,-. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk optimasi penggunaan anggaran secara nasional
dan pemotongan anggaran sesuai Nota Dinas Nomor
B.66/SETAMA/ND/KP.04.00/III/2016 tertanggal 03 Maret 2016 perihal pemotongan anggaran dalam rangka tunjangan kinerja BPPT TA 2016, terjadi pengurangan anggaran sebesar Rp. 26.526.577.220,-. Dengan demikian maka pagu akhir anggaran yang dikelola oleh kedeputian TPSA adalah sebesar Rp. 77.628.296.780,-. Dari rekapitulasi realisasi anggaran yang dilaksanakan oleh setiap unit kerja eselon II dan Satuan Kerja Balai, total realisasi anggaran mencapai Rp. 71.574.462.307.- (92,22%).
kerja Balai, tingkat capaiannya di bawah tingkat capaian unit kerja eselon II yaitu dari pagu akhir yang dapat digunakan sebedar Rp. 62.898.565.000,- dapat direalisasikan sebesar Rp. 56.462.034.894,- atau mencapai 90,71%.
DAFTAR ISI
1.1Penjelasan Umum Organisasi ... 1
1.1.1Sejarah Organisasi ... 2
1.1.2Tugas dan Fungsi ... 4
1.1.3Struktur Organisasi ... 4
1.1.4Sumber Daya Manusia ... 7
1.2Aspek Strategis dan Permasalahan Utama ... 9
1.3Sistematika Penyajian Laporan ... 9
BAB 2 PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1Rencana Strategis ... 20
2.1.1 Visi, Misi dan Arah Kebijakan Strategis BPPT 2015-2019. ... 20
2.1.2 Rencana Strategis Kedeputian TPSA 2015-2019. ... 21
2.2Rencana Kinerja Tahunan TPSA TA 2016 ... 23
2.3 Perjanjian Kinerja TPSA TA 2016. ... 23
BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Uraian Kegiatan ... 27
3.1.1Sasaran Program 1 ... 27
3.1.1.1Provinsi yang menurun tingkat resiko bencana ... 27
3.1.1.2Pilot project teknologi peningkatan kualitas air ... 35
3.1.2Sasaran Program 2 ... 42
3.1.2.1Pemanfaatan layanan jasa teknologi survey kelautan ... 42
3.1.2.2Pemanfaatan layanan jasa teknologi modifikasi cuaca. ... 51
3.2 Capaian Kinerja ... 61
Lampiran A: SK Tim Penyusun LKJ TPSA TA 2016
Lampiran B: Surat Tugas Tim Penyusun LKJ TPSA TA 2016
Lampiran C: Surat Keterangan LKJ TPSA TA 2016 telah dicek oleh unit kerja terkait Lampiran D: SOP Penyusunan Laporan Kinerja TPSA TA 2016
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rencana Kinerja Tahunan TPSA TA 2016 ... 23
Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja TPSA Tahun 2016 ... 24
Tabel 3.1 Rekapitulasi pengukuran kinerja tingkat lembaga ... 26
Tabel 3.2 Daftar Pelaksanaan Operasi TMC untuk Antisipasi Bencana Kabut Asap Karhutla Tahun 2016 ... 29
Tabel 3.3 Hasil dan Dampak Kegiatan TMC Untuk Antisipasi Bencana Kabut Asap Karhutla ... 31
Tabel 3.4 Ringkasan Sasaran Program ... 39
Tabel 3.5 Lokasi pelaksanaan kegiatan ... 43
Tabel 3.6 Kategori Kegiatan Dan Pengambilan Data ... 46
Tabel 3.7 Kategori Kegiatan dan Pengambilan Data ... 48
Tabel 3.8 Lokasi pelaksanaan kegiatan ... 51
Tabel 3.9 Daftar Pelaksanaan Operasi TMC Untuk Pengisian Waduk PLTA Tahun 2016 ..52
Tabel 3.10 Ringkasan Sasaran Program ... 53
Tabel 3.11 Kriteria indikator kinerja Program Inovasi di Bidang Pengembangan Sumber Daya Alam untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa ... 62
Tabel 3.12 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja untuk sasaran program 1. ... 64
Tabel 3.13 Kriteria indikator kinerja Program Layanan Teknologi di bidang Pengembangan Sumber Daya Alam untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa ... 71
Tabel 3.14 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja untuk sasaran program 2. ... 72
Tabel 3.15 Realisasi Anggaran Kedeputian TPSA 2016 dirinci berdasarkan unit kerja ... 81
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Struktur organisasi kedeputian bidang TPSA ... 5
Gambar 1. 2 Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 8
Gambar 1. 3 Komposisi SDM Unit Kerja Kedeputian TPSA berdasarkan Jabatan Fungsional ... 9
Gambar 1. 4 Peringkat Daya Saing dan Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia 2015-2016 ... 11
Gambar 3. 1 Foto-foto Kegiatan Operasi TMC Untuk Mitigasi Bencana Asap Karhutla di Pulau Sumatera dan Kalimantan tahun 2016 ... 30
Gambar 3. 2 Paradigma Baru TMC Untuk Antisipasi Bencana Asap Karhutla ... 31
Gambar 3. 3 Konfigurasi sistem deteksi kelembaban lahan gambut ... 32
Gambar 3. 4 Pemasangan beberapa peralatan Monitoring dan EWS Karhutla ... 33
Gambar 3. 5 Perbandingan jumlah titik api di Pulau Sumatera (atas) dan Kalimantan (kanan) di tahun 2016, tahun 2015 dan rerata historisnya ... 34
Gambar 3. 6 Arahan Presiden Joko Widodo dalam Rakornas Pengendalian Karhutla 2017..35
Gambar 3. 7 Pemberitaan teknologi Arsinum di beranda UTS ... 37
Gambar 3. 8 Pemberitaan teknologi Arsinum di beranda media massa lokal ... 38
Gambar 3. 9 Pengambilan sample kualitas air tanah ... 38
Gambar 3. 10 Perakitan Alat Arsinum untuk Universitas Teknologi Sumbawa ... 39
Gambar 3. 11 Demo alat Arsinum untuk Universitas Teknologi Sumbawa ... 39
Gambar 3. 12 Nota Kesepahaman dan testimoni antara BPPT dan BNPB ... 41
Gambar 3. 13 Berita acara pengelolaan aset dan testimoni dari UTS ... 41
Gambar 3. 14 Lokasi Recovery dan Redeployment Buoy ATLAS ... 43
Gambar 3. 15 Kegiatan Recovery Buoy Rama/Atlas ... 44
Gambar 3. 16 Kegiatan Redeployment Buoy Rama/Atlas ... 44
Gambar 3. 17 Tim Survei BTSK, BMKG dan NOAA ... 44
Gambar 3. 18 Peta Lokasi pengambilan data meliputi Barat Sumatera (WPP 572) ... 45
Gambar 3. 19 Kegiatan Pengambilan Sampel Ikan ... 46
Gambar 3. 20 Kegiatan Identifikasi sampel di KR. Baruna Jaya IV ... 47
Gambar 3. 21 Tim Survei BTSK dan BPPL ... 47
Gambar 3. 22 Peta Lokasi pengambilan data meliputi Selat Makasar (WPP 513) dan Perairan Arafuru (WPP 518) ... 48
Gambar 3. 23 Kegiatan Pengambilan Sampel Ikan ... 49
Gambar 3. 24 Kegiatan Identifikasi sampel di KR. Baruna Jaya IV ... 49
Gambar 3. 25 Tim Survei BTSK dan BPPL ... 50
Gambar 3. 26 Lokasi recovery dan re-deployment m-TRITON ... 50
Gambar 3. 27 Kegiatan Deploy dan Recovery Buoy m-TRITON ... 51
Gambar 3. 28 Foto-foto Kegiatan Pelayanan Jasa TMC Untuk Pengisian Waduk PLTA di tahun 2016 ... 53
Gambar 3. 30 Kontrak PNBP Antara Pusat Iklim Agroklimat dan Iklim Maritim
BMKG dan Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT ... 56
Gambar 3.31 Kontrak PNBP Antara Balai Penelitian Perikanan Laut KKP dan
Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT – Survey WPP 572, WPP 573 ... 57
Gambar 3.32 Kontrak PNBP Antara Balai Penelitian Perikanan Laut KKP dan
Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT – Survey WPP 513, dan WPP 518 ... 58
Gambar 3.33 Kontrak PNBP antara MARITEC-JAMSTEC dan Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Tentang Recovery dan Redeployment Buoy M-
TRITON ... 59
Gambar 3.34 Kuesioner Indeks Kepuasan Masyarakat Antara Balai Teknologi
Survei Kelautan dan Balai Penelitian Perikanan Laut KKP ... 59
Gambar 3.35 Kuesioner Indeks Kepuasan Masyarakat Antara Balai Teknologi
Survei Kelautan dan BMKG ... 60
Gambar 3.36 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indeks Kepuasan Masyarakat Balai
Teksurla 2016 ... 60
Gambar 3.37 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indeks Kepuasan Masyarakat Balai
Besar Teknologi Modofikasi Cuaca tahun 2016 ... 61
Gambar 3.38 Perbandingan realisasi kinerja SP 1 dengan tahun sebelumnya ... 65
Gambar 3.39 Realisasi program inovasi penurunan resiko bencana terhadap
rencana jangka menengah ... 66
Gambar 3.40 Realisasi program inovasi teknologi peningkatan kualitas air di
kawasan kampus dan perkantoran terhadap rencana jangka menengah ... 67
Gambar 3.41 Hasil uji lab kualitas air minum teknologi Arsinum di UTS dibanding SNI ... 67
Gambar 3.42 Perbandingan realisasi kinerja SP 2 dengan tahun sebelumnya ... 73
Gambar 3.43 Perbandingan realisasi kinerja program TMC terhadap target
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Penjelasan Umum Organisasi
Kedeputian bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) merupakan
bagian dari institusi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang secara spesifik
memiliki kiprah yang menonjol dalam 3 (tiga) bidang teknologi yaitu bidang teknologi
sumberdaya alam dan kelautan, bidang teknologi kebencanaan dan bidang teknologi
lingkungan. Kombinasi yang sinergis dan harmonis antara sumberdaya alam yang beragam dan
melimpah serta penguasaan akan teknologi kebumian adalah suatu jalan untuk menuju
kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Dalam hal ini, Kedeputian bidang TPSA ditugaskan
untuk menghasilkan produk teknologi yang dapat memaksimalkan hasil guna sumberdaya alam
secara berkelanjutan serta mengurangi risiko bencana bagi masyarakat.
Dalam kiprahnya tersebut, Kedeputian bidang TPSA telah menghasilkan beberapa
produk unggulan yang telah dimanfaatkan pada berbagai stakeholder antara lain: (a) Teknologi
Penginderaan Jauh (Remote Sensing), Sistem Informasi Geografi (SIG), Sistem Survey Terestrial
Terpadu, dan Sistem Iklim telah banyak dimanfaatkan pada berbagai sektor terutama
pertanian, kelautan dan perikanan serta kehutanan; (b) Teknologi karakterisasi sumberdaya
gambut, penyusunan masterplan pengelolaan gambut, teknologi pemanfaatan gambut untuk
media tanam dan penyuburan lahan kritis; (c) Teknologi biocyclofarming dan ameliorasi untuk
peningkatan produktivitas bentang lahan kritis, lahan bekas tambang dengan dibentuknya
kawasan Agro Tekno Park (ATP) di berbagai daerah di Indonesia; (d) Teknologi Pengelolaan
dan Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Pesisir; (e) Teknologi mitigasi
bencana dan pengurangan risiko bencana dengan Sistem Reduksi Risiko Bencana (SIRRMA),
Sistem Peringatan Dini Banjir (FEWS), Sistem Peringatan Dini Longsor (LEWS), dan Rapid
Assessment Mitigation Unit (RAMU); (f) Teknologi pengolahan air siap minum (arsinum)
yang telah banyak diapliksikan di berbagai daerah dalam rangka mendukung pencapaian target
Pembangunan Milenium (MDGs) dan Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA) dan
Sistem Teknologi Pengolahan Air (SITPA) untuk daerah-daerah tertinggal serta teknologi
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) melalui Reusable Sanitary Landfill (RSL). Selain itu,
bidang transfer teknologi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; (g) teknologi instalasi
pengolahan air limbah dan teknologi remediasi yang berbasiskan pada pemanfaatan agensia
biologi; (h) Teknologi eksplorasi mineral yang tidak bersifat destruktif yang telah terbukti
unggul dalam eksplorasi batubara, bijih besi serta mineral lain untuk mengurangi dampak
kegiatan penambangan; (i) Teknologi modifikasi cuaca yang telah diaplikasikan secara nasional
sejak tahun 1979 dengan berbagai tujuan, diantaranya untuk menambah curah hujan bagi
sektor pertanian, untuk pengisian air waduk dalam mendukung pengelolaan PLTA,
mengurangi curah hujan untuk mengatasi banjir/longsor, dan untuk mengurangi kabut asap
akibat kebakaran hutan dan lahan; (j) Teknologi survei kelautan dengan 4 (empat) armada
Kapal Riset Baruna Jaya dalam mewujudkan pelayanan jasa survey, riset dan observasi
kelautan melalui pendekatan teknologi yang handal dan tangguh, telah melakukan
pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas Lepas pantai dengan survey seismik 2D dan
seismik pseudo 3D untuk akurasi eksplorasi seismik migas lepas pantai.
1.1.1 Sejarah Organisasi
Dengan Keputusan Presiden No. 25 Tahun 1978 tentang pembentukan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), maka dibentuklah Direktorat Pengembangan
Kekayaan Alam BPPT. Direktorat Pengembangan Kekayaan Alam BPPT bertugas
menyelenggarakan pengkajian dan penerapan teknologi dalam pengembangan dan
pemanfaatan kekayaan alam.
Selanjutnya, dengan terbitnya Keputusan Presiden No. 31 Tahun 1982, Direktorat
Pengembangan Kekayaan Alam BPPT dimekarkan menjadi Deputi Bidang Pengembangan
Kekayaan Alam BPPT. Selain melaksanakan empat tugas pokok BPPT yaitu: (a) Perumusan
Kebijakan; (b) Koordinasi Program; (c) Pelayanan Jasa Teknologi; (d) Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, Kedeputian Bidang Pengembangan Kekayaan Alam juga melaksanakan
fungsi pengkajian dan penerapan teknologi dalam bidang pengembangan dan pemanfaatan
kekayaan alam untuk menunjang program pembangunan. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsi ini, organisasi Kedeputian Bidang Pengembangan Kekayaan Alam disusun menjadi: a)
Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Alam; b) Direktorat Pengembangan Sumberdaya
Mineral; c) Direktorat Pengembangan Sumberdaya Non Mineral; d) Unit Pelaksana Teknis
Hujan Buatan.
Pada periode 1982-1992, program dan kegiatan yang menonjol di Kedeputian
Mineral Fosfat dan Mineral Kaolin, kegiatan survei dan riset kelautan dengan manca negara,
dan mulai berdatangannya kapal riset Baruna Jaya, program pengembangan aplikasi remote
sensing, operasi hujan buatan di DAS Citarum, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.
Melalui Keppres No. 47 Tahun 1991, organisasi Kedeputian Pengembangan Kekayaan
Alam BPPT semakin disempurnakan dengan penambahan 1 (satu) Direktorat dan
diperkenalkannya struktur organisasi Sub Direktorat. Keppres ini tetap menegaskan empat
Tugas Pokok BPPT, dimana fungsi Kedeputian Pengembangan Kekayaan Alam BPPT adalah
Pembinaan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di bidang Teknologi Inventarisasi
Sumberdaya Alam, Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral, Teknologi Pengembangan
Sumberdaya Energi dan Teknolgi Pengembangan Sumberdaya Lahan dan Mitigasi Bencana.
Organisasi Kedeputian Pengembangan Kekayaan Alam, sesuai Keppres no.47 Tahun 1991
disusun sebagai berikut: (a) Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (TISDA);
(b) Direktorat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (TPSE); (c) Direktorat
Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral (TPSM); (d) Direktorat Teknologi
Pengembangan Sumberdaya Lahan dan Mitigasi Bencana (TPSLM); (e) Unit Pelaksana Teknis
Hujan Buatan.
Pada periode 1992-1999, melalui Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara, tertanggal 26 Pebruari 1998, dibentuklah Unit Pelaksana Teknis Baruna Jaya BPPT.
Berbagai kegiatan unggulan terus ditampilkan oleh Kedeputian PKA BPPT antara lain:
Pencanangan Konsep Benua Maritim Indonesia, Pencanangan Deklarasi Bunaken,
Pembangkit Listrik energi Biomassa BIONER 1, Butonic Mastic Asphalt, Semen Podzoland
dan pupuk dolomit, Penerapan berbagai aplikasi sistem informasi Geografis untuk POLRI,
untuk PPM Dep Kesehatan, untuk Pemantauan PEMILU 1999 serta untuk eksplorasi
perikanan, aplikasi sumberdaya gambut, operasi modifikasi cuaca untuk pemadaman
kebakaran hutan dan pencegahan banjir.
Pada periode 1998-1999, BPPT mengalami proses revitalisasi melalui Keppres No.
117/1998, organisasi BPPT dirampingkan kembali. Untuk selanjutnya, Kedeputian
Pengembangan Kekayaan Alam berubah namanya menjadi Kedeputian Teknologi
1.1.2 Tugas dan Fungsi
Pola perumusan tugas dan fungsi Kedeputian Bidang TPSA, diatur sebagaimana dalam
Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sebagai
berikut:
1. Deputi Bidang TPSA adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPPT di
bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam, yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada kepala;
2. Deputi Bidang TPSA dipimpin oleh Deputi;
3. Deputi Bidang TPSA mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam.
4. Dalam Melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud di atas, Deputi Bidang TPSA
menyelenggarakan fungsi:
a). Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang pengkajian dan penerapan
teknologi pengembangan sumberdaya alam;
b). Pelaksanaan kegiatan teknologi pengembangan sumberdaya wilayah, teknologi
pengembangan sumberdaya mineral, teknologi reduksi risiko bencana dan
teknologi lingkungan;
c). Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan penerapan
teknologi pengembangan sumberdaya alam; dan
d). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.
1.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi TPSA adalah bagian dari organisasi BPPT yang merupakan
kerangka dalam pola tetap hubungan diantara fungsi-fungsi, unit-unit, atau posisi-posisi,
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab
yang berbeda-beda dalam satu organisasi BPPT. Struktur organisasi BPPT mengandung
unsur-unsur sebagai berikut:
a) Spesialisasi kegiatan, yaitu berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas dalam organisasi
BPPT;
b) Standardisasi kegiatan, yaitu prosedur-prosedur yang digunakan untuk menjamin
c) Koordinasi kegiatan, yaitu menunjukkan prosedur-prosedur yang mengintegrasikan
fungsi-fungsi satuan kerja dalam organisasi BPPT;
d) Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan yang menunjukkan lokasi (letak)
kekuasaan pembuatan keputusan;
e) Ukuran satuan kerja yang menunjukkan level eselonisasi suatu unit kerja.
Struktur organisasi Kedeputian Bidang TPSA adalah bagian dari struktur organisasi BPPT
berdasarkan:
1. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
2. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 010 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca.
3. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 017 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknologi Survey Kelautan.
4. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 018 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknologi Pengolahan Air dan Limbah.
Gambar 1. 1 Struktur organisasi kedeputian bidang TPSA
Bagan organisasi Kedeputian Bidang TPSA merupakan gambaran struktur organisasi
yang memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, unit-unit atau posisi-posisi dan menunjukkan
bagaimana hubungan diantaranya. Satuan-satuan organisasi yang terpisah digambarkan dalam
bentuk kotak-kotak, dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan garis yang menunjukkan
rantai perintah dan jalur komunikasi. Bagan organisasi Kedeputian Bidang TPSA
menggambarkan 5 (lima) aspek suatu struktur organisasi, yaitu sebagai berikut:
1. Pembagian kerja. Setiap kotak menunjukkan jabatan, individu atau satuan organisasi
tertentu, yang bertanggungjawab untuk kegiatan tertentu pula.
2. Pimpinan dan bawahan atau rantai perintah, yang menunjukkan hubungan wewenang dan
tanggung jawab antara atasan dan bawahan. Rantai ini dimulai dari jenjang organisasi yang
tertinggi sampai dengan jenjang organisasi yang terendah. Dalam hal ini asas kesatuan
perintah jelas, dimana setiap bawahan menerima tugas dan pelimpahan wewenang hanya
dari seorang pimpinan dan mempertanggungjawabkannya juga hanya kepada seorang
pimpinan.
3. Bentuk pekerjaan yang dilaksanakan. Deskripsi pada setiap kotak menunjukkan pekerjaan
tertentu.
4. Pengelompokkan segmen-segmen pekerjaan. Keseluruhan bagan menunjukkan atas dasar
apa kegiatan-kegiatan organisasi dibagi habis. Apakah berdasarkan fungsi, proses atau
lainnya. Tingkatan manajemen. Suatu bagan menunjukkan keseluruhan hierarki
manajemen.
Nomenklatur yang digunakan merupakan nomenklatur yang menggambarkan secara
singkat, jelas dan tepat mengenai kedudukan, tugas dan fungsi unit atau jabatan dalam suatu
unit organisasi Kedeputian Bidang TPSA. Dalam menetapkan nomenklatur didasarkan pada
butir-butir informasi dalam uraian jabatan (rumusan serta rincian tugas dan fungsi), sifat tugas
unit yang bersangkutan (pembantu pimpinan, pelaksana, pengawasan, penunjang atau
pendukung). Pada nomenklatur jabatan setingkat eselon I yang dipergunakan adalah dalam
lingkup bidang teknologi yang masih tetap menunjukkan respon BPPT terhadap
perubahan-perubahan internal dan ekternal. Oleh karena itu tidak ada perubahan-perubahan nomenklatur jabatan
setingkat eselon I di BPPT.
Untuk nomenklatur jabatan setingkat eselon II, yang dipergunakan adalah Fungsi yang
nomenklatur eselon III pada unsur pelaksana, yang dipergunakan adalah mengacu pada fungsi
tata usaha dan layanan jasa bidang teknologi.
Nomenklatur yang ditetapkan tidak sama atau lebih tinggi bobotnya dibandingkan
dengan unit organisasi di atasnya. Secara prinsip, nomenklatur organisasi BPPT dapat dilihat
pada Tabel 1.1.
Tabel 1. 1. Nomenklatur BPPT
No Uraian Nomenklatur
1 Unsur Pembantu Pimpinan
Sekretariat Utama
2 Unsur Pelaksana a. Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi
b. Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam
c. Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi
d. Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
e. Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa
3 Unsur Pengawasan Inspektorat
4 Unsur Penunjang a. PusatPembinaanPendidikanPerekayasaandanAuditor Teknologi
b. PusatPelayananTeknologi
1.1.4 Profil Sumber Daya Manusia TPSA
TPSA memiliki SDM yang unggul dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari berbagai
disiplin ilmu dan bidang keahlian. Berdasarkan data per Januari 2017 secara keseluruhan SDM
TPSA berjumlah 449 orang. Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Gambar 1. 2 Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan
Komposisi SDM Kedeputian TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan tersebut tersebar
di Kedeputian dan unit kerja di bawahnya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 1.2. Distribusi Jumlah SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan pada
masing-masing Unit Kerja dan Satker
No Unit kerja Jenjang Pendidikan
<S1 S1 S2 S3
1 PTPSW 2 11 25 17
2 PTPSM 5 19 16 2
3 PTRRB 6 9 25 9
4 PTL 4 27 26 17
5 BBTMC 8 37 25 6
6 BTSK 35 25 21 4
7 BTPAL 8 12 11 3
Selanjutnya distribusi SDM TPSA berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat pada Gambar
1.3.
16%
34% 36%
14%
Gambar 1. 3 Komposisi SDM Unit Kerja Kedeputian TPSA berdasarkan Jabatan Fungsional
1.2. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama (Strategic Issues)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan lembaga pemerintah
yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk
mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional. Sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari BPPT, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA),
perlu membuat suatu rencana strategis untuk menjamin bahwa tugas pokok dan fungsi serta
peran deputi bidang TPSA dapat dilaksanakan dengan baik, serta dapat mendukung
tercapainya sasaran strategis BPPT serta target pembangunan nasional yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Secara spesifik,
Kedeputian Bidang TPSA memiliki kiprah yang menonjol dalam 3 bidang teknologi yaitu
bidang teknologi SDA dan Kelautan, bidang teknologi Kebencanaan dan bidang teknologi
Lingkungan.
Dalam RPJMN 2015-2019 telah dirumuskan 9 (sembilan) agenda prioritas dalam
pemerintahan ke depan yang disebut sebagai NAWA CITA. Kedeputian Bidang TPSA dalam
program-programnya secara strategis terkait dengan Nawa Cita ke-6 yaitu meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju
dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Dimana, Kedeputian bidang TPSA
berkomitmen untuk meningkatkan anggaran riset dalam mendorong inovasi teknologi, dan
para inventor. Pembangunan sejumlah Science dan Techno Park di daerah-daerah, politeknik dan
SMK-SMK dengan prasana dan sarana dengan teknologi terkini. Juga akan meningkatkan daya
saing ini dan akan memanfaatkan potensi yang belum tergarap dengan baik tetapi memberi
peluang besar untak meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, yakni, industri
manufaktur, industri pangan, sektor maritim, dan pariwisata. Selanjutnya, strategis program
kedeputian bidang TPSA juga terkait dengan Nawa Cita ke-7 yaitu mewujudkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Dimana kedeputian
bidang TPSA akan mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem
inovasi nasional (Kerjasama Swasta-Pemerintah-Perguruan Tinggi) khususnya untuk sektor
pertanian dan industri; serta riset dan pengembangan dasar didukung dengan dana pemerintah.
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta
mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa
Indonesia ke depan, maka program-program di kedeputian TPSA akan mendukung 2 (dua) hal
dari kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019, yaitu: (a) Meningkatkan Pengelolaan
dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan
pengelolaan dan nilai tambah SDA adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui
peningkatan produktivitas dan perluasan areal pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai
tambah komoditi pertanian dan perikanan, meningkatkan produktivitas sumber daya hutan,
mengoptimalkan nilai tambah dalam pemanfaatan sumber daya mineral dan tambang lainnya,
meningkatkan produksi dan ragam bauran sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan
pemerataan dalam pemanfaatan energi, mengembangkan ekonomi kelautan yang terintegrasi
antarsektor dan antarwilayah, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan
keragaman hayati Indonesia yang sangat kaya; (b) Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup,
Mitigasi Bencana Alam dan Penanganan Perubahan Iklim. Arah kebijakan peningkatan kualitas
lingkungan hidup, mitigasi bencana dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan
pemantauan kua-litas lingkungan, pengendalian pencemaran dan kerusakan ling-kungan hidup,
penegakan hukum lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan
pemerintah dan masyarakat terhadap bencana, serta memperkuat kapasitas mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim.
Namun, dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan
tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya saing
Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index – GCI)
pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015 namun menurun menjadi
37 di tahun 2015-2016. Tetapi di level ASEAN peringkat daya saing ini lebih rendah
dibandingkan Singapura (2), Malaysia (18), Thailand (34), dan lebih tinggi dibandingkan
Filipina (47), Vietnam (56), Laos (83) dan Myanmar (131) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.
4.
Gambar 1. 4 Peringkat Daya Saing dan Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia 2015-2016
Pilar inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah dibandingkan dengan sembilan
pilar lainnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 1.4. Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum
berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Hal ini mencerminkan
bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia.
Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai
masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini telah mengakibatkan
ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi
produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang
diharapkan. Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan
pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat.
Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang
menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan
Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi
Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi. Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat 3
(tiga) pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: (1) Kesiapan
Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Dayaserap Teknologi
Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan
Telpon Gerak/100 Penduduk; (2) Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok
Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif,
Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses
Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang); dan (3) Inovasi
dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang
Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan Pemerintah untuk Produk
Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.
Dari 12 pilar daya saing tersebut, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka aspek strategis dan permasalahan utama yang
terkait dengan bidang-bidang di kedeputian TPSA, secara umum dapat diformulasikan sebagai
beikut:
• Di bidang teknologi sumber daya alam dan kelautan, layanan jasa teknologi survey laut
sangat penting dalam mendukung program-program di bidang kemaritiman. Survei
maupun data surface digunakan instansi atau mitra terkait untuk pengkajian studi iklim
global maupun regional, serta dapat dimanfaatkan sebagai data dalam mendukung
penangkapan ikan-ikan pelagis di sekitar lokasi. Selain itu juga dapat digunakan untuk
prediksi dan pemantauan perubahan iklim, prediksi fenomena El-Nino/La-Nina,
peringatan dini cuaca ekstrem / badai tropis/anomaly cuaca di wilayah benua maritime
Indonesia.
• Di bidang teknologi kebencanaan, ancaman kekeringan yang disertai dengan realita
lapangan bahwa telah terjadi penurunan jumlah cadangan air pada waduk-waduk PLTA di
Indonesia, dan perlunya penanganan darurat dalam menghadapi bencana seperti bencana
asap akibat kebakaran lahan dan hutan, serta bencana banjir, perlu dilakukan modifikasi
terhadap cuaca.
• Di bidang teknologi lingkungan, sasaran nasional berupa perbaikan mutu lingkungan hidup
dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan
lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
Dalam laporan kinerja ini difokuskan pada strategic issues dari teknologi modifikasi
cuaca (TMC) dan teknologi survei kelautan. Peranan TMC dalam upaya mitigasi bencana
hidrometeorologi maupun untuk pengelolaan sumberdaya air di Indonesia telah tertuang
dalam beberapa regulasi produk hukum yang berlaku di tanah air, antara lain sebagai berikut:
a). Peran TMC dalam sistem pengelolaan sumberdaya air dimuat secara tegas dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dalam Pasal 38
ayat 1, yang menyatakan bahwa ”Pengembangan fungsi dan manfaat air hujan dilaksanakan dengan
mengembangkan Teknologi Modifikasi Cuaca”; b). Dalam hal mitigasi bencana asap kebakaran
hutan dan lahan, peran TMC juga diakui dan dibutuhkan sebagaimana dimuat dalam Instruksi
Presiden Republik Indonesia No. 11 Tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan; dan c). untuk mitigasi bencana banjir telah tercantum dalam
Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 4 Tahun 2012, tentang Penanggulangan
Bencana Banjir dan Tanah Longsor.
Instansi pemerintah (Badan Nasional Penanggulangan Bencana - BNPB, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Pemerintah Daerah) merupakan pengguna jasa TMC yang paling sering
memanfaatkan TMC untuk berbagai tujuan mitigasi bencana yang disebabkan oleh faktor
iklim dan cuaca, seperti bencana kekeringan, bencana asap kebakaran hutan dan lahan ataupun
bencana banjir. Sektor pengguna jasa TMC berikutnya adalah BUMN (PT. PLN Persero,
Perum Jasa Tirta) dan swasta (Perusahaan pertambangan) yang memanfaatkan TMC sebagai
bagian yang terintegrasi dengan praktek pengelolaan sumberdaya air dalam koridor bisnis yang
mereka lakukan.
Identifikasi permasalahan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca untuk menentukan strategi dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan TMC di Indonesia, antara lain:
a). Usia peralatan utama seperti pesawat terbang yang sudah tua memerlukan peremajaan
armada dan biaya pemeliharaan dari Negara,
b). Tidak tersedianya modal finansial yang diperlukan pada saat memulai pelaksanaan
pelayanan TMC,
c). Kemampuan konsolidasi dan negosiasi yang masih terbatas (baik internal maupun
eksternal),
d). Produk program penelitian dan pengembangan untuk mendukung TMC masih belum
optimal,
e). Belum mantapnya pola perencanaan dan pembinaan karyawan untuk memenuhi
f). Belum ada standar pelayanan minimal yang baku.
Strategic issues dari teknologi survei kelautan, dimana BPPT melalui unit kerja
teknis Balai Teknologi Survei Kelautan (Balai Teksurla) mengemban tugas mengelola 4 kapal
riset milik pemerintah yang berfungsi sebagai wahana riset kelautan dan kemaritiman di
seluruh wilayah perairan laut Republik Indonesia. Kapal riset yang dikelola BPPT adalah Kapal
Riset Baruna Jaya I, II, III, dan IV. Keempat kapal riset ini merupakan bagian dari armada
riset kelautan yang dimiliki pemerintah Indonesia. Instansi pemerintah lainnya yang mengelola
wahana riset kelautan diantaranya adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, dan Pusat Hidrografi
dan Oseanografi TNI AL. Aspek pengelolaan dan pemanfaatan armada riset kelautan menjadi
hal yang sangat strategis dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan melalui riset kelautan dan
kemaritiman.
Berbagai permasalahan riset di bidang iptek kelautan menjadi hal penting bagi negara
Indonesia sebagai indikator kemajuan teknologi di bidang kelautan dan kemaritiman. Riset
kelautan di Indonesia dijadikan dasar untuk mencapai teknologi eksplorasi sumberdaya
kelautan dalam rangka pemanfaatan potensi kekayaan laut di perairan negara Republik
Indonesia untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Sudah saatnya pemerintah
Indonesia harus fokus terhadap sarana dan prasarana survei kelautan yang dapat dijadikan
sebagai alat untuk eksplorasi sumberdaya kelautan, diantaranya adalah keberadaan kapal-kapal
riset khususnya yang dikelola oleh pemerintah sendiri. Kapal-kapal riset tersebut harus
dijadikan wahana survei dalam kerangka riset kelautan di wilayah perairan Indonesia yang
sangat luas sekitar 62% dari luas total wilayah RI. Oleh karena itu, keberadaan kapal riset di
Indonesia masih jauh dari memadai dalam eksplorasi sumberdaya kelautan di wilayah perairan
Indonesia.
Sesuai dengan visi misi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang
fokus menjadikan Indonesia menjadi poros maritim dunia, maka komitmen pemerintah
Indonesia untuk mendorong pembangunan di sektor kelautan dan kemaritiman menjadi
landasan BPPT untuk berperan serta dalam mendukung pembangunan nasional. Langkah
strategis ini menjadi pemicu untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana survei kelautan
khususnya di sektor pengembangan dan penerapan iptek kelautan dan kemaritiman untuk
menghadapi isu-isu dan tantangan-tantangan pembangunan kelautan dan kemaritiman yang
Kapal Riset Baruna Jaya BPPT yang dikelola oleh Balai Teknologi Survei Kelautan
(Balai Teksurla) sudah sewajarnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kebutuhan
pembangunan nasional di bidang kelautan dan kemaritiman. Dalam pemanfaatan kapal riset
tersebut, tentu saja wahana tersebut harus ditopang dengan dana riset yang mencukupi, dan
dana pengelolaan kapal yang memadai. Tahun anggaran 2016 ini Balai Teksurla diberi
tanggung jawab untuk mengelola kapal riset dan melakukan kegiatan riset dengan anggaran
yang sudah ditentukan. Anggaran yang diberikan belum bisa mengoptimalkan kemampuan
wahana riset dalam hal survei di laut dan menghasilkan data kelautan untuk kebutuhan riset
selanjutnya. Namun begitu, aktivitas riset kelautan Balai Teksurla tetap berjalan dengan baik
dan lancar.
Peningkatan anggaran untuk pengembangan sarana dan prasarana survei kelautan
sangat diperlukan agar BPPT dapat berperan aktif dalam pembangunan nasional di bidang
kelautan dan kemaritiman. Anggaran yang dimaksud adalah dana yang diperlukan untuk
revitalisasi 4 kapal riset BPPT agar selalu dalam kondisi siap berlayar untuk kegiatan riset
kelautan dan kegiatan pelayanan jasa survei kelautan untuk mitra pengguna jasa tersebut.
Disamping itu juga dibutuhkan dana peningkatan kualitas peralatan survei kelautan yang
sampai saat ini peralatan-peralatan tersebut sudah ketinggalan jaman. Diharapkan dengan
permasalahan utama yang ada ini, pemerintah akan selalu fokus pada pengembangan riset dan
iptek di sektor kelautan dan kemaritiman. Salah satunya adalah dengan meningkatkan anggaran
untuk kegiatan di sektor kelautan ini.
Pengelolaan Kapal Riset Baruna Jaya I, II, III, dan IV yang ditopang dengan anggaran
yang mencukupi akan meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi negara melalui layanan jasa
survei kelautan dengan skema PNBP (pendapatan negara bukan pajak). Sampai saat ini BPPT
sudah melakukan kegiatan layanan jasa survei kelautan melalui unit kerja Balai Teksurla yang
dirintis sejak tahun 1998. Mitra pengguna layanan jasa ini terdiri dari lembaga pemerintah RI,
industri nasional, industri internasional, dan lembaga riset internasional. Jaringan mitra yang
sudah menggunakan layanan jasa survei kelautan ini sudah cukup banyak, sehingga untuk
mempertahankan para mitra agar tetap menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya BPPT dalam
kegiatan risetnya, BPPT harus konsisten dalam mengelola 4 armada risetnya terutama dalam
alokasi dana agar armada riset tersebut selalu siap untuk berlayar dalam rangka pelayanan jasa
survei kelautan.
Selanjutnya, pemetaan potensi dan permasalahan di lingkungan Kedeputian Bidang
yang terdiri dari komponen Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman yang dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan pada tingkat Nasional dan Internasional. Analisis tersebut seperti
dirinci sebagai berikut:
Potensi- Potensi berupa kekuatan yang dimiliki oleh kedeputian bidang TPSA yang meliputi
sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. TPSA memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari berbagai disiplin
ilmu dan bidang keahlian dibawah Unit Pusat dan Balai yang sebagian besar berada di
Gedung Teknologi Sistem Kebumian (GEOSTECH) di Kawasan Puspiptek Serpong
b. Berbagai macam Fasulitas dan Infrastruktur Teknologi Sistem Kebumian yang ada di
Kedeputian TPSA adalah sebagai berikut:
- Laboratorium dan workshop Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah untuk
pengembangan teknologi eksplorasi sumberdaya alam, baik teknologi dari udara
(remote sensing), darat maupun laut untuk kepentingan pengembangan dan
pemanfaatan wilayah.
- Laboratorium dan workshop Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral untuk
pengolahan dan pengelolaan mineral dalam rangka penngkatan nilai tambah mineral.
- Laboratorium dan workshop Teknologi Lingkungan untuk pengelolaan dan
penanganan sumberdaya air, limbah dan sampah.
- Laboratorium dan workshop Teknologi Modifikasi Cuaca, dilengkapai dengan pesawat
terbang, untuk melakukan inovasi dan layanan teknologi modifikasi cuaca (hujan
buatan).
- Laboratorium dan workshop Teknologi Survey Kelautan yang dilengkapi Armada
Kapal Riset Baruna Jaya I-IV yang memiliki peralatan yang lengkap dan canggih untuk
melakukan inovasi dan pelayanan teknologi kemaritiman.
c. TPSA sebagai bagian dari BPPT menggunakan sistem dan tata kerja kerekayasaan yang
bercirikan team work, well structured and well documented di dalam pelaksanaan program
dan kegiatannya.
d. TPSA memiliki tingkat kepercayaan dari pengguna (daerah, instansi pemerintah dan swasta)
yang tinggi terhadap produk dan layanan jasa TPSA.
e. Hubungan yang tidak birokratif antara pimpinan dan staf yang mendorong adanya
Peluang- Peluang yang dapat dimanfaatkan oleh TPSA meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya Program Prioritas Nasional dalam Buku I dan Program Prioritas Bidang dalam
Buku II RPJMN 2010-2014 yang dikoordinir KeMenko, Kementrian Teknis, LPNK dan
BUMN yang memerlukan keterlibatan BPPT sesuai dengan kompetensi dan tupoksinya.
b. Adanya kebijakan pada industri untuk meningkatkan kandungan teknologi dalam negeri
dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian.
c. Meningkatnya permintaan terhadap produk dan jasa layanan teknologi BPPT oleh pihak
pengguna (dunia usaha, masyarakat dan pemerintah/pemda).
d. Perubahan ekonomi internasional menuju era ekonomi berbasis pengetahuan
(knowledge-based economy) yang menuntut penguatan pengetahuan dan kemampuan inovasi sebagai
elemen kunci keberhasilan.
e. Adanya kebutuhan untuk peningkatan kapasitas iptek nasional, dan kemandirian serta daya
saing bangsa pada 13 bidang teknologi.
f. Adanya otonomi daerah yang mendorong permintaan teknologi untuk UMKM dan daya
saing daerah
g. Tuntutan peran BPPT pada pola kerja jejaring (networking) dalam beragam aktivitas
produktif, baik di sektor publik dan bisnis, maupun dalam masyarakat secara umum.
Kelemahan- Kelemahan yang dimiliki oleh kedeputian TPSA yang perlu di perhatikan dalam
melaksanakan program/kegiatan, antara lain:
a. Rendahnya komitmen kerja dan kurangnya motivasi SDM pada beberapa unit kerja.
b. Pendekatan pelaksanaan kerja di BPPT masih individual yang belum sesuai dengan Sistem
Tata Kerja Kerekayasaan.
c. Rendahnya technopreneurship SDM BPPT sehingga kurang memperhatikan aspek
keekonomian dan komersialisasi produk.
d. Tingginya kesenjangan komposisi usia pegawai TPSA.
e. Reward dan punishment belum diterapkan secara memadai
f. Program dan kegiatan TPSA dan BPPT masih bersifat inward looking dan belum
berorientasi pada kebutuhan dan permintaan pengguna/market (dunia usaha &
masyarakat).
g. Koordinasi, komunikasi dan kerjasama internal TPSA masihlemah.
i. Produk teknologi dan jasa layanan TPSA belum dikenal luasakibat kurangnya sosialisasi dan
promosi.
j. Hubungan TPSA dengan instansi lain termasuk industry belum berdasarkan pada
inisiatif/kebutuhan TPSA dan masih didasarkan pada kebutuhan mereka.
k. Hasil-hasil litbangyasa TPSA belum dikelola dengan baik.
Ancaman- Ancaman yang mungkin muncul dalam pelaksanaan program/kegiatan, antara lain:
a. Terjadinya brain drain yang dapat mengurangi keunggulan BPPT
b. Anggaran yang tersedia terbatas, tidak fleksibel, tidak dapat dilaksanakan secara multi years
sehingga membatasi pengembangan program di TPSA.
c. Industri belum menggunakan jasa layanan teknologi TPSA karena ketergantungan mereka
terhadap principal nya.
d. Globalisasi menuntut agar BPPT mampu berhadapan dengan pesaing dari LN dan DN.
e. Kontribusi teknologi terhadap perekonomian nasional belum diukur dengan jelas sehingga
terkesan BPPT belum banyak berperan dalam kancah pembangunan nasional.
f. Koordinasi dan harmonisasi pada tataran regulasi/kebijakan, antar institusi, program sangat
lemah.
g. Meningkatnya kompetitor asing pada bidang litbangyasa sehingga memperlemah peran dan
fungsi BPPT.
h. Peraturan perundangan yang turut menghambat, seperti kelemahan sistem keuangan PNBP
sangat berpotensi menurunkan daya saing DB TPSA dalam memberikan pelayanan
teknologi.
1.3 Sistematika Penyajian Laporan
Laporan Kinerja Kedeputian TPSA TA 2016 ini disajikan dalam sistematika sebagai
berikut:
Bab 1 (Pendahuluan)- Menyajikan penjelasan umum organisasi Kedeputian TPSA yang
terdiri dari latar belakang dan sejarah organisasi, penjelasan Tugas dan Fungsi TPSA, struktur
organisasi TPSA dan Profil SDM TPSA serta penjelasan terkait aspek strategis dan
Bab 2 (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja)- Menyajikan rencana strategis BPPT dan
rencana strategis Kedeputian TPSA dengan arah kebijakan kegiatan yang berkaitan dan
mendukung Nawacita, Kebijakan Bidang Iptek Nasional, RPJMN 2015-2019. Selanjutnya,
dijelaskan juga Rencana Kinerja TPSA TA 2016 dan Perjanjian Kinerja TPSA TA 2016.
Bab 3 (Akuntabilitas Kinerja)- Menyajikan uraian Kegiatan dan capaian kinerja Kedeputian
TPSA yang terdiri dari perbandingan antara target dengan dan realisasi kinerja tahun ini,
perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja dengan tahun lalu dan beberapa
tahun terakhir, perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis, analisis penyebab
keberhasilan dan penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan; analisis atas
efisiensi penggunaan sumber daya dan capaian kinerja pengelolaan anggaran. Dalam Bab III
disertai pula dengan Bukti Pendukung kegiatan seperti surat pernyataan, testimoni dari mitra
dan lain-lain serta foto-foto kegiatan.
Bab 4 (Penutup)- Menyajikan kesimpulan laporan dan tindak lanjut kegiatan. Dalam laporan
ini disertai juga dengan beberapa lampiran yang berisi SK Tim Penyusun LKJ TPSA TA 2016,
Surat Tugas Tim Penyusun LKJ TPSA TA 2016, Surat Keterangan LKJ TPSA TA 2016 telah
BAB 2
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis
2.1.1 Visi, Misi dan Arah Kebijakan Strategis BPPT 2015-2019
Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode
2015-2019 maka visi BPPT yaitu: “Pusat Unggulan Teknologi yang mengutamakan
inovasi dan layanan teknologi untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian
bangsa”. Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi BPPT tersebut
dilaksanakan melalui enam misi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan
layanan teknologi di bidang kebijakan teknologi.
2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan
layanan teknologi di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam.
3. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan
layanan teknologi di bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi.
4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan
layanan teknologi di bidang teknologi informasi, energi, dan material.
5. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan
layanan teknologi di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa.
6. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi dalam
rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi.
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis BPPT untuk
mendukung arah kebijakan dan strategi nasional, arah kebijakan BPPT pada tahun 2015-2019
adalah: (a) melakukan pengkajian dan penerapan teknologi dengan meningkatkan inovasi dan
layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa; (b)
meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan
Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui:
• Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui 3 (tiga) program utama yaitu:
(a) Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT); (b) Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT; dan (c) Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana Aparatur BPPT.
• Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui pembidangan teknologi yang
ada di BPPT.
• Melaksanakan kegiatan dengan pemanfaatan Sistem Inovasi Nasional
• Melaksanakan kegiatan dengan sistem tata kerja kerekayasaan (STTK)
2.1.2 Rencana Strategis Kedeputian Bidang TPSA 2015-2019
Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode
2015-2019 maka Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA)
akan mendukung visi BPPT. Sedangkan, dari keenam misi BPPT tersebut, Kedeputian
Bidang TPSA akan melaksanakan misi ke-2, yaitu: Melaksanakan pengkajian dan penerapan
teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi pengembangan sumber daya
alam.
Tujuan Program dari Kedeputian Bidang TPSA, dalam rangka mewujudkan dan
melaksanakan visi dan misi pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan
teknologi di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam ke dalam program-program yang
mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang, maka untuk tahun 2015-2019
Kedeputian Bidang TPSA akan mendukung tujuan BPPT sebagai berikut : Meningkatkan inovasi
dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa di bidang
Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam.
Kinerja Utama dan Indikator mengacu kepada Sasaran BPPT Tahun 2015-2019
yang merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan BPPT dengan indikator dan target yang
terukur, maka Sasaran Program Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015-2019 yang akan dicapai
menjadi outcome dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Terwujudnya Inovasi untuk mendukung peningkatan Daya Saing dan kemandirian
bangsa di bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam
2. Terwujudnya Layanan Teknologi untuk mendukung peningkatan Daya Saing dan
Pencapaian tujuan dan sasaran program kedeputian ini diukur dengan beberapa
Indikator yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama Kedeputian Bidang TPSA sebagai
berikut :
1. Jumlah Inovasi yang dihasilkan. Ukuran Kinerja tingkat Kedeputian Bidang TPSA
terhadap kontribusi tingkat lembaga (BPPT) yang mendukung pembangunan teknologi
nasional dengan melakukan fungsi kerekayasaan dalam bidang teknologi Teknologi
Sumberdaya Alam, Lingkungan dan Kebencanaan.
2. Jumlah Layanan Teknologi Ukuran Kinerja tingkat Kedeputian Bidang TPSA terhadap
kontribusi tingkat lembaga (BPPT) untuk mendukung pembangunan teknologi
nasional dengan melakukan fungsi layanan teknologi sumberdaya alam, lingkungan dan
kebencanaan kepada para pengguna teknologi.
Sasaran Program Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015 - 2019 yang mendukung
Tujuan Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa adalah sebagai berikut :
1. Sasaran Program 1: Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing
dan kemandirian bangsa di bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam.
Indikator Kinerja Sasaran Program adalah jumlah Inovasi yang dihasilkan di bidang
Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, Lingkungan dan Kebencanaan.
2. Sasaran Program 2: Terwujudnya layanan teknologi untuk mendukung peningkatan
daya saing dan kemandirian bangsa di bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya
Alam. Indikator Kinerja Sasaran Program 2 adalah Jumlah Layanan Teknologi di
bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, Lingkungan dan Kebencanaan.
Arah kebijakan TPSA untuk program Tahun 2015 – 2019 sebagai bagian dari arah
kebijakan dan strategi BPPT yang terdiri dari :
• Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi dengan meningkatkan inovasi dan
layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
• Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan
teknologi
Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui upaya upaya
Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT). Strategi untuk mendukung Sasaran
Strategis Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian
bangsa di bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam, akan dilaksanakan melalui
pelaksanaan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT).
Target Kinerja Kedeputian Bidang TPSA untuk mewujudkan dan melaksanakan visi
dan misi sebagai bagian dari unit organisasi di BPPT sudah dirumuskan dalam Tujuan dan
Sasaran Strategis yang diturunkan dari lembaga secara top down dalam bentuk Sasaran Strategis
dan Sasaran Program Kedeputian. Selanjutnya Sasaran Strategis dan Saran Program
Kedeputian tersebut akan didistribusikan secara berjenjang dan dibagi habis oleh target
kinerja Eselon II (untuk Pusat dan Balai Besar) dan Eselon III (untuk Balai) dalam Sasaran
Kegiatan.
Capaian Kinerja (Outcome) Kedeputian Bidang TPSA ini selanjutnya dikontribusikan
untuk capaian kinerja (impact) BPPT. Capaian Kinerja TPSA ini ditetapkan secara berjenjang
dari capaian kinerja (output) Eselon II (untuk Pusat dan Balai Besar) dan Eselon III (untuk
Balai) sebagai hasil dari pelaksanaan program dan kegiatan.
Target kinerja Kedeputian Bidang TPSA untuk mendukung Tujuan Srategis BPPT
dalam penganggaran dilaksanakan melalui Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(PPT) yang terdiri dari 7 kegiatan sebagai berikut :
1. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survey Kelautan
2. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Sumberdaya Mineral
3. Pengkajian dan Penerapan teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah
4. Pengkajian dan Penerapan teknologi Modifikasi Cuaca
5. Pengkajian dan Penerapan teknologi Reduksi Risiko Bencana
6. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan
7. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengelolaan Air dan Air Limbah
Target kinerja Kedeputian Bidang TPSA untuk tahun 2015-2019 yang terdiri dari tujuan,
Target Kinerja Kedeputian Bidang TPSAuntuk Tujuan, SasaranProgramdanIndikatorKinerja Sasaran Program(IKSP)
Tahun 2015-2019
Sasaran Program Indikator Kinerja Sasaran Program Satuan
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Tujuan : (T1) Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
SP 1 Terwujudnya Inovasi di Bidang Teknologi
Jumlah Inovasi di Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam yang dihasilkan
Inovasi - 3 4 7 9
Jumlah fasilitas survei dan observasi kelautan yang dihasilkan untuk menunjang survey kelautan emas bebas merkuri dan pengelolaan dampaknya pada pertambangan emas skala kecil (PESK) (IKU TPSA)*
Inovasi - - - 1 -
Jumlah inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemurnian Mineral Nikel
Jumlah inovasi teknologi pemetaan lahan gambut skala detail (IKU TPSA) *
Inovasi - - - - 1
Jumlah inovasi paket Teknologi Modifikasi Cuaca untuk layanan teknologi mitigasi bencana hidrometeorologi (IKU TPSA) *
Inovasi 1 -
Jumlah Inovasi Sistem dan Teknologi Reduksi Risiko Bencana Longsor (IKU TPSA)*
Inovasi - - - 1 -
Jumlah Inovasi Sistem dan Teknologi Monitoring Kekuatan Gedung Bertingkat terhadap Bencana Gempa Bumi
Inovasi - - - - 1
Jumlah Inovasi Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaan
Inovasi - - - - 1
Jumlah Inovasi Teknologi Pengolahan Air Bersih untuk Masyarakat yang Terdampak
Banjir (IKU TPSA) *
Inovasi - - 1 - -
Jumlah Inovasi Teknologi Pemantauan
Kualitas Lingkungan Perkotaan
Inovasi - - - - 1
SP 2 Peningkatkan layanan teknologi untuk
Jumlah Mitra yang Memanfaatkan Layanan Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam
mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
Jumlah mitra yang memanfaatkan layanan teknologi Survey Kelautan (IKU TPSA) *
Mitra 2 2 2 2 2
Jumlah mitra yang Memanfaatkan Layanan Teknologi Pengolahan Air dan Limbah
Mitra - 1 1 1 1
Jumlah mitra yang memanfaatkan Layanan
teknologi modifikasi cuaca (IKU TPSA) *
Mitra 1 1 1 1 1
Keterangan :
Matrik KInerja, Pendanaan Program dan Kegiatan di Kedeputian Bidang TPSA pada RPJMN 2015-2019 khususnya untuk edisi Revisi 2
Tahun 2017-2019 dalam rangka untuk mewujudkan sasaran program Kedeputian Bidang TPSA dapat di ringkas pada tabel di bawah.
PROGRAM/ KEGIATAN
SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
(OUTPUT)/INDIKATOR
TARGET ALOKASI (Rp Milyar) UNIT
ORGANISASI/
Jumlah inovasi yang dihasilkan di Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, Lingkungan dan Kebencanaan
Jumlah layanan teknologi di Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya
Alam, Lingkungan dan Kebencanaan 3 3 3 3 3
PROGRAM PENGKAJIAN DAN PENERAPAN BPPT
PROGRAM PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KEDEPUTIAN BIDANG TPSA 114,18 91,17 104,56 161,765 167,414 TPSA
Sasaran Terwujudnya inovasi di bidang
Pengembangan Sumber Daya Alam
PROGRAM/
KEGIATAN
SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
(OUTPUT)/INDIKATOR
TARGET ALOKASI (Rp Milyar) UNIT
ORGANISASI/
Jumlah Inovasi di bidang TPSA yang dihasilkan
- 3 4 7 9
Jumlah Rekomendasi di bidang TPSA yang dimanfaatkan daya saing dan kemandirian bangsa
Jumlah Layanan teknologi di bidang
TPSA 3 4 4 4 4
Indeks Kepuasan Masyarakat B B B B B
Kegiatan 7 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survei Kelautan (3473) 40,08 16,00 34,72 68,20 67,78 BTSK
Sasaran Kegiatan 1
Berfungsinya Sarana dan Prasarana Survei dan Observasi Kelautan
24,28 0,00 13,00 41,05 38,37
Jumlah fasilitas survei dan observasi kelautan
PROGRAM/
KEGIATAN
SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
(OUTPUT)/INDIKATOR
TARGET ALOKASI (Rp Milyar) UNIT
ORGANISASI/
KERJA PELAKSANA
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Prosentase Terbangunnya Kawasan NSTP Maritim Kab. PPU
- - - 40% 100% - 0,50 10,05 7,37
Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
Kegiatan 8 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Sumber Daya Mineral (3508) 6,27 2,99 8,40 8,00 PTPSM
PROGRAM/
KEGIATAN
SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
(OUTPUT)/INDIKATOR
TARGET ALOKASI (Rp Milyar) UNIT
ORGANISASI/ emas bebas merkuri dan pengelolaan dampaknya pada pertambangan emas skala kecil (PESK)
1 1 1 1 1 1,25 3,40 3,00
Kegiatan 9 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah (3493) 2,95 11,71 4 8,70 7,20 PTPSW
Sasaran Kegiatan 1
Pemanfaatan teknologi eksplorasi sumber daya wilayah lahan gambut
4 8,70 7,20
Jumlah Pemanfaatan teknologi
eksplorasi sumber daya wilayah lahan gambut
- - 1 1 1 4 8,70 7,20
Kegiatan 10 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (3512) 51,48 43,17 50,8 56,35 63,20 B2TMC
Sasaran Kegiatan 1
Layanan jasa teknologi modifikasi cuaca (PNBP)
Inovasi dan layanan teknologi mitigasi bencana hidrometeorologi
PROGRAM/
KEGIATAN
SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
(OUTPUT)/INDIKATOR
TARGET ALOKASI (Rp Milyar) UNIT
ORGANISASI/
Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
Kegiatan 11 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Reduksi Risiko Bencana (3507) 4,76 4,56 1,90 6,325 7,274 PTRRB
Sasaran Kegiatan 1
Inovasi Sistem dan Teknologi Reduksi Risiko Bencana Longsor dan Gempa Bumi
4,76 4,56 1,90 6,325 7,274
Jumlah Inovasi Sistem dan Teknologi Reduksi Risiko Bencana Longsor
PROGRAM/
KEGIATAN
SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
(OUTPUT)/INDIKATOR
TARGET ALOKASI (Rp Milyar) UNIT
ORGANISASI/
KERJA PELAKSANA
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Inovasi Sistem dan Teknologi Monitoring Kekuatan Gedung Bertingkat Terhadap Bencana Gempa Bumi
- 1 1 1 1 - - 0,748 2,875 3,306
Kegiatan 12 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (3500) 2,12 6,11 7,00 10,00 10,00 PTL
Sasaran Kegiatan 1
Inovasi Teknologi Pengelolaan Lingkungan Perkotaan
- - 5,00 8,00 8,00
Jumlah Inovasi Teknologi pengelolaan sampah dan limbah padat
- - 1 1 1 - - 3,00 6,00 5,00
Jumlah Inovasi Teknologi pengelolaan air bersih dan air limbah dan Pemulihan Kualitas Lingkungan (Air, Udara, Tanah) Perkotaan
1 1 1 1 1 - - 2,00 2,00 2,00
Kegiatan 13 : Penerapan Teknologi Pengolahan Air dan Limbah (3470) 6,52 3,35 3,15 3,79 3,96 BTPAL
Sasaran Kegiatan 1
Layanan Jasa Teknologi Pengolahan Air dan Limbah (PNBP)