• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada awal tahun anggaran 2017, BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian, telah melakukan penetapan Perjanjian Kinerja di lingkungan BNN, Hal tersebut dimaksudkan sebagai bentuk komitmen dari pimpinan organisasi untuk mewujukan setiap sasaran strategis yang diperjanjikan.

Adapun Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ditetapkan 5 (lima) sasaran strategis dengan 9 (sembilan) Indikator Kinerja Utama (IKU). Kelima sasaran strategis tersebut, meliputi 4 (empat) sasaran bidang operasional yang berhubungan langsung dengan kepentingan umum sedang 1 sasaran lainnya menjadi penyanggah untuk memperkuat/mendukung pencapaian sasaran kepentingan umum.

Berikut gambaran capaian, setiap sasaran dan indikator kinerja utama sebagai berikut:

Tabel 2.

Realisasi Capaian Kinerja BNN Tahun 2017 No. Sasaran Strategis Indikator

Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Capaian (%) 1 2 3 4 5 6 1. Meningkatnya daya tangkal (faktor protektif) masyarakat terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

Persentase pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika 70% 84% 120 2. Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam penanganan P4GN Indeks kemandirian masyarakat 2,8 2,71 96,78 3. Meningkatnya upaya pemulihan pecandu narkotika melalui layanan rehabilitasi yang komprehensif dan berkesinambungan Jumlah fasilitas rehabilitasi yang telah memenuhi standar layanan minimal 140 Fasilitas 127 Fasilitas 90,71

13 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Capaian (%) 1 2 3 4 5 6 4. Meningkatnya pengungkapan jaringan, penyitaan barang bukti, dan aset sindikat

peredaran gelap narkotika

Jumlah jaringan sindikat tindak pidana narkotika yang terungkap 24 Jaringan 33 Jaringan 137,50 Persentase penyelesaian penyidikan asset (TPPU) tersangka tindak pidana narkotika hasil tindak pidana narkotika 100% 38% 38 5. Terwujudnya manajemen organisasi yang proporsional, profesional, dan produktif Opini Laporan Keuangan WTP WTP 100 Nilai LKIP B B 100 Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN 60 66,27 110,45 Opini publik terhadap BNN 70 78,8 112,57

Capaian kinerja BNN selama kurun waktu tahun 2017, diuraikan melalui pemantauan langsung kepada para penerima program melalui pelaksanaan monitoring dan evaluasi dan juga melalui masukan baik langsung maupun tidak langsung dari masyarakat, dan hasil masukan dari penerima program dilakukan analisis data yang berkaitan dengan pencapaian kinerja tahun berjalan. Analisis dilakukan dengan menyajikan perkembangan capaian, baik dalam bentuk narasi maupun tabel atau grafik.

1.

Sasaran : Meningkatnya daya tangkal (faktor protektif) masyarakat terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

Keberhasilan sasaran strategis tersebut di atas diukur melalui Indikator Kinerja Utama (IKU) berikut ini:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian

1. Persentase pemahaman

masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika

14 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Secara definisi, yang dimaksud dengan tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba merujuk pada hal-hal sebagai berikut:

1. Pemahaman masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba baik terhadap materi yang disampaikan/disebarkan melalui media elektronik maupun non elektronik dan ditunjukan pula sampai pada keaktifan/kemauan mengajak menjauhi bahaya penyalahgunaan narkoba; dan

2. Responsifitas instansi/lembaga dalam melakukan kegiatan P4GN ditunjukan dengan berbagai aktivitas dan peran serta aktif dalam pencegahan.

Dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap Indikator Kinerja di atas diperoleh hasil pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika sebesar 84%, dimana hasil kinerja tersebut dikaji kembali sejauh mana efektivitas program pencegahan yang dilakukan melalui survei secara langsung terhadap penerima program Bidang Pencegahan baik melalui media diseminasi informasi maupun advokasi.

Pengukuran pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dilakukan melalui survei terhadap seluruh sasaran masyarakat yang mendapatkan informasi melalui media penyiaran, online, cetak, dan konvensional.

Dari hasil survei tersebut dengan total responden sebanyak 49.371 (sampling dari 30% yang telah terpapar informasi P4GN) didapatkan data sebagai berikut:

1. Kelompok survei terhadap pengguna media sosial sebanyak 371 orang dengan hasil tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba terlihat dari pertanyaan dalam kuesioner: “Setelah melihat iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di media online, berniat turut aktif mengajak teman/saudara untuk menghindari penyalahgunaan narkoba”.

15 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Tabel 3.

Tabel Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 371 Responden melalui

Media Sosial

Item Jawaban

Sangat Berminat Sekali 54%

Berminat Sekali 17% Berminat 15% Cukup Berminat 8% Rata-rata 94% N = 371 Grafik 1.

Grafik Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 371 Responden melalui

Media Sosial

Sehingga tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba untuk 371 responden melalui media sosial sebesar 94%.

2. Kelompok survei di BNN dengan responden sebanyak 49.000 orang dengan hasil tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba terlihat dari pertanyaan dalam kuesioner: “Setelah melihat iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di media online (website/instagram/twitter/facebook/youtube), berniat turut aktif mengajak teman/saudara untuk menghindari penyalahgunaan narkoba”.

16 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Tabel 4.

Tabel Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 49.000 Responden

melalui Media Sosial

Item Jawaban

Sangat Berminat Sekali 50%

Berminat Sekali 28% Berminat 14% Cukup Berminat 5% Rata-rata 97% N = 49.000 Grafik 2.

Grafik Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 49.000 Responden

melalui Media Sosial

Sehingga tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba untuk 49.000 responden melalui media sosial sebesar 97%.

Dapat disimpulkan, dari Diseminasi Informasi tingkat pemahaman masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba baik terhadap materi yang disampaikan/disebarkan melalui media elektronik maupun non elektronik dan ditunjukan pula sampai pada keaktifan/kemauan mengajak menjauhi bahaya penyalahgunaan narkoba secara rata-rata berada pada angka 96%, dengan perhitungan sebagai berikut:

17 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Pemahaman responden N = 371 Pemahaman responden N = 49.000 94% 97% ∑ = 94% + 97% = 191%

Sehingga tingkat pemahaman dua kelompok responden = 191% 2

= 96%

Selain mengukur tingkat pemahaman serta keaktifan dalam mengajak menjauhi bahaya penyalahgunaan narkoba, dilakukan juga pengukuran indikator lain yang relevan dan mendukung kondisi tersebut antara lain pengukuran terhadap efektivitas media sosialisasi yang digunakan serta pengaruhnya terhadap kemauan/niat dalam mengajak menghindari bahaya narkoba dengan menggunakan analisa hubungan antar indikator. Dari hasil survei didapatkan data untuk masing-masing media, baik tatap muka, TV, Radio, Cetak, dan Online berada pada hubungan yang kuat antar masing-masing variabel (dapat dilihat pada Lampiran 3).

Metode yang dilakukan secara ringkas sebagai berikut: 1. Responden:

a. Dilakukan secara massal dalam jangka waktu tertentu; dan b. Dilakukan secara acak.

2. Metode Penarikan Sampel:

a. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik kuota sampling, dimana jumlah sampling ditentukan antara 30-40 responden pada tiap-tiap sub kelompok populasi;

b. Terdapat 2 kelompok penelitian yaitu:

1) Kelompok survei terhadap pengguna media sosial sebanyak 371 orang (terlampir); dan

2) Kelompok survei di BNNP dan BNN Kabupaten/Kota dengan responden sebanyak 49.000 orang (terlampir).

3. Metode Pengumpulan Data:

a. Alat pengumpulan data adalah kuesioner (terlampir); dan b. Sifat kuisioner adalah Close Ended Questionare.

18 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

4. Pengukuran:

a. Menggunakan skala interval; dan

b. Teknik mengukuran semantic deferensial.

Sedangkan untuk tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dalam konteks responsifitas dapat dipahami sebagai adanya bentuk perwujudan komitmen dari sebuah instansi atau lembaga. Dalam kaitannya dengan pembangunan berwawasan Anti Narkoba pada instansi atau lembaga, maka program dan kegiatan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing baik di lingkungan Pemerintahan, Perusahaan, Pendidikan, maupun Organisasi Kemasyarakatan.

Untuk mengukur tingkat responsif yang dilakukan oleh instansi dan lembaga, bahwa yang dimaksudkan adalah yang memenuhi 3 indikator sebagai berikut:

1. Lembaga/Institusi memiliki regulasi atau kebijakan;

2. Lembaga/Institusi memiliki kegiatan dalam upaya P4GN; dan 3. Membentuk Relawan di lembaga/institusi.

Pendekatan advokasi yang dilakukan telah mampu mempengaruhi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan agar memberikan dukungan dan berperan aktif dalam program P4GN sesuai kewenangannya di lingkungan setempat.

Guna mendapatkan realisasi pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dalam konteks responsifitas dapat dipahami sebagai adanya bentuk perwujudan komitmen dari sebuah instansi atau lembaga, BNN melakukan survei terhadap institusi di kewilayahan terkait indikator responsif yang dimaksud.

Dari hasil survei kinerja BNNP dan BNNK yang berada di wilayah diperoleh data bahwa target sebanyak 555 lembaga yang menjadi sasaran program melalui pendekatan Advokasi sudah menunjukkan respon dan komitmen terhadap upaya P4GN sebanyak 72% dengan 3 kelas klasifikasi dalam pencapaian indikator responsifnya.

19 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Grafik 3.

Klasifikasi Pencapaian Indikator Responsif

Dalam pencapaian realisasi ini, dapat dilihat bahwa institusi dan lembaga setelah adanya kegiatan advokasi selama tahun 2017 mampu mempengaruhi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan agar memberikan dukungan dan berperan aktif dalam program P4GN sesuai dengan kewenangannya di lingkungan setempat, serta membentuk relawan di lingkungan masing-masing.

Oleh karena itu, Persentase pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika di level outcome/indikator kinerja Bidang Pencegahan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Presentase Realisasi Kinerja Diseminasi Informasi + Presentase Realisasi Kinerja Advokasi

2 96% + 72% 2 0 5000 BNNP BNNK 4672 1318 = 84% 989898%

20 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Sehingga persentase pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba sebesar 84%.

Capaian tahun 2017 pada tingkat pemahaman ini tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2016 dikarenakan adanya Reviu Renstra tahun 2016.

Faktor keberhasilan tercapainya indikator kinerja program Bidang Pencegahan antara lain:

1. Penyebaran informasi yang semakin massive di berbagai media; 2. Program BNN yang mendapat dukungan dari masyarakat; dan

3. Dukungan pemerintah pusat maupun daerah turut mendukung program pembangunan berwawasan anti narkoba, diantaranya: Permenpan Nomor 50 tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di lingkungan Instansi Pemerintahdan Permendagri Nomor 31 tahun 2016 tentang Pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran 2017.

Walupun program sudah menunjukkan keberhasilan, namun masih dihadapkan pada permasalahan yang perlu dilakukan upaya perbaikan ke depan, antara lain:

1. Intensitas Bimtek yang masih kurang efektif;

2. Peran Satker pembina fungsi dalam rangka monitoring dan evaluasi kinerja Satker di kewilayahan masih belum optimal;

3. Disiplin pelaporan secara realtime/online masih kurang;

4. Sarana prasana untuk mendukung penyebaran informasi P4GN terutama di wilayah/kawasan terpencil/wilayah terluar masih kurang;

5. Cascading mekanisme perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan pelaporan masih harus terus ditingkatkan agar pusat dan daerah memiliki pemahaman dan persamaan persepsi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan.

21 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Adapun solusi dan rekomendasi sebagai langkah perbaikan ke depan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kapasitas sumber daya Bidang Pencegahan dengan memperluas cakupan peserta bimtek;

2. Memperkuat peran dari pembina fungsi dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Satker di kewilayahan;

3. Meningkatkan sarana prasana untuk mendukung penyebaran informasi P4GN terutama di wilayah/kawasan terpencil/wilayah terluar masih kurang;

4. Semakin meningkatkan sinergi dan kemitraan baik secara internal BNN dan eksternal antar instansi pemerintah dan swasta, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat; dan

5. Sinkronisasi program dan kegiatan antara Bidang Pencegahan dan Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

Selanjutnya program P4GN dikembangkan dengan sasaran strategis berikut di bawah ini, yaitu:

2.

Sasaran : Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat

dalam penanganan P4GN

Capaian sasaran strategis tersebut di atas diperoleh melalui implementasi program dengan Indikator Kinerja Utama sebagai berikut:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian

1. Indeks kemandirian masyarakat 2,8 2,71 96,78 Indeks kemandirian partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P4GN adalah akumulasi jumlah indeks (indikator) peran serta masyarakat yang secara mandiri dalam P4GN. Masyarakat adalah kelompok-kelompok individu yang ada di lingkungan masyarakat (desa, kelurahan, komunitas, orsosmas, LSM, paguyuban, dll), lingkungan pendidikan (sekolah, kampus, pondok pesantren, kursus, dll), dan lingkungan rawan Narkoba di perdesaan (wilayah kultivasi Ganja) dan perkotaan (wilayah peredaran gelap Narkoba).

22 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Metode pengukuran Indeks kemandirian partisipasi (IKP) dihitung dengan menggunakan “nilai rata-rata tertimbang” masing-masing 10 kriteria yang terdiri dari:

1. Adanya tokoh anti narkoba di suatu lingkungan masyarakat yang

menjadi figur dan biasa menyuarakan, mengajak, dan berbuat P4GN di dalam dan di luar lingkungannya yang memiliki (bobot 2);

2. Adanya penggiat anti narkoba yaitu orang yang pernah mengikuti

pengembangan kapasitas, pelatihan, TOT pemberdayaan anti Narkoba yang diadakan oleh BNN yang kemudian ditularkan kembali ke orang lain di dalam dan di luar lingkungannya yang memiliki (bobot 1);

3. Adanya Pelatihan, Konseling, dan Pelaksanan Tes Urine atau

kegiatan lain yang membawa pesan P4GN memiliki (bobot 2);

4. Adanya penyuluhan, sosialisasi dan sebagainya yang dilakukan di

dalam dan di luar lingkungan masyarakat tersebut dan disampaikan oleh tokoh anti narkoba, penggiat anti narkoba atau BNN memiliki (bobot 1); 5. Adanya anggaran secara swadaya untuk melaksanakan kegiatan P4GN

di dalam dan di luar lingkungan masing-masing yang memiliki (bobot 1); 6. Adanya anggaran dari Sponsorship atau bantuan pihak lain untuk

melaksanakan kegiatan P4GN di dalam dan di luar lingkungannya memiliki (bobot 1);

7. Adanya sarana dan prasarana yang tidak tersedia yang diadakan

melalui kreativitas dan inovasi maupun sudah tersedia, yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan P4GN di dalam dan di luar lingkungannya yang memiliki (bobot 2);

8. Adanya sarana dan prasarana yang telah tersedia yang digunakan

dalam mendukung pelaksanaan kegiatan P4GN di dalam dan di luar lingkungannya yang memiliki (bobot 1);

9. Adanya aturan yang mengikat yang digunakan untuk mendukung atau

memperkuat pelaksanaan kegiatan P4GN di lingkungan Masyarakat tersebut (bobot 2); dan

10. Adanya aturan yang tidak mengikat yang digunakan untuk mendukung atau memperkuat pelaksanaan kegiatan P4GN di lingkungan Masyarakat tersebut (bobot 1).

23 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2017 sesuai target indeks kemandirian partisipasi masyarakat 2,8 (mandiri), capaian target mencapai 2,71 (96,78%).

Yang dimaksud dengan Masyarakat Mandiri adalah: Masyarakat yang telah memenuhi 10 kriteria di atas dengan nilai interval 2,51 ke atas sedangkan Masyarakat kurang mandiri adalah masyarakat yang mencapai nilai interval kurang dari 2,51. Sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel 5.

Karakteristik Kriteria dalam IKP

JAWABAN NILAI NILAI

INTERVAL KATEGORI KRITERIA

KUESIONER INTERVAL KONVERSI IKP MANDIRI

0 1,00 – 1,75 25,00 – 43,75 D Tidak Mandiri

1 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang Mandiri

2 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Mandiri

3 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat Mandiri

Bobot penghitungan Indeks Kemandirian Partisipasi masyarakat sebagimana tabel di bawah ini:

Tabel 6.

Bobot Penghitungan Indeks Kemandirian Partisipasi Masyarakat INDEKS NO. KRITERIA PENILAIAN BOBOT X

0 1 2 3 NILAI ASPEK

MANUSIA

1. Tokoh anti narkoba (2) X 2

2. Penggiat anti narkoba (1) X 2 ASPEK METODE 3. Metode 1, pelatihan, dll (2) X 2 4. Metode 2, penyuluhan (1) X 2 ASPEK ANGGARAN 5. Mandiri/swadaya (2) X 6 6. Sponsorship/bantuan (1) X 2 ASPEK SISTEM 7. Aturan mengikat (2) X 4

8. Aturan tidak mengikat (1) X 1 ASPEK

SARPRAS

9. Sarpras yang diadakan (2) X 4 10. Sarpras yang telah tersedia (1) X 1 Jumlah Total Kemandirian Partisipasi 26

Capaian sasaran Program Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat dalam mewujudkan kemandirian masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelapa Narkoba) sebesar 96,78%. Dari target 2,80 terealisasi 2,71.

24 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2016 dari target 2,50 terealisasi 2,39 atau sebesar 95,07%. Apabila dihitung maka terjadi peningkatan kinerja sebesar 1,08% dari kurun waktu 2016-2017. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah tokoh yang mendukung P4GN, bertambahnya jumlah Penggiat Anti Narkoba.

Perbandingan capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2016 dengan 2017 sebagai berikut:

Grafik 4.

Perbandingan Capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2016 dengan 2017

Tabel 7.

Perhitungan Indeks Kemandirian Partisipasi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2017

No. BNNP Lingja Lingmas Lingdik

Rata-Rata Kriteria

1 2 3 4 5 6 7

1 ACEH 1,74 2,04 2,77 2,18 Kurang Mandiri 2 SUMUT 1,67 2,51 2,83 2,34 Kurang Mandiri 3 SUMBAR 2,37 3,30 3,25 2,97 Mandiri

4 RIAU 2,12 1,62 2,27 2,00 Kurang Mandiri 5 JAMBI 3,82 3,90 3,83 3,85 Sangat Mandiri 6 SUMSEL 1,7 2,65 1,83 2,06 Kurang Mandiri 7 BENGKULU 3,46 3,60 3,73 3,60 Sangat Mandiri 8 BABEL 3,35 2,73 1,63 2,57 Mandiri

9 KEPRI 2,47 2,80 2,70 2,66 Mandiri

10 LAMPUNG 3,32 2,23 3,06 2,87 Mandiri 11 BANTEN 2,73 2,33 2,83 2,63 Mandiri

12 DKI JAKARTA 1,9 2 3 2,30 Kurang Mandiri

13 JABAR 0,98 - 1 1,09 Tidak Mandiri

14 JATENG 3,86 1,85 2,40 2,70 Mandiri 15 DI YOGYAKARTA 3,25 3 3,2 3,15 Mandiri 16 JATIM 2,21 0,63 0,93 1,25 Tidak Mandiri

92 93 94 95 96 97 98 99 100 101

Target 2016 Realisasi 2016 Target 2017 Realisasi 2017

2,5

2,39

2,8

25 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

17 KALBAR 2,57 2,65 2,90 2,71 Mandiri

18 KALTENG 2,8 1,9 3,8 2,83 Mandiri

19 KALSEL 3 3 2,9 2,97 Mandiri

20 KALTIM 2,6 3 2,6 2,73 Mandiri

21 KALTARA NIHIL NIHIL NIHIL NIHIL NIHIL

22 BALI 3,40 3,80 2,55 3,25 Mandiri

23 NTB 2,00 3,50 1,80 2,43 Kurang Mandiri

24 NTT 1,94 1,60 1,38 1,64 Tidak Mandiri 25 SULSEL 2,57 2,70 3,25 2,84 Mandiri

26 SULTRA 1,77 - 2,20 1,99 Kurang Mandiri 27 SULTENG 2,75 3,60 3,73 3,36 Sangat Mandiri 28 SULBAR 2,52 2,65 3,36 2,84 Mandiri

29 GORONTALO 2,80 3,38 3,10 3,09 Mandiri

30 SULUT 2,22 2,95 3,35 2,84 Mandiri

31 MALUKU 1,73 2,96 2,06 2,25 Kurang Mandiri 32 MALUKU UTARA 2,77 3,10 3,10 2,99 Mandiri

33 PAPUA BARAT 2,68 2,46 2,37 2,50 Mandiri

34 PAPUA 2,55 2,57 2,62 2,58 Mandiri

35 DIT. PSM 2,96 2,71 2,96 2,88 Mandiri TOTAL 2,61 2,74 2,74 2,71 Mandiri

Pada tabel 7 di atas, dapat dijelaskan bahwa capaian IKP Masyarakat dan IKP Stakeholder secara Nasional masuk ke dalam Kategori Mandiri dengan capaian 2,71 atau sebesar 96,78% dari perhitungan rata-rata persentase realisasi Indikator Kinerja Partisipasi. Sehingga sasaran strategis masyarakat dan stakeholder dalam P4GN secara angka rata-rata nasional sudah mandiri, namun secara individual masih terdapat 11 provinsi yang masih masuk kategori kurang atau tidak mandiri.

Berikut, gambaran hasil pengukuran terkait dengan indeks kemandirian masyarakat sebagai berikut:

1. Dari 10 kriteria di atas yang paling menonjol adalah kekurangan dukungan sarana prasarana, dukungan anggaran, dan belum optimalnya aturan yang mengikat.

2. Belum meratanya pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di lingkungan target sasaran.

Upaya yang harus dilakukan dalam penguatan perlu adanya pendampingan dan Bimbingan Teknis, dukungan anggaran di Bidang P2M guna memetakan sasaran, melakukan pengembangan kapasitas, dan membentuk penggiat Anti Narkoba.

26 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Meningkatnya Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) Bidang Dayamas disebabkan beberapa faktor bersinerginya antara Dayamas dan Sasaran (Lingkungan Penggiat) dalam membimibing teknis penggiatnya.

Untuk Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) berskala rendah, disebabkan kurangnya sinergi antara lingkungan penggiat, kurangnya bimbingan teknis pada penggiat. Oleh karena itu kunci Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) adalah sinergi program.

Berikut grafik jumlah Tingkat Kemandirian di 34 Provinsi pada tahun 2017.

Grafik 5.

Jumlah Tingkat Kemandirian di 34 Provinsi pada Tahun 2017

Analisis atas faktor-faktor keberhasilan capaian tersebut antara lain: (1) SDM penggiat di lingkungan kerja pemerintah dan swasta dalam upaya P4GN lebih siap) lebih 0,15 poin dibanding masyarakat; (2) Implementasi regulasi baik di lingkungan kerja pemerintah (seperti Permendagri, Permen Perhubungan dan lainnya tentang P4GN) dan lingkungan kerja swasta (Permenakertrans tentang P4GN) telah di implementasikan dengan baik. Laporan Kinerja ini, merupakan capaian program berasal dari peran serta masyarakat dan pemberdayaan alternatif. Meskipun kegiatan alternatif tidak memberikan nilai IKP secara langsung IKP Masyarakat ini, namun eksistensi kegiatan pemberdayaan alternatif mendukung pencapaian program Dayamas secara keseluruhan, terutama sinergi program antara K/L, Dunia Usaha, dan Komponen Masyarakat. 3 20 8 3 1 Sangat Mandiri Mandiri Kurang Mandiri Tidak Mandiri Nihil

27 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Berdasarkan analisis keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai sasaran didapat faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor kurang optimalnya dalam pencapaian target IKP Masyarakat, antara lain:

a. Terdapatnya beberapa target lingkungan sasaran pada tingkat pusat yang belum memiliki penggiat anti narkoba, belum dilaksanakannya pelatihan secara mandiri, belum adanya aturan yang mengikat di lingkungan tersebut, tidak terdapat sarana dan prasarana guna mendukung pelaksanaan P4GN, dan belum adanya kesadaran sebagai penggiat anti narkoba hanya sekedar datang memenuhi undangan;

b. Khusus di lingkungan masyarakat di tingkat pusat, di beberapa wilayah dan lingkungan masyarakat masih belum dijumpai adanya metode pelatihan dalam P4GN, metode penyuluhan juga belum tepat guna, dan dana swadaya masyarakat belum diarahkan kepada kepentingan P4GN;

c. Di beberapa wilayah masih ada wilayah yang belum menggunakan dana sponsorship dalam upaya P4GN dan sarana dan prasarana yang mendukung di wilayah tersebut masih belum diarahkan pada kepentingan P4GN; dan

d. Permasalahan di wilayah yang menyebabkan tidak tercapainya target 100% di antaranya belum adanya aturan tertulis yang mengikat secara internal tentang P4GN. Norma-norma yang berlaku atau aturan yang mengikat pun tidak mendukung program P4GN, artinya budaya masyarakat hidup sehat belum muncul. Demikian juga dengan sarana prasarana yang masih belum maksimal diarahkan untuk kepentingan P4GN.

2. Faktor yang menghambat tercapaianya IKP Masyarakat, antara lain:

a. Faktor yang membuat lambat dan rendahnya IKP adalah respon panitia pelaksana yaitu Tim Dayamas BNN dalam melakukan bimbingan teknis kepada para penggiat. Seharusnya setiap kegiatan Bimbingan Teknis mengacu pada waktu tiga bulan sejak penggiat lulus dan mengukur IKP lingkungannya. Sehingga sepanjang tahun,

28 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

waktu 3 bulan tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memonitor sejauh mana penggiat memahami hasil pengembangan kapasitas dan semampu apa penggiat anti narkoba dapat mengimplementasikan tugas menggiatkan P4GN di lingkungannya; dan

b. Kurangnya optimalisasi waktu dalam bimbingan teknis. Dalam pengisian IKP apabila dirasa dalam masa tiga bulan, capaian IKP masih rendah (tidak mandiri), maka bimbingan teknis dapat mengoptimalkan kegiatan P4GN para penggiat di lingkungannya, bahkan jika diperlukan, Tim Dayamas BNN melakukan kunjungan ke lokasi dimana penggiat kesulitan mengaplikasikan pelatihannya di lingkungannya.

3. Langkah Antisipasi yang akan ditindaklanjuti faktor kurang optimalnya dan hambatan tersebut, antara lain:

a. Melakukan monitoring dan evaluasi; dan b. Melakukan penajaman program.

Capaian indeks kemandirian partisipasi ini dihimpun dari nilai skala IKP dari satuan kerja Pemberdayaan Masyarakat baik di BNN dan 34 BNNP. Nilai dan skala IKP di BNNP dihimpun dari 129 satuan kerja pemberdayaan masyarakat di BNNK. Pengukuran IKP menggunakan kuesioner, isian, perhitungan dan penilaian skala yang sama, baik di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota oleh para penggiat sendiri di lingkungannya.

Kemudian hasil capaian indikator kinerja sebesar 96,78% dihimpun dari perhitungan rata-rata persentase realisasi Indikator Kinerja IKP pada masyarakat dan IKP pada stakeholder secara nasional dengan skala 2,71 (katergori Mandiri). Artinya sasaran strategis masyarakat dan stakeholder dalam P4GN secara nasional sudah terwujud secara mandiri namun perlu ditingkatkan.

IKP Nasional menunjukkan ukuran skala, setinggi atau sebesar apa masyarakat dapat secara mandiri melakukan pemberdayaan masyarakat atau memiliki daya lawan melawan sindikat narkoba dan menciptakan lingkungan

Dokumen terkait