• Tidak ada hasil yang ditemukan

CHECKLIST REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA No Pernyataan Y/T Keterangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CHECKLIST REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA No Pernyataan Y/T Keterangan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

1

CHECKLIST

REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA. 2017

No Pernyataan Y/T Keterangan

I Format 1. Laporan Kinerja (LKj) telah menampilkan data penting IP

Uraian singkat organisasi Y LKj sudah menyajikan uraian singkat organisasi pada bagian BAB I. Pendahuluan

Rencana & target kinerja yang ditetapkan

Y LKj sudah menyajikan rencana dan target kinerja pada bagian BAB II. Perjanjian Kinerja

Pengukuran Kinerja Y LKj sudah menyajikan kinerja sebanyak 9 (Sembilan) indicator Kinerja Utama (IKU) pada BAB III. Akuntabilitas Kinerja.

Evaluasi & Analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau hasil program/kegiatan & kondisi terakhir yang seharusnya terwujud

Y LKj sudah dievaluasi dan dianalisis

2. LKj telah menyajikan informasi target kinerja

3. 4. 5. LKj telah menyajikan ringkasan/ikhtisat PK tahun yang bersangkutan Y LKj telah menyajikan

ringkasan/ikhtisar Perjanjian Kinerja (PK) tahun yang 2017 terdapat di BAB II. Perjanjian Kinerja dengan 9 (Sembilan) IKU yang menyajikan informasi target kinerja

(5)

2

No Pernyataan Y/T Keterangan

3. LKj telah menyajikan capaian kinerja IP yang memadai

LKj telah menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi

Y Pada dasarnya penyajian capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi BNN dengan 9 (sembilan) IKU sudah cukup memadai tersaji pada BAB III

Untuk setiap capaian kinerja dilakukan analisis yang memadai (kriteria lihat tabel)

Y Penyajian capaian kinerja telah diformulasikan dalam table dan diikuti dengan penjelasannya.

Menyajikan perbandingan capaian kinerja antara realisasi tahun ini dengan realisasi tahun sebelumnya

Y Penyajian perbandingan capaian kinerja disajikan dalam bentuk grafik

4. Telah menyajikan dengan

lampiran yang

mendukung informasi pada badan laporan

Adanya lampiran pendukung informasi

Y Data rinci sudah dijabarkan di badan laporan, jadi tidak dilampirkan lagi

5. Telah menyajikan upaya perbaikan ke depan

Telah dibuat rekomendasi untuk perbaikan

Y Sudah, tetapi upaya perbaikan yang disampaikan masih bersifat umum, tidak spesifik sesuai dengan hamabatan/kendala yang dihadapi 6. Telah menyajikan

akuntablitas keuangan

Penyajian informasi keuangan harus mencerminkan dukungan terhadap nilai kinerja

Y Aspek pengukuran nilai kinerja terdiri dari aspek implementasi dan aspek manfaat

(6)

3

No Pernyataan Y/T Keterangan

II Mekanisme penyusunan

1. LKj IP disusun oleh unit kerja yang memiliki tugas fungsi untuk itu

LKj disusun sesuai Tupoksi Organisasi penyusunan atau Tim yang dibentuk dengan Keputusan Kepala BNN

Y LKj disusun sesuai dengan Tusi masing-masing satker sesuai dengan Perka BNN No.16 tahun 2014 dan Perka BNN No. 3 tahun 2015 sebagaimana yang telah dirubah pada Perka BNN No. 23 tahun 2017.

2. Informasi yang

disampaikan dalam LKj telah didukung dengan data yang memadai

Untuk setiap sasaran yang disajikan didukung dengan data resmi dari masing-masing Satker BNN

Y Telah mengkonfirmasi terhadap masing-masing satker

Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Y Telah disajikan dalam bentuk tabel

Membandingkan antara

realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu

Y Telah disajikan dalam bentuk tabel

Analisis penyebab

keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan

(7)

4

No Pernyataan Y/T Keterangan

Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

Y Telah dilakukan analisa

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

Y Sudah dilaksanakan

Realisasi anggaran yang digunakan dan dibandingkan dengan anggaran yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja

Y Sudah dilaksanakan

3. Telah terdapat

mekanisme penyampaian data dan informasi dari unit kerja ke unit penyusun LKj

4.

Adanya Surat Edaran yang

berisis mekanisme

penyampaian data dan informasi dari unit kerja ke unit penyusun LKj

Y Keputusan Kepala BNN No. 388 tahun 2015 tentang mekanisme penyajian LKIP 4. Telah ditetapkan penanggung jawab pengumpulan data/informasi di setiap unit kerja 5.

Penetapan penanggung jawab pengumpulan data/informasi di setiap unit kerja khususnya berkaitan dengan penyusunan LKIP

(8)

5

No Pernyataan Y/T Keterangan

5. Data/informasi kinerja yang disampaikan dalam LKj telah diyakini keandalannya

Data yang disajikan telah didukung dengan informasi yang akurat dan diyakini kebenarannya

Y Telah dilakukan konfirmasi kepada masing-masing satker terkait

6. Analisis/penjelasan

dalam LKj telah diketahui oleh unit kerja terkait 7.

Informasi yang disajikan telah dianalisis serta diberikan penjelasan oleh unit kerja terkait

Y Sudah disajikan dan paparkan kembali kepada masing-masing satker terkait

7. LKj IP bulanan

merupakan gabungan

partisipasi dari

dibawahnya.

Masing-masing unit kerja telah membuat LKj dan berbeda dengan LKj IP

Y Masing-masing satker memiliki sasaran kinerja

III Substansi 1. Tujuan/sasaran dalam LKj telah sesuai dengan tujuan/sasaran dalam perjanjian kinerja

Target tujuan/sasaran telah ditentukan dalam renstra

Y Sasaran dalam LKj telah sesuai dengan sasaran dalam perjanjian kinerja

2. Tujuan/sasaran dalam LKj telah selaras dengan rencana strategis

Sasaran telah ditentukan dalam renstra

Y Sasaran dalam LKj telah selaras dengan rencana strategis

(9)

6

No Pernyataan Y/T Keterangan

3. Jika butir 1 dan 2

jawabannya tidak, maka terdapat penjelasan yang memadai

- -

4. Tujuan/sasaran dalam LKj telah sesuai dengan tujuan/sasaran dalam Indikator Kinerja

Target Indikator telah ditentukan dalam renstra

Y Telah sesuai

5. Tujuan/sasaran dalam LKj telah sesuai dengan tujuan/sasaran dalam Indikator Kinerja Utama

IKU telah ditentukan dalam Renstra

Y

6. Jika butir 4 dan 5 jawabannya tidak, maka terdapat penjelasan yang memadai

7. Telah terdapat

perbandingan data kinerja dengan tahun lalu, standar nasional dan sebagainya yang bermanfaat

(10)
(11)

i Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

KATA PENGANTAR

uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan hidayah-Nya, Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2017 ini, dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu yang ditentukan.

Penyusunan laporan kinerja ini dimaksudkan sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang menetapkan, bahwa setiap penyelenggara negara wajib mempertanggungjawabkan hasil akhir setiap program dan kegiatan yang telah dilakukan kepada masyarakat.

Pelaksanaan pelaporan kinerja ini, juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, yang menegaskan bahwa setiap entitas pelaporan wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan kinerja yang berisi tentang ringkasan keluaran dari masing-masing progam dan kegiatan yang telah dilaksanakan

Tahun Anggaran 2017, BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian, telah melaksanakan 2 (dua) Program yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dan Program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), yang dalam implementasi progam dan kegiatan mengacu pada rencana strategis lembaga dalam upaya mewujudkan visi dan misi organisasi.

Sebagai penanggung jawab program dan kegiatan di bidang P4GN, kepala BNN wajib melaporkan dan mempertanggung jawabkan kinerja secara akuntabel baik kepada Presiden sebagai Kepala Negara maupun masyarakat sebagai penerima manfaat program dan kegiatan yang digulirkan.

Sebagai gambaran bahwa capaian sasaran strategis yang telah ditetapkan BNN, ada yang telah mencapai target dengan baik bahkan terdapat sasaran kinerja yang melebihi target yang ditentukan, disisi lain juga masih terdapat target kinerja yang belum mencapai hasil secara optimal, tentunya keberhasilan dan kegagalan

P

(12)
(13)

iii Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA

BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2017

Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian telah melaksanakan 2 Program yaitu:

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN. 2. Program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkoba (P4GN).,

Capaian target kinerja BNN Tahun 2017, telah menggambarkan semakin berfungsinya peran dari berbagai elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan program P4GN. Dukungan dan peran serta masyarakat ditandai dengan semakin berkembangnya kerjasama dalam pelaksanaan program baik dengan Kementerian/Lembaga/Instansi maupun Organisasi Kemasyarakatan sedangkan Kerjasama Internasional sudah membuahkan hasil dengan informasi yang jelas dan akurat yang berdampak pada hasil pengungkapan kasus penyelundupan berbagai jenis narkotika yang diselundupkan untuk di edarkan di Indonesia.

Berdasarkan evaluasi bahwa kinerja Satker setiap tahunnya sudah menunjukkan peningkatan yang berarti, namun dibalik peningkatan kinerja tidak lepas dari permasalahan dan kendala terkait dengan keterbatasan sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas, sumber daya manusia yang paling dibutuhkan saat ini terutama bidang pemberantasan. Sampai saat ini bidang pemberantasan di beberapa Satker di ke wilayahan belum terisi baik struktural maupun fungsional.

Realiasi target kinerja kedua program tersebut di implementasikan melalui 5 (lima) Sasaran Strategis dengan 9 (sembilan) Indikator Kinerja Utama, dengan kriteria capaian sebagai berikut:

1. Capaian di atas 100% sebanyak = 4 Indikator Kinerja Utama; 2. Capaian 90 s/d 100% sebanyak = 4 Indikator Kinerja Utama; dan 3. Capaian 30 sd 40% sebanyak = 1 Indikator Kinerja Utama.

(14)

iv Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi kendala keterbatasan sumberdaya dilakukan dengan pergeseran personil pada satuan kerja yang sangat membutuhkan dan tergolong rawan peredaran narkoba. Disamping itu mengoptimalkan anggaran yang tersedia khususnya yang berkaitan dengan belanja pegawai.

Walaupun tahun 2017 pemerintah telah membuka keran penerimaan pegawai negeri, namun BNN belum mendapatkan personil sesuai jumlah alokasi yang ada. Penerimaan pegawai negeri dengan satu pintu diharapkan akan menghasilkan pegawai yang profesional. Adapun upaya mengatasi kekurangan sumber daya manusia sekarang ini tetap dengan kerjasama dengan pemerintah daerah. Disisi lain pemerintah daerah juga mengalami hal yang sama karena dalam beberapa tahun belakangan ini tidak ada penambahan pegawai, disisi lain pengurangan pegawai secara alami karena pensiun dan juga oleh sebab lainnya.

Dari segi penyerapan anggaran, BNN Tahun 2017 berhasil menyerap anggaran sebesar 90,6%. Sisa anggaran merupakan sumbangan dari sisa Belanja Barang dan Belanja Modal. Penambahan anggaran melalui APBNP yang pengesahannya mendekati akhir tahun anggaran, sangat mungkin mengakibatkan keterlambatan baik dalam pembayaran maupun dalam penyelesaian pekerjaan.

(15)

v Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2017 ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Dasar Hukum ... 3

C. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan ... 4

D. Struktur Organisasi ... 7

E. Sistematika ... 8

BAB II PERENCANAAN KINERJA ... 9

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 12

A. Capaian Kinerja Organisasi ... 12

B. Realisasi Anggaran ... 67

(16)

vi Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Standar Layanan Rehabilitasi Berkesinambungan ... 34 Gambar 2 Pencapaian Indikator Kinerja Fasilitas Rehabilitasi ... 35 Gambar 3 Pencapaian Kinerja Anggaran BNN pada Sismonev Kemenkeu ... 78

(17)

vii Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2017 ... 11

Tabel 2 Realisasi Capaian Kinerja BNN Tahun 2017 ... 12

Tabel 3 Tabel Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 371 Responden melalui Media Sosial ... 15

Tabel 4 Tabel Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 49.000 Responden melalui Media Sosial ... 16

Tabel 5 Karakteristik Kriteria dalam IKP ... 23

Tabel 6 Bobot Penghitungan Indeks Kemandirian Partisipasi Masyarakat . 23 Tabel 7 Perhitungan Indeks Kemandirian Partisipasi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2017 ... 24

Tabel 8 Kategori Penilaian Standar Pelayanan Minimal Fasilitas Rehabilitasi Instansi Pemerintah... 38

Tabel 9 Fasilitas Rehabilitasi Instansi Pemerintah yang Operasional sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal ... 39

Tabel 10 Penilaian Fasilitas Rehabilitasi Komponen Masyarakat yang Sudah Beroperasional ... 41

Tabel 11 Fasilitas Rehabilitasi Komponen Masyarakat yang Operasional sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal ... 42

Tabel 12 Kondisi Pertanggungjawaban Keuangan pada Badan Narkotika Nasional dalam Opini BPK RI ... 56

Tabel 13 Perbandingan Nilai Hasil Capaian Kinerja BNN ... 61

Tabel 14 Kriteria Pengukuran Opini Publik terhadap Layanan BNN ... 70

Tabel 15 Realisasi Anggaran BNN Tahun Anggaran 2017 ... 73

(18)

viii Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Grafik Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 371 Responden

melalui Media Sosial ... 15 Grafik 2 Grafik Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk

Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 49.000 Responden

melalui Media Sosial ... 16 Grafik 3 Klasifikasi Pencapaian Indikator Responsif ... 19 Grafik 4 Perbandingan Capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Tahun 2016 dengan 2017 ... 24 Grafik 5 Jumlah Tingkat Kemandirian di 34 Provinsi pada Tahun 2017 ... 26 Grafik 6 Proyeksi Skala IKP Tahun 2017-2019 ... 29 Grafik 7 Jumlah Fasilitas Rehabilitasi Baik Milik Instansi Pemerintah

maupun Komponen Masyarakat yang Diberikan Peningkatan

Kemampuan ... 35 Grafik 8 Persebaran Fasilitas Rehabilitasi yang Sudah Operasional di

Setiap Provinsi ... 36 Grafik 9 Sebaran Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan

Narkoba yang Direhabilitasi ... 36 Grafik 10 Jumlah Fasilitasi Program Pascarehabilitasi ... 37 Grafik 11 Penilaian terhadap 70 Fasilitas Rehabilitasi Instansi Pemerintah ... 41 Grafik 12 Kategori Fasilitas Rehabilitasi Komponen Masyarakat yang

Operasional sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal ... 43 Grafik 13 Hasil Proses Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Bidang

(19)

ix Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Grafik 14 Hasil Proses Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Bidang

Rehabilitasi ... 45

Grafik 15 Jumlah Jaringan Sindikat Kejahatan Narkoba yang Terungkap .... 49

Grafik 16 Perbandingan Penanganan Berkas Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika yang P-21 Tahun 2016 dan Tahun 2017 ... 53

Grafik 17 Perbandingan Capaian Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN ... 65

Grafik 18 Persentase Rata-Rata Opini Publik terhadap BNN ... 70

Grafik 19 Komposisi Pagu BNN per Bidang Tahun Anggaran 2017 ... 75

(20)

x Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2017 ... 81 Lampiran 2 Hasil Pengukuran Aspek Manfaat P4GN TA. 2016 ... 84 Lampiran 3 Sebaran Informasi Bidang Pencegahan ... 97 Lampiran 4 Daftar Hasil Pemetaan Jaringan Sindikat Narkotika Tahun

2017 ... 102 Lampiran 5 Data Penanganan Kasus Narkotika Tahun 2010 – 2017 ... 105

(21)

BAB I

(22)

1 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang melanda dunia juga telah menjadi salah satu masalah yang menakutkan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia, Narkoba dan obat-obatan psikotropika sudah merambah ke seluruh wilayah tanah air dan menyasar ke berbagai lapisan masyarakat tanpa kecuali. Sasaran peredaran Narkoba bukan hanya tempat-tempat hiburan malam, tetapi sudah merambah ke daerah pemukiman, kampus, ke sekolah-sekolah, rumah kos, dan bahkan di lingkungan rumah tangga.

Penanganan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba memerlukan keseriusan dan kerjasama oleh seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena permasalahan Narkoba merupakan kejahatan yang luar biasa, terorganisir, tanpa batas (global), dan sudah multi etnis (melibatkan berbagai suku bangsa).

Berdasarkan data yang ada di BNN, bahwa korban penyalahgunaan Narkoba di Indonesia tidak terbatas pada kalangan kelompok masyarakat yang mampu, tetapi juga sudah merambah ke kalangan masyarakat ekonomi rendah. Modus untuk kalangan pemakai pemula, para bandar dan pengedar tidak mematok harga, namun dilakukan dengan cara pemberian secara gratis sampai si korban menjadi ketergantungan, dan setelah si korban ketergantungan saat itulah keberhasilan bandar untuk mencari pangsa pasar baru.

Mencermati perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang terjadi akhir-akhir ini, menjadi situasi yang sangat mengkhawatirkan, sehingga menjadi persoalan kenegaraan yang mendesak. Pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla, telah menyatakan kepada seluruh bangsa Indonesia, bahwa Indonesia berada dalam situasi darurat narkoba. Perang besar terhadap Narkoba yang diserukan

(23)

2 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

pemimpin bangsa ini menuntut seluruh elemen bangsa untuk bergerak melawan kejahatan terorganisir yang bersifat lintas negara tersebut.

Korban penyalahgunaan Narkoba tidak hanya menyasar orang dewasa, mahasiswa dan pelajar SMU tetapi sudah sampai pada pelajar setingkat SD. Kaum remaja menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap penyalahgunaan Narkoba, karena selain memiliki sifat dinamis, energik, selalu ingin tahu. Mereka juga mudah putus asa dan mudah dipengaruhi oleh pengedar yang berakibat jatuh pada masalah penyalahgunaan Narkoba. Bahkan hasil temuan terakhir, ditemukan anak yang baru berusia 6 (enam) bulan sudah terdeteksi kena narkoba. Hal ini menggambarkan bahwa orang tua anak tersebut merupakan pengguna narkoba, yang apabila tidak dilakukan penanganan serius akan berakibat bisa kehilangan generasi (lost generation)

Sebagai focal point penanggulangan Narkoba di tanah air, Badan Narkotika Nasional (BNN) telah melakukan berbagai upaya penanggulangan dengan melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi P4GN kepada seluruh lapisan masyarakat melalui Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Rehabilitasi, dan Pemberantasan serta meningkatkan kerjasama nasional dan internasional.

Pelaksanaan kerjasama Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di tingkat pusat dengan Kementerian/Lembaga/Instansi didukung dengan adanya perubahan kebijakan pemerintah dalam sistem penganggaran dari semula penganggaran berbasis fungsi (Money Follow Function) berubah menjadi penganggaran berbasis program (Money Follow Program) yang berdampak pada kemudahan bagi K/L/I mengalokasikan anggaran masing-masing dalam pelaksanaan program P4GN.

Penulisan Laporan Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban Kepala BNN kepada Presiden dan para pemangku kepentingan lainnya atas pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diperjanjikan di awal tahun anggaran 2017, dan dalam hal ini Kepala BNN juga melaksanakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

(24)

3 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Peraturan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.

6. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

8. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16 Tahun 2014 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.

9. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota sebagaimana telah beberapa kali mengalami perubahan terakhir dengan Peraturan Kepala Nomor 23 Tahun 2017.

10. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Peningkatan Kemampuan Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah maupun Masyarakat.

(25)

4 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

C. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan 1. Kedudukan

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan BNN dipimpin oleh seorang Kepala.

2. Tugas

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis danrehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.

e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat

dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

g. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkoba.

h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor Narkotika. i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap

perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

(26)

5 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Selain tugas sebagaimana dimaksud, BNN juga bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya, BNN menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang P4GN. b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur

dan kriteria P4GN.

c. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.

d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerja sama di bidang P4GN.

e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan, Rehabilitasi, Hukum dan Kerja Sama.

f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan BNN.

g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.

h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN.

i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta masyarakat.

j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan peredaran gelap Narkoba.

k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang Narkoba.

(27)

6 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba.

m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkoba yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.

n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang teruji keberhasilannya.

o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.

p. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di bidang P4GN.

q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN.

r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN. s. Pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan kode

etik profesi penyidik BNN.

t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN. u. Pelaksanaan pengujian Narkoba.

v. Pengembangan laboratorium uji Narkoba.

w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.

4. Kewenangan

Kewenangan BNN secara umum terlihat secara implisit pada tugasnya, namun kewenangan yang dikhususkan oleh undang-undang adalah tugas dalam melaksanakan pemberantasan jaringan sindikat Narkoba, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan.

(28)

7 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

D. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi sebagaimana disebut dalam Peraturan Kepala BNN Nomor 16 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional adalah sebagai berikut:

1. Kepala BNN; 2. Sekretariat Utama; 3. Inspektorat Utama;

4. Deputi Bidang Pencegahan;

5. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat; 6. Deputi Bidang Pemberantasan;

7. Deputi Bidang Rehabilitasi;

8. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama; 9. Pusat Penelitian, Data, dan Informasi; dan 10. Instansi Vertikal.

(29)

8 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

E. Sistematika

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) di bidang P4GN ini disusun dengan sistimatika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan;

Bab II Perencanaan Kinerja; Bab III Akuntabilitas Kinerja; dan Bab IV Penutup.

Lampiran:

1. Perjanjian Kinerja; dan

(30)

BAB II

PERENCANAAN

KINERJA

(31)

9 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Sasaran pembangunan nasional terkait dengan penanganan permasalahan narkoba difokuskan pada upaya penguatan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba dengan indikator keberhasilan terkendalinya angka prevalensi penyalahgunaan narkoba. Hal tersebut disebabkan akibat dampak buruk narkoba yang sangat luar biasa bagi kelangsungan dan kemajuan bangsa, menjadikan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba menjadi salah satu agenda pembangunan nasional. Pernyataan tersebut telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yaitu: Dengan memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat.

Adapun yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu RPJM tersebut adalah menguatnya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan Narkoba yang ditandai dengan terkendalinya angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba. Dalam RPJMN tersebut telah ditetapkan Laju peningkatan Prevalensi Penyalahgunaan Narkobadi Indonesia sebesar 0,03% per tahun.

Sedangkan arah kebijakan BNN dalam rangka mencapai sasaran menguatnya pencegahan dan penanggulangan Narkoba adalah dengan:

1. Mengintensifkan upaya sosisalisasi bahaya penyalahgunaan Narkoba (demand side);

2. Meningkatnya upaya terapi dan rehabilitasi pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba (demand side); dan

3. Meningkatnya efektivitas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba (supply side).

Adapun strategi BNN untuk melaksanakan arah kebijakan di atas adalah: 1. Pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di daerah;

2. Diseminasi informasi tentang bahaya Narkoba melalui berbagai media; 3. Penguatan lembaga terapi dan rehabilitasi;

(32)

10 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

4. Rehabilitasi pada korban penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba; dan 5. Kegiatan intelijen Narkoba.

Sejalan dengan RPJMN tersebut, BNN sebagai focal point penanggulangan Narkoba di tanah air, menetapkan visi, misi, tujuandan sasaran strategis untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi seluruh unit kerja BNN sebagai berikut:

Visi : “Menjadi lembaga yang profesional, tangguh, dan terpercaya dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika”

Adapun misi yang dirumuskan untuk mewujudkan visi tersebut adalah: 1. Mengembangkan dan memperkuat kapasitas kelembagaan;

2. Mengoptimalkan sumber daya dalam penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika;

3. Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkotika secara komprehensip; dan

4. Memberantas peredaran gelap narkotika secara profesional. Sedangkan Tujuan yang ditetapkan adalah:

1. Peningkatan perlindungan dan penyelamatan masyarakat dari ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika;

2. Pelemahan jaringan sindikat peredaran gelap narkotika;

3. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P4GN; dan 4. Peningkatan tata kelola sumber daya organisasi.

Adapun langkah yang ditetapkan dan diperjanjikan dalam upaya mewujudkan visi, misi, tujuan dalam rangka peningkatan penanganan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba ditetapkan melalui Perjanjian Kinerja BNN Tahun 2017 sebagaimana tabel di bawah ini.

(33)

11 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Tabel 1.

Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2017

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1 2 3 4

1 Meningkatnya daya tangkal (faktor protektif) masyarakat terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

Persentase pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika

70%

Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam penanganan P4GN

Indeks kemandirian masyarakat

2,8

Meningkatnya upaya

pemulihan pecandu narkotika melalui layanan rehabilitasi yang komprehensif dan berkesinambungan

Jumlah fasilitas rehabilitasi yang telah memenuhi standar layanan minimal

140 Fasilitas

Meningkatnya pengungkapan jaringan, penyitaan barang bukti, dan aset sindikat peredaran gelap narkotika

Jumlah jaringan sindikat tindak pidana narkotika yang

terungkap

24 Jaringan Persentase penyelesaian

penyidikan asset (TPPU) tersangka tindak pidana narkotika hasil tindak pidana narkotika

100%

2 Terwujudnya manajemen organisasi yang proporsional, profesional, dan produktif

Opini Laporan Keuangan WTP

Nilai LKIP B

Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN

60 Opini publik terhadap BNN 70

(34)

BAB III

AKUNTABILITAS

KINERJA BNN

(35)

12 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA BNN

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada awal tahun anggaran 2017, BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian, telah melakukan penetapan Perjanjian Kinerja di lingkungan BNN, Hal tersebut dimaksudkan sebagai bentuk komitmen dari pimpinan organisasi untuk mewujukan setiap sasaran strategis yang diperjanjikan.

Adapun Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ditetapkan 5 (lima) sasaran strategis dengan 9 (sembilan) Indikator Kinerja Utama (IKU). Kelima sasaran strategis tersebut, meliputi 4 (empat) sasaran bidang operasional yang berhubungan langsung dengan kepentingan umum sedang 1 sasaran lainnya menjadi penyanggah untuk memperkuat/mendukung pencapaian sasaran kepentingan umum.

Berikut gambaran capaian, setiap sasaran dan indikator kinerja utama sebagai berikut:

Tabel 2.

Realisasi Capaian Kinerja BNN Tahun 2017

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Capaian (%) 1 2 3 4 5 6 1. Meningkatnya daya tangkal (faktor protektif) masyarakat terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

Persentase pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika 70% 84% 120 2. Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam penanganan P4GN Indeks kemandirian masyarakat 2,8 2,71 96,78 3. Meningkatnya upaya pemulihan pecandu narkotika melalui layanan rehabilitasi yang komprehensif dan berkesinambungan Jumlah fasilitas rehabilitasi yang telah memenuhi standar layanan minimal 140 Fasilitas 127 Fasilitas 90,71

(36)

13 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Capaian (%) 1 2 3 4 5 6 4. Meningkatnya pengungkapan jaringan, penyitaan barang bukti, dan aset sindikat

peredaran gelap narkotika

Jumlah jaringan sindikat tindak pidana narkotika yang terungkap 24 Jaringan 33 Jaringan 137,50 Persentase penyelesaian penyidikan asset (TPPU) tersangka tindak pidana narkotika hasil tindak pidana narkotika 100% 38% 38 5. Terwujudnya manajemen organisasi yang proporsional, profesional, dan produktif Opini Laporan Keuangan WTP WTP 100 Nilai LKIP B B 100 Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN 60 66,27 110,45 Opini publik terhadap BNN 70 78,8 112,57

Capaian kinerja BNN selama kurun waktu tahun 2017, diuraikan melalui pemantauan langsung kepada para penerima program melalui pelaksanaan monitoring dan evaluasi dan juga melalui masukan baik langsung maupun tidak langsung dari masyarakat, dan hasil masukan dari penerima program dilakukan analisis data yang berkaitan dengan pencapaian kinerja tahun berjalan. Analisis dilakukan dengan menyajikan perkembangan capaian, baik dalam bentuk narasi maupun tabel atau grafik.

1.

Sasaran : masyarakat terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan dan Meningkatnya daya tangkal (faktor protektif) peredaran gelap narkotika

Keberhasilan sasaran strategis tersebut di atas diukur melalui Indikator Kinerja Utama (IKU) berikut ini:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian

1. Persentase pemahaman

masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika

(37)

14 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Secara definisi, yang dimaksud dengan tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba merujuk pada hal-hal sebagai berikut:

1. Pemahaman masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba baik terhadap materi yang disampaikan/disebarkan melalui media elektronik maupun non elektronik dan ditunjukan pula sampai pada keaktifan/kemauan mengajak menjauhi bahaya penyalahgunaan narkoba; dan

2. Responsifitas instansi/lembaga dalam melakukan kegiatan P4GN ditunjukan dengan berbagai aktivitas dan peran serta aktif dalam pencegahan.

Dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap Indikator Kinerja di atas diperoleh hasil pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika sebesar 84%, dimana hasil kinerja tersebut dikaji kembali sejauh mana efektivitas program pencegahan yang dilakukan melalui survei secara langsung terhadap penerima program Bidang Pencegahan baik melalui media diseminasi informasi maupun advokasi.

Pengukuran pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dilakukan melalui survei terhadap seluruh sasaran masyarakat yang mendapatkan informasi melalui media penyiaran, online, cetak, dan konvensional.

Dari hasil survei tersebut dengan total responden sebanyak 49.371 (sampling dari 30% yang telah terpapar informasi P4GN) didapatkan data sebagai berikut:

1. Kelompok survei terhadap pengguna media sosial sebanyak 371 orang dengan hasil tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba terlihat dari pertanyaan dalam kuesioner: “Setelah melihat iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di

media online, berniat turut aktif mengajak teman/saudara untuk menghindari penyalahgunaan narkoba”.

(38)

15 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Tabel 3.

Tabel Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 371 Responden melalui

Media Sosial

Item Jawaban

Sangat Berminat Sekali 54%

Berminat Sekali 17% Berminat 15% Cukup Berminat 8% Rata-rata 94% N = 371 Grafik 1.

Grafik Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 371 Responden melalui

Media Sosial

Sehingga tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba untuk 371 responden melalui media sosial sebesar 94%.

2. Kelompok survei di BNN dengan responden sebanyak 49.000 orang dengan hasil tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba terlihat dari pertanyaan dalam kuesioner: “Setelah melihat iklan bahaya penyalahgunaan narkoba di

media online (website/instagram/twitter/facebook/youtube), berniat turut aktif mengajak teman/saudara untuk menghindari penyalahgunaan narkoba”.

(39)

16 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Tabel 4.

Tabel Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 49.000 Responden

melalui Media Sosial

Item Jawaban

Sangat Berminat Sekali 50%

Berminat Sekali 28% Berminat 14% Cukup Berminat 5% Rata-rata 97% N = 49.000 Grafik 2.

Grafik Tingkat Pemahaman dan Keaktifan dalam Mengajak untuk Menjauhi Penyalahgunaan Narkoba untuk 49.000 Responden

melalui Media Sosial

Sehingga tingkat pemahaman dan keaktifan dalam mengajak untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba untuk 49.000 responden melalui media sosial sebesar 97%.

Dapat disimpulkan, dari Diseminasi Informasi tingkat pemahaman masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba baik terhadap materi yang disampaikan/disebarkan melalui media elektronik maupun non elektronik dan ditunjukan pula sampai pada keaktifan/kemauan mengajak menjauhi bahaya penyalahgunaan narkoba secara rata-rata berada pada angka 96%, dengan perhitungan sebagai berikut:

(40)

17 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Pemahaman responden N = 371 Pemahaman responden N = 49.000 94% 97% ∑ = 94% + 97% = 191%

Sehingga tingkat pemahaman dua kelompok responden = 191% 2

= 96%

Selain mengukur tingkat pemahaman serta keaktifan dalam mengajak menjauhi bahaya penyalahgunaan narkoba, dilakukan juga pengukuran indikator lain yang relevan dan mendukung kondisi tersebut antara lain pengukuran terhadap efektivitas media sosialisasi yang digunakan serta pengaruhnya terhadap kemauan/niat dalam mengajak menghindari bahaya narkoba dengan menggunakan analisa hubungan antar indikator. Dari hasil survei didapatkan data untuk masing-masing media, baik tatap muka, TV, Radio, Cetak, dan Online berada pada hubungan yang kuat antar masing-masing variabel (dapat dilihat pada Lampiran 3).

Metode yang dilakukan secara ringkas sebagai berikut: 1. Responden:

a. Dilakukan secara massal dalam jangka waktu tertentu; dan b. Dilakukan secara acak.

2. Metode Penarikan Sampel:

a. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik kuota sampling, dimana jumlah sampling ditentukan antara 30-40 responden pada tiap-tiap sub kelompok populasi;

b. Terdapat 2 kelompok penelitian yaitu:

1) Kelompok survei terhadap pengguna media sosial sebanyak 371 orang (terlampir); dan

2) Kelompok survei di BNNP dan BNN Kabupaten/Kota dengan responden sebanyak 49.000 orang (terlampir).

3. Metode Pengumpulan Data:

a. Alat pengumpulan data adalah kuesioner (terlampir); dan b. Sifat kuisioner adalah Close Ended Questionare.

(41)

18 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

4. Pengukuran:

a. Menggunakan skala interval; dan

b. Teknik mengukuran semantic deferensial.

Sedangkan untuk tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dalam konteks responsifitas dapat dipahami sebagai adanya bentuk perwujudan komitmen dari sebuah instansi atau lembaga. Dalam kaitannya dengan pembangunan berwawasan Anti Narkoba pada instansi atau lembaga, maka program dan kegiatan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing baik di lingkungan Pemerintahan, Perusahaan, Pendidikan, maupun Organisasi Kemasyarakatan.

Untuk mengukur tingkat responsif yang dilakukan oleh instansi dan lembaga, bahwa yang dimaksudkan adalah yang memenuhi 3 indikator sebagai berikut:

1. Lembaga/Institusi memiliki regulasi atau kebijakan;

2. Lembaga/Institusi memiliki kegiatan dalam upaya P4GN; dan 3. Membentuk Relawan di lembaga/institusi.

Pendekatan advokasi yang dilakukan telah mampu mempengaruhi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan agar memberikan dukungan dan berperan aktif dalam program P4GN sesuai kewenangannya di lingkungan setempat.

Guna mendapatkan realisasi pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dalam konteks responsifitas dapat dipahami sebagai adanya bentuk perwujudan komitmen dari sebuah instansi atau lembaga, BNN melakukan survei terhadap institusi di kewilayahan terkait indikator responsif yang dimaksud.

Dari hasil survei kinerja BNNP dan BNNK yang berada di wilayah diperoleh data bahwa target sebanyak 555 lembaga yang menjadi sasaran program melalui pendekatan Advokasi sudah menunjukkan respon dan komitmen terhadap upaya P4GN sebanyak 72% dengan 3 kelas klasifikasi dalam pencapaian indikator responsifnya.

(42)

19 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Grafik 3.

Klasifikasi Pencapaian Indikator Responsif

Dalam pencapaian realisasi ini, dapat dilihat bahwa institusi dan lembaga setelah adanya kegiatan advokasi selama tahun 2017 mampu mempengaruhi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan agar memberikan dukungan dan berperan aktif dalam program P4GN sesuai dengan kewenangannya di lingkungan setempat, serta membentuk relawan di lingkungan masing-masing.

Oleh karena itu, Persentase pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika di level outcome/indikator kinerja Bidang Pencegahan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Presentase Realisasi Kinerja Diseminasi Informasi + Presentase Realisasi Kinerja Advokasi

2 96% + 72% 2 0 5000 BNNP BNNK 4672 1318 = 84% 989898%

(43)

20 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Sehingga persentase pemahaman masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba sebesar 84%.

Capaian tahun 2017 pada tingkat pemahaman ini tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2016 dikarenakan adanya Reviu Renstra tahun 2016.

Faktor keberhasilan tercapainya indikator kinerja program Bidang Pencegahan antara lain:

1. Penyebaran informasi yang semakin massive di berbagai media; 2. Program BNN yang mendapat dukungan dari masyarakat; dan

3. Dukungan pemerintah pusat maupun daerah turut mendukung program pembangunan berwawasan anti narkoba, diantaranya: Permenpan Nomor 50 tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di lingkungan Instansi Pemerintah dan Permendagri Nomor 31 tahun 2016 tentang Pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran 2017.

Walupun program sudah menunjukkan keberhasilan, namun masih dihadapkan pada permasalahan yang perlu dilakukan upaya perbaikan ke depan, antara lain:

1. Intensitas Bimtek yang masih kurang efektif;

2. Peran Satker pembina fungsi dalam rangka monitoring dan evaluasi kinerja Satker di kewilayahan masih belum optimal;

3. Disiplin pelaporan secara realtime/online masih kurang;

4. Sarana prasana untuk mendukung penyebaran informasi P4GN terutama di wilayah/kawasan terpencil/wilayah terluar masih kurang;

5. Cascading mekanisme perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan pelaporan masih harus terus ditingkatkan agar pusat dan daerah memiliki pemahaman dan persamaan persepsi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan.

(44)

21 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Adapun solusi dan rekomendasi sebagai langkah perbaikan ke depan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kapasitas sumber daya Bidang Pencegahan dengan memperluas cakupan peserta bimtek;

2. Memperkuat peran dari pembina fungsi dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Satker di kewilayahan;

3. Meningkatkan sarana prasana untuk mendukung penyebaran informasi P4GN terutama di wilayah/kawasan terpencil/wilayah terluar masih kurang;

4. Semakin meningkatkan sinergi dan kemitraan baik secara internal BNN dan eksternal antar instansi pemerintah dan swasta, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat; dan

5. Sinkronisasi program dan kegiatan antara Bidang Pencegahan dan Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

Selanjutnya program P4GN dikembangkan dengan sasaran strategis berikut di bawah ini, yaitu:

2.

Sasaran : Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam penanganan P4GN

Capaian sasaran strategis tersebut di atas diperoleh melalui implementasi program dengan Indikator Kinerja Utama sebagai berikut:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian

1. Indeks kemandirian masyarakat 2,8 2,71 96,78 Indeks kemandirian partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P4GN adalah akumulasi jumlah indeks (indikator) peran serta masyarakat yang secara mandiri dalam P4GN. Masyarakat adalah kelompok-kelompok individu yang ada di lingkungan masyarakat (desa, kelurahan, komunitas, orsosmas, LSM, paguyuban, dll), lingkungan pendidikan (sekolah, kampus, pondok pesantren, kursus, dll), dan lingkungan rawan Narkoba di perdesaan (wilayah kultivasi Ganja) dan perkotaan (wilayah peredaran gelap Narkoba).

(45)

22 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Metode pengukuran Indeks kemandirian partisipasi (IKP) dihitung dengan menggunakan “nilai rata-rata tertimbang” masing-masing 10 kriteria yang terdiri dari:

1. Adanya tokoh anti narkoba di suatu lingkungan masyarakat yang menjadi figur dan biasa menyuarakan, mengajak, dan berbuat P4GN di dalam dan di luar lingkungannya yang memiliki (bobot 2);

2. Adanya penggiat anti narkoba yaitu orang yang pernah mengikuti pengembangan kapasitas, pelatihan, TOT pemberdayaan anti Narkoba yang diadakan oleh BNN yang kemudian ditularkan kembali ke orang lain di dalam dan di luar lingkungannya yang memiliki (bobot 1);

3. Adanya Pelatihan, Konseling, dan Pelaksanan Tes Urine atau kegiatan lain yang membawa pesan P4GN memiliki (bobot 2);

4. Adanya penyuluhan, sosialisasi dan sebagainya yang dilakukan di dalam dan di luar lingkungan masyarakat tersebut dan disampaikan oleh tokoh anti narkoba, penggiat anti narkoba atau BNN memiliki (bobot 1); 5. Adanya anggaran secara swadaya untuk melaksanakan kegiatan P4GN

di dalam dan di luar lingkungan masing-masing yang memiliki (bobot 1); 6. Adanya anggaran dari Sponsorship atau bantuan pihak lain untuk

melaksanakan kegiatan P4GN di dalam dan di luar lingkungannya memiliki (bobot 1);

7. Adanya sarana dan prasarana yang tidak tersedia yang diadakan melalui kreativitas dan inovasi maupun sudah tersedia, yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan P4GN di dalam dan di luar lingkungannya yang memiliki (bobot 2);

8. Adanya sarana dan prasarana yang telah tersedia yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan P4GN di dalam dan di luar lingkungannya yang memiliki (bobot 1);

9. Adanya aturan yang mengikat yang digunakan untuk mendukung atau memperkuat pelaksanaan kegiatan P4GN di lingkungan Masyarakat tersebut (bobot 2); dan

10. Adanya aturan yang tidak mengikat yang digunakan untuk mendukung atau memperkuat pelaksanaan kegiatan P4GN di lingkungan Masyarakat tersebut (bobot 1).

(46)

23 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2017 sesuai target indeks kemandirian partisipasi masyarakat 2,8 (mandiri), capaian target mencapai 2,71 (96,78%).

Yang dimaksud dengan Masyarakat Mandiri adalah: Masyarakat yang telah memenuhi 10 kriteria di atas dengan nilai interval 2,51 ke atas sedangkan Masyarakat kurang mandiri adalah masyarakat yang mencapai nilai interval kurang dari 2,51. Sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel 5.

Karakteristik Kriteria dalam IKP

JAWABAN NILAI NILAI

INTERVAL KATEGORI KRITERIA

KUESIONER INTERVAL KONVERSI IKP MANDIRI

0 1,00 – 1,75 25,00 – 43,75 D Tidak Mandiri

1 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang Mandiri

2 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Mandiri

3 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat Mandiri

Bobot penghitungan Indeks Kemandirian Partisipasi masyarakat sebagimana tabel di bawah ini:

Tabel 6.

Bobot Penghitungan Indeks Kemandirian Partisipasi Masyarakat

INDEKS NO. KRITERIA PENILAIAN BOBOT X 0 1 2 3 NILAI

ASPEK

MANUSIA

1. Tokoh anti narkoba (2) X 2

2. Penggiat anti narkoba (1) X 2

ASPEK METODE 3. Metode 1, pelatihan, dll (2) X 2 4. Metode 2, penyuluhan (1) X 2 ASPEK ANGGARAN 5. Mandiri/swadaya (2) X 6 6. Sponsorship/bantuan (1) X 2 ASPEK SISTEM 7. Aturan mengikat (2) X 4

8. Aturan tidak mengikat (1) X 1

ASPEK

SARPRAS

9. Sarpras yang diadakan (2) X 4

10. Sarpras yang telah tersedia (1) X 1

Jumlah Total Kemandirian Partisipasi 26 Capaian sasaran Program Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat dalam mewujudkan kemandirian masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelapa Narkoba) sebesar 96,78%. Dari target 2,80 terealisasi 2,71.

(47)

24 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2016 dari target 2,50 terealisasi 2,39 atau sebesar 95,07%. Apabila dihitung maka terjadi peningkatan kinerja sebesar 1,08% dari kurun waktu 2016-2017. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah tokoh yang mendukung P4GN, bertambahnya jumlah Penggiat Anti Narkoba.

Perbandingan capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2016 dengan 2017 sebagai berikut:

Grafik 4.

Perbandingan Capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2016 dengan 2017

Tabel 7.

Perhitungan Indeks Kemandirian Partisipasi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2017

No. BNNP Lingja Lingmas Lingdik

Rata-Rata Kriteria

1 2 3 4 5 6 7

1 ACEH 1,74 2,04 2,77 2,18 Kurang Mandiri

2 SUMUT 1,67 2,51 2,83 2,34 Kurang Mandiri

3 SUMBAR 2,37 3,30 3,25 2,97 Mandiri

4 RIAU 2,12 1,62 2,27 2,00 Kurang Mandiri

5 JAMBI 3,82 3,90 3,83 3,85 Sangat Mandiri

6 SUMSEL 1,7 2,65 1,83 2,06 Kurang Mandiri

7 BENGKULU 3,46 3,60 3,73 3,60 Sangat Mandiri

8 BABEL 3,35 2,73 1,63 2,57 Mandiri

9 KEPRI 2,47 2,80 2,70 2,66 Mandiri

10 LAMPUNG 3,32 2,23 3,06 2,87 Mandiri

11 BANTEN 2,73 2,33 2,83 2,63 Mandiri

12 DKI JAKARTA 1,9 2 3 2,30 Kurang Mandiri

13 JABAR 0,98 - 1 1,09 Tidak Mandiri

14 JATENG 3,86 1,85 2,40 2,70 Mandiri

15 DI YOGYAKARTA 3,25 3 3,2 3,15 Mandiri

16 JATIM 2,21 0,63 0,93 1,25 Tidak Mandiri

92 93 94 95 96 97 98 99 100 101

Target 2016 Realisasi 2016 Target 2017 Realisasi 2017

2,5

2,39

2,8

(48)

25 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

17 KALBAR 2,57 2,65 2,90 2,71 Mandiri

18 KALTENG 2,8 1,9 3,8 2,83 Mandiri

19 KALSEL 3 3 2,9 2,97 Mandiri

20 KALTIM 2,6 3 2,6 2,73 Mandiri

21 KALTARA NIHIL NIHIL NIHIL NIHIL NIHIL

22 BALI 3,40 3,80 2,55 3,25 Mandiri

23 NTB 2,00 3,50 1,80 2,43 Kurang Mandiri

24 NTT 1,94 1,60 1,38 1,64 Tidak Mandiri

25 SULSEL 2,57 2,70 3,25 2,84 Mandiri

26 SULTRA 1,77 - 2,20 1,99 Kurang Mandiri

27 SULTENG 2,75 3,60 3,73 3,36 Sangat Mandiri

28 SULBAR 2,52 2,65 3,36 2,84 Mandiri

29 GORONTALO 2,80 3,38 3,10 3,09 Mandiri

30 SULUT 2,22 2,95 3,35 2,84 Mandiri

31 MALUKU 1,73 2,96 2,06 2,25 Kurang Mandiri

32 MALUKU UTARA 2,77 3,10 3,10 2,99 Mandiri 33 PAPUA BARAT 2,68 2,46 2,37 2,50 Mandiri

34 PAPUA 2,55 2,57 2,62 2,58 Mandiri

35 DIT. PSM 2,96 2,71 2,96 2,88 Mandiri

TOTAL 2,61 2,74 2,74 2,71 Mandiri

Pada tabel 7 di atas, dapat dijelaskan bahwa capaian IKP Masyarakat dan IKP Stakeholder secara Nasional masuk ke dalam Kategori Mandiri dengan capaian 2,71 atau sebesar 96,78% dari perhitungan rata-rata persentase realisasi Indikator Kinerja Partisipasi. Sehingga sasaran strategis masyarakat dan stakeholder dalam P4GN secara angka rata-rata nasional sudah mandiri, namun secara individual masih terdapat 11 provinsi yang masih masuk kategori kurang atau tidak mandiri.

Berikut, gambaran hasil pengukuran terkait dengan indeks kemandirian masyarakat sebagai berikut:

1. Dari 10 kriteria di atas yang paling menonjol adalah kekurangan dukungan sarana prasarana, dukungan anggaran, dan belum optimalnya aturan yang mengikat.

2. Belum meratanya pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di lingkungan target sasaran.

Upaya yang harus dilakukan dalam penguatan perlu adanya pendampingan dan Bimbingan Teknis, dukungan anggaran di Bidang P2M guna memetakan sasaran, melakukan pengembangan kapasitas, dan membentuk penggiat Anti Narkoba.

(49)

26 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Meningkatnya Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) Bidang Dayamas disebabkan beberapa faktor bersinerginya antara Dayamas dan Sasaran (Lingkungan Penggiat) dalam membimibing teknis penggiatnya.

Untuk Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) berskala rendah, disebabkan kurangnya sinergi antara lingkungan penggiat, kurangnya bimbingan teknis pada penggiat. Oleh karena itu kunci Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) adalah sinergi program.

Berikut grafik jumlah Tingkat Kemandirian di 34 Provinsi pada tahun 2017.

Grafik 5.

Jumlah Tingkat Kemandirian di 34 Provinsi pada Tahun 2017

Analisis atas faktor-faktor keberhasilan capaian tersebut antara lain: (1) SDM penggiat di lingkungan kerja pemerintah dan swasta dalam upaya P4GN lebih siap) lebih 0,15 poin dibanding masyarakat; (2) Implementasi regulasi baik di lingkungan kerja pemerintah (seperti Permendagri, Permen Perhubungan dan lainnya tentang P4GN) dan lingkungan kerja swasta (Permenakertrans tentang P4GN) telah di implementasikan dengan baik. Laporan Kinerja ini, merupakan capaian program berasal dari peran serta masyarakat dan pemberdayaan alternatif. Meskipun kegiatan alternatif tidak memberikan nilai IKP secara langsung IKP Masyarakat ini, namun eksistensi kegiatan pemberdayaan alternatif mendukung pencapaian program Dayamas secara keseluruhan, terutama sinergi program antara K/L, Dunia Usaha, dan Komponen Masyarakat. 3 20 8 3 1 Sangat Mandiri Mandiri Kurang Mandiri Tidak Mandiri Nihil

(50)

27 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

Berdasarkan analisis keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai sasaran didapat faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor kurang optimalnya dalam pencapaian target IKP Masyarakat, antara lain:

a. Terdapatnya beberapa target lingkungan sasaran pada tingkat pusat yang belum memiliki penggiat anti narkoba, belum dilaksanakannya pelatihan secara mandiri, belum adanya aturan yang mengikat di lingkungan tersebut, tidak terdapat sarana dan prasarana guna mendukung pelaksanaan P4GN, dan belum adanya kesadaran sebagai penggiat anti narkoba hanya sekedar datang memenuhi undangan;

b. Khusus di lingkungan masyarakat di tingkat pusat, di beberapa wilayah dan lingkungan masyarakat masih belum dijumpai adanya metode pelatihan dalam P4GN, metode penyuluhan juga belum tepat guna, dan dana swadaya masyarakat belum diarahkan kepada kepentingan P4GN;

c. Di beberapa wilayah masih ada wilayah yang belum menggunakan dana sponsorship dalam upaya P4GN dan sarana dan prasarana yang mendukung di wilayah tersebut masih belum diarahkan pada kepentingan P4GN; dan

d. Permasalahan di wilayah yang menyebabkan tidak tercapainya target 100% di antaranya belum adanya aturan tertulis yang mengikat secara internal tentang P4GN. Norma-norma yang berlaku atau aturan yang mengikat pun tidak mendukung program P4GN, artinya budaya masyarakat hidup sehat belum muncul. Demikian juga dengan sarana prasarana yang masih belum maksimal diarahkan untuk kepentingan P4GN.

2. Faktor yang menghambat tercapaianya IKP Masyarakat, antara lain:

a. Faktor yang membuat lambat dan rendahnya IKP adalah respon panitia pelaksana yaitu Tim Dayamas BNN dalam melakukan bimbingan teknis kepada para penggiat. Seharusnya setiap kegiatan Bimbingan Teknis mengacu pada waktu tiga bulan sejak penggiat lulus dan mengukur IKP lingkungannya. Sehingga sepanjang tahun,

(51)

28 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

waktu 3 bulan tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memonitor sejauh mana penggiat memahami hasil pengembangan kapasitas dan semampu apa penggiat anti narkoba dapat mengimplementasikan tugas menggiatkan P4GN di lingkungannya; dan

b. Kurangnya optimalisasi waktu dalam bimbingan teknis. Dalam pengisian IKP apabila dirasa dalam masa tiga bulan, capaian IKP masih rendah (tidak mandiri), maka bimbingan teknis dapat mengoptimalkan kegiatan P4GN para penggiat di lingkungannya, bahkan jika diperlukan, Tim Dayamas BNN melakukan kunjungan ke lokasi dimana penggiat kesulitan mengaplikasikan pelatihannya di lingkungannya.

3. Langkah Antisipasi yang akan ditindaklanjuti faktor kurang optimalnya dan hambatan tersebut, antara lain:

a. Melakukan monitoring dan evaluasi; dan b. Melakukan penajaman program.

Capaian indeks kemandirian partisipasi ini dihimpun dari nilai skala IKP dari satuan kerja Pemberdayaan Masyarakat baik di BNN dan 34 BNNP. Nilai dan skala IKP di BNNP dihimpun dari 129 satuan kerja pemberdayaan masyarakat di BNNK. Pengukuran IKP menggunakan kuesioner, isian, perhitungan dan penilaian skala yang sama, baik di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota oleh para penggiat sendiri di lingkungannya.

Kemudian hasil capaian indikator kinerja sebesar 96,78% dihimpun dari perhitungan rata-rata persentase realisasi Indikator Kinerja IKP pada masyarakat dan IKP pada stakeholder secara nasional dengan skala 2,71 (katergori Mandiri). Artinya sasaran strategis masyarakat dan stakeholder dalam P4GN secara nasional sudah terwujud secara mandiri namun perlu ditingkatkan.

IKP Nasional menunjukkan ukuran skala, setinggi atau sebesar apa masyarakat dapat secara mandiri melakukan pemberdayaan masyarakat atau memiliki daya lawan melawan sindikat narkoba dan menciptakan lingkungan

(52)

29 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

bersih dan bebas narkoba dengan 5M (Man, Methods, Money, Machine dan Material) di lingkungannya. Semakin besar upaya memobilisasi 5M-nya maka semakin tinggi bobot nilai IKP-nya, seperti: mampu menemukan tokoh penggiat, mampu melakukan metode yang tidak sebatas hanya penyuluhan saja, mampu melakukan pembiayaan mandiri, mampu menerbitkan aturan tertulis dan mampu membuat bahan-bahan informasi P4GN di lingkungannya.

Grafik 6.

Proyeksi Skala IKP Tahun 2017-2019

Adapun analisis dan evaluasi dari capaian sasaran program ini, dibagi menjadi: faktor keberhasilan dan faktor hambatan (gangguan dan kendala). 1. Faktor-faktor keberhasilan program, antara lain:

a. Meningkatnya sinergi program dan kegiatan dari instansi pemerintah, dunia usaha dan komponen masyarakat. Indikator peningkatan sinergi tersebut ditunjukkan dari responsif instansi pemerintah (K/L, Pemda Provinsi dan Pemda Kabupaten/Kota), dunia usaha, dunia pendidikan, dan komponen masyarakat (tomas, todat, toga, toda, dll) dalam kegiatan P4GN. Salah satunya adalah responsif dari K/L, Pemda Provinsi dan Pemda Kabupaten/Kota dalam Grand Design of Alternative Development (GDAD) 2016-2025 di Provinsi Aceh;

b. Meningkatnya permintaan secara sukarela dan mandiri tes uji narkoba dalam rangka deteksi dini lingkungan bersih narkoba, sebagai implementasi regulasi fasilitasi pencegahan narkoba baik di lingkungan kerja, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat, salah satunya BNN menjadi penjuru (leading sector)

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 2017 2018 2019

(53)

30 Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2017

dalam persyaratan tes urin bagi peserta Pilkada di Pusat dan Daerah;

c. Meningkatnya responsif dunia usaha (swasta) dalam mendukung program pemberdayaan masyarakat, meliputi pemberian CSR (Corporate Social Responsibility), pelatihan, asistensi, dan akses pemasaran produk binaan. Salah satunya, ibu-ibu di binaan kawasan narkoba di Kampong Permata, Cengkareng, Jakarta Barat, diberikan akses menjual kue hasil binaan hotel Aston Group untuk konsumsi hotel dengan pendapatan dan omzet Rp 5 jutaan per bulan;

d. Meningkatnya peran tokoh masyarakat dalam mengangkat harkat kawasan rawan narkoba menjadi sentra industri usaha produktif dan produk unggulan daerah di kawasan rawan. Salah satunya, peran ibu Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), peraih penghargaan utama P4GN pada Peringatan HANI 2017 di Jakarta, yang menjadikan produk-produk kawasan binaan alternatif di Gang Pandegiling, Kota Surabaya menjadi ikon kebanggaan yang berdampak meningkatnya permintaan produk dan sekaligus meningkat kesejahteraan masyarakat binaan pemberdayaan alternatif Bidang P2M BNNK Surabaya; dan

e. Meningkatnya minat dan eksistensi kelompok yang menghimpun dan mengorganisasi diri sebagai masyarakat penggiat anti Narkoba membantu tugas P4GN di Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penyuluhan P4GN, pendampingan korban narkoba, penggalangan laporan dan informasi masyarakat dan memfasilitasi instansi pemerintah daerah baik di provinsi maupun Kabupaten/Kota. Salah satunya adalah kelompok penggiat anti narkoba di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat.

2. Faktor-faktor penghambat program, antara lain:

a. Secara kuantitas, belum optimalnya upaya Bidang Pemberdayaan Masyarakat memfasilitasi pemanfaatan CSR baik di Pusat dan Daerah khususnya lingkungan dunia usaha yang sudah menjalin kemitraan dan sinergi bidang P4GN dengan BNN, BNNP, dan

Referensi

Dokumen terkait