• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2019"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya, Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional

(BNN) Tahun 2019 ini dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu

yang ditentukan.

Penyusunan Laporan Kinerja ini dimaksudkan sebagai implementasi

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintah yang menegaskan bahwa setiap entitas pelaporan

wajib menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja yang

berisi tentang ringkasan keluaran dari masing-masing program dan kegiatan yang

telah dilaksanakan.

Tahun Anggaran 2019, BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non

Kementerian, telah melaksanakan 2 (dua) Program, yaitu Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dan Program

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(P4GN), yang dalam implementasi program dan kegiatan mengacu pada rencana

strategis lembaga dalam upaya mewujudkan visi dan misi organisasi.

Kepala BNN sebagai penanggung jawab program, kegiatan, dan pengguna

anggaran

dalam

pelaksanaan

P4GN,

wajib

melaporkan

dan

mempertanggungjawabkan kinerja kepada Presiden dan masyarakat sebagai

penerima manfaat program.

Sebagai gambaran bahwa capaian sasaran strategis yang telah ditetapkan

BNN, ada yang telah mencapai target dengan baik bahkan terdapat sasaran

kinerja yang melebihi target yang ditentukan. Di sisi lain, masih terdapat target

kinerja yang belum tercapai secara optimal. Keberhasilan dan belum optimalnya

pencapaian target dimaksud akan dijadikan bahan evaluasi dalam pelaksanaan

program dan kegiatan di masa mendatang.

(4)

Laporan Kinerja ini diharapkan dapat memberikan gambaran obyektif

tentang kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2019. Selain itu,

rekomendasi-rekomendasi yang ada akan dijadikan acuan dalam penyusunan program dan

kegiatan P4GN di masa mendatang untuk mencapai tujuan kelembagaan yang

lebih baik.

Selaku Kepala BNN, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang terlibat dalam penyusunan laporan ini baik dalam bentuk kontribusi data,

informasi narasi laporan, maupun kontribusi bentuk lainnya, semoga Allah Tuhan

Yang Maha Esa selalu melindungi dan memberkati kita semua Amin.

Jakarta, Februari 2020

Kepala Badan Narkotika Nasional

Drs. Heru Winarko, S.H.

Paraf :

1. Ksb Evalap Ren Proggar : ... 2. Kabag Evalap : ... 3. Karo Ren : ... 4. Kabag TU : ... 5. Karo Umum : ... 6. Sestama : ...

(5)
(6)

aporan

Kinerja

BNN

tahun

2019

berisi

tentang

informasi

pertanggungjawaban dan kemampuan BNN menjelaskan hasil atau

manfaat yang dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia atas

kinerja BNN tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya. Rata-rata capaian

Sasaran Strategis BNN tahun 2019 adalah sebesar 102,04% dengan rincian

sebagai berikut: 1) Meningkatnya daya tangkal (faktor protektif) masyarakat

terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika sebesar

100%; 2) Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam

penanganan P4GN sebesar 91,47%; 3) Meningkatnya upaya pemulihan pecandu

narkotika melalui layanan rehabilitasi berkelanjutan sebesar 111,22%; 4)

Meningkatnya pengungkapan jaringan, penyitaan barang bukti, dan aset sindikat

peredaran gelap narkotika sebesar 106,85%; dan 5) Terwujudnya manajemen

organisasi yang proporsional, profesional, dan produktif sebesar 100,64%.

Keberhasilan tersebut adalah merupakan jawaban pencapaian target

kinerja secara holistik dan berkesinambungan dalam 2 (dua) aspek, yaitu demand

reduction dan supply reduction yang seimbang dalam menekan laju prevalensi

Penyalah Guna Narkotika di Indonesia.

Keberhasilan BNN dalam aspek demand reduction dapat dilihat dari

pencapaian: BNN telah melakukan upaya untuk meningkatkan daya tangkal

(protektif) masyarakat melalui indeks ketahanan diri (anti) narkotika dengan skor

56,41 (sangat tinggi) pada tahun 2019 (uji sampling). Skor tersebut lebih tinggi jika

dibandingkan dengan hasil indeks ketahanan diri (anti) narkotika pada tahun 2018

yaitu sebesar 50,03 yang kemudian menjadi nilai dasar (base line) dalam Renstra

Deputi Bidang Pencegahan tahun 2020-2024, kemampuan menggerakkan peran

serta masyarakat secara aktif dengan indeks 3,11 yang dapat dibuktikan dengan

semakin meningkatnya anggaran Non DIPA dalam pelaksanaan P4GN terutama

penggiat Anti Narkotika, serta keberhasilan BNN dalam memberikan peningkatan

kemampuan, dorongan, dan fasilitasi kepada lembaga rehabilitasi milik instansi

pemerintah dan komponen masyarakat untuk melakukan rehabilitasi yang

komprehensif dan berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan peningkatan

pecandu yang pulih dan kembali produktif di masyarakat.

(7)

Keberhasilan BNN dalam aspek supply reduction dapat dilihat dari

pencapaian: Keberhasilan BNN dalam memutus dan menggagalkan pasokan

narkotika yang akan dipasarkan di Indonesia sehingga berpotensi menyelamatkan

anak bangsa dari penyalahgunaan narkotika. Dengan asumsi dari kebiasaan

pemakai/pengguna shabu bahwa 1 gram dapat dikonsumsi oleh 10 orang, maka

penyitaan dan pemusnahan barang bukti shabu sebanyak 1,7 ton berpotensi

menyelamatkan 17 juta jiwa anak bangsa. Penyitaan dan pemusnahan barang

bukti 3,22 ton ganja juga berpotensi menyelamatkan 3,22 juta jiwa anak bangsa.

Kinerja bidang pemberantasan ini turut memberikan andil dalam meningkatkan

kualitas SDM terutama untuk meraih peluang bonus demografi. Di samping itu,

aset yang berhasil disita dari pengungkapan 43 berkas kasus TPPU berbentuk

uang dalam rekening, harta tidak bergerak (rumah, apartemen, tanah, ruko), harta

bergerak (mobil, sepeda motor, kapal tongkang), dan perhiasan (emas, berlian).

Keberhasilan penyitaan aset ini akan melemahkan kekuatan jaringan sindikat

narkotika dalam menjalankan bisnis ilegalnya sehingga akan berdampak pada

berkurangnya jumlah pasokan/sediaan narkotika.

Kondisi penangangan permasalahan narkotika di indonesia dapat

tergambar dari tinggi-rendahnya angka prevalensi penyalahgunaan narkotika yang

diukur secara periodik setiap 3 (tiga) tahun sekali. selama rentang waktu 2008

sampai dengan 2017, angka prevalensi penyalahgunaan narkotika di indonesia

menunjukkan tren yang menurun. di tahun 2019, angka prevalensi

penyalahgunaan narkotika sedikit mengalami kenaikan sebesar 0,03%. namun

demikian, angka tersebut masih berada di bawah target laju peningkatan

prevalensi penyalahgunaan narkotika sebesar 0,05% yang menjadi salah satu

sasaran pokok pembangunan nasional bidang pertahanan dan keamanan,

sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 20152019.

Meskipun demikian, BNN harus terus bekerja keras meningkatkan kinerja

ke depan agar pelaksanaan P4GN lebih optimal dan tepat sasaran. Upaya-upaya

yang dibangun dan ditingkatkan antara lain: kemampuan mensinergikan

keterlibatan seluruh stakeholder dan masyarakat untuk ambil bagian dalam P4GN,

membangun budaya kerja BNN RI yang Berani, Nasionalis, Netral, Responsif,

serta Inovatif, memperbaiki tata kelola organisasi dan manajemen perubahan di

segala bidang di BNN, peningkatan kompetensi pegawai BNN, serta peningkatan

sarana dan prasarana untuk mendukung operasional.

(8)

KATA PENGANTAR ... i

PERNYATAAN TELAH DIREVIU ... iii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GRAFIK ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. LATAR BELAKANG ... 1 B. DASAR HUKUM... 3 C. SEJARAH BNN ... 4

D. KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN KEWENANGAN ... 7

E. SISTEMATIKA ... 10

BAB II PERENCANAAN KINERJA ... 11

A. ARAH KEBIJAKAN ... 11 B. STRATEGI ... 11 C. VISI ... 12 D. MISI ... 13 E. TUJUAN ... 13 F. PERJANJIAN KINERJA ... 13

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 15

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI ... 16

B. REALISASI ANGGARAN ... 78

BAB IV PENUTUP ... 81

(9)

Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional ... 10

Gambar 2 Tahapan atau Metode Pengukuran IKM ... 27

Gambar 3 Penilaian Standar Fasilitas Rehabilitasi... 34

Gambar 4 Capaian IKU dari IKK Fasilitas Rehabilitasi BNN Tahun 2019 ... 37

Gambar 5 Alur Rehabilitasi Berkelanjutan ... 39

Gambar 6 Tahapan Pencapaian Indikator Jumlah Korban Penyalahgunaan dan/atau Pecandu Narkoba yang Pulih ... 40

Gambar 7 Capaian IKU dari IKK Pascarehabilitasi BNN Tahun 2019 ... 41

(10)

Tabel 1 Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2019 ... 13

Tabel 2 Realisasi dan Capaian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2019 ... 16

Tabel 3 Capaian IKU Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika Tahun 2019 ... 17

Tabel 4 Klasifikasi Rata-Rata Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika ... 18

Tabel 5 Matriks Aspek Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika ... 19

Tabel 6 Hasil Pengujian Aspek Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika Tahun 2019 ... 22

Tabel 7 Capaian IKK Bidang Pencegahan BNN Tahun 2019 ... 23

Tabel 8 Capaian IKU Indeks Kemandirian Masyarakat (IKM) Tahun 2019 ... 27

Tabel 9 Karakteristik Kriteria dalam IKM ... 27

Tabel 10 Capaian IKK Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN Tahun 2019 ... 28

Tabel 11 Implementasi GDAD Tahun 2018–2019 ... 30

Tabel 12 Capaian IKU Jumlah Fasilitas Rehabilitasi yang Telah Memenuhi Standar Pelayanan Minimal Tahun 2019 ... 34

Tabel 13 Kuadran Skor Penilaian Standar Pelayanan Minimal ... 35

Tabel 14 Capaian IKU Jumlah Korban Penyalahgunaan dan atau Pecandu Narkoba yang Pulih Tahun 2019 ... 39

Tabel 15 Capaian IKU Jumlah Jaringan Sindikat Tindak Pidana Narkotika yang Terungkap Tahun 2019 ... 44

Tabel 16 Capaian IKK Bidang Pemberantasan BNN Tahun 2019 ... 46

Tabel 17 Capaian IKU Persentase Penyelesaian Penyidikan Aset (TPPU) Tersangka Tindak Pidana Narkotika Hasil Tindak Pidana Narkotika Tahun 2019 ... 50

Tabel 18 Perbandingan Jumlah Kasus TPPU Narkotika pada Capaian Kinerja BNN Tahun 2017-2019 ... 53

Tabel 19 Capaian IKU Opini Laporan Keuangan Tahun 2019 ... 54

Tabel 20 Capaian IKU Opini Laporan Keuangan Tahun 2015–2019 ... 55

Tabel 21 Capaian IKU Nilai AKIP Tahun 2019 ... 60

Tabel 22 Perbandingan Hasil Evaluasi atas AKIP BNN Tahun 2016–2019 ... 61

Tabel 23 Nilai Pengukuran Aspek Manfaat Program P4GN Tahun 2015–2019 ... 64

Tabel 24 Capaian IKK Bidang Perencanaan BNN Tahun 2019 ... 65

Tabel 25 Capaian IKU Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN Tahun 2019 ... 66

Tabel 26 Capaian Indeks Reformasi Birokrasi BNN Tahun 2016–2019 ... 67

Tabel 27 Survei Internal terhadap Integritas Organisasi BNN Tahun 2018–2019 69 Tabel 28 Capaian IKK Bidang Kepegawaian BNN Tahun 2019 ... 69

(11)

Tabel 29 Capaian IKU Opini Publik terhadap BNN Tahun 2019 ... 73

Tabel 30 Indeks Kumulatif Opini Publik Tahun 2019 ... 74

Tabel 31 Kriteria Pengukuran Opini Publik terhadap Layanan BNN ... 75

Tabel 32 Realisasi Anggaran BNN Tahun Anggaran 2019 per Jenis Belanja ... 77

Tabel 33 Rata-Rata Capaian Sasaran Strategis BNN Tahun 2019 ... 81

(12)

Grafik 1 Perubahan Peserta Setelah Mengikuti Program Ketahanan Keluarga

Anti Narkoba Tahun 2019 ... 21

Grafik 2 Capaian IKU Indeks Kemandirian Masyarakat Tahun 2016–2019 ... 30

Grafik 3 Jumlah Penggiat Anti Narkotika Tahun 2016–2019 ... 31

Grafik 4 Capaian IKU Fasilitas Rehabilitasi sesuai SPM Tahun 2015–2019 ... 36

Grafik 5 Capaian IKU Jumlah Korban Penyalahgunaan dan/atau Pecandu Narkoba yang Pulih Tahun 2018–2019 ... 42

Grafik 6 Capaian IKU Jumlah Jaringan Sindikat Tindak Pidana Narkotika yang Terungkap Tahun 2016–2019 ... 47

Grafik 7 Barang Bukti Narkotika Tahun 2015–2019 ... 47

Grafik 8 Capaian IKU Persentase Penyelesaian Penyidikan Aset TPPU Tersangka Tindak Pidana Narkotika Hasil Tindak Pidana Narkotika Tahun 2016-2019 ... 50

Grafik 9 Capaian IKU Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN Tahun 2016–2019 . 68 Grafik 10 Hasil Survei Integritas Jabatan di BNN Tahun 2019 ... 68

Grafik 11 Profil Responden Survei Online ... 74

Grafik 12 Capaian IKU Opini Publik terhadap BNN Tahun 2017–2019 ... 75

(13)

Lampiran 1 Perjanjian Kinerja BNN Tahun 2019 ... 85 Lampiran 2 Daftar Matriks Uji Variabel Ketahanan Diri (Anti) Narkotika ... 88 Lampiran 3 Daftar Peraturan Daerah Dalam Rangka Implementasi

Pembangunan Berwawasan Anti Narkoba Tahun 2015–2019 ... 90 Lampiran 4 Daftar Pengukuran Indeks Kemandirian Masyarakat (IKM) Tahun

2019 ... 93 Lampiran 5 Daftar Indeks Kemandirian Masyarakat setiap Provinsi Tahun

2019 ... 95 Lampiran 6 Daftar Kawasan Rawan yang Diintervensi Program Pemberdayaan

Alternatif Tahun 2019 ... 96 Lampiran 7 Daftar Fasilitas Rehabilitasi yang Telah Memenuhi Standar

Pelayanan Minimal Tahun 2019 ... 98 Lampiran 8 Daftar Jaringan Sindikat Narkotika Tahun 2019 ... 103 Lampiran 9 Daftar Barang Bukti Narkotika Tahun 2015–2019 ... 104 Lampiran 10 Daftar Laporan Kasus Narkotika Terkait Tindak Pidana Pencucian

Uang (TPPU) Tahun 2019 ... 105 Lampiran 11 Daftar Pertanyaan pada Kuesioner dan Hasil Opini Publik

(14)
(15)
(16)

A. LATAR BELAKANG

isi Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah “Menjadi Lembaga yang Profesional, Tangguh, dan Terpercaya dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GN)”. Selaras dengan visi tersebut, BNN berusaha untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), salah satunya melalui penyusunan Laporan Kinerja yang akuntabel atau dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengamanatkan kepada BNN untuk melaksanakan P4GN serta menjadi leading sector dalam penanganan permasalahan narkotika. Berdasarkan kewenangan dan tugas yang diemban, secara umum BNN memiliki 3 (tiga) inti tugas pokok atau pilar lembaga BNN, yakni: (1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; (2) Mencegah dan memberantas serta memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; dan (3) Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkoba, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.

Tujuan dari program P4GN adalah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat tanpa narkotika, dengan indikator keberhasilan yang dapat diukur melalui laju prevalensi yang dapat ditahan sebesar +0,03% per tahun.

Namun demikian, mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat tanpa narkotika adalah hal yang sulit jika hanya ditangani oleh BNN, mengingat keterbatasan sumber daya (SDM, anggaran, serta sarana dan prasarana) yang dimiliki oleh BNN. Di sisi lain, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi semakin pesat dan kejahatan

V

(17)

narkotika merupakan kejahatan luar biasa (Extraordinary Crime), kejahatan terorganisir (Organized Crime), kejahatan lintas negara (Transnational Organized Crime), dan bagian dari Proxy War untuk menghancurkan ideologi anak bangsa dan ketahanan nasional. Oleh sebab itu, dibutuhkan kontribusi dan sinergitas dari seluruh elemen bangsa.

Untuk itu, sejak 2016 Pemerintah telah mencanangkan Pengarusutamaan Pembangunan Berwawasan Anti Narkotika (Bang Wawan), yang mewajibkan seluruh Kementerian/Lembaga/Daerah untuk berperan serta dalam upaya pencegahan, pemberdayaan masyarakat, dan rehabilitasi. Agar implementasi Bang Wawan dapat dilakukan secara efektif, BNN menyusun beberapa pedoman teknis dan Kementerian PAN-RB juga menerbitkan Surat Edaran Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan P4GN.

Kemudian agar pelaksanaan P4GN dapat dilaksanakan secara masif oleh seluruh komponen bangsa, Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional P4GN Tahun 2018–2019 yang mengamanatkan seluruh K/L dan Pemda bersinergi dalam program P4GN.

Berbagai pelaksanaan kegiatan P4GN harus dilaporkan kepada publik. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah yang menegaskan bahwa setiap entitas pelaporan wajib menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dan Kinerja yang berisi tentang ringkasan keluaran dari masing-masing program dan kegiatan yang telah dilaksanakan.

Kepala BNN sebagai penanggungjawab program dan kegiatan di bidang P4GN wajib melaporkan dan mempertanggungjawabkan kinerja secara akuntabel baik kepada Presiden maupun masyarakat sebagai penerima manfaat.

Sebagai gambaran bahwa capaian sasaran strategis yang telah ditetapkan BNN dalam perencanaan kinerja ada yang telah mencapai target dengan baik bahkan terdapat kinerja yang melebihi target yang ditentukan, namun juga masih terdapat target kinerja yang belum mencapai hasil secara optimal. Keberhasilan dan kegagalan kinerja capaian menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan di masa mendatang.

Agar pelaksanaan P4GN dapat dilaksanakan secara masif oleh

seluruh komponen bangsa, Pemerintah telah menerbitkan Inpres Nomor 6 tahun 2018 tentang

RAN P4GN Tahun 2018–2019 yang mengamanatkan seluruh K/L dan Pemda bersinergi dalam program

(18)

Penyusunan Laporan Kinerja BNN Tahun 2019 ini telah merujuk pada Keputusan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 388 tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Laporan Kinerja di Lingkungan BNN, BNNP, dan BNNK/Kota. Berdasarkan ketentuan tersebut, semua Satuan Kerja di lingkungan BNN secara berjenjang berkontribusi dalam Laporan Kinerja BNN selama tahun anggaran 2019.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

11. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 214 tahun 2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga.

D A S A R H U K U M D A S A R H U K U M

(19)

12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

13. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2015–2019.

14. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Peningkatan Kemampuan Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah maupun Masyarakat.

15. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2017 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.

16. Peraturan Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2019 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.

17. Keputusan Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor KEP/388/XII/2015/BNN tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Laporan Kinerja di Lingkungan BNN, BNNP, dan BNNK/Kota. 18. Keputusan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor KEP/79/I/KA/OT/00/2019/BNN Tahun 2019 tentang Pembentukan Tim Reformasi Birokrasi Badan Narkotika Nasional.

C. SEJARAH BNN

Sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam) permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi, dan pengawasan orang asing.

D A S A R H U K U M D A S A R H U K U M

(20)

Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Badan Koordinasi Pelaksana (Bakorlak) Inpres Nomor 6 Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakorlak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain yang berada di bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN.

Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata membuat Pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, Pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba.

Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-Undang tersebut, Pemerintah (Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 instansi pemerintah terkait.

BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun 2002, BKNN tidak mempunyai personel dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal.

BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang semakin serius. Oleh karenanya, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika

(21)

Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi: (1) Mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan (2) Mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba.

Mulai tahun 2003, BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN. Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan semakin serius. Oleh karena itu, pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi (BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK), yang memiliki kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas, yang mana BNN-BNP-BNK/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota, serta masing-masing (BNP dan BNK/Kota) tidak mempunyai hubungan struktural/vertikal dengan BNN.

Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus meningkat dan semakin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. BNN saat ini berupaya untuk memiskinkan para bandar atau pengedar narkoba karena disinyalir dan terbukti pada beberapa kasus penjualan narkoba sudah digunakan untuk pendanaan teroris (Narco Terrorism) dan juga untuk menghindari kegiatan penjualan narkoba untuk biaya politik (Narco for Politic).

Badan Narkotika Nasional telah memiliki organisasi vertikal hingga ke tingkat kabupaten/kota. Lembaga vertikal BNN hingga ke wilayah provinsi disebut sebagai

(22)

Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) yang saat ini telah berdiri di seluruh provinsi di Indonesia. Lembaga vertikal BNN di tingkat kabupaten/kota dinamakan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota (BNNK/Kota). Hingga saat ini telah berdiri 223 Satuan Kerja (Satker) di lingkungan BNN yang terdiri dari 11 Satker di BNN Pusat, 34 BNNP, 173 BNNK/Kota, dan 5 Balai/Loka Rehabilitasi BNN.

D. KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN KEWENANGAN

Uraian di bawah mengenai kedudukan, tugas dan wewenang serta fungsi Badan Narkotika Nasional (BNN) menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sebagai perangkat regulasi utama yang menunjang kinerja BNN.

1. Kedudukan

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan BNN dipimpin oleh seorang Kepala.

2. Tugas dan Wewenang

Menurut Pasal 70 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa BNN mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika.

c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkoba, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat.

e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

(23)

g. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap narkotika. h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor narkotika.

i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang. Sesuai Pasal 71 UU Nomor 35 Tahun 2009, dalam melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

3. Fungsi

Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional, dalam melaksanakan tugasnya, BNN menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang P4GN.

b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria P4GN.

c. Penyusunan perencanaan, program, dan anggaran BNN.

d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, serta hukum dan kerja sama di bidang P4GN.

e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan, Rehabilitasi, serta Hukum dan Kerja Sama.

f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan BNN.

g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.

h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN.

i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta masyarakat. j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan peredaran gelap

narkotika.

k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang narkotika.

(24)

l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahgunaan dan/atau pecandu narkoba. m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial pecandu narkoba yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.

n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan dan/atau pecandu narkoba berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang teruji keberhasilannya.

o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN. p. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di bidang

P4GN.

q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN.

r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN.

s. Pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan kode etik profesi penyidik BNN.

t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.

u. Pelaksanaan pengujian narkotika.

v. Pengembangan laboratorium uji narkotika.

w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.

4. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi sebagaimana disebut dalam Peraturan Kepala BNN Nomor 3 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional adalah sebagai berikut:

a. Kepala BNN.

b. Sekretariat Utama BNN. c. Inspektorat Utama BNN.

d. Deputi Bidang Pencegahan BNN.

e. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN. f. Deputi Bidang Pemberantasan BNN.

(25)

h. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN. i. Pusat Penelitian, Data, dan Informasi BNN.

j. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia BNN. k. Pusat Laboratorium Narkotika BNN.

l. Balai Besar Rehabilitasi BNN. m. Instansi Vertikal.

Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

E. SISTEMATIKA

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) di bidang P4GN ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan.

Bab II Perencanaan Kinerja. Bab III Akuntabilitas Kinerja. Bab IV Penutup.

Lampiran:

1. Perjanjian Kinerja.

(26)
(27)

A. ARAH KEBIJAKAN

asaran pembangunan nasional penanganan permasalahan narkotika difokuskan pada upaya penguatan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika dengan indikator keberhasilan terkendalinya angka prevalensi penyalahgunaan narkotika. Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis kelembagaan, maka ditetapkan arah kebijakan BNN periode 20152019 melalui penanganan permasalahan narkotika secara seimbang antara demand reduction dan supply reduction sebagai berikut:

B. STRATEGI

Adapun strategi yang dirumuskan untuk melaksanakan kebijakan tersebut adalah dengan:

S

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A ra h K e b ij a k a n B N N

1. Upaya sosialisasi bahaya penyalahgunaan narkotika dan pemberdayaan masyarakat (demand side).

2. Mengembangkan pengaturan upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkoba secara holistik, integral, dan berkelanjutan (demand reduction).

3. Penanganan jaringan sindikat narkotika dilakukan hingga tindak pidana pencucian uang dan pelaksanaan kegiatan intelijen narkotika.

4. Mengedepankan profesionalisme, dedikasi, dan tanggung jawab dalam penanganan permasalahan narkotika.

S tr a te g i B N N

1. Melakukan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi informasi pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika kepada seluruh lapisan masyarat dengan mengintegrasikan program pencegahan penyalahgunaan narkotika ke dalam seluruh isu dan sektor pembangunan melalui konsep penganggaran berwawasan anti narkotika, kebijakan berbasis anti narkotika, serta mendorong pembangunan karakter manusia dengan memasukkan nilai-nilai hidup sehat tanpa narkotika ke dalam kurikulum pendidikan dasar sampai lanjutan atas.

(28)

Dalam rangka menentukan arah bagi pelaksanaan P4GN, BNN merumuskan Rencana Strategi periode 20152019 yang mengacu pada visi dan misi pembangunan nasional: “terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong“, serta nawacita presiden yaitu perwujudan sistem penegakan hukum yang berkeadilan melalui penekanan antara lain:

1. Mendorong BNN untuk memfokuskan operasi pemberantasan narkotika dan psikotropika terutama sumber-sumber pada produsen dan transaksi bahan baku narkotika dan psikotropika nasional maupun transnasional.

2. Mendukung upaya program percepatan Indonesia bebas narkotika melalui sosialisasi bahaya narkotika kepada masyarakat umum yang dilakukan secara terus menerus, dan memberikan pengetahuan mengenai bahaya narkotika kepada siswa sejak sekolah dasar sampai dengan mahasiswa.

3. Menyiapkan sarana dan anggaran yang memadai bagi rehabilitasi pengguna narkotika dan psikotropika.

C.

V I S I

S tr a te g i B N N

2. Menumbuh-kembangkan kepedulian dan kemandirian masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika dari tingkat desa/kelurahan dengan mendorong relawan-relawan menjadi pelaku P4GN secara mandiri. 3. Mengembangkan akses layanan rehabilitasi penyalah guna, korban

penyalah guna, dan pecandu narkoba yang terintegrasi dan berkelanjutan, serta mengoptimalkan peran K/L dalam pemanfaatan infrastruktur dan sumber daya K/L.

4. Mengungkap jaringan sindikat peredaran gelap narkotika dan menyita seluruh aset terkait kejahatan narkotika dengan menjalin kerjasama dan kemitraan yang harmonis dengan penegak hukum baik dalam maupun luar negeri khususnya dalam mengungkap jaringan peredaran gelap narkotika. 5. Melaksanakan tata kelola pemerintahan dengan membangun budaya

organisasi yang menjunjung tinggi good governance dan clean government di lingkungan BNN.

V

is

i “Menjadi lembaga yang profesional, tangguh, dan terpercaya dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika”.

(29)

D.

M I S I

Untuk mewujudkan visi sebagaimana tersebut di atas, dirumuskan misi BNN sebagai berikut:

E.

TUJUAN

F.

PERJANJIAN KINERJA

Tabel 1. Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2019

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Meningkatnya daya tangkal (faktor protektif) masyarakat terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

Indeks ketahanan diri (anti) narkotika

Sangat Tinggi

Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam penanganan P4GN

Indeks Kemandirian Masyarakat (IKM)

3,4

Meningkatnya upaya pemulihan pecandu narkotika melalui layanan rehabilitasi berkelanjutan

Jumlah fasilitas rehabilitasi yang telah memenuhi standar pelayanan minimal

180 Fasilitas

Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang pulih

1.500 Orang

Mis

i

1. Mengembangkan dan memperkuat kapasitas kelembagaan.

2. Mengoptimalisasi sumber daya dalam penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

3. Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkotika secara komprehensif.

4. Memberantas peredaran gelap narkotika secara profesional.

T

u

ju

a

n

1. Peningkatan perlindungan dan penyelamatan masyarakat dari ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

2. Pelemahan jaringan sindikat peredaran gelap narkotika.

3. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P4GN. 4. Peningkatan tata kelola sumber daya organisasi.

(30)

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Meningkatnya pengungkapan

jaringan, penyitaan barang bukti, dan aset sindikat peredaran gelap narkotika.

Jumlah jaringan sindikat tindak pidana narkotika yang terungkap

29 Jaringan

Persentase penyelesaian penyidikan aset (TPPU) tersangka tindak pidana narkotika hasil tindak pidana narkotika

100%

2. Terwujudnya manajemen organisasi yang proporsional, profesional, dan produktif

Opini Laporan Keuangan WTP

Nilai AKIP B

Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN

70

(31)
(32)

ntuk mengukur keberhasilan Renstra BNN RI Tahun 2015-2019, BNN telah memiliki sistem monitoring dan evaluasi berbasis web-based yakni e-lkip. Sistem ini dapat mengontrol kinerja secara berjenjang dari lingkup BNN pusat hingga BNN di kewilayahan. Adapun dasar yang digunakan dalam pemantauan evaluasi adalah Perjanjian Kinerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja BNN, beberapa langkah terobosan telah dilakukan antara lain: 1. BNN telah menerbitkan Keputusan Kepala BNN

Nomor 388 tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Laporan Kinerja di Lingkungan BNN, BNNP, dan BNNK/Kota.

2. BNN telah melakukan Reviu Renstra pada tahun 2016 guna perbaikan sasaran dan indikator kinerja pada tahun 2017-2019.

3. Sejak tahun 2015, BNN telah melakukan pengukuran aspek manfaat berupa data kuantitatif (kuisioner likert skala 4) dan kualitatif (wawancara dan diskusi) yang diperoleh secara langsung dari si penerima manfaat berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga.

4. BNN telah melakukan banyak perbaikan terhadap indikator kinerja berbasis outcome pada dokumen Renstra BNN Tahun 2020-2024.

U

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja BNN, beberapa langkah terobosan telah dilakukan antara lain: 1. Tersedianya Sismonev e-lkip BNN. 2. BNN mengeluarkan aturan internal

berupa Keputusan Kepala BNN Nomor 388 Tahun 2015 tentang Juklak Sun LK BNN.

3. BNN telah melakukan Reviu Renstra pada tahun 2016 guna perbaikan sasaran dan indikator kinerja pada tahun 2017-2019.

4. Pengukuran aspek manfaat berupa data kuantitatif (kuisioner likert skala 4) dan kualitatif (wawancara dan diskusi) yang diperoleh secara langsung dari si penerima manfaat. 5. Perbaikan indikator kinerja

berbasis outcome pada dokumen Renstra 2020-2024.

(33)

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019 ditetapkan 5 (lima) sasaran strategis dengan 10 (sepuluh) Indikator Kinerja Utama (IKU). Kelima sasaran strategis tersebut, meliputi 4 (empat) sasaran bidang operasional yang berhubungan langsung dengan kepentingan umum sedang 1 (satu) sasaran lainnya menjadi penyanggah untuk memperkuat/mendukung pencapaian sasaran kepentingan umum. Gambaran capaian keberhasilan atas apa yang diperjanjikan dalam perjanjian kinerja sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 2. Realisasi dan Capaian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2019

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2019 Realisasi 2019 Capaian (%) 1. Meningkatnya daya tangkal

(faktor protektif) masyarakat terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

Indeks ketahanan diri (anti) narkotika

Sangat Tinggi Sangat Tinggi 100,00% 2. Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam penanganan P4GN Indeks kemandirian masyarakat 3,4 3,11 91,47% 3. Meningkatnya upaya pemulihan pecandu narkotika melalui layanan rehabilitasi berkelanjutan Jumlah fasilitas rehabilitasi yang telah memenuhi standar pelayanan minimal 180 Fasilitas 176 Fasilitas 97,78% Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang pulih 1.500 Orang 1.870 Orang 124,67% 4. Meningkatnya pengungkapan jaringan, penyitaan barang bukti, dan aset sindikat peredaran gelap narkotika Jumlah jaringan sindikat tindak pidana narkotika yang terungkap 29 Jaringan 33 Jaringan 113,79% Persentase penyelesaian penyidikan aset (TPPU) tersangka tindak pidana

narkotika hasil tindak pidana narkotika 100% 100% 100,00% 5. Terwujudnya manajemen organisasi yang proporsional, profesional, dan produktif Opini Laporan Keuangan WTP N/A N/A Nilai AKIP B B 100,00% Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN 70 71,03 101,47%

Opini publik terhadap BNN

(34)

asaran strategis ini bertujuan meningkatkan daya tangkal (faktor protektif) masyarakat terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Ketercapaian sasaran strategis ini dilihat dari tercapainya daya tangkal masyarakat dengan indeks kategori predikat “sangat tinggi”. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat yang sudah memiliki kemampuan mengendalikan diri, menghindari diri, dan menolak segala bentuk penyalahgunaan narkotika. Sasaran strategis ini memiliki 1 (satu) indikator kinerja utama yaitu “Indeks Ketahan Diri (Anti) Narkotika” dengan capaian 100%.

IKU 1. Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika

Bidang Pencegahan memiliki Sasaran Strategis yaitu “Meningkatnya Daya Tangkal (Faktor Protektif) Masyarakat terhadap Pengaruh Buruk Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika” yang dicapai melalui tingkat ketahanan diri (anti) narkotika, yaitu kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri, menghindari diri dan menolak segala bentuk penyalahgunaan narkotika, dengan informasi kinerja sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 3. Capaian IKU Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika Tahun 2019

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian

1. Indeks ketahanan diri (anti)

narkotika Sangat Tinggi (Skor 1) *Sangat Tinggi (Skor 1) 100 %

*) Hasil ini merupakan hasil uji sampling responden pada 2 provinsi (Jawa Barat dan Jawa Timur)

Capaian IKU Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika memiliki target sangat tinggi (

53,51) dan di tahun 2019 didapatkan nilai indeks dengan capaian 56,41 (masuk kategori sangat tinggi) atau dengan kata lain mencapai 100% dari target yang ditentukan. Indikator ini merupakan indikator perubahan sebagai tindak lanjut dari rekomendasi evaluator Kemen PAN-RB, di mana indikator sebelumnya belum dapat secara jelas menjawab ketercapaian sasaran strategis (outcome).

S

Sasaran Strategis 1

“Meningkatnya Daya Tangkal (Faktor Protektif)

Masyarakat terhadap Pengaruh Buruk

(35)

Pada periode Renstra BNN Tahun 2015–2019 Bidang Pencegahan BNN mengalami 2 (dua) kali perubahan atau review untuk Indikator Kinerja Utamanya. Pada tahun 2015 adalah “Laju Angka Penyalah guna Narkoba Coba Pakai”, tetapi dikarenakan adanya masalah yang dihadapi yaitu tidak dapat dihitungnya angka laju coba pakai di setiap tahunnya, maka pada tahun 2017 diubah menjadi “Tingkat Pemahaman Masyarakat terhadap

Bahaya Penyalahgunaan Narkotika”. Namun, indikator ini belum dapat secara jelas menjawab ketercapaian sasaran strategis (outcome), sehingga pada tahun 2018 dilakukan lagi perubahan untuk Indikator Kinerja Utama pada Bidang Pencegahan BNN yaitu menjadi “Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika”.

Klasifikasi Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika dapat dilihat sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 4. Klasifikasi Rata-Rata Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika

No. Klasifikasi Interval Ketahanan Diri (Anti) Narkotika Skor

1. Sangat rendah ≤ 45,97 0,25

2. Rendah 45,98 – 49,73 0,50

3. Tinggi 49,74 – 53,50 0,75

4. Sangat tinggi ≥ 53,51 1

Angka Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika didapatkan Bidang Pencegahan BNN sebesar 50,03 pada tahun 2018 yang berasal dari survei pemetaan ketahanan diri remaja anti narkotika se-Indonesia yang selanjutnya dijadikan nilai dasar (base line) dalam Renstra Bidang Pencegahan tahun 2020–2024. Namun, hasil tersebut masih perlu dilakukan uji kelayakan lebih mendalam sebagai sebuah indikator yang bersifat strategis ke depan. Oleh karena itu, masih dilakukannya studi dan pengkajian lebih mendalam pada tahun 2019 terhadap aspek-aspek variabel alat ukur yang digunakan dalam pengukuran indeks ketahanan diri (anti) narkotika pada tahun 2018, sehingga hasil capaian pada tahun 2019 masih bersifat proxy karena dilakukan di 2 (dua) provinsi (sampling).

Untuk memantapkan indikator kinerja yang akan ditetapkan pada Renstra tahun 2020–2024, ada 3 aspek dalam indeks ketahanan diri (anti) narkotika seseorang yang akan dikaji dan dievaluasi yaitu self regulation, assertiveness, dan reaching out. Adapun ketiga dimensi yang diukur secara lebih jelas adalah sebagai berikut:

Indeks Ketahanan Diri adalah

ketahanan seseorang terhadap dorongan, keinginan, atau pengaruh

untuk menyalahgunakan narkotika. Konsep ini didefinisikan sebagai

kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri, menghindari diri,

dan menolak segala bentuk penyalahgunaan narkotika.

(36)

1. Self regulation merupakan “kemampuan individu untuk mengelola pikiran, impuls, serta emosi agar dapat menampilkan respon perilaku yang berkesesuaian dengan pencapaian tujuan di masa mendatang”.

2. Assertiveness didefinisikan sebagai “kemampuan untuk mengutarakan secara langsung apa yang diinginkan atau tidak diinginkan kepada orang lain secara tegas”.

3. Reaching out didefinisikan sebagai “kemampuan untuk meningkatkan aspek positif kehidupan dengan cara menerima tantangan atau menggunakan kesempatan serta meningkatkan keterhubungan dengan orang lain”.

Aspek Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika yang dikaji melalui kegiatan yang merupakan Prioritas Nasional di tahun 2019 dapat dilihat sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 5. Matriks Aspek Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika

No. Aspek Substansi Kontribusi Informasi

dan Edukasi Kontribusi Advokasi Objek

1. Assertiveness - Menolak ajakan teman sebaya. - Memberikan penghargaan kepada remaja. - Terbangunnya keterampilan melalui program kerja Model Intervensi Ketahanan Keluarga Anti Narkoba adalah: personal

resilience dan parenting.

Anak usia remaja dan orang tua. - Kemampuan menciptakan konten.

Mengajak para remaja untuk mengutarakan secara langsung sikap menolak

penyalahgunaan narkoba dalam

Workshop Drug Free Education Day melalui

Program Model Pendidikan Anti Narkoba bagi Kalangan Remaja. - Anak usia remaja. 2. Self Regulation - Kebaikan diri. - Mengubah perilaku anak dengan alur dan kontrak.

Terbangunnya keterampilan melalui program kerja Model Intervensi Ketahanan Keluarga Anti Narkoba adalah: prososial dan

parenting.

Anak usia remaja dan orang tua.

Indeks Ketahanan Diri (Anti Drug Scale) menggambarkan tingkat daya

tangkal atau ketahanan diri (imunitas) individu dalam masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang terlibat

tindak penyalahgunaan narkotika. Indeks Ketahanan Diri (Anti)

Narkotika menjadi ukuran keberhasilan kinerja program intervensi pencegahan. Indikator ini

mengukur 3 aspek, yaitu self regulation, assertiveness, dan

(37)

No. Aspek Substansi Kontribusi Informasi

dan Edukasi Kontribusi Advokasi Objek

- Menggali ide untuk berkreasi.

Mengembangkan kemampuan para remaja untuk berkreasi dalam platform digital sebagai media kreasi melalui Program Model Pendidikan Anti Narkoba bagi Kalangan Remaja.

- Anak usia

remaja.

3. Reaching Out - Mengelola stres anak.

- Mengelola stres orang tua dan mengenali stres pada anak. - Mengurangi perilaku agresif. - Terbangunnya keterampilan melalui program kerja Model Intervensi Ketahanan Keluarga Anti Narkoba adalah: Total Difficulties,

Personal Resilience, dan Parenting. Anak usia remaja dan orang tua. - Tantangan berkreasi dan menunjukkan eksistensi sikap menolak penyalahgunaan narkoba.

Mengajak para remaja untuk berani

menampilkan (upload) kreasinya di platform digital REAN.id dalam Program Model Pendidikan Anti Narkoba bagi Kalangan Remaja. - Anak usia remaja.

Ada

empat hal yang dapat dikaitkan dengan ketahanan diri remaja

terhadap penyalahgunaan narkotika. Pertama: adalah faktor individu; Kedua:

faktor keluarga; Ketiga: faktor lingkungan masyarakat; dan Keempat: faktor

lingkungan sekolah.

Dalam Program Kerja Model Intervensi Ketahanan Keluarga Anti Narkoba, metode kajian yang digunakan adalah desain eksperimen. Terdapat tiga instrumen yang digunakan untuk mengukur dampak program ketahanan keluarga anti narkoba, yaitu: 1) Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ); 2) Parenting and Family Adjustment Scale (PAFAS); dan 3) Child and Youth Resilience Measure (CYRM).

Pelaksanaan intervensi aspek Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika dilakukan di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Alasan pemilihan kedua provinsi ini adalah dengan mengambil provinsi yang angka Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika di bawah rata-rata (Provinsi Jawa Barat dengan nilai 48,86) dan yang berada di atas rata-rata (Provinsi Jawa Timur dengan nilai 52,3) berdasarkan data tahun 2018.

(38)

Berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan terhadap keluarga yang mengikuti program ketahanan keluarga anti narkoba, diketahui bahwa secara umum di Provinsi Jawa Barat sebagian besar keluarga yang mengikuti program mengalami perubahan positif. Perubahan paling besar terjadi pada anak, yaitu 56,80% dengan aspek yang mengalami banyak perubahan positif adalah resiliensi dan perilaku negatif. Sedangkan persentase jumlah orang tua yang mengalami perubahan positif adalah 52,77%. Aspek dampak yang paling banyak mengalami perubahan positif pada orang tua adalah kemampuan parenting. Sedangkan di Provinsi Jawa Timur, perubahan paling besar terjadi pada orang tua yaitu 66,1%, sedangkan persentase jumlah anak yang mengalami perubahan positif adalah 49,98%. Perubahan positif yang terjadi di kedua provinsi tersebut meliputi; kemampuan parenting, penyesuaian keluarga, resiliensi diri anak, serta perilaku negatif anak. Nilai indeks capaian 56,41 berdasarkan perubahan positif yang terjadi pada kelompok keluarga yang mengikuti program.

Terkait perubahan positif yang terjadi pada peserta yang mengikuti kegiatan, ada 6 variabel yang dilakukan pengujian terhadap aspek-aspek dalam Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika yang dapat dilihat di tabel berikut ini:

Grafik 1. Perubahan Peserta Setelah Mengikuti Program Ketahanan Keluarga Anti Narkoba Tahun 2019

Parenting Family Adjustment Personal Resiliensi Care GiverResiliensi Difficulties/ PerilakuNegatif Prososial

Kota Bandung 88,89% 33,33% 44,44% 44,44% 88,89% 33,33%

Bandung Barat 100,00% 11,11% 55,56% 44,44% 55,56% 11,11%

Cimahi 90,00% 10,00% 100,00% 100,00% 80,00% 40,00%

Cianjur 77,78% 11,11% 66,67% 55,56% 66,67% 22,22%

Perubahan Peserta Jawa Barat Setelah Mengikuti Program

Kota Bandung Bandung Barat Cimahi Cianjur

Parenting Family Adjustment Personal Resiliensi Care Giver Resiliensi Difficulties/

Perilaku Negatif Prososial

Kota Malang 100,00% 73,30% 73,30% 53,30% 53,30% 26,67% Kab. Malang 73,30% 40,00% 73,30% 40,00% 26,67% 20,00% Batu 73,30% 33,30% 73,30% 53,30% 60,00% 40,00% Surabaya 100,00% 33,30% 46,67% 20,00% 66,67% 40,00% Sidoarjo 73,30% 40,00% 73,30% 53,30% 73,30% 33,30% Mojokerto 100,00% 53,30% 60,00% 40,00% 46,67% 53,30%

Perubahan Peserta Jawa Timur Setelah Mengikuti Program

(39)

Tabel 6. Hasil Pengujian Aspek Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika Tahun 2019

No. Provinsi Aspek

Pengujian Aspek Pada Anak

Total Difficulties

Behavior Prososial

Personal Resilience

1. Jawa Barat Self Regulation - 34,99 -

Assertiveness - - 69,44

Reaching Out 67,22 - -

2. Jawa Timur Self Regulation - 42,73 -

Assertiveness - - 29,74

Reaching Out 55,56 - -

Jumlah Nilai Rata-Rata Pengujian

Aspek Pada Anak 61,39 38,86 49,59 No Provinsi Aspek

Pengujian Aspek Pada Orang Tua

Parenting Caregiver

Resilience

Family Adjusment

1. Jawa Barat Self Regulation 86,39 - -

Assertiveness - 61,11 -

Reaching Out - - 61,38

2. Jawa Timur Self Regulation 85,55 - -

Assertiveness - 35,46 -

Reaching Out - - 45,64

Jumlah Nilai Rata-Rata Pengujian

Aspek Pada Orang Tua 85,97 48,28 31,01

Dari hasil pengkajian yang dilakukan, variabel dari ketahanan diri perlu di buat sebuah pengukuran yang persisten sehingga Bidang Pencegahan BNN memiliki alat pengukuran Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika yang dapat digunakan untuk menjawab IKU Bidang Pencegahan BNN.

Sedangkan Program Kerja Model Pendidikan Anti Narkoba bagi Kalangan Remaja ini dengan membuat platform Rumah Edukasi Anti Narkoba. Rumah Edukasi Anti Narkoba ini merupakan platform digital yang hadir sebagai wadah untuk membangun dan menampung kreativitas anak-anak milenial kita dalam berkarya sekaligus menyampaikan opini dan pandangan mereka mengenai permasalahan narkoba. Dengan Platform

REAN.ID,

maka para kaum milenial ini dapat meng-upload karya idenya dengan menggunakan hastag #isidengankarya. Rean.id merupakan Rumah Edukasi Anti Narkoba sebagai perwujudan Model Pendidikan Anti Narkoba bagi Kalangan Remaja, sehingga diharapkan bisa menjadi referensi bagi remaja (generasi milenial) dalam bergaya hidup, melalui potensi diri yang tersalurkan, serta menjadi inspirasi bagi remaja (generasi milenial) dan bagi masyarakat pada umumnya dalam meningkatkan derajat kesadaran anti Narkoba.

(40)

Hasil capaian Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika pada tahun 2019 sebesar 56,41 hanya bisa dibandingkan dengan capaian pada tahun 2018 sebesar 50,03. Namun, indikator kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan kinerja tahun 2015– 2017 disebabkan adanya perubahan indikator kinerja.

Faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan pencapaian indeks dalam kajian Ketahanan Diri (Anti) Narkotika adalah sebagai berikut:

1. Respon aktif dari stakeholder di wilayah tempat pelaksanaan kegiatan, berupa dukungan dalam bentuk penentuan tempat pelaksanaan kegiatan, serta koordinasi dengan keluarga yang terlibat sebagai peserta.

2. Peran aktif keluarga sebagai peserta yang terlibat dalam seluruh rangkaian kegiatan intervensi.

Keberhasilan pencapaian program merupakan kontribusi tercapainya kegiatan informasi dan edukasi serta advokasi yang dapat dilihat dari capaian Indikator Kinerja Kegiatan sebagai berikut:

Tabel 7. Capaian IKK Bidang Pencegahan Tahun 2019

No. Indikator Kinerja Kegiatan Target Realisasi % Capaian 1. Persentase masyarakat yang terpapar

informasi P4GN 7% (16.634.893 orang) 23,03% (54.738.232 orang) 329,00%

2. Jumlah institusi/lembaga yang responsif terhadap Kebijakan Pembangunan Berwawasan Anti Narkoba

659 institusi/ lembaga

977 institusi/ lembaga

148,25 %

Meskipun target Indikator Kinerja Utama tercapai, namun di dalam pencapaian pelaksanaan program terdapat hambatan-hambatan. Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target IKU di atas adalah:

1. Kurang efisiennya program karena ditambahnya jumlah keluarga yang terlibat dari semula 10 keluarga menjadi 15 keluarga per kelasnya. Kondisi ini membuat jumlah keluarga yang dapat menyampaikan pendapat pada saat proses intervensi menjadi terbatas dan saling menunggu.

2. Perubahan fasilitator dan ko-fasilitator yang seharusnya melibatkan praktisi dengan latar belakang keilmuan psikologi dan bimbingan konseling. Fasilitator Jawa Timur melibatkan unsur BNN pusat, BNNK/Kota, serta guru BK yang sebagian besar tidak memiliki latar belakang keilmuan psikologi. Kondisi tersebut membuat hasil yang didapat, baik tetapi tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan hasil di Jawa Barat.

(41)

Guna mengatasi hambatan dan kendala di atas, direkomendasikan upaya sebagai berikut:

1. Penugasan fasilitator tentang konsep keterampilan yang akan dibangun dan dinamika kelompok memberikan pengaruh pada kurang kuatnya orientasi hasil dalam kegiatan intervensi.

2. Perlu ada buku saku pendamping bagi fasilitator dan orang tua agar dapat menjadi pedoman mempraktikkan keterampilan di rumah.

Inovasi untuk mengoptimalkan pencapaian IKU tahun 2019 sebagai berikut:

1. Perumusan Model Intervensi Ketahanan Keluarga Anti Narkoba merupakan salah satu rumusan untuk mengkaji rekomendasi pemetaan ketahanan diri (anti) narkoba yang menyebutkan bahwa faktor keluarga merupakan faktor penting dalam menumbuhkan ketahanan diri remaja terhadap penyalahgunaan narkoba.

2. Perumusan Model Intervensi Sosial Berbasis Agama adalah pemanfaatan media sosial

sebagai upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba berbasis kegiatan keagamaan paling efektif untuk dilaksanakan.

3. Pembentukan Relawan Program Prioritas Nasional di daerah terluar dan terdepan yang diharapkan dapat menjadi agen perubahan (agent of change) dan menggerakkan partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan negara dalam upaya P4GN.

4. Program Kerja Model Pendidikan Anti Narkoba bagi Kalangan Remaja ini dengan membuat platform Rumah Edukasi Anti Narkoba. Rumah Edukasi Anti Narkoba ini merupakan platform digital yang hadir sebagai wadah untuk membangun dan menampung kreativitas anak-anak milenial kita dalam berkarya sekaligus menyampaikan opini dan pandangan mereka mengenai permasalahan narkoba. Dengan Platform REAN.ID, maka para kaum milenial ini dapat meng-upload karya idenya, dan menggunakan hastag #isidengankarya. Rean.id merupakan Rumah Edukasi Anti Narkoba sebagai perwujudan Model Pendidikan Anti Narkoba bagi Kalangan Remaja.

Pencapaian target dari IKU Bidang Pencegahan BNN dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, seperti adanya keterbatasan SDM dan keuangan disiasati dengan mencanangkan Program Pembangunan Berwawasan Anti

Inovasi yang dilakukan: 1. Perumusan Model Intervensi

Ketahanan Keluarga Anti Narkoba. 2. Perumusan Model Intervensi Sosial

Berbasis Agama.

3. Pembentukan Relawan Program Prioritas Nasional di daerah terluar dan terdepan.

4. Model Pendidikan Anti Narkoba Bagi Kalangan Remaja melalui platform digital bernam REAN.ID.

(42)

Narkotika (Bang Wawan) sejak tahun 2016. Dengan demikian, tingkat responsivitas K/L meningkat dengan banyaknya aturan atau regulasi yang mengatur masyarakat memahami, membentuk pola piker (mind set) dan perilaku memiliki daya tangkal, antara lain:

1. Inpres Nomor 6 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun 2018-2019.

2. Permendagri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Fasilitasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

3. Surat Edaran Menteri PAN-RB Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di Lingkungan Instansi Pemerintah.

4. 31 Peraturan Gubernur/Walikota/Bupati tentang program Pencegahan sebagai bentuk keberhasilan program Advokasi Bang Wawan (Lampiran 3).

(43)

dapun arah dari sasaran strategis di atas adalah masyarakat diharapkan dapat mewujudkan kemandirian partisipasi atau peran serta aktif dalam intervensi Program Pemberdayaan Masyarakat. Dengan demikian diharapkan tercipta suatu kondisi Meningkatnya Kesadaran dan Kepedulian Masyarakat dalam Penanganan P4GN. Ketercapaian sasaran strategis ini dilihat dari tercapainya Indeks Kemandirian Masyarakat (IKM) dengan hasil 3,11 kategori predikat “Mandiri”. Hal ini menggambarkan masyarakat yang sebelumnya pasif menjadi aktif berperan serta dalam program P4GN dengan masih adanya ketergantungan intervensi program dan kegiatan BNN. Sasaran strategis ini memiliki 1 (satu) indikator kinerja utama dengan capaian 91,47%.

IKU 2. Indeks Kemandirian Masyarakat (IKM)

Indeks Kemandirian Masyarakat (IKM) dalam pelaksanaan P4GN adalah nilai rata-rata akumulasi indeks peran serta dari berbagai lingkungan masyarakat dalam P4GN yang dilakukan oleh Penggiat Anti Narkotika secara mandiri di lingkungannya setelah ditingkatkan kemampuannya oleh BNN. Untuk mengukur IKM diperoleh dengan tahapan atau metode sebagai berikut:

1. Program diawali dengan pengembangan

kapasitas bagi penggiat anti narkotika yang proses rekruitmennya dipilih berdasarkan penunjukkan oleh satuan kerja BNN atau lingkungannya masing-masing.

2. Dilakukan pengembangan kapasitas, para penggiat dilatih untuk mampu menjalankan 4 fungsi, yaitu: penyuluh, pelapor, pendamping keluarga korban, dan fasilitator P4GN bagi lingkungannya.

A

Sasaran Strategis 2

“Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat

dalam penanganan P4GN

Indeks Kemandirian Masyarakat (IKM) dalam pelaksanaan P4GN adalah adalah nilai rata-rata akumulasi indeks peran

serta dari berbagai lingkungan masyarakat dalam P4GN yang dilakukan

oleh Penggiat Anti Narkotika secara mandiri di lingkungannya setelah ditingkatkan kemampuannya oleh BNN.

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional
Tabel 2. Realisasi dan Capaian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2019  No.  Sasaran Strategis  Indikator Kinerja
Tabel 3. Capaian IKU Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika Tahun 2019  No.  Indikator Kinerja Utama  Target  Realisasi  % Capaian
Tabel 4. Klasifikasi Rata-Rata Indeks Ketahanan Diri (Anti) Narkotika  No.  Klasifikasi  Interval Ketahanan Diri (Anti) Narkotika  Skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

BERAPA TOTAL RUPIAH BPNT YANG DIBELANJAKAN UNTUK MEMBELI BAHAN PANGAN LAINNYA DI BULAN JANUARI 2018. numeric

– Ekonomi tidak memiliki otonomi mutlak, didalam menjalankan ekonomi harus di lakukan sebagai penatalayanan kepada Allah (Oikos-nomos dekat dengan theo-nomi).. – Kehidupan

Perubahan biogas menjadi energi listrik dilakukan dengan memasukkan gas dalam tabung penampungan kemudian masuk ke conversion kit yang berfungsi menurunkan tekanan

• Dari hasil Survei Opini Publik Kelembagaan BNN yang dilakukan pada tahun 2020 ini diketahui bahwa publik sudah sangat baik mengetahui BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non

Hasil penelitian mengenai latar belakang pentingnya penerapan pidana terhadap korporasi yang meiakukan TPLH (Tindak Pidana Lingkungan Hidup) di KIM, berangkat dari alasan

Maka kami Surga Pewangi Laundry juga Menyediakan kemasan sampel wewangian Laundry isi 100ml, 250 ml , 1 literan Dengan Macam‐Macam pilihan aroma parfum.. buat mendapatkan Contoh

Oleh karena diperlukan penelitian untuk mengetahui efesiensi penggunaan ammonium oksalat pada konini ekstraksi yang berbeda (lama ekstraksi dan pH) terhadap rendemen

Mereka beranggapan bahwa yang dimiliki saat ini merupakan anugerah dari Allah yang harus digunakan untuk membantu orang lain sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya,