• Tidak ada hasil yang ditemukan

Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen dan kapasitas yang memadai disemua tingkat komunitas dan jenjang pemerintahan.

Dalam dokumen ARB KABUPATEN SLEMAN 2014. (Halaman 32-37)

2.12. Metode Penghitungan Indeks Kapasitas

Indeks Kapasitas diperoleh berdasarkan tingkat ketahanan daerah pada suatu waktu. Tingkat Ketahanan Daerah bernilai sama untuk seluruh kawasan pada suatu kabupaten/kota yang merupakan lingkup kawasan terendah kajian kapasitas ini. Oleh karenanya penghitungan Tingkat Ketahanan Daerah dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan Peta Ancaman Bencana pada daerah yang sama. Untuk perhitungan Indeks Kapasitas dapat diunduh di www.bnpb.go.id.

Indeks Kapasitas diperoleh dengan melaksanakan diskusi terfokus kepada beberapa pelaku penanggulangan bencana pada suatu daerah. Panduan diskusi dan alat bantu untuk memperoleh Tingkat Ketahanan Daerah terlampir. Berdasarkan Tingkat Ketahanan Daerah yang diperoleh dari diskusi terfokus, diperoleh Indeks Kapasitas. Hubungan Tingkat Ketahanan Daerah dengan Indeks Kapasitas terlihat pada tabel.

 

27  Indikator yang digunakan untuk peta kapasitas adalah indicator HFA yang terdiri dari: a) aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana; b) peringatan dini dan kajian risiko bencana; c) pendidikan kebencanaan; d) pengurangan factor risiko dasar; dan e) pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini. Parameter konversi Indeks dan persamaan ditunjukkan pada di bawah ini.

2.13. PENGKAJIAN RISIKO BENCANA

Pengkajian risiko bencana dilaksanakan dengan mengkaji dan memetakan Tingkat Ancaman, Tingkat Kerentanan dan Tingkat Kapasitas berdasarkan Indeks Kerugian, Indeks Penduduk Terpapar, Indeks Ancaman dan Indeks Kapasitas. Metodologi untuk menterjemahkan berbagai indeks tersebut ke dalam peta dan kajian diharapkan dapat menghasilkan tingkat risiko untuk setiap ancaman bencana yang ada pada suatu daerah. Tingkat risiko bencana ini menjadi landasan utama untuk menyusun Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.

Peta Risiko Bencana disusun dengan melakukan overlay Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta Risiko Bencana disusun untuk tiap-tiap bencana yang mengancam suatu daerah. Peta kerentanan baru dapat disusun setelah Peta Ancaman selesai.

 

28  Analisa Risiko Bencana yang didasarkan pada Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana merupakan sebuah acuan awal untuk membangun dasar yang kuat dalam proses perencanaan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sebagai acuan awal, pedoman ini perlu diperjelas dalam sebuah panduan teknis untuk pengkajian setiap bencana yang ada di Indonesia. Panduan teknis tersebut sebaiknya disusun dengan mempertimbangkan kemampuan pemerintah daerah untuk melaksanakan pengkajian secara mandiri.

Bagi pengguna pedoman ini, sebaiknya membangun tim kerja yang memiliki kapasitas teknis dibidang GIS yang memadai, dan memiliki pemahaman dalam sistem penanggulangan bencana nasional. BNPB dapat memberikan bantuan asistensi terkait peta risiko bencana yang disusun. Oleh karena itu proses asistensi menjadi penting untuk menjamin tercapainya kualitas hasil kajian yang memadai. Diharapkan dengan hasil kajian yang berkualitas, kebijakan yang disusun untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu kawasan dapat menjadi efektif.

III-1

III.1. Gambaran Umum Kabupaten Sleman

Kabupaten Sleman terbentang mulai 110o 13’ 00” sampai dengan 110o 33’ 00” Bujur Timur, dan mulai 7o 34’ 51” sampai dengan 7o 47’ 03” Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 100 – 2.500 meter di atas permukaan air laut. Jarak terjauh Utara- Selatan kira-kira 32 km, Timur – Barat kira-kira 35 km, terdiri dari 17 kecamatan, 86 desa, dan 1.212 dusun.

• Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah, • Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, • Bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta,

Propinsi D.I.Yogyakarta

• Bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.

Wilayah di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur, sedang bagian utara sebagian besar merupakan tanah kering yang berupa ladang dan pekarangan, serta memiliki permukaan yang agak miring ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

Di lereng selatan Gunung Merapi terdapat dua buah bukit, yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Wisata Kaliurang. Beberapa sungai yang mengalir melalui Kabupaten Sleman menuju Pantai Selatan antara lain Sungai Progo, Krasak, Sempor, Nyoho, Kuning, dan Boyong. Berdasarkan pantauan Kanwil Perhubungan, hari hujan terbanyak dalam satu bulan adalah 27 hari. Rata-rata curah hujan tertinggi 22,8 mm. Kecepatan angin maksimum 24,00 knots dan minimum 0,00 knots, sementara rata-rata kelembaban nisbi udara tertinggi 86,0 % dan terendah 73,0 %. Temperatur udara, tertinggi 27,5 0C dan terendah 25,5 0 C.

III.1.1. KONDISI GEOMORFOLOGI

Propinsi DIY. Menurut Sir McDonald & Partners (1984), Setiadi (1990), Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara geomorfologi dapat dibedakan menjadi

III-2 10 (sepuluh) satuan geomorfologi. Ada beberapa satuan geomorfologi yaitu : Satuan Puncak Gunungapi Merapi, Satuan Tubuh Gunungapi Merapi, Satuan Kaki Gunungapi Merapi, Satuan Dataran, Satuan Perbukitan Melandai sampai Terjal, Satuan Gumuk Pasir, Satuan Pegunungan Baturagung, Satuan Pegunungan Seribu, Satuan Dataran Tinggi Wonosari, dan Satuan Panggung Masif.

Sleman merupakan bagian dari Satuan Morfologi Kaki Gunungapi Tengah Merapi. Pada umumnya kondisi daerah relatif sama, dengan kemiringan lereng yang relatif seragam dari utara sampai ke selatan yaitu berkisar 8%, dengan ketinggian antara 162,5 – 337,5 meter di atas permukaan air laut. Beda tinggi antara daerah terendah adalah 175 m, sehinga hanya ada satu pengelompokan morfologi di daerah penelitian yaitu topografi miring landai. Sedangkan Kota Yogyakarta hanya memiliki satuan geomorfologi berupa dataran fluvio-vulkanik yang merupakan hasil proses pengendapan material-material vulkanik yang berasal dari gunungapi Merapi.

Daerah penelitian secara geomorfologi dapat dibedakan menjadi 7 (tujuh) satuan geomorfologi, sebagai berikut :

A. Satuan Kerucut Gunungapi

Satuan Kerucut Gunungapi terletak diatas ketinggian 900 meter dari permukaan laut dan mempunyai kelerengan lebih dari 57%. Daerah ini mempunyai jumlah kepadatan penduduk yang sangat rendah hingga tidak ada. Di daerah puncak hampir tidak dijumpai sungai dan juga jarang sekali ditemui mata air.

Sleman Magelang Klaten Bantul Boyolali Kulon Progo Gunung Kidul Kota Yogyakarta KECAMATAN TURI KECAMATAN DEPOK KECAMATAN PAKEM KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN KECAMATAN BERBAH KECAMATAN SLEMAN KECAMATAN GODEAN KECAMATAN TEMPEL KECAMATAN KALASAN KECAMATAN GAMPING KECAMATAN NGAGLIK KECAMATAN SEYEGAN KECAMATAN MOYUDAN KECAMATAN MINGGIR KECAMATAN NGEMPLAK KECAMATAN PRAMBANAN KECAMATAN CANGKRINGAN 110°32'0"E 110°32'0"E 110°24'0"E 110°24'0"E 110°16'0"E 110°16'0"E 7 °3 6 '0 "S 7 °3 6 '0 "S 7 °4 4 '0 "S 7 °4 4 '0 "S 416000m.E 416000m.E 24 24 32 32 440 440 448000m.E 448000m.E 9 13 6 0 0 0 m .N 9 13 6 0 0 0 m .N 44 44 52 52 9160 9160 9 16 8 0 0 0 m .N 9 16 8 0 0 0 m .N

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SLEMAN

Dalam dokumen ARB KABUPATEN SLEMAN 2014. (Halaman 32-37)

Dokumen terkait