• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Aspek-aspek Kebiasaan Belajar Siswa

3. Cara Belajar

a. Membuat jadwal atau rencana belajar

Hamalik (1983:31) mengungkapkan bahwa rencana belajar yang baik besar manfaatnya dan menjadi keharusan bagi setiap siswa, manfaatnya antara lain:

1) Menjadi pedoman dan panutan dalam belajar sehingga perbuatan belajar menjadi lebih teratur dan lebih sistematis.

2) Menjadi pendorong dalam belajar. 3) Menjadi alat bantu dalam belajar.

4) Rencana belajar yang baik akan membantu siswa untuk mengontrol, menilai dan mengevaluasi sejauh mana tujuan belajar siswa tercapai.

Pengelolaan waktu setiap siswa tentu berbeda-beda karena kebutuhan setiap siswa juga berbeda. Pengelolaan atau pengaturan waktu belajar yang baik dapat membawa dampak yang baik pula bagi prestasi belajar siswa. Siswa dapat mengatur waktu belajarnya, misalnya dengan membuat jadwal belajar sendiri.

Siswa dapat menggunakan waktunya dengan efektif dan efisien sehingga dapat segera menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan baik tanpa harus menunda-nunda waktu. Sedangkan siswa yang belum dapat mengatur waktu belajarnya dengan baik akan cenderung mempunyai kebiasaan untuk menunda pengerjaan tugas belajar.

Hal ini ditegaskan kembali oleh Liang Gie (1979:61) yang menyatakan bahwa sebagian siswa kurang dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya karena tidak membagi-baginya untuk bermacam-macam keperluan, tidak menyelidiki waktu-waktu terbaik baginya untuk belajar dan tidak mempunyai rencana belajar yang tepat.

Pembuatan rencana atau jadwal belajar hendaknya dibuat sefleksibel mungkin agar tidak membuat siswa merasa tertekan karena harus mengikuti jadwal tersebut. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli yang bernama J. Biggers (Muhhibin, 1997:138) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Sedangkan menurut Dunn et al (Muhhibin, 1997:138) hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi tergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa. Ada siswa yang siap belajar pada pagi hari bahkan ada pula siswa yang siap belajar pada sore hari bahkan tengah malam. Perbedaan antara waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaanstudy time preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

Jadi, dengan adanya jadwal dan rencana belajar, siswa dapat melihat segi-segi kekurangan diri sendiri sehingga siswa dapat berusaha untuk memperbaiki diri sendiri.

b. Mengikuti pelajaran di kelas

Setiap siswa hendaknya selalu mengikuti pelajaran di kelas dengan tertib dan tidak pernah datang terlambat di kelas. Jika siswa datang lebih pagi, ia dapat memilih tempat duduk yang enak. Memilih tempat duduk di bagian depan, memudahkan siswa untuk mendengar penjelasan guru dengan jelas dan dapat menyalin tulisan guru di papan tulis dengan jelas pula. Mengikuti pelajaran di kelas memudahkan siswa untuk mengerti pelajaran tersebut dengan baik.

Kebiasaan memilih tempat duduk di bagian depan dapat mencegah siswa mengantuk selama mengikuti pelajaran. Setiap siswa hendaknya selalu mengikuti semua mata pelajaran di kelas. Sedapat mungkin siswa tidak absen dari pelajaran. Apabila siswa memiliki kebiasaan membolos atau malas mengikuti pelajaran, maka ketika siswa mengikuti pelajaran di kelas siswa cenderung bersikap tidak perhatian dengan penjelasan guru. Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa sendiri.

c. Kebiasaan mendengarkan aktif

Ahmadi (1991:125) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar di sekolah, sering ada ceramah dari guru. Tidak setiap orang dapat memanfaatkan situasi ini untuk belajar. Apabila hal mendengarkan para siswa tidak didorong oleh kebutuhan, motivasi dan tujuan tertentu, maka sia-sialah pekerjaan mereka. Tujuan belajar tidak tercapai karena tidak adanya set-set belajar yang tepat untuk belajar.

Set belajar adalah arah perhatian dalam interaksi bertujuan (Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:124). Selanjutnya Ahmadi dan Widodo Supriyono menjelaskan bahwa manfaat dari set belajar adalah membuat si pelajar mempunyai kepekaan terhadap ketepatan berbagai alternatif tindakan mencapai tujuan. Set belajar mengarahkan perhatian hal-hal relevan dengan kebutuhan dan motivasi si pelajar serta menemukan tujuan atau alternatif tindakan yang paling baik (Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:124).

Menurut Safaria (2005:172) mendengarkan aktif adalah pendengar memahami, menangkap dan merumuskan kembali dengan kata-kata sendiri dan pesan pembicara berupa pikiran termasuk perasaan pembicara. Minat dan perhatian siswa untuk mendengarkan penjelasan guru di kelas sangat dibutuhkan. Hal ini melatih kognitif siswa agar dapat menyimpan seluruh materi pelajaran dalam ingatannya.

d. Kebiasaan membaca yang efektif

Pengetahuan tidak cukup diperoleh dengan mendengarkan guru ketika menyampaikan materi pelajaran di kelas, melainkan juga dapat diperoleh melalui pembaca. Ahmadi (19914:127) menjelaskan bahwa membaca untuk keperluan belajar harus menggunakan set. Membaca dengan set misalnya dengan mulai memperhatikan judul-judul bab, topik-topik utama dengan berorientasi pada kebutuhan dan tujuan. Kemudian memilih topik yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan itu. Tujuan kita

akan menentukan materi yang dipelajari. Siswa menentukan set untk membuat catatan-catatan yang perlu.

Lebih lanjut Ahmadi menjelaskan bahwa material bacaan yang bersifat teknis dan mendetail memerlukan kecepatan membaca yang kurang (lambat), sedang material bacaan yang bersifat popular dan impresif memerlukan kecepatan membaca yang tinggi. Membaca dengan cepat lebih membantu dalam hal menyerap material secara lebih komprehensif (Ahmadi, 1991:128).

Ada dua kebiasaan yang berkaitan dengan membaca yaitu kebiasaan baik dan kebiasaan buruk; kebiasaan yang membantu dan menguatkan membaca secara efisien dan kebiasaan yang merintangi membaca secara efisien. Mengubah kebiasaan bukanlah tugas yang mudah. Kebiasaan telah berakar dari dalam dan telah menjadi satu bagian dari kerutinan (Kathryn Redway, 1992:18).

Selain itu Kathryn Redway juga menyatakan bahwa kebiasaan membaca yang buruk atau kurang baik misalnya seperti subvokalisasi. Subvokalisasi adalah mendengar kata-kata dalam benak kita sendiri atau mengeja kata pada saat membaca. Hal ini merupakan suatu kebiasaan buruk apabila sering terjadi. Mengurangi kebiasaan melakukan subvokalisasi sesungguhnya mudah. Kebiasaan siswa membaca kata per kata dapat mengurangi pemahaman siswa karena kata-kata itu tidak dipahami dalam konteksnya yang menyebabkan pikiran siswa harus

bekerja lebih keras untuk memahami seluruh gagasan (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2007:254). Kemudian Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007:254) juga menjelaskan bahwa kebiasaan siswa membaca dengan perlahan dapat menjadi siksaan yang sesungguhnya bagi otak yang sangat berkembang pesat dan cepat bereaksi.

Lebih lanjut Kathryn Redway menambahkan bahwa pembaca yang lambat cenderung menunda dan memperlambat selama mungkin. Siswa menganggap bahwa membaca itu sebagai suatu kegiatan yang kurang menyenangkan, suatu tugas yang melelahkan. Siswa menganggap bahwa bacaannya sedemikian kompleks dan membingungkan sehingga tidak tahu harus memulai dari mana (Kathryn Redway, 1992:20-22).

Dalam hal disiplin diri dalam membaca sangat dibutuhkan agar siswa terbiasa untuk membaca. Disiplin diri diperlukan untuk mengembangkan kebiasaan membaca yang baik sehingga kelas kebiasaan ini dapat terlaksana secara otomatis tanpa banyak kesulitan (Liang Gie, 1979:86).

Selain itu agar siswa dapat menjadi pembaca yang baik, siswa harus mampu meluangkan waktunya beberapa saat sebelum membaca dengan mempersiapkan dirinya. Siswa hendaknya meluangkan beberapa saat sebelum membaca dengan menenangkan pikirannya dan memusatkan perhatiannya (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2007:254-256).

Lebih lanjut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007:258) menegaskan bahwa siswa hendaknya terlebih dahulu sebelum membaca memeriksa daftar isi, judul-judul bab, huruf-huruf dicetak tebal atau miring, grafik dan gambar-gambar dan segala hal yang menonjol. Dengan melakukan hal ini, siswa akan tahu apa yang diharapkan dan pikiran siswa akan mendapatkan gagasan-gagasan baik dari gagasan-gagasan yang diberikan.

Selain itu agar siswa dapat memahami konsep-konsep bacaan dengan baik. Ketika membaca hendaknya siswa menggarisbawahi hal-hal penting dengan menggunakan stabilo (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2007:266).

e. Kebiasaan mencatat yang efektif

Mencatat yang efektif adalah salah satu kemampuan terpenting yang pernah dipelajari orang. Mencatat dapat membantu siswa dalam meningkatkan daya ingatnya. Kebanyakan siswa mampu mengingat materi pelajaran dengan sangat baik ketika mereka menulis. Tanpa mencatat dan mengulangi materi pelajaran, kebanyakan siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang mereka baca atau dengar kemarin (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2007:146-148). Lebih lanjut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki menjelaskan bahwa pencatatan yang efektif dapat menghemat waktu dengan membantu siswa

menyimpan informasi secara mudah dan mengingatnya kembali jika diperlukan (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2007:248).

Kebiasaan mencatat membantu siswa untuk belajar memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Kebiasaan mencatat dengan rapi juga dapat mendorong siswa untuk semangat dalam belajar. Siswa yang memiliki kebiasaan mencatat tugas-tugas ke dalam buku agenda akan lebih mudah mengatur rencana belajarnya. Sebaliknya jika catatan pelajaran siswa tidak teratur, maka akan memberikan pengaruh yang kurang baik dan akan mengurangi semangat belajarnya (Hamalik, 1983:40).

Sementara itu Ahmadi (1991:127) menyatakan bahwa tidak setiap aktivitas mencatat adalah belajar. Aktivitas mencatat yang bersifat menurun, menjiplak atau mengcopy tidak dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar. Lebih lanjut Ahmadi akan menjelaskan bahwa mencatat juga termasuk sebagai aktivitas belajar apabila dalam mencatat itu siswa menyadari kebutuhan dan tujuannya serta menggunakan set tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Mencatat dengan menggunakan set tertentu akan dapat dipergunakan sewaktu-waktu tanpa ada kesulitan. Jika tanpa ada set belajar, maka catatan yang kita buat tidak sesuai dengan apa yang semestinya dicatat.

Ahmadi juga menegaskan kembali bahwa catatan-catatan tidak hanya sekedar berupa fakta-fakta, melainkan terdiri atas materi apapun

yang dibutuhkan untuk memahami dan memanfaatkan informasi bagi perkembangan pribadi siswa (1991:127).

Kebiasaan membuat catatan dengan meringkas juga merupakan aktivitas belajar. Hal ini ditegaskan kembali oleh Liang Gie (1979:106) yang menyatakan bahwa dalam membuat ringkasan, siswa berusaha mengambil intisari suatu uraian atau pokok pikiran. Kemudian intisari itu dituliskan dengan singkat dengan menggunakan kata-kata sendiri serta dihubungkan dengan pokok-pokok pikiran lainnya yang juga telah diringkasnya.

Kebiasaan meringkas membantu siswa dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang (Ahmadi, 1991:128). Siswa yang mempunyai kebiasaan membuat ringkasan akan selalu mempunyai persiapan diri yang baik ketika akan menghadapi ujian. Agar dapat membuat ringkasan yang baik, maka siswa harus benar-benar mengerti uraian yang akan diringkasnya yaitu pokok-pokok pikiran dalam setiap uraian tersebut beserta hubungan antara yang satu dengan yang lain.

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007:152-158) mengungkapkan bahwa salah satu teknik pencatatan yang efektif adalah menggunakan peta pikiran. Peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis

lainnya untuk membentuk kesan. Peta pikiran sangat baik untuk merencanakan dan mengatur pelbagai hal.

Selain menjadi metode yang efektif dalam pencatatan, peta pikiran berfungsi untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya. Peta pikiran juga ideal untuk menulis dan mengingat presentasi yang harus siswa lakukan karena siswa dapat meringkas keseluruhan isi presentasi dalam satu halaman.

Lebih lanjut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007:160) menjelaskan bahwa catatan Tulis dan Susun juga merupakan salah satu metode yang efektif dalam pencatatan. Penulisan catatan adalah mendengarkan apa yang dibicarakan oleh seorang pembicara atau guru seraya menuliskan poin-poin utamanya. Penyusunan-catatan berarti menuliskan pemikiran dan kesan siswa sendiri sambil mendengarkan materi yang sedang disampaikan. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007:186) menulis cepat membantu siswa mengatasi masalah lembaran kosong dan melihat kemajuan dengan segera.

f. Kebiasaan mengingat dan menghafal

Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam mengingat materi pelajaran. Ada siswa yang mempunyai kebiasaan menghafal pelajaran dengan cara membaca keras-keras dan ada juga siswa yang mempunyai kebiasaan menghafal pelajaran tanpa bersuara keras.

Siswa yang mempunyai kebiasaan menghafal materi pelajran dengan membaca keras tetapi tidak menaruh perhatian penuh terhadap apa yang dibacanya itu, memang akhirnya dapat mengingat juga pelajaran tersebut tetapi hafalan itu dalam kurun waktu yang sangat singkat akan mudah untuk dilupakan kembali. Hanya dengan menghafal sambil memahami dan memperhatikan sungguh-sungguh apa yang dipelajari itu, barulah bahan yang bersangkutan dapat ditahan di kepala untuk kurun waktu yang cukup (Liang Gie, 1979:125).

Kebiasaan mengingat atau menghafal perlu dilakukan dan dilatih sehingga seluruh materi pelajaran yang selalu bertambah dari waktu ke waktu dapat terekam baik dalam otak kita dan dapat diendapkan secara kuat dalam ingatan. Sama halnya dengan pendapat Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007:238) yang mengungkapkan bahwa siswa perlu menggunakan kesempatan untuk melatih keterampilan memorinya dengan sering-sering menggunakannya, bahkan untuk hal-hal yang tidak begitu penting untuk diingat. Lebih lanjut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007:240) menjelaskan bahwa siswa akan mengingat suatu informasi lebih lama setiap kali mengulanginya. Kemampuan siswa mengingat materi pelajaran merupakan keterampilan yang daya gunanya bergantung dari praktek dan kebiasaan belajar yang baik. Ahmadi (1991:129) menyatakan bahwa mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah

termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.

Sedangkan pengertian mengingat menurut Mohammad Surya (2004:73) adalah proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberi tafsiran. Mohammad Surya (2004:73) juga menjelaskan bahwa dalam otak ada (2) dua macam tempat untuk menyimpan informasi/tanggapan/ingatan jangka pendek (short time memory) dan ingatan jangka panjang long time memory). Ingatan jangka pendek adalah tempat menyimpan informasi yang akan dikeluarkan segera dalam waktu yang lebih pendek. Sedangkan ingatan jangka panjang ialah gudang tempat menyimpan informasi untuk masa yang cukup lama. Proses mengingat terjadi dalam tiga tahapan, yaitu: a) tahapan perolehan informasi, b) tahapan penyimpanan jangka pendek/jangka panjang, dan c) tahapan mengeluarkan kembali apabila suatu waktu diperlukan.

g. Kebiasaan mempelajari ulang isi pelajaran

Kegiatan belajar ini membantu siswa untuk menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Kebiasaan mempelajari ulang isi pelajaran jika dilakukan siswa secara teratur akan memudahkan siswa dalam belajarnya. Kegiatan ini meliputi membaca kembali catatan dengan

hati-hati, membuat perbandingan dan pertentangan serta memberikan analisa pada setiap kalimat atau materi pelajaran.

Catatan yang lengkap juga dapat membantu siswa mempelajari ulang isi pelajaran dengan mudah. Apabila kebiasaan ini selalu diterapkan, maka segala informasi mengenai materi pelajaran dapat selalu tersimpan sehingga ketika kita membutuhkan informasi tersebut, kita langsung dapat memunculkannya kembali dengan mudah.

h. Kebiasaan bertanya

Dalam belajar, banyak hal yang belum dimengerti oleh siswa. Siswa masih belum dapat memahami isi dari materi pelajaran tersebut. Siswa berusaha untuk mendapatkan fakta atau kebenaran yang baik tentang pelajaran tersebut dengan bertanya. Ketika berada di kelas, siswa menggunakan waktunya untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru. Jika ada materi yang belum dimengerti, siswa akan bertanya pada teman-temannya yang lebih mengerti ataupun pada guru yang bersangkutan (Joko Susilo, 2006:134).

Dokumen terkait