• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara-cara Penghormatan

Dalam dokumen Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti (Halaman 136-142)

BAB VI PENGHORMATAN DALAM AGAMA BUDDHA

B. Cara-cara Penghormatan

Gambar 6.2 Persembahan makanan (amisa-puja) kepada Buddha

Sumber: http://segenggamdaun.com

Dengan cara bagaimana kalian melakukan penghormatan?

Sikap penghormatan bagaimana yang kalian lakukan terhadap objek penghormatan dalam agama Buddha?

Kata Kunci

Hal penting yang perlu kalian ketahui mengenai tema penghormatan adalah: amisa-pūjā, patipatti-pūjā, sikap menghormat.

Mari Membaca

Buddha Gotama menjelaskan dalam Kitab Suci Anguttara- Nikāya bahwa ada dua macam cara penghormatan, yaitu penghormatan dengan mempersembahkan benda (amisa-pūjā) dan penghormatan dengan cara praktik atau pelaksanaan

(patipatti-pūjā). “Duhai para bhikkhu, ada dua cara pemujaan, yaitu amisa puja dan Dharma puja, di antara dua cara pemujaan ini, Dharma puja (patipatti- pūjā) adalah yang paling unggul”.

Cara menghormat umat Buddha dengan mempersembahkan benda seperti bunga, buah-buahan, dupa atau hio sudah sering kalian lihat di vihara. Bahkan kalian juga melakukannya di rumah masing-masing dengan maksud dan tujuan yang benar. Cara menghormat seperti ini menjadi kebiasaan, budaya atau tradisi umat Buddha yang memiliki keragaman dalam cara melakukan penghormatan sesuai dengan aliran atau sekte dalam agama Buddha. Aliran Theravada, Mahayana, Tantrayana, Maitreya, dan Tridharma masing-masing melakukan cara menghormat dan pemujaan yang berbeda-beda. Namun, pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama, yaitu menghormat kepada Triratna dan mempraktikkan ajaran Buddha Gotama.

Keragaman tata cara penghormatan tersebut merupakan hal yang umum, tata cara penghormatan yang berbeda itu bisa kita lihat dalam tradisi aliran atau sekte (mazhab) dalam agama Buddha. Dengan tujuan yang sama, ketiga aliran ini memiliki tata cara penghormatan yang berbeda-beda meskipun ada pula kesamaan dari setiap aliran atau sekte tersebut, yaitu penghormatan dengan persembahan benda maupun praktik ajaran Buddha.

Sebagai salah satu contoh, aliran Theravada melakukan penghormatan dengan cara praktik ajaran agama Buddha yaitu mengulang sutta, membacakan Paritta dalam bahasa Pali dan praktik meditasi atau samadhi ketenangan batin (samatha) dan pandangan terang (vipassana). Aliran Mahayana dengan membacakan sutra-sutra berbahasa Mandarin yang sering disebut Liam Keng, praktik meditasi yang dikenal dengan istilah nienfo. Aliran Tantrayana membacakan sutra dan mantra dalam bahasa Sanskerta disertai dengan sikap mudra atau sikap dan gerakan tangan. Aliran Tantrayana lebih banyak berkembang di Tibet.

Penghormatan dengan persembahan benda dapat kita lakukan dengan syarat kesempurnaan dalam materi (vatthu-sampada), kesempurnaan dalam kehendak atau tulus (cetana-sampada) baik sebelum penghormatan

(pubba-cetana), pada saat penghormatan (munca-cetana), dan pada saat sesudah memberikan penghomatan (aparapara-cetana), selain kedua kesempurnaan itu perlu juga diperhatikan kesempurnaan ketiga yaitu kesempurnaan yang berhubungan dengan objek penghomatan (dakkhineyya-sampada).

Hal-hal yang harus dihindari yaitu mempersembahkan benda dari hasil pembunuhan dan juga dari hasil kejahatan yang melanggar Pancasila Buddhis. Melakukan penghomatan dengan mempersembahkan benda tersebut harus dipahami nilai-nilai luhurnya, bukan melakukan penghormatan dengan harapan-harapan duniawi, nilai-nilai rligius dalam penghormatan itu adalah memberi dengan dengan tulus ikhlas, bukan meminta.

Benda persembahan yang bisa kita persembahkan antara lain, bunga (mala), wewanginan (ganda), obat salep pengoles (vilepana), lilin atau pelita (dipa), pakaian/jubah (civara), makanan (pindapata), tempat tinggal (senasana), obat-obatan (bhesajja). Penghormatan dengan cara mempraktikkan Dharma atau ajaran Buddha disebut dengan patipatti-pūjā. Praktik ini meliputi pernyataan belindung

Gambar 6.4 Patipatti-puja (meditasi/samadhi) Sumber: Kemendikbud/Gilang Ayyoubi H. (2021)

Gambar 6.3 Amisa puja

Sumber: http://ayasansangupati.org

kepada Triratna dan tekad yang kuat mempraktikkan ajaran agama Buddha, melaksanakan Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari.

Kepada Bhikkhu Ananda, Buddha menjelaskan dalam Mahaparinibbana-sutta sebagai berikut: “Duhai Ananda, penghormatan, pengagungan, dan pemujaan dengan cara tertinggi atau luhur bukanlah dilakukan dengan memberikan persembahan bunga, wewangian, nyanyian dan sebagainya.

Akan tetapi Ananda, apabila seorang bhikkhu, bhikkhuni, upasaka, dan upasika berpegang teguh pada Dharma, hidup sesuai dengan Dharma, bertingkah laku selaras dengan Dharma; orang seperti itulah yang sesungguhnya telah melakukan penghormatan, pengagungan dan pemujaan dengan cara tertinggi atau terluhur. Karena itulah Ananda, berpegang teguhlah pada Dharma, hiduplah sesuai dengan Dharma dan bertingkah lakulah selaras dengan dharma. Dengan cara demikianlah, engkau seharusnya melatih diri.”

Sebagaimana nasihat Buddha Gotama tersebut, cara yang paling mudah yang bisa kita lakukan berkenaan dengan praktik penghormatan dengan melaksanakan ajaran Buddha (patipatti-pūjā) adalah praktik lima sila (Pancasila). Secara bertahap melatih diri menjalankan delapan sila (atthasila) pada saat bulan gelap dan bulan terang atau tanggal 1, 8, 15, dan 23 lunar kalender berlatih meditasi (samadhi) untuk menjaga pikiran agar tetap konsentrasi dan terhindar dari pikiran-pikiran negatif. Dengan praktik ajaran Buddha seperti itu, setiap pribadi memiliki potensi untuk pembebasan diri dari penderitaan.

Sikap hormat dalam berbagai tradisi agama Buddha pada umumnya dilakukan dengan lima cara ini.

1. Kedua tangan dirangkapkan di depan dada (anjali).

2. Bersujud (namaskara).

3. Berjalan mengelilingi objek penghormatan (padakkhina)

dengan posisi objek di sebelah kanan atau berputar searah jarum jam.

4. Berdiri menyambut (utthana), dengan sikap tangan anjali dan mengucapkan Namo Buddhaya, yaitu penghormatan di tempat umum ketika melihat guru, orang yang dihormati datang atau lewat.

5. Sikap sopan santun atau menjaga tingkah laku (samicikamma); contohnya dengan melepas topi, melepas sandal atau sepatu, melepas payung, dan lain-lain.

Melakukan penghormatan dengan cara dan sikap demikian merupakan wujud perilaku baik. Hal itu sebagai latihan untuk menghilangkan sifat keakuan atau egois dan kesombongan dalam diri sehingga menjadi orang yang rendah hati, memiliki etika dan sopan santun dalam segala tindakannya.

Perbedaan dan kesamaan dalam tata cara, tradisi dan budaya, serta sikap penghormatan, baik dengan persembahan benda maupun praktik ajaran agama Buddha hendaknya tidak menjadi hambatan dalam mempraktikkan ajaran agama Buddha tersebut. Kita harus saling menghormati atau memiliki sikap toleransi terhadap perbedaan-perbedaan itu dan melestarikannya sebagai sebuah keberagaman.

Sebagai umat Buddha justru kita harus merasa bangga karena keragaman tersebut. Umat Buddha bebas memilih aliran

Gambar 6.6 Sikap Anjali

Sumber: Kemendikbud/Gilang Ayyoubi Hartanto (2021)

Gambar 6.5 Bersujud/namaskara

Sumber: Kemendikbud/Gilang Ayyoubi Hartanto (2021)

atau sekte itu sesuai dengan keyakinannya dan mempraktikkan penghormatan serta ajaran agama Buddha untuk kebahagiaan dirinya dan makhluk lain.

Mari Bertanya

Buatlah dua pertanyaan terkait materi di atas. Tukarkan pertanyaan kalian dengan pertanyaan teman. Kemudian, jawablah pertanyaan teman kalian.

Mari Berlatih

1. Setelah memahami cara penghormatan yang benar, ceritakan penghormatan yang telah kalian lakukan selama ini.

a. Kepada teman sebaya atau umat di vihara.

b. Kepada orang tua di rumah.

c. Kepada guru agama Buddha.

d. Kepada Pandita atau tokoh agama Buddha.

e. Kepada Bhikkhu, Bhikkhuni atau Samanera dan Samaneri.

2. Buatlah jadwal kunjungan ke cetiya atau vihara yang biasa kalian kunjungi. Buatlah catatan tentang persembahan benda (amisa-pūjā) yang ada di altar.

3. Dengan cara bagaimana kalian mempraktikkan penghormatan kepada Buddha Gotama melalui praktik ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari?

Mari Berdiskusi

Diskusikan bersama dalam kelompok diskusi tentang cara dan sikap menghormat dari berbagai sekte atau aliran agama Buddha. Bandingkan cara menghormat tersebut dengan tradisi budaya leluhur yang kalian ketahui. Buatlah dengan tabel atau dengan sebuah narasi beberapa paragraf untuk menggambarkan perbedaan dan persamaannya, kemudian

berikan tanggapan atau sikap kalian terhadap cara dan sikap menghormat tersebut. Presentasikan hasil diskusi kalian di kelas pembelajaran agama Buddha!

Belajar Bersama Orang Tua

Tanyakan kepada kedua orang tua kalian, praktik penghormatan bagaimanakah yang selama ini dilakukan dalam kehidupan sehari-hari? Setelah itu, bandingkan dengan praktik penghormatan dalam agama Buddha. Buatlah kesimpulannya agar kalian bisa meneladan sikap kedua orang tua kalian!

Dalam dokumen Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti (Halaman 136-142)