• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cara dingin 1. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar. Maserasi kinetik dilakukan dengan pengadukan yang kontinu. Remaserasi dilakukan dengan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya. Prinsip metode ini adalah pencapaian konsentrasi pada keseimbangan,cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1 - 5 kali bahan (Depkes, 2000). B. Cara panas

1. Refluksi

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40 – 50 0C.

3. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan alat soklet dengan pelarutyang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Toksisitas

Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasimengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan padamanusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamananmanusia. Uji toksisitas menggunakan hewan uji sebagai model berguna untukmelihat adanya reaksi biokimia, fisiologik dan patologik pada manusiaterhadap suatu sediaan uji. Hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan secaramutlak untuk membuktikan keamanan suatu bahan/ sediaan pada manusia,namun dapat memberikan petunjuk adanya toksisitas relatif dan membantu identifikasi efek toksik bila terjadi pemaparan pada manusia (Ditjen, POM., 2014).

1.Uji toksisitas akut oral

Uji toksisitas akut oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efektoksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji yangdiberikan secara oral dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang diberikandalam waktu 24 jam.Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu, sediaan uji dalam beberapa tingkatdosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis perkelompok, kemudian dilakukan pengamatan terhadap adanya efektoksik dankematian. Hewan yang mati selama percobaan dan yang hidup

sampai akhirpercobaan diotopsi untuk dievaluasi adanya gejala-gejala toksisitas.Tujuan uji toksisitas akut oral adalah untuk mendeteksi toksisitas intrinsik suatu zat, menentukan organ sasaran, kepekaan spesies, memperoleh informasi bahaya setelah pemaparan suatu zat secara akut, memperolehinformasi awal yang dapat digunakan untuk menetapkan tingkat dosis,merancang uji toksisitas selanjutnya, memperoleh nilai LD50 suatu bahan/sediaan, serta penentuan penggolongan bahan/sediaan dan pelabelan (Ditjen, POM., 2014).

2. Uji toksisitas subkronis oral

Uji toksisitas subkronis oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yangdiberikan secara oral pada hewan uji selama sebagian umur hewan, tetapitidak lebih dari 10% seluruh umur hewan.

Prinsip dari uji toksisitas subkronis oral adalah sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji dengansatu dosis per kelompok selama 28 atau 90 hari, bila diperlukanditambahkan kelompok satelit untuk melihat adanya efek tertunda atau efekyang bersifat reversibel. Selama waktu pemberian sediaan uji, hewan harusdiamati setiap hari untuk menentukan adanya toksisitas. Hewan yang matiselama periode pemberian sediaan uji, bila belum melewati periode rigor mortis(kaku) segera diotopsi,dan organ serta jaringan diamati secara makropatologidan histopatologi.

Pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua hewanyang masih hidup diotopsi selanjutnya dilakukan pengamatan secaramakropatologi pada setiap organ dan jaringan,pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan histopatologi. Tujuan uji toksisitas subkronis oral adalah untuk memperoleh informasiadanya

efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut, informasikemungkinan adanya efek toksik setelah pemaparan sediaan uji secaraberulangdalam jangka waktu tertentu; informasi dosis yang tidakmenimbulkan efek toksik (No Observed Adverse Effect Level / NOAEL); danmempelajari adanya efek kumulatif dan efek reversibilitas zat tersebut (Ditjen, POM., 2014).

Anatomi Ginjal

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga keduabelas, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung, disebelah posterior (atas) dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum, sedangkan ginjal kiridikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolonsedangkan di anterior (bawah) dilindungi oleh bantalan usus yang tebal (Aziz, 2008).

Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 cm sampai 13 cm (4,7hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci) danberatnya sekitar 150 g. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk danukuran tubuh. Perbedaan panjang dari kutub ke kutub kedua ginjal yanglebih dari 1,5 cm (0,6 inci) atau perubahan bentuk merupakan tanda yangpenting karena sebagian

besar manifestasi penyakit ginjal adalah perubahanstruktur (Price dan Wilson, 2006).

Unit kerja fungsional ginjal disebut sebagai nefron. Didalam setiap ginjal terdapat sekitar 1 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tubulus kontraktus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontraktus distal yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul. Glomerulus bersama Kapsul Bowman juga disebut badan Malpigi. Jalinan glomerulus merupakan kapiler-kapiler khusus yang berfungsi sebagai penyaring. Kapiler glomerulus dibatasi oleh sel-sel endotel mempunyai sitoplasma yang sangat tipis, yang mengandung banyak lubang disebut fenestra

dengan diameter 500-1000A0 (Alatas et al., 2002).

Lengkung henle adalah struktur berbentuk U terdiri atas ruas tebal descenden dengan struktur yang sangat mirip tubulus kontraktus proksimal; ruas tipis descenden dan ruas tebal ascenden strukturnya sangat mirip dengan tubulus kontraktus distal. Lebih kurang sepertujuh dari semua nefron terletak dekat batas

korteks-medula yang disebut dengan nefronjukstamedula. Nefron lainnya disebut nefron kortikal. Semua nefron turut serta dalam proses filtrasi, absorpsi dan sekresi.

Fungsi utama ginjal adalah menyingkirkan buangan metabolism normal dan mengkekskresi xenobiotik dan metabolitnya. Hal ini dipengaruhi oleh produksi urin, suatu proses yang juga berperan dalam pemeliharaan status homeostasis tubuh. Selain itu, ginjal mempunyai beberapa fungsi non-ekskretori (Lu, 1995). Beberapa obatatau zat kimia yang beredar dalam sirkulasi sistematik akan dibawa ke ginjal dalam kadar yang cukup tinggi, akan terjadi proses perubahan struktur ginjal itu sendiri terutama di tubulus ginjal (Wirasuta dan Niruri, 2006).

Anatomi hati

Secara anatomi hati terdiri dari beberapa lobus, tergantung pada spesiesnya. Hepar mencit (Mus musculus L.) memiliki empat lobus utama yang saling berhubungan satu sama lain dan dapat tampak keseluruhannya pada bagian dorsal organ ini. Keempat lobus tersebut dapat dibedakan, yakni: sebuah lobus median, dua lobus lateral (kiri dan kanan), dan satu lobus caudal yang terbagi setengah dibagian dorsal dan setengah lainnya di bagian ventral (Covelli, 1972).

Hati merupakan organ tubuh terbesar kedua di tubuh dan kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat rata-rata sekitar 1,5 kg. Organ ini terletak dalam rongga perut di bawah diafragma (Junqueira dan Carneiro, 2005). Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik adalah hati, bahan kimia kebanyakan mengalami metabolisme dalam hati dan oleh karenanya maka banyak

bahan kimia yang berpotensi merusak sel-sel hati. Bahan kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik (Wicaksono, 2002).

Fisiologi hati

Organ hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan (Lu, 1994). Hati mempunyai fungsi yang sangat banyak dan kompleks yang penting untuk mempertahankan hidup (Husada, 1996) yaitu : a. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu

Hal ini merupakan fungsi utama hati. Hati mengekskresikan sekitar satu liter empedu setiap hari. Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus.

b. Fungsi metabolik

Hati berperaan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan juga memproduksi energi. Hati mengubah ammonia menjadi urea, untuk dikeluarkan melalui ginjal dan usus.

c. Fungsi pertahanan tubuh

Hati mempunyai fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan. Fungsi detoksifikasi dilakukan oleh enzim- enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat yang kemungkinan membahayakan dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupfer yang terdapat di dinding sinusoid hati.

d. Fungsi vaskuler hati

Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit. Hati berfungsi sebagai ruang penampung dan bekerja sebagai filter karena letaknya antara usus dan sirkulasi umum.

Histologi hati

Sel–sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag yang disebut sebagai sel kuppfer, dan sel ito (sel penimbun lemak). Sel hepatosit berderet secara radial dalam lobulus hati dan membentuk lapisan sebesar1-2 sel serupa dengan susunan bata. Lempeng sel ini mengarah dari tepian lobulus ke pusatnya dan beranastomosis secara bebas membentuk struktur seperti labirin dan busa. Celah diantara lempeng-lempeng ini mengandung kapiler yang disebut sinusoid hati (Junquiera dan Carneiro, 2007).

Sinusoid hati adalah saluran yang berliku–liku dan melebar, diameternya tidak teratur, dilapisi sel endotel bertingkat yang tidak utuh. Sinusoid dibatasi oleh 3 macam sel, yaitu sel endotel (mayoritas) dengan inti pipih gelap, sel kupfferyang fagositik dengan inti ovoid, dan sel stelat atau sel Ito atau liposit hepatik yang berfungsi untuk menyimpan vitamin A dan memproduksi matriks ekstraseluler serta kolagen.

Aliran darah di sinusoid berasal dari cabang terminal vena portal dan arteri hepatik, membawa darah kaya nutrisi dari saluran pencernaan dan juga kaya

oksigen dari jantung (Eroschenko, 2010; Junqueira and Carneiro, 2005).Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus, masuk ke hati melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis (Macfarlane,et al., 2000).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gaharu merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yangmengandung resin atau damar wangi dan mengeluarkan aroma dengan keharuman yang khas, sehingga diperlukan sebagai bahan baku industri parfum, obat-obatan, kosmetik, dupa,pengawet serta untuk keperluan kegiatan agama (Suhartono, 2001). Di Indonesia, terutama di Papua, gaharu sudah digunakan secara tradisional oleh masyarakat setempat untuk pengobatan. Bahagian pohon yang dimanfaatkan seperti daun, kulit batang dan akar digunakan sebagai bahan pengobatan penyakit malaria. Air limbah dari proses penyulingan minyak gaharu juga digunakan karena bermanfaat untuk merawat wajah dan menghaluskan kulit.

Daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) merupakan pohon dari suku Thymeleaceae (Tarigan, 2004) sudah mulai popular dimanfaatkan masyarakat petani gaharu di Langkat sebagai minuman yang di seduh. Hasil wawancara terhadap petani gaharu menjelaskan bahwa mengkonsumsi daun gaharu dari jenis ini memiliki banyak manfaat diantaranya memperbaiki pencernaan.

Teh merupakan minuman yang sudah dikenal dengan luas di Indonesia dan di dunia. Minuman berwarna coklat ini umumnya menjadi minuman penjamu tamu. Aromanya yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi (Misra,et al., 2008).

Teh telah menjadi minuman favorit yang dikenal sejak dulu. Teh biasanya diminum pagi hari dan sore hari untuk menghangatkan dan menyegarkan tubuh. Teh yang sering dikenal saat ini adalah teh yang berasal dari daun pohon teh tetapi sekarang banyak varian teh dari dedaunan yang nikmat dan memiliki manfaat bagi

kesehatan. Salah satunya yaitu teh daun gaharu. Daun yang digunakan adalah daun yang masih muda dari pohon penghasil gaharu (Anonim, 2013).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui kandungan dan senyawa kimia toksik yang terdapat pada teh gaharu. Daun yang digunakan adalah pohon non-induksi.

Tujuan Penelitian

Mengetahui adanya gejala toksik yang ditimbulkan produk teh gaharu (A. malaccencis Lamk) yang berasal dari pohon non induksi.

Hipotesis

Tidak terdapat gejala toksik yang terkandung dalam produk teh gaharu (A. malaccencis Lamk) yang berasal dari pohon non induksi.

Manfaat Penelitian

1) Sebagai bahan informasi untuk mengetahui bahan kimia yang terkandung dalam teh daun gaharu (A. malaccensis Lamk) berdasarkan pohon non-induksi.

2) Sebagai acuan bagi masyarakat maupun petani gaharu manfaat produk teh gaharu yang berasal dari pohon non induksi untuk dikonsumsi oleh manusia.

ABSTRACT

DINI HARDIANI HAS.“The Sefty Of Tea Aloes (Aquilaria malaccensis Lamk) ThroughAcute Oral Toxicity Test”. Under Academic Supervision of RIDWANTI BATUBARA and HERAWATI GINTING.

Aloes wood (Aquilaria malaccensis Lamk) is a tree of the tribe Thymeleaceae, has gaining popularity farming communities aloes used in Langkat as the drink is brewed. The results of interviews with farmers aloes explained that tea from the leaves of aloes of this kind has many benefits including improving digestion. For that conducted safety studies on tea leaves non-induction aloes taken from planting gaharu in Langkat, North Sumatra through oral toxic test. This study aims to determine the toxic symptoms arising from non-tea products gaharu induction.The observation of toxic symptoms showed no effect of steeping tea to their health and behavior of mice, administration of steeping is also not result in death of the entire dose, administration steeping tea also has no effect on body weight changes, observations makropatologi organs of mice was normal that is colored brownish red, surface slippery and chewy consistency. Histopathological results showed hemorhage and dilation of the blood vessels, at a dose of 520 mg/kgbw there is an inflammation of the liver, at a dose of 130 mg / kgbw of female mice experienced Bowmen space narrowing and atrophy of the right kidney. Results showed mice given steeping tea aloes non-induction starting dose of 130mg/kgbw, 260 mg/kgbw, 390 mg/kgbw and 520 mg/kgbw there are no mice died after given tea aloes non-induction into indicators of toxicity.

ABSTRAK

DINI HARDIANI HAS. “Keamanan Teh Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Melalui Uji Toksik Oral”. Dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA dan HERAWATI GINTING.

Daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) merupakan pohon dari suku Thymeleaceae, sudah mulai popular dimanfaatkan masyarakat petani gaharu di Langkat sebagai minuman yang di seduh.Hasil wawancara terhadap petani gaharu menjelaskan bahwa mengkonsumsi teh dari daun gaharu dari jenis ini memiliki banyak manfaat diantaranya memperbaiki pencernaan. Untuk itu dilakukan penelitian keamanan terhadap teh daun gaharu non-induksi yang diambil dari pertanaman gaharu di Langkat, Sumatra Utara melalui uji toksik oral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya gejala toksik yang ditimbulkan dari produk teh gaharu non-induksi. Hasil pengamatan gejala toksik menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian seduhan teh terhadap kondisi kesehatan dan perilaku mencit, pemberian seduhan juga tidak mengakibatkan kematian terhadap keseluruhan dosis, pemberian seduhan teh juga tidak berpengaruh terhadap perubahan berat badan, pengamatan makropatologi organ mencit masih normal yaitu bewarna merah kecoklatan, permukaan licin dan konsistensi kenyal. Hasil histopatologi menunjukkan adanya hemorhage dan dilatasi pada pembuluh darah, pada dosis 520 mg/kgbb terdapat peradangan pada hati,pada dosis 130 mg/kgbb mencit betina mengalami penyempitan ruang bowmen dan atropi pada ginjal kanan. Hasil penelitian menunjukkan mencit yang diberikan seduhan teh gaharu non-induksi mulai dari dosis 130 mg/kgbb, 260 mg/kgbb, 390 mg/kg bb dan 520 mg/kgbb tidak terdapat mencit yang mati setelah di beri teh gaharu non-induksi yang menjadi indikator toksisitas.

KEAMANAN TEH GAHARU (Aquilaria malaccensis Lamk)

Dokumen terkait