• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISI BERITA/PESAN Beri tanda (X) pada perihal yang dimaksud

2. Cara Duduk

Cara seseorang duduk dapat memiliki arti tersendiri, ada yang duduk dengan meninggikan posisi kaki, ada yang menyilangkan kakiknya, duduk dengan menjadikan punggung kursi sebagai tameng, dan ada pula yang duduk di tepi kursi. Menurut Nierenberg & Calero (2012: 54) meninggikan posisi kaki di atas pegangan kursi, pada mulanya posisi ini diasumsikan posisi yang nyaman di mana seseorang bisa berkomunikasi dengan terbuka dan bersemangat untuk bekerja sama. Akan tetapi, fakta yang ditemukan posisi tersebut bisa bersikap tidak kooperatif. Bahkan secara umum ia tidak memiliki perhatian, memusuhi perasaan, atau kebutuhan orang lain. Kemudian posisi duduk dengan menjadikan punggung kursi sebagai tameng. Sebagian besar dari sikap semacam ini muncul selama situasi-situasi yang mengandung unsur hubungan antara atasan dan bawahan. Posisi ini bisa saja mencoba untuk memperlihatkan dominasi.

Posisi duduk yang selanjutnya yaitu posisi duduk dengan menyilangkan kaki bisa memiliki pemahaman bahwa orang tersebut merupakan orang yang memberikan perlawanan dan membutuhkan perhatian besar. Jika persilangan kaki berangkaian dengan persilangan tangan, maka itu berarti seseorang benar-benar memiliki lawan. Ketika seorang wanita menyilangkan dan menggerakkan kakinya serta membuat tendangan kecil, ia mungkin merasa bosan pada situasi tertentu, seperti menanti pemberangkatan penerbangan, menunggu suami yang terlambat, atau mendengarkan pembicaraan yang menjemukan. Sedangkan duduk di tepi kursi menurut Nierenberg & Calero (2012: 85) bisa berarti bersiap untuk membuat kompromi, kerja sama, pembelian, penerimaan atau persetujuan mengakhiri, menolak atau bahkan pergi. Salah satu contohnya adalah kasus dari seorang pembeli yang memperlihatkan keinginannya untuk menandatangani kontrak dan mengalihkan tubuhnya ke tepi kursi.

               

2.8 Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Menurut Yinger (dalam Firmansyah, 2010) kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Alder (dalam Rosalind, 2012) kepribadian adalah gaya hidup individu atau cara yang khas dari individu tersebut dalam memberikan respon terhadap masalah-masalah. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut (Yinger dan Alder) kepribadian dapat disimpulkan sebagai perilaku atau cara yang khas dari seorang individu dalam berinteraksi dalam memberikan respon terhadap suatu masalah.

Sering terdengar pernyataan bahwa kepribadian seseorang terbentuk karena lingkungannya. Bila lingkungan yang ditinggali seorang anak dari kecil hingga remaja kurang baik, maka dapat terpengaruh oleh lingkungan tersebut. Di lain pihak, jika lingkungannya kental dengan nuansa agama dan orang-orangnya alim, maka kemungkinan seorang anak tumbuh menjadi anak saleh. Ini hanya sekadar gambaran bagaimana kepribadian tumbuh karena lingkungan dan proses pendewasaan seseorang. Meskipun demikian, pada dasarnya ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Menurut Firmansyah (2010: 23) berikut ini beberapa faktor penentu pembentuk kepribadian setiap individu.

1. Faktor Keturunan

Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orangtua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikolog bawaan dari individu.

               

2. Faktor Lingkungan

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan tempat seseorang tumbuh dan dibesarkan, norma dalam keluarga, teman, kelompok sosial dan pengaruh-pengaruh lain yang dapat dialami seorang manusia. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.

3. Pengaruh Budaya

Seseorang yang sejak kecil dilahirkan sampai dewasa selalu belajar dari orang-orang di sekitarnya. Secara bertahap dia akan mempunyai konsep kesadaran tentang dirinya sendiri. Lama kelamaan perilaku-perilaku si anak akan menjadi sifat yang nantinya menghasilkan suatu kepribadian. Salah satu contohnya adat istiadat melamar di daerah Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak perempuan yang melamar, sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.

4. Kondisi Fisik

Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian seseorang. Kondisi tubuh menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian antara lain kelelahan, malnutrisi, gangguan fisik, penyakit menahun dan gangguan kelenjar endokrin ke kelenjar tiroid (membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas, curiga, dan sebagainya). 5. Nama

Walaupun hanya sekadar nama, nama seseorang memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri. Namun, pengaruh itu hanya terasa apabila seseorang menyadari pengaruh nama tersebut dalam hidupnya. Sebuah nama panggilan apakah itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak dalam pikiran orang lain akan mewarnai penilaian orang terhadap diri individu tersebut.                

6. Penerimaan Sosial

Seseorang yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya, seseorang yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut dan mudah tersinggung.

Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa kepribadian dalam buku Rosalind (2012) yang berjudul “59 Kepribadian Paling Dicari & Disukai Orang di Seluruh Dunia” yang berkaitan dengan kegiatan penerimaan telepon masuk, diantaranya:

1. Pendengar Yang Baik

Menjadi pendengar yang baik bukanlah hal yang mudah, karenanya pendengar yang baik adalah pribadi yang dibutuhkan dan disukai oleh banyak orang. Orang merasa nyaman dan tenang berbicara ketika diberi ruang yang cukup. Apalagi ketika orang itu dirundung masalah dan ingin menumpahkan kesedihan ataupun kekhawatirannya, maka yang dibutuhkannya adalah seorang pendengar yang baik. Pendengar yang baik siap menyediakan telinganya untuk mendengar dan memahami kebutuhan orang yang didengarnya. Ia tidak menyela pembicaraan dan berbicara ketika lawan bicaranya sudah selesai berbicara. Ia menghargai kata-kata orang lain yang ditujukan kepadanya. Dengan penuh kesabaran, ia rela meluangkan waktunya untuk mencerna kata demi kata yang terucap dari orang yang didengarnya. Dengan mendengar dapat belajar banyak hal, belajar tenang, belajar sabar, belajar berkonsentrasi dan belajar peduli.

2. Dapat Mengontrol Emosi

Orang yang dapat mengontrol emosi adalah orang yang tidak mudah marah ketika melihat atau mengalami hal yang dapat memancing emosinya. Kita tentunya selalu berusaha untuk tidak melakukan perbuatan buruk yang dapat merugikan orang lain. Akan tetapi, ada kalanya perbuatan buruk itu muncul dari orang lain dan menimpa kita. Terkadang orang lain melakukan perbuatan yang dapat membuat hati kita jengkel, entah disengaja ataupun tidak. Orang yang memiliki kepribadian dapat mengontrol emosi, tentu saja                

tidak lantas melampiaskan kejengkelannya. Ia punya cara untuk menyampaikan ketidaksukaannya atas perbuatan orang tersebut dengan bijaksana.

3. Toleransi

Toleransi adalah sifat atau sikap menghargai pikiran, pendapat, pandangan, kebiasaan, atau kelakuan orang lain yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian kita. Toleransi melahirkan pikiran terbuka dan berempati terhadap setiap perbedaan, baik dalam hal ras, suku bangsa, kepercayaan dan budaya. Toleransi akan menumbuhkan hubungan baik dengan sesama manusia. Dengan menumbuhkan kepribadian toleran, kita dapat berinteraksi baik dengan orang yang berbeda suku, budaya ataupun agama.

4. Komunikatif

Untuk berinteraksi dengan orang lain kita memerlukan komunikasi agar orang lain dapat mengerti apa yang kita bicarakan, isyaratkan, atau ingin sampaikan kepada orang lain. Komunikasi itu sangatlah penting dan semua orang pasti bisa berkomunikasi. Tetapi menjadi orang yang komunikatif itu tidak mudah karena hanya orang-orang tertentu yang bisa berkomunikasi dengan baik. Orang komunikatif lebih mudah bergaul dengan orang lain. Oarng yang komunikatif adalah orang yang mudah menjalin hubungan dengan orang lain karena kemampuan ekspresi dan komunikasinya yang mudah dipahami. Orang yang komunikatif mampu mengkomunikasikan bahasa yang susah diungkapkan orang lain. Ia pintar dalam merangkai kata dan mampu memikat orang yang diajak bicara.

5. Mudah Dan Tidak Menyulitkan

Orang yang memberi kemudahan dan tidak menyulitkan orang lain adalah orang yang bisa memposisikan diri sebagai orang lain. Hal ini membuatnya dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Orang mudah dan tidak menyulitkan orang lain merupakan orang baik hati dan penyayang terhadap semua orang. Baginya, bisa membantu orang lain adalah hal yang sangat membahagiakan.                

6. Menjalin Hubungan Dan Menjaganya

Orang yang dapat menjalin hubungan dan menjaganya akan meraih banyak kebaikan. Ibarat menabur benih-benih kebaikan, ia dapat memetik hasilnya pada saat-saat yang tidak terduga sekali pun. Menjalin hubungan dengan orang lain membuat kita memiliki keluarga besar, memiliki orang-orang yang bisa kita ajak untuk saling berkasih sayang. Hubungan baik dengan orang lain adalah harta yang tidak ternilai harganya.

7. Menghargai Lawan Bicara

Tidak banyak memang orang yang mau menghargai lawan bicaranya. Terkadang karena belenggu rasa ego, seseorang bukannya menyimak pembicaraan orang lain, justru pikirannya disibukkan untuk menyiapkan sanggahan. Bahkan ketika lawan bicaranya belum selesai, tidak sungkan ia memotong pembicaraan. Cara-cara seperti ini hanya akan melunturkan rasa hormat orang lain kepadanya. Seseorang yang menghargai orang lain, tahu bagaimana harus menempatkan diri. Orang seperti ini menyadari bahwa orang lain akan menghargainya jika dia juga menghargai orang lain. Salah satu bentuk menghargai orang lain adalah menghargainya ketika ia bicara. 2.9 Teknik Pengukuran Kerja

Ada beberapa teknik pengukuran kerja yang dapat digunakan untuk mengembangkan standar kerja. Terdapat beberapa kriteria yang patut dipertimbangkan sebelum memilih teknik yang akan digunakan, yaitu:

1. Tujuan penggunaan standar kerja.

2. Tingkat akurasi yang dibutuhkan standar kerja.

3. Biaya yang dianggarkan perusahaan dalam mengembangkan standar kerja. 4. Sifat dari pekerjaan yang membutuhkan standar kerja.

5. Tingkat pemahaman elemen pengukuran kerja dan standar kerja dari individu yang bertanggung jawab.

Menurut Stevenson (dalam Sukoco, 2007), beberapa teknik pengukuran kinerja yang dapat digunakan perusahaan antara lain:

               

Dokumen terkait