• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI, PERUMUSAN MASALAH DAN PRIORITAS MASALAH A. Identifikasi Masalah

D. Pewarnaan dan identifikasi cestoda 1. Bahan

5. Cara kerja pewarnaan

- Siapkan tempa pewarnaan yang berisi banyak cekungan (gelas arloji)

- Kemudian masukan cacing berturut-turut dalam larutan berikut masing-masing selama 15 menit

- Aquadest - Alkohol 30% - Alkohol 50% - Alkohol 70%

- Masukan 15 tetes alkohol 70% + 15 tetes Semichon’s carmine dan aduk menggunakan ujung jarum

- Rendam cacing dalam larutan tersebut selama 1 jam

- Pindahkan cacing berturut-turut dlalam larutan berikut, masing-masing 15 menit: Alkohol 70%, 80%, 95%

- Kemudian masukan ke dalam Alkohol 95% + 2 tetes HCL (waktu relatif tergantung ketebalan spesimen)

- Alkohol 100% selama 15 menit - Xylol selama 15 menit

- Pewarnaan selesai, cacing diawetkan dengan ENTELLAN - Diidentifikasi sesuai dengan buku

Gambar 5.3.Endoparasit pada tikus

Jenis muridae atau tikus yang tertangkap adalah tikus rumah atau Rattus

tanezumi. Rattus tanezumi adalah tikus yang hidup disekitar pemukiman manusia

dan merupakan komensal rodent, ciri dari tikus ini adalah: - Warna badan bagian bawah coklat atau keabu-abuan - Warna ekor bagian atas, bawah dan ujung sama - Warna ekor hitam coklat polos

- Panjang kaki belakang 23-38mm

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap beberapa tikus yang tertangkap, di dalam organ dalamnya terdapat dua jenis cacing yaitu jenis Nematoda dan cestoda.

Berikut ini hasil pemeriksaan endoparasit pada beberapa Rattus tanezumi di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara:

No Spesies tikus Kode Bagian organ Jenis Endoparasit 1 Rattus tanezumi Banjarmangu D Usus & hati Cestoda

2 Rattus tanezumi JL1 Lambung Nematoda

3 Rattus tanezumi JL12 Hati & Usus Cestoda

4 Rattus tanezumi Wanadadi Hati Cestoda

5 Rattus tanezumi JL20 Hati Cestoda

6 Rattus tanezumi - Negatif -

7 Rattus tanezumi Banjarmangu Negatif -

8 Rattus tanezumi JL3 Hati, Usus &

Lambung

Cestoda & Nematoda 9 Rattus tanezumi JL7 Hati &Lambung Cestoda & Nematoda

Tabel 5.1. hasil pemeriksaan Endoparasit pada tikus

Gambar 5.4 awetan endoparasit tikus

Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda adalah cacing yang bentuknya panjang, silindrik, tidak bersegmen dan

tubuhnya bilateral simetrik, panjang cacing ini mulai dari 2 mm sampai 1 m. Menurut penelitian EB kia, MM Homayouni, A Farahnak, M Mohebali, S Shojai di Ahvaz, Iran, jenis nematoda dalam penelitian ini pernah dilaporkan bersifat zoonosis yaitu spesies S. muris dan G. neoplasticum. Syphacia muris pernah ditemukan pada seorang wanita yang bermukim di rumah dengan kondisi lingkungan sanitasi yang tidak baik dan G. neoplasticum ditemukan juga pada mulut seorang wanita, namun belum ada penelitian dan laporan mengenai infestasi spesies nematoda ini pada manusia di Indonesia.

Berdasarkan penelitian dari adil ustiawan yang berjudul Nematoda pada Family Muridae (Tikus dan Mencit) di pemukiman di Kabupaten Banjarnegara, menunjukan hasil penemuan nematoda yang khas adalah sebagai berikut:

Organ ditemukan nematoda Spesies nematoda Caecum S. muris

Lambung A. Neoplasticum M. muris T. javaense

Duodenum N. brasiliensis

Tabel 5.2.spesies nematoda yang sering ditemukan pada tikus

Jenis Nematoda yang sering ditemukan sebagai ednoparasit pada tikus antara lain:

1. Syphacia muris

Adalah spesies yang umum didapatkan dari tikus, biasanya menginfestasi Maxomys whiteheadi, R.tanezumi dan R.exulans. Syphacia

muris adalah spesies yang kosmopolitan, spesies ini pertama kali

dilaporkan didapat dari R. Argentiventer di jawa.

Diagnosis: cacing berukuran kecil dengan kutikula transversal. Pada ujung bagian anterior kutikula melebar sampai pada bagian cincin syaraf. Esophagus terdiri dari pharynx, corpus dan bulbus posterior. Deidrid tidak terlihat, cephalic plate berbentuk kotak, mulut dikelilingi oleh 3 mulut, 1 terletak dorsal dan 2 terletak sub ventral. Empat papila besar; dua terletak pada bibir dorsal dan masing-masing satu terletak di bibir sub ventral. Lubang amphid terletak diantara papilla kepala dan dibelakangnya terletak lubang pori-pori kecil.

Jantan panjang badan 1.432mm, lebar badan 111mikrom. Panjang dan lebar corpus 170mikrom dan 19 mikrom. Panjang dan lebar bulbus oesophagus 57mikrom dan 47 mikrom. Lebar itsmus 11mikrom. Cincin saraf, lubang ekskretori 85mikrom dan 333mikrom jaraknya dari ujing kepala. Jarak mamelon pertama, kedua dan ketiga dari ujung kepala masing-masing 676mikrom, 773 mikrom dan 920 mikrom. Spikula satu, tipis berbentuk jarum dengan panjang 84 mikrom, gubernakulum 44 mikrom. Panjang ekor 267 mikrom. Paila ekor 3 pasang, 2 pasang terletak adanal saling berdekatan dan 1 pasang posterior.

Betina: panjang dan lebar tubuh 2, 891 mm dan 205 µm. Lateral alae tidak ada. Lebar dan panjang pharynk 21 µm dan 17 µm, panjang dan lebar corpus 478 µm dan 70 µm, lebar itsmus 42 µm, panjang dan lebar bulbus oesophagus 143 µm dan 145 µm. Panjang chephalic vehicle 584 µm. Jarak cincin saraf, lubang ekskretori dan vulva dari ujung kepala

masing-masing 105 µm, 549 µm dan 833 µm (28.8% TBL). Panjang ekor 609 µm, mengecil ke arah ujung. Telur asimetris, salah satu sisinya lurus, panjang dan lebarnya 66-76 µm dan 28-35 µm, mempunyai operkulasi, berembrio di uterus, infektif ketika ditelurkan.

2. Nippostrongylus brasiliensis

Super famili Trichostrongyloidea, famili Heligmonellidae, sub family

Nippostrongylinae, N. Brasiliensis (syn.N. muris) adalah parasit yang

kosmopolit sistem pencernaan pada tikus (Rattus assimilis, Rattus conatus,

R. Norvegicus dan R. Tanezumi) dan mencit (M. Musculus), parasit ini

juga dapat disebarkan oleh roden lainya. Cacing tersebut pada tahap dewasa hidup di duodenum, jejunum kadang di ileum bagian atas, namun duodenum adalah tempat paling favorit untuk cacing tersebut dibandingkan tempat lain didalam saluran pencernaan.

3. Gongylonema neoplasticum (Fibiger &Ditlevsen, 1914)

Superfamilly Spiruroidea, family Gongylonematidae, Genus

Gongylonema terdapat pada permukaan mukosa dan sub mukosa pada

bagian atas sistem pencernaan burung dan mamalia (termasuk tikus). Genus ini mudah dikenali karena kutikula dewasa diselimuti dengan verruciform yang mengeras dan besar.

Gongylonema neoplasticum pada tikus hidup sebagai parasit dilambung

dan dapat berkembang pada kecoa dan Tenebrio molitor. Pernah juga ditemukan larva infektif pada Periplaneta americana dan R. Norvegicus. Pernah dianggap sebagai penyebab kanker lambung pada tikus yang

terinfeksi tapi kemudian diketahui lesi yang disebabkan nematoda ini adalah non-malignan.

4. Tikusnema javaense (Hasegawa, Shiraishi and Rochman, 1992)

Tikusnema javaense sebelumnya dilaporkan didapatkan pertama kali pada R. Argentiventer di sukamandi dan Pusakanagara.

5. Mastophorus muris (Gmelin, 1790)

Superfamilly Spiruroidea, Family spirocercidae, sub family

mastophorinae, Genus ini merupakan parasit yang umum di muridae,

misal M. Musculus, R. Norvegicus dan rodentia lainnya. Spesies ini mempunyai ciri mulutnya dikelilingi oleh 2 buah lateral mulut berlobus 3 dengan batas gigi dan terdapat di lambung tikus.

Cestoda atau cacing pita merupakan cacing pita yang siklus hidupnya ada yang memerlukan air untuk menetaskan telurnya (contoh : Diphyllobothrium

latum) sedangkan yang lainnya cukup menggunakan tanah. Dalam penularannya

kepada manusia, ada yang memerlukan intermediate host, namun ada juga yang dapat menulari manusia tanpa perantara (contoh: Hymenolepis nana).

1. Morfologi Umum Cestoda

Ukuran cacing dewasa bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm ( contoh: Hymenolepis nana) hingga yang panjangnya 10-12 m (contoh:

Taenia saginata dan Diphyllobothrium latum). Bentuk badan cacing

dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral (dari belakang ke depan). Cacing ini terdiri atas scolex (kepala) yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait, berfungsi sebagai alat untuk melekatkan atau mengaitkan diri pada dinding usus manusia. Di belakang scolex

terdapat leher, yang merupakan bagian cacing yang tidak bersegmen. Di belakang leher terdapat proglotid yang semakin lama semakin banyak, sehingga menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen. Setiap proglotid atau segmen dilengkapai dengan alat reproduksi jantan dan betina. Semakin jauh dari scolex, maka proglotid nya semakin tua, sehingga proglotid yang paling ujung seolah-olah hanya sebagai kantong telur saja. Proglotid yang paling ujung tersebut disebut dengan gravida. Seluruh bagian cacing, mulai dari scollex samapi proglotid gravid disebut dengan strobila.

2. Sistem Reproduksi Cestoda

Cestoda merupakan cacing yang bersifat hermafrodit. 3. Sistem Pencernaan Cestoda

Cestoda berbeda dengan nematode dan trematoda, tidak mempunyai usus. Cestoda tidak mempunyai saluran cerna. Makanan masuk ke dalam tubh cacing melalui penyerapan oleh permukaan sel cacing.

4. Spesies Kelas cestoda

Spesies kelas cestoda yang dapat menimbulkan infeksi pada manusia adalah sebagai berikut: Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana,

Taenia saginata, T. solium, Echinococcus granulosus dan E.

multilocularis.

5. Host

Manusia merupakan host cestoda ini dalam bentuk sebagai berikut: a. Cacing dewasa, untuk spesies D. latum, T. saginata, T. solium, H.

b. Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp., T. solium, H. nana, E. granulosus, dan multiceps.

Cacing dari phylum Cestoda yang sering ditemukan sebagai endoparasit pada tikus yang zoonosis yaitu Hymenolepis diminuta dan Hymenolepis nana. Cestoda adalah cacing yang hermaprodit, parasit dalam tubuh dengan badan yang memanjang, beruas-ruas, pipih dorsoventral, tanpa rongga badan maupun saluran pencernaan. Hymenolepis adalah salah satu genus dari cestoda yang umum dijumpai menginfeksi tikus. Jenis parasit ini terdistribusi luas di dunia. Pada keadaan infeksi berat cacing ini dapat mengisi seluruh lumen usus.

1. Hymenolepis diminuta

Dinamakan juga Cacing pita tikus (Rat tpaeworm). Definitive host cacing ini adalah tikus dan hewan pengerat lain, sedangkan manusia merupakan accindental host. Habitat cacing dewasa adalah usus halus tikus. Manusia dan tikus (definitive host) terinfeksi cacing ini melalui makanan yang terkontaminasi dengan cysticercoidnya yang hidup di beberapa jenis serangga (intermediate host). Cyrticercoid yang termakan ini begitu sampai di usus akan segera menempel di dinding usus dan menjadi dewasa. Proglottid tua dari cacing dewasa yang mengandung telur akan segera mengalami disintegrasi sehingga keluarlah telurnya. Telur ini akan keluar bersama-sama tinja dan selanjutnya selanjutnya termakan oleh serangga (Bernardus Sandjaja).

Tubuh H. diminuta terdiri dari scolex, leher dan rangkaian segmen-segmen yang disebut proglotid. Scolex kecil, terdapat 4 batil isapberbentuk bulat dengan diameter 0,1 mm. Leher terdapat diantara

scolexdengan segmen pertama strobila, yang berupa daerah halus dan tidak bersegmen. Bentuk segmen melebar, jadi lebar segmen lebih panjang dari pada panjang segmen. Segmen muda lebar 0,560-0,867mm dan panjang 0,081-0,096 mm. Segmen dewasa ukuran lebarnya adalah 2,581-2,783mm dan panjangnya 0,19-0,23mm, sedangkan segmen mask lebarnya adalah 2,942-3,210mm dan panjangnya 0,268-0,301mm. Pada proglotid dewasa tampak alat reproduksi tunggal yang terdapat pada masing-masing segmen. Ovarium terletak ditengah segmen. Sedangkan pada proglotid gravid tampak uterus penuh berisi telur meluas sampai ke tepi saluran ekskretori. Porus genetalia kecil, satu buah terletak unilateral, pada salah satu sisi masing-masing segmen. Testes berjumlah 3 buah. Telur berdiameter 53,6-68,6 µm akan membentuk hexacant yang mempunyai enam kait kecil yang berfungsi dalam penetrasi pada dinding pencernaan inang perantara. Telur cacing Hymenolepis diminuta berukuran 60-79 X 72-86µ, dan berbentuk bulat lonjong dan tidak mempunyai filamen. Lapisan dalam telur memiliki dua buah kutub yang menonjol mengelilingi oncosphere dengan 3 pasang kait-kait yang tersusun seperti kipas.

Cestoda spesies ini diketahui mempunyai peranan dalam bidang kesehatan setelah ditemukan menginfestasi pada manusia di negara Iran dan Nepal.

Gambar 5.5.siklus hidup Hymenolepis diminuta

Gambar 5.6.scolex Hymenolepis diminuta Gambar 5.7.Telur Hymenolepis diminuta

2. Hymenolepis nana

Dikenal sebagai cacing pita kerdil pada manusia (Dwarf Tapeworm of man), walaupun cacing ini biasa hidup pada tubuh tikus. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini disebut hymenolepiasis nana. Cacing ini terdapat diseluruh dunia, tetapi prevalensi yang tertinggi di daerah tropis dan subtropis. Diperkirakan ada sekitar 20 juta penduduk terinfeksi cacing ini. Prevalensi pada tikus antara 1-10% bahkan mencapai 45% di beberapa tempat.

Telur yang tertelan oleh manusia segera menetas dan ocosphere-nya segera menanamkan diri di mukosa usus. Oncosphere ini akan tetap

tinggal di mukosa usus 4-5 hari kemudian berkembang menjadi cystecercoid larva. Cysticercoid yang sudah tua akan kembali ke lumen usus halus dan menjadi dewasa dalam waktu 8-10 hari. Cacing dewasa mampu hidup di usus manusia sampai satu tahun.

Merupakan golongan Cestoda yang memiliki ukuran terkecil dengan panjang ±25 mm-10 cm dan lebar 1 mm. Skoleksnya bulat memiliki rostellum yang refraktil dengan mahkota kait-kait 20-30 buah, Strobila terdiri dari kira-kira 200 proglotid dan telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi embrio dengan 6 buah kait. Leher cacing ini panjang dan ramping yang diikuti storbila yang panjang. Immature segment pendek dan tidak lebar, sedangkan mature segment lebar. Mature segment memiliki 3 buah testes yang tersusun dalam satu garis dan genital pore-nya terbuka di sebelah lateral. Storbila terakhir membulat pada bagian posteriornya.

Telur Hymenolepis nana berukuran 30-47µ dan berbentuk bulat. Dibagian dalam telur terdapat 4 buah penebalan yang berlanjut sebagai 4 buah filament, nampak pula oncosphere yang memeiliki 3 pasang kait-kait. Telur cacing ini keluar dari segment terakhir yang mengalami disintegrasi, hal ini berbeda dengan Taenia spp yang proglotid terakhirnya lepas dari deretan storbilanya.

Infeksi ringan dengan cacing ini hanya menimbulkan gejala yang minimal atatu sama sekali tidak menimbulkan gejala. Infeksi cacing berat terutama pada anak-anak sering ditandai dengan sakit perut, diare, pusing

dan sakit kepala. Eosinofilia terjadi pada 10-15% kasus. Infeksi cacing ini dapat diobati dengan Praziquantel.

Gambar 5.8.Hymenolepis nana

Gambar 5.9. siklus hidup Hymenolepis nana

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam kegiatan pemeriksaan endoparasit pada tikus harus melalui beberapa tahap antara lain:

a. penangkapan muridae atau tikus yang meliputi survei tikus (penangkapan) dan identifikasi spesies tikus.

b. Pengambilan dan pemeriksaan keberadaan nematoda pada muridae c. Pewarnaan dan identifikasi cestoda, meliputi pembuatan larutan

A.F.A., persiapan pewarnaan, pewarnaan, pembuatan awetan dan identifikasi cestoda.

2. Langkah-langkah pembedahan tikus adalah sebagai berikut:

a. Tikus yang sudah dimatikan dengan atropin dan ketamin, kemudian di identifikasi

b. Lakukan pembedahan dengan cara memotong sepanjang bagian perut dengan menggunakan gunting bedah

c. Ambil setiap organ dalam tikus dengan cara meotongnya dan pisahkan ke cawan petri

d. Masukan organ dalam tikus ke dalam botol yang berisi alkohol, untuk dikirim ke laboratorium yang selanjutnya organ dalam tersebut di bedah untuk mencari endoparasitnya

3. Pewarnaan dan identifikasi cestoda meliputi 3 tahap yaitu: a. Pembuatan Larutan A.F.A.

Dokumen terkait