• Tidak ada hasil yang ditemukan

adalah menggantungnya dengan posisi kepala di bawah dan mengikat lutut

kakinya.

Tempatkan wadah untuk menampung cariran atau darah di bagian bawah, kita juga bisa mengkonsumsi darahnya dengan cara mendinginkan sampai beku di suatu wadah yang tertutup agar tidak tercemar bakteri.

12. Cacing

Cacing memiliki protein yang tinggi, apabila kita menemuinya dapat dibersihkan dan langsung dikonsumsi.

13. Ulat Sagu

Ulat sagu dapat dimakan mentah – mentah, kita bisa menemuinya di pohon sagu.

CARA MEMBUAT API

1. Mengumpulkan Fokus Cahaya

Alat yang digunakan pada metode ini adalah cermin atau kaca pembesar. Dengan memanfaatkan sinar matahari yang dipantulkan oleh cermin atau

diteruskan oleh kaca pembesar, kita cari fokus cahayanya. Tempatkan bahan bakar berupa kertas, plastik atau serbuk kayu tepat di fokus cahaya. Kita harus sedikit bersabar ketika menggunakan cara ini karena memiliki

ketergantungan dari intensitas cahaya matahari. Apabila kita sedang tidak membawa cermin atau kaca pembesar kita bisa menggunakan air yang ditempatkan pada plastik atau botol yang transparan.

2. Fire Plow Method

Prinsip dasar dari cara ini adalah menggesekkan kayu keras ke kayu yang lebih lunak sebagai alas. Buat cekungan yang panjang pada kayu lunak,

gesekkan kayu keras naik turun di cekungan tersebut secara terus menerus. Gesekan tersebut akan menghasilkan serbuk kayu sebagai pemancing dan panas. Gerakan ini lambat laun akan menghasilkan asap kemudian api.

3. Flint and Stell

Metode percikan langsung ini merupakan metode yang paling mudah dari metode primitif untuk digunakan. Metode batu api dan metode steel ini yang paling dapat dipercaya untuk metode percikan langsung. Benturkan batu api atau benda lain yang keras, tajam-batu karang dengan baja karbon (stainless stell tidak menghasilakan percikan yang bagus). Metode ini memerlukan

kelenturan pergelangan tangan dan latihan. Saat percikan ditangkap oleh tinder, tiuplah pelan-pelan, percikan akan menyebar dan terbakar.

Kita juga bisa memaku kayu bidang datar hingga yang tampak bagian kepalanya saja. Kemudian gesekan/benturkan batu atau logam ke arah kepala paku tersebut. Gesekan dengan sedikit ditekan dan agak cepat hingga

menimbulkan bunga api. Kemudian bunga api tersebut dapat ditangkap dengan sabut kering dan sebagainya.

Hindari mendekatkan batu basah atau batu yang berlubang-lubang dekat api, terlebih lagi batu yang telah terrendam cukup lama dalam air - karena ada kemungkinan akan meledak jika dipanaskan. Jangan gunakan batu apung atau batu yang lunak. Lakukanlah tes terlebih dahulu dengan memukul-mukulkannya serta jangan gunakan batu yang retak atau yang mengeluarkan suara hampa.

4. Busur dan Drill

Tehnik pengapian dengan memakai busur dan drill in simple, kita harus terus berusaha dan gigih untuk menghasilkan suatu api. Anda akan memerlukan beberapa materi dalam menggunakan metode ini, yaitu:

· Socket : Socket ini adalah suatu pegangan yang terbuat dari kayu atau tulang yang diberikan lubang untuk menahan dan menekan drill.

· Drill : Drill haruslah lurus, dari kayu yang keras dengan diameter 2cm dan panjang 25cm. Ujung atasnya bulat rata dan ujung bawahnya dibuat mengecil pada ujungnya dan tumpul.

· Fire Board : Ukurannya terserah anda, merupakan kayu lunak dengan tebal kira-kira 2,5cm dan lebar 10cm lebih dianjurkan. Potonglah kedalam kira-kira-kira-kira 2cm dari tepi suatu sisinya dan pada bagian bawahnya, buatlah potongan V yang dipotong dari permukaan bawahnya untuk tekanan.

· Bow : Bow atau busur adalah suatu tongkat yang terbuat dari kayu muda (hijau) dengan diameter 2,5cm dan lengkap dengan benangnya. Tipe kayunya tidaklah penting. Tali busurnya bisa memakai jenis pengikat apapun. Ikatlah ujung busur yang satu dan lainnya dan jangan sampai kendur.

Untuk menggunakan busur dan drill ini, pertama siapkan lapisan untuk api, kemudian tempatkan gumpalan tinder dibawah lubang potong bernebtuk V. Tempatkan satu kaki diatas papan api (fire Board). Pegang socket dengan satu tangan dan masukan pada bagian atas dari drill. Berikanlah tekanan pada drill sembari menarik maju mundur busur yang talinya sudah terikat pada drill

sehingga dril akan berputar-putar bolak-balik. Tambahkan tekanan pada drill dan percepat busur. Aksi ini akan membuat panas dan menghasilkan bunga api yang akan ditangkap oleh tinder , kemudian tiuplah pelan-pelan sehingga menyala apinya.

5. Hand Drill

Caranya hampir sama dengan Bow drill namun hand drill tidak menggunakan busur sebagai alat untuk memutarkan kayu. Cara ini tentu lebih menguras tenaga karena tanpa bantuan alat kecuali 2 batang kayu yang akan digunakan sebagai sumber api.

6. Fire Thong

Fire Thong adalah cara mendapatkan api dari sehelai kulit kayu atau rotan kering yang ditarik menyilang di atas sepotong kayu atau rotan kering. Kulit rotan tersebut dililitkan pada sebatang pohon yang empuk, lalu ditarik oleh tangan kanan dan kiri secara bergantian. Pada bagian bawahnya diberi sabut, kawul, atau dedaunan kering yang siap menangkap bunga api.

Segi Tiga Api

Untuk mempelajari survival api kita perlu memahami dulu prinsip dasar dari api itu sendiri atau yang biasa dikenal dengan sebutan SEGITIGA API. Segi tiga api (fire triangle) adalah 3 unsur pembentuk api yang harus ada untuk menyalakan api yaitu Panas, Bahan Bakar, dan oksigen. Ketiga unsur tersebut berkaitan satu sama lain sehingga apabila kita mengilangkan atau tidak terdapat satu unsur saja maka api tidak akan menyala.

1. Bahan Bakar

Terdapat 3 jenis bahan bakar yang dapat kita gunakan yaitu padat, cair dan gas. Ketika melakukan survival api bahan yang paling mudah dijumpai adalah padat. Terdapat urutan yang penting ketika kita menggunakan jenis bahan padat untuk bahan bakar, yang pertama adalah pemancing kemudian penyala dan bahan bakar.

Pemancing (Tinder) adalah bahan yang paling mudah terbakar meski dengan percikan api saja. Api yang dihasilkan pun relatif singkat. Contohnya :

Serbuk kayu kering, jerami, kapas, kain kasa, mesiu.

Penyala (Kindling) adalah bahan yang sudah kita persiapkan untuk menerima api yang dihasilkan dari bahan pemancing, memiliki sifat mudah terbakar dan mampu mempertahankan sampai meningkatkan nyala api. Contohnya : Ranting, potongan kayu, lilin.

Bahan Bakar (Fuel wood) adalah material yang dapat bertahan lama karena terbakar secara perlahan sehingga api terus menyala. Contohnya : Kayu dan batang pohon yang berukuran sedang.

Kita harus mempertimbangkan bahan yang dijadikan sebagai bahan bakar karena semakin besar bahan bakar kita semakin susah juga untuk dipadamkan. 2. Panas

Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat mendukung terjadinya api. Suhu penyalaan adalah suhu/panas yang harus diterima suatu benda agar bisa terbakar. Setiap benda memiliki titik nyala api yang berbeda – beda, berdasarkan material dan dimensinya sehingga besar panas/temperatur yang diberikan ke bahan bakar tersebut juga berbeda – beda. Sebagai contoh kita hanya butuh percikan api untuk membakar serbuk kayu tetapi butuh api yang sedang untuk membakar ranting pohon. Salah satu cara meningkatkan suhu/panas adalah dengan menggesek – gesekan 2 benda.

3. Oksigen

Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di dalam atmosfir kita mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai cukup banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung terjadinya pembakaran.

Dokumen terkait