• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.6. Cara Mendapatkan Kesimpulan

Kesimpulan dapat diperoleh dari pembahasan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Sedangkan kesimpulan sendiri adalah intisari dari pembahasan, dan kesimpulan harus dapat menjawab tujuan dari penelitian itu sendiri.

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil yang didapatkan dalam penelitian mesin penangkap air dari udara dengan variasi kecepatan putaran kipas meliputi : tekanan refrigeran yang masuk kompresor (P1), tekanan refrigeran yang keluar kompresor (P2), suhu udara kering dan basah di lingkungan luar mesin penangkap air dari udara (T1), suhu udara kering dan suhu udara basah setelah udara dipadatkan di dalam mesin penangkap air dari udara (T2), suhu refrigeran masuk kompresor (T3), suhu refrigeran masuk pipa kapiler (T4), suhu udara keluar evaporator (T5), suhu udara keluar kondensor (T6), dan hasil air. Pengujian dilakukan dengan 3 kali percobaan untuk setiap variasi kecepatan putaran kipas, kemudian dihitung hasil ratanya. Hasil rata-rata disajikan pada Tabel 4.1 s/d Tabel 4.3.

Tabel 4.1 Data hasil rata-rata pengujian tanpa kipas

Waktu

64

Tabel lanjutan 4.1 Data rata-rata pengujian tanpa kipas

Waktu

Tabel 4.2 Data hasil rata-rata pengujian dengan kecepatan putaran kipas 500 rpm

Waktu

65

Tabel lanjutan 4.2 Data hasil rata-rata pengujian dengan kecepatan putaran kipas 500 rpm

Tabel 4.3 Data hasil rata-rata pengujian dengan putaran kipas 550 rpm

Waktu

66

Tabel lanjutan 4.3 Data hasil rata-rata pengujian dengan kecepatan putaran kipas 550 rpm

4.2 Perhitungan Siklus Kompresi Uap 4.2.1 Analisis Psychrometric Chart

Dalam Psychrometric Chart, data yang diperlukan dari data hasil penelitian, meliputi : suhu udara kering dan basah di lingkungan luar mesin penangkap air dari udara (T1), suhu udara kering dan suhu udara basah setelah udara dipadatkan di dalam mesin penangkap air dari udara (T2), suhu udara keluar evaporator (T5), suhu udara keluar kondensor (T6), suhu kerja pada evaporator (Tevap), dan suhu kerja pada kondensor (Tcond).

67

Gambar 4.1 Psychrometric chart dengan variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm selama 2 jam.

Data yang diperoleh pada psychrometric chart, antara lain : dry-bulb temperature (Tdb), wet-bulb temperature (Twb), dan kelembaban relatif (RH), dan specific humidity (w). Untuk mempermudah melihat perbandingan data yang diperoleh pada psychrometric chart dengan lebih jelas pada setiap variasi, data ditampilkan pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Data Psychrometric Chart dari 3 variasi

No. Jenis Variasi

Tdb1 Twb1 Tdb2 Twb2

(ºC) (ºC) (ºC) (ºC)

1 Putaran kipas 0 rpm 25,6 23,2

2 Putaran kipas 500 rpm 25,3 23,2 26,6 25,2

3 Putaran kipas 550 rpm 25,6 23,3 26,0 25,5

68

Tabel lanjutan 4.4 Data Psychrometric Chart dari 3 variasi

hA hB RHA RHB

W

B WE

(kJ/kg) (kJ/kg) (%) (%) (kgair/kgudara) (kgair/kgudara)

69,5 - 82 - 0,0173 0,0113

70 78,5 83 90 0,0201 0,0113

71,5 79 84 92 0,0205 0,0113

4.2.2 Perhitungan Pada Psychrometric Chart

Data-data yang dapat dihitung pada psychrometric chart, meliputi : laju aliran massa air yang diembunkan (ṁair), besarnya perubahan kandungan uap air persatuan massa udara (∆w), laju aliran massa udara (ṁudara), dan debit aliaran udara ( ̇ . Contoh perhitungan diambil dari variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm yang bekerja selama 2 jam.

a. Laju aliran massa air yang diembunkan (ṁair)

Laju aliran massa air yang diembunkan (ṁair) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.1). Contoh perhitungan diambil dari variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm yang bekerja selama 2 jam.

air = air

= kg jam

= 4,7866 kgair/jam

69

b. Besarnya perubahan kandungan uap air persatuan massa udara (∆w)

Besarnya perubahan kandungan uap air persatuan massa udara (∆w) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.2). Contoh perhitungan dari variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm yang bekerja selama 2 jam.

w = WA – WE

= 0,0205 – 0,0113

= 0,0092 kgair /jam

Tabel 4.5 Data perbandingan hasil perhitungan pada Psychrometric chart ketiga variasi yang dilakukan dalam penelitian.

No. Jenis Variasi ṁair

(kgair/jam)

Δw (kgair/kgudara)

1 Putaran Kipas 0 rpm 4,397 0,0060

2 Putaran Kipas 500 rpm 4,687 0,0088

3 Putaran Kipas 550 rpm 4,786 0,0095

70 4.2.3 Diagram P-h

Perhitungan pada siklus kompresi uap dapat diselesaiakn menggunakan diagram P-h berdasarkan data yang hasilkan.

Gambar 4. 2 Diagram P-h dengan variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm.

Pada Gambar 4.2 Merupakan diagram P-h pada variasi kecepatan putaran ki[pas 550 rpm yang bekerja selama 2 jam. Data yang digunakan dalam menggambar diagram P-h meliputi : tekanan refrigeran yang masuk kompresor (P1), tekanan refrigeran yang keluar kompresor (P2), suhu refrigeran masuk kompresor (T3), suhu refrigeran masuk pipa kapiler (T4). Sedangkan data yang akan didapatkan adalah suhu kerja kondensor (Tcond), dan suhu kerja evaporator (Tevap), nilai entalpi regrigeran saat keluar evaporator (h1), nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor (h2), nilai entalpi refrigeran saat keluar kondensor (h3) dan

71

nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator (h4). Beberapa satuan dari data penelitian harus dikonversikan mengikuti satuan pada gambar P-h diagram yang digunakan.

Untuk mencari suhu kerja evaporator (Tevap) dan suhu kerja kondensor (Tcond) dapat menggunakan diagram P-h. Dengan mengetahui tekanan refrigeran yang melalui evaporator dan kondensor maka dapat diketahui rata-rata suhu kerja evaporator dan suhu kerja kondensor dengan kondisi kecepatan putaran kipas 550 rpm selama 2 jam.

P1 = (68 + 14,7) Psia x 0,0689

= 5,7 Bar

P2 = (275 + 14,7) Psia x 0,0689

= 20 Bar

Dari diagram P-h yang telah digambarkan pada Gambar 4.2 , dengan variasi kecepatan putaram kipas 550 rpm selama 2 jam dimana tekanan refrigeran yang masuk kompresor 5,7 Bar menghasilkan suhu kerja evaporator (Tevap) = 1 0C dan tekanan refrigeran yang keluar kompresor 20 Bar menghasilkan suhu kerja kondensor (Tcond) = 52 0C, dan menghasilkan nilai-nilai entalpi refrigeran pada sistem kompresi uap yang meliputi : (h1) = 421 kJ/kg, (h2) = 460 kJ/kg, (h3) = 249 kJ/kg, (h4) = 249 kJ/kg.

72

Tabel 4.6 Data hasil perhitungan nilai-nilai entalpi refrigeran dari 3 variasi

No. Jenis Variasi Tekanan (Bar) Suhu (°C)

P1 P2 Tevap Tcond

1 Putaran Kipas 0 rpm 6,00 22,00 3 54

2 Putaran Kipas 500 rpm 5,80 21,00 2 53

3 Putaran Kipas 550 rpm 5,70 20,00 1 52

4.2.4 Perhitungan Pada Diagram P-h

Pada diagram P-h didapatkan beberapa data yang digunakan untuk mengetahui kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win), energi kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigeran (Qin), energi kalor yang dilepas oleh kondensor persatuan massa refrigeran (Qout), nilai COPaktual pada mesin penghasil air dari udara, COPideal pada mesin penghasil air dari udara, efisiensi mesin penghasil air dari udara, dan laju aliran massa refrigeran. Contoh perhitungan diambil dari variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm yang bekerja selama 2 jam.

Tabel lanjutan 4.6 Data hasil perhitungan nilai-nilai entalpi refrigeran untuk tiga variasi

73

a. Kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win)

Kerja kompresor dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.5).

Sebagai contoh untuk mencari rata-rata kerja kompresor (Win) dengan variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm adalah sebagai berikut:

Win = (h2 – h1) kJ/kg

= (460 – 422) kJ/kg = 38 kJ/kg

b. Energi kalor yang dilepas oleh kondensor persatuan masa refrigeran (Qout) Energi kalor yang dilepas oleh kondensor persatuan massa refrigeran dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.6). sebagai contoh untuk mencari rata-rata energi kalor yang dilepas kondensor (Qout) dengan variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm adalah sebagai berikut :

Qout = (h2 – h3) kJ/kg

= (460 – 249) kJ/kg

= 211 kJ/kg

c. Energi kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigeran (Qin)

Energi kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigeran dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.7). Sebagai contoh untuk mencari rata-rata energi kalor yang dilepas kondensor (Qin) dengan variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm adalah sebagai berikut :

Qin = (h1 – h4) kJ/kg

74

= (422 – 249) kJ/kg

= 173 kJ/kg

d. Nilai COPaktual dan COPideal pada mesin penghasil air dari udara

Nilai COPaktual dan COPideal pada mesin penghasil air dari udara dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.8). sebagai contoh dalam mencari rata-rata nilai COPaktual dan COPideal dengan variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm adalah sebagai berikut :

Dalam perhitungan COPideal, satuan suhu yang digunakan adalah Kelvin (K). Cara mengonversikan satuan oC ke K adalah sebagai berikut :

Tcond = 52 0C + 273

= 325 K Tevap = 1 0C + 273

= 274 K

Maka, COPideal dapat dihitung dengan Persamaan (2.9) :

COPideal = Te ap

T ond Te ap

75

=

= 5,37

e. Efisiensi mesin penghasil air dari udara (ƞ)

Efisiensi mesin penghasil air dari udara (ƞ) adalah presentase perbandingan antara COPaktual dan COPideal yang dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.10). sebagai contoh untuk mencari efisiensi mesin penghasil air dari udara dengan variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm adalah sebagai berikut :

η

= aktual Persamaan (2.11). sebagai contoh untuk mencari laju aliran refrigeran dengan variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm adalah sebagai berikut :

=

76

Tabel 4.7 Data perbandingan hasil perhitungan pada diagram P-h dari 3 variasi

No. Jenis Variasi Win

Tabel lanjutan 4.7 Data perbandingan hasil perhitungan pada diagram P-h dari 3 variasi

Qin

(kJ/kg) COPaktual COPideal Efisiensi (%)

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa mesin penghasil dari udara dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan data yang baik dan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data berupa suhu kerja evaporator (Tevap), suhu kerja kondensor (Tcond), tekanan refrigeran yang masuk kompresor (P1) dan tekanan refrigeran yang keluar kompresor (P2) yang kemudian dapat digunakan untuk menggambarkan siklus kompresi uap pada diagram P-h. Hasil yang didapat dari diagram P-h berupa nilai entalpi yang dapat dilihat pada Tabel 4.6 untuk tiga variasi penelitian. Dari data entalpi yang didapat maka dapat diperoleh nilai kerja kompresor (Win), nilai kalor persatuan massa refrigeran yang

77

dilepas oleh kondensor (Qout), nilai kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator (Qin), Coefficient of Performance Actual (COPaktual), Coefficient of Performance Ideal (COPideal) nilai efisiensi (ƞ) dan laju aliran massa refrigeran (ṁ).

Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa pada siklus kompresi uap yang dihasilkan terdapat proses pemanasan lanjut dan proses pendinginan lanjut, dimana kedua proses ini dapat meningkatkan nilai COPaktual, COPideal, dan efisiensi dari mesin siklus kompresi uap. Peningkatan COPaktual, COPideal, dan efisiensi mesin siklus kompresi uap ini dikarenakan oleh kondisi refrigeran yang dihisap oleh kompresor benar-benar dalam keadaan gas, sehingga kompresor dapat bekerja secara optimal selama mesin siklus kompresi uap bekerja, serta refrigeran yang masuk ke pipa kapiler benar-benar dalam keadaan cair. Untuk mempermudah melihat perbandingan niali-nilai perhitungan setiap variasi dapat dilihat pada Gambar 4.3 s/d Gambar 4.9.

Gambar 4.3 Perbandingan nilai Win dalam 3 variasi.

41 39 38

78

Gambar 4.4 Perbandingan nilai Qout dalam 3 variasi.

Gambar 4.5 Perbandingan nilai Qin dalam 3 variasi.

205 208 211

79

Gambar 4.6 Perbandingan nilai COPaktual dalam 3 variasi.

Gambar 4.7 Perbandingan nilai COPideal dalam 3 variasi.

4 4,3 4,5

80

Gambar 4.8 Perbandingan efisiensi dalam 3 variasi.

Gambar 4.9 Perbandingan ṁref dalam 3 variasi

Pada Gambar 4.3, nilai besarnya kerja kompresor yang dimiliki oleh variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm lebih rendah dibandingkan dengan variasi kecepatan putaran kipas 500 rpm, dan variasi tanpa kipas. Hal ini menyebabkan

81

variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm membutuhkan jumlah daya yang lebih sedikit dibandingkan dengan variasi kecepatan putaran kipas 500 rpm, dan variasi tanpa kipas karena energi yang dibutuhkan sesuai dengan keadaan variasi mesin.

Kompresor tidak akan bekerja terlalu berat menghisap refrigeran dari evaporator pada variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm.

Pada Gambar 4.4, besarnya energi kalor yang dilepas oleh kondensor pada variasi kecepatan putaran kipas 500 rpm memiliki nilai yang tinggi dibandingkan pada variasi tanpa kipas dan variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm. Hal ini sesuai dengan besarnya perubahan suhu yang terjadi pada kompresor dan evaporator terhadap variasi yang dilakukan.

Pada Gambar 4.5, besarnya energi kalor yang diserap oleh evaporator pada variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm memiliki nilai yang paling tinggi, dimana nilai energi kalor yang diserap oleh evaporator dari variasi kecepatan putaran kipas 350 lebih tinggi daripada nilai energi kalor yang diserap oleh evaporator pada variasi tanpa kipas dan variasi kecepatan putaran kipas 500 rpm. Hal ini berarti bahwa pada variasi kecepatan putaran kipas 550, besarnya energi kalor yang diserap evaporator di dalam ruangan pemadatan udara semakin besar karena pengaruh variasi penambahan kipas pemadat udara pada variasi tersebut.

Nilai COPaktual, nilai COPideal, dan efisiensi yang tersaji dalam Gambar 4.6, Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 menunjukkan bahwa variasi tanpa kipas memiliki nilai paling rendah dibandingkan nilai yang dihasilkan oleh variasi kecepatan putaran kipas 500 rpm dan variasi kecepatan putaran kipas 550. Hal ini menyebabkan efisiensi dari mesin siklus kompresi uap dengan variasi tanpa kipas

82

menunjukkan prosentase nilai yang rendah. Disamping itu kondisi mesin siklus kompresi uap juga mempengaruhi besarnya nilai efisiensi. COPaktual adalah COP sebenarnya yang dilakukan oleh mesin siklus kompresi uap dimana energi yang diserap evaporator dibandingkan dengan besarnya kerja kompresor. Sedangkan COPideal merupakan COP yang dipengaruhi oleh suhu evaporasi dan suhu kondensasi. Dalam penelitian ini, variasi yang memiliki suhu evaporasi dan energi yang diserap oleh evaporator yang tinggi akan memiliki COP yang tinggi.

Pada Gambar 4.9 menunjukkan grafik perbandingan laju aliran massa refrigeran dari 3 variasi yang dilakukan dalam penelitian. Dari hasil yang didapatkan, nilai tertinggi ditunjukkan oleh variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm dan nilai terendah ditunjukkan oleh variasi tanpa kipas. Tingginya nilai laju aliran massa refrigeran pada variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm disebabkan oleh tingginya suhu evaporasi pada evaporator, dimana refrigeran pada evaporator akan lebih cepat mengalami penguapan. Rendahnya laju aliran massa refrigeran disebabkan oleh butiran air yang membeku di dalam evaporator yang menghalangi proses transfer kalor. Hal ini juga mengakibatkan kerja kompresor menjadi semakin berat. Uap air yang membeku dan menebal pada bagian dalam evaporator dapat menghalangi transfer kalor serta menghambat kinerja evaporator, dimana kalor yang diserap akan menjadi semakin kecil. Akibatnya kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran juga semakin kecil. Hal ini berdampak pada turunnya COPaktual, COPideal, laju aliran massa, dan efisiensi mesin siklus kompresi uap.

83

Perbandingan penambahan kadar uap air dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Perbandingan Δw (kgair/kgudara) dalam 3 variasi.

Pada psychrometric chart, penambahan kadar uap air paling besar terjadi dengan variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm dan penambahan terkecil ditunjukkan oleh variasi tanpa kipas. Hal ini disebabkan karena pengaruh kipas pemadat udara yang ditempatkan di depan evaporator untuk memadatkan udara dari lingkungan sekitar ke evaporator. Semakin besar kecepatan putaran kipas yang digunakan maka akan semakin besar pula laju aliran massa air yang diembunkan. Udara dari lingkungan yang mengandung uap air ini diserap oleh kipas pemadat udara menuju ke evaporator sehingga nilai kelembaban spesifiknya (nilai w) meningkat. Udara dengan kandungan uap air yang telah dipadatkan akan mengalami perpindahan kalor dengan refrigeran berwujud cair di dalam evaporator sehingga refrigeran cair dalam evaporator mengalami proses evaporasi (penguapan), sedangkan uap air yang terkandung dalam udara mengalami proses

0,0060

84

kondensasi (pengembunan) dan terbentuklah butiran air di dalam pipa-pipa evaporator. Banyaknya butiran air ini dipengaruhi oleh banyaknya kalor yang diserap oleh evaporator dan besarnya nilai kelembaban spesifik yang berhasil dipadatkan oleh kipas pemadat udara dari lingkungan sekitar menuju ke evaporator. Pada variasi tanpa kipas, uap air cenderung membeku pada pipa-pipa evaporator, hal ini mengakibatkan kinerja evaporator dan kompresor terhambat sehingga jumlah kandungan uap air yang berhasil dicairkan oleh proses transfer panas di dalam evaporator berkurang.

Pada Gambar 4.11, disajikan grafik yang menampilkan perbandingan hasil air selama satu jam dari 3 variasi yang dilakukan dalam penelitian.

Gambar 4.11 Perbandingan hasil air dari 3 variasi selama satu jam.

Perbandingan hasil air yang ditampilkan pada Gambar 4.11 menunjukkan bahwa pada kecepatan putaran kipas 550 rpm menghasilkan jumlah air sebanyak

4,397 4,687 4,786

85

4,786 liter per jam. Hal ini menunjukkan bahwa pada variasi kecepatan putaran kipas 550 rpm memiliki jumlah air yang lebih banyak dibandingkan pada variasi lainnya.

Perbandingan air yang dihasilkan dari 3 variasi penelitian yang dilakukan disajikan pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Perbandingan air yang dihasilkan dari 3 variasi penelitian.

Pada Gambar 4.12, merupakan perbandingan air yang dihasilkan dari 3 variasi yang dilakukan di dalam penelitian selama 2 jam tiap masing-masing variasi. Pada variasi tanpa kipas, air yang dihasilkan selama 2 jam mencapai 8.794 ml, yang merupakan hasil air terendah dalam variasi yang dilakukan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya kipas pemadat udara yang digunakan dalam menambah kelembaban spesifik udara dari lingkungan sekitar menuju ke evaporator, dimana hal ini berdampak pada kinerja evaporator yang terhambat sebagai media penukar kalor antara udara dari lingkungan sekitar dan refrigeran

0

Volume air yang dihasilkan (ml)

waktu (menit) Putaran Kipas 0 rpm

Putaran Kipas 500 rpm Putaran Kipas 550 rpm

86

cair di dalam evaporator. Kurangnya kalor yang diserap oleh evaporator mengakibatkan uap air yang mengembun (karena proses transfer panas udara dengan cairan refrigeran) mengalami pembekuan atau frozen pada pipa-pipa evaporator. Tekanan pada pressure gauge (P1 dan P2) juga berpengaruh terhadap suhu yang diteliti dan jumlah air yang dihasilkan oleh mesin siklus kompresi uap dalam penelitian. Tingginya tekanan akan mengakibatkan tingginya suhu dimana air yang dihasilkan akan meningkat karena proses penguapan refrigeran pada evaporator akan berlangsung semakin cepat.

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, terdapat beberapa kesimpulan yang diperoleh :

a. Mesin penangkap air dari udara yang praktis, aman, dan ramah lingkungan telah berhasil dirancang dan dirakit, dan dapat bekerja dengan baik. Mesin bekerja dengan daya sebesar 1,5 PK dan mampu mengahasilkan air sebanyak 4.786 ml/jam pada putaran kipas 550 rpm.

b. Nilai Win tertinggi yang dapat dicapai oleh mesin siklus kompresi uap dari mesin penangkap air sebesar 41 kJ/kg yang didapatkan dari variasi tanpa menggunakan kipas. Nilai Qout tertinggi yang dapat dicapai oleh mesin siklus kompresi uap dari mesin penangkap air sebesar 211 kJ/kg yang didapat dari variasi putaran kipas 550 rpm. Nilai Qin yang dapat dicapai oleh mesin siklus kompresi uap dari mesin penangkap air sebesar 173 kJ/kg yang didapatkan dari putaran mesin 550 rpm. Nilai COPaktual tertinggi yang dapat dicapai oleh mesin siklus kompresi uap dari mesin penangkap air sebesar 4,5 kJ/kg yang didapatkan dari putaran mesin 550 rpm. Nilai COPideal tertinggi yang dapat dicapai oleh mesin siklus kompresi uap dari mesin penangkap air sebesar 5,37 kJ/kg yang didapatkan dari putaran mesin 550 rpm. Nilai efisiensi tertinggi yang dapat dicapai oleh mesin siklus kompresi uap dari mesin penangkap air sebesar 83,7% yang didapatkan dari putaran mesin 550 rpm. Nilai ṁref

88

tertinggi yang dapat dicapai oleh mesin kompresi uap dari mesin penangkap air sebesar 0,045 kg/s yang didapatkan dari putaran 550 rpm.

c. Mesin penangkap air dapat menghasilkan air dengan jumlah yang paling banyak pada variasi putaran kipas 550 rpm yang dapat mengahsilkan rata-rata jumlah air sebanyak 4.786 ml/jam. Sedangakan untuk variasi tanpa kipas, menghasilkan jumlah air yang paling rendah, dengan rata-rata jumlah air sebanyak 4.397 ml/jam. Jumlah air yang didapatkan oleh mesin penangakap air dapat meningkat bila di tambahakan variasi kipas lagi, sehingga kipas yang digunakan untuk memadatkan udara lebih dari satu kipas, atau bisa juga dengan meningkatkan jumlah air dengan cara menambah kecepatan putaran kipas menjadi 550 rpm.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, terdapat beberapa saran, antara lain :

a. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah kipas yang digunakan untuk memadatkan udara, agar jumlah air yang dihasilkan lebih banyak.

b. Menggunakan komponen-komponen mesin yang baru, hal tersebut akan berdampak pada kinerja mesin penangkap air akan lebih maksimal dan jarang terjadi kerusakan-kerusakan pada komponen mesin penangkap air.

Kekurangannya adalah pada harganya komponen yang mahal. Jika menggunakan komponen-komponen mesin second terkadang ada beberapa

89

bagian komponen mesin yang telah mengalami kerusakan, dan harus di perbaiki terlebih dahalu. Keuntunggannya adalah harganya lebih terjangkau.

c. Pada penelitian selanjutnya diharapkan chasing harus lebih rapi, agar kinerja mesin penangkap air lebih baik, karena dalam proses pembuatan mesin penangkap air ini menggunakan tambahan kipas yang berfungsi sebagai pemadat udara, dan dalam uji coba alat ini masih banyak udara yang keluar lewat sela- sela sambungan triplek yang dimana pada setiap sambungan tersebut memerlukan lakban untuk menutup celah-celah tersebut.

90

DAFTAR PUSTAKA

Danu, Waksito. (2016). Pengering Kaos Kaki Menggunakan Mesin Siklus Kompresi Uap Dengan Dua Evaporator Tersusun Seri, Skripsi pada Teknik Mesin USD Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Prasetya dan Putra. 2013. "Studi Eksperimen Variasi Laju Pendinginan Kondensor pada Mesin Pendingin Difusi Absarpsi R22-DMF". 2, (I) Priowirianto, G. 2003. Dasar-dasar Tata Udara, (Online). http: psbtik.smknlems

nevelektroteknik pendingin dan tata udara/dasar dasar tata udara pdf, di unduh 17 September 2017.

Sunderasan, Srinivasan. 2015. “Rainmaker in Kuwait: recipitating a Solution.”

Dalam Cleaner-Energy Investments. Springer India. hal 23-35 2011/In-Ethiopia,–UNICEF-helps-meet-water-supply-.

Tabel Properties.http://www.lindegas.ro/intemet.lg.lg.rou/ro/images/R2254-138668.pdf v =F 2.0 diunduh 20 September 2017.

Wijaya, Kurniandy. (2016). Mesin Pengering Handuk Dengan Siklus Kompresi Uap Dibantu Dengan Satu Buah Penukar Kalor, Skripsi pada Teknik Mesin USD Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Yuriandi, K. 2008. Sistem Pengkondisian Udara, (Online).

http://docs.google.com/document/ditoluPwFkulEOS9XL10DiewrbgTms, diunduh 17 September 2017.

91

LAMPIRAN

Gambar A.1 Mesin penangkap air dari udara tampak depan

92

Gambar A.2 Mesin penangkap air dari udara tampak belakang

93

Gambar A.3 Mesin penangkap air dari udara tampak samping

93

Gambar B.1 Psychometric Chart pada variasi tanpa kipas

94

Gambar B.2 Psychometric Chart pada variasi kecepatan putaran kipas 500 rpm

95

Gambar C.1 Diagram P-h pada variasi tanpa kipas

96

Gambar C.2 Diagram P-h pada variasi kecepatan putaran kipas 500 rpm

i

Dokumen terkait