BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
5. Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik30
Menurut Mahendra (2011:77-78) cara-cara meningkatkan percaya diri dengan cara berikut:
a. Selalu berfikir positif dan jangan berfikir negatif terhadap apa
yang ada pada diri sendiri dan tanamkan keyakinan bahwa kita lebih baik dari apa yang ada dalam pikiran.
b. Selalu memberi informasi positif terhadap diri dengan demikian
akan merangsang conscious (pikiran sadar) dan sub concious
min (pikiran bawah sadar) yang mampu menigkatkan keyakinan dalam melakukan tindakan
31
c. Cari dan temukan lingkungan yang dapat membuat self esteem
atau percaya diri berkembang dengan memperbanyak membaca buku-buku positif ataupun buku-buku tentang motivasi dan bergaulah dengan orang-orang yang positif. Tentukan arah dan tujuan hidupdengan membuat gol-gol kecil yang akan mengantarkan individu mencapai sebuah tujuan.
d. Sikapi kegagalan dengan bijaksana, karena tidak penting
seberapa banyak kegagalan, tetapi seberapa sering bangkit dari kegagalan.
Intensitas bimbingan muhadhoroh merpukan media pelatihan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri berbicara di depan publik.
C. Hubungan Intensitas Bimbingan Muhadhoroh dengan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
Dalam penelitian sebelumnya oleh Sholahuddin (2014) menemukan
bahwa kegiatan Muhadhoroh Diniyah meningkatkan prestasi belajar siswa.
Nilai rata-rata dari muhadhoroh sebesar 70,3, sedangkan nilai rata-rata prestasi yang diperoleh siswa sebesar 75,87. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung sebesar 0,424 dan termasuk kategori sedang atau cukupan (nilai r hitung pada rentang 0,40-0,47) dengan KD sebesar 17,97%.
Maka terdapat hubungan antara kegiatan muhadhoroh diniyah dengan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatut Tholibin II.
Penelitian di atas mengungkapkan relasi hubungan antara kegiatan
muhadhoroh diniyah dengan prestasi belajar. Sementara skripsi ini meneliti
tentang hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan
diri berbicara di depan publik.
Penelitian kedua dilakukan oleh Fuadiyah (2015) tentang menejemen
pelatihan khitobah dalam meningkatkan kemampuan santri menjadi
muballigh profesional di Pondok Pesantren Salaf Tahfidz Al-Qur‟an Al
Arifiyyah Pekalongan. Pendekat yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kwalitatif. Penelitian ini mengungkap menejemen
pelatihan khitobah dalam meningkatkan kemampuan santri menjadi
muballigh profesional. Menejemen pelatihan khitobah memengaruhi
kemampuan santri menjadi muballigh profesional dengan cara, pertama,
santri diajarkan cara menentukan sasaran dan tujuan khitobah. Kedua
pengorganisasian dalam pelatihan khitobah yang tertata rapi, dengan cara
pembagian santri menjadi beberapa kelompok dan kemudian dibagi tugas.
Ketiga adalah adalah penggerakan. Penggerakan dalam pelatihan khitobah
di pondok pesantren Al-Arifiyah cukup efektif dengan cara pemimpin pondok pesantren memberikan motivasi kepada santri dan pengurus, kemudian pengurus memberikan bimbingan kepada pelaksana pelatihan
khitobah melalui dialog dan tanya jawab, serta menerjunkan para santri
yang telah berhasil mengikuti pelatihan khitobah ke dalam ranah masyarakat
umum setiap bulan ramadhan atau satu tahun sekali, sebagai output dari
33
yang terakhir yaitu dengan mengevaluasi semua kegiatan yang ada dengan cara pengurus mengadakan rapat untuk mengetahui bagaimana hasil dari
pelaksanaan pelatihan khitobah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren
Salaf dan Tahfidzul Al-Qur‟an Al-Arifiyyah.
Penelitian di atas menggunakan pendekatan kwalitatif dalam
mengungkap menejemen pelatihan khitobah untuk meningkatkan
kemampuan santri menjadi muballigh profesional. Sedangkan dalam
penelitian ini berupaya mengungkap peran intensitas bimbingan
muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri berbicara di depan
publik pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Apriani (2011) tentang upaya peningkatan kemampuan berbicara di depan umum melalui teknik sosiodrama pada siswa SMA negeri 11 Yogyakarta, menunjukkan bahwa penerapan teknik sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum siswa kelas XC SMA Negeri 11 Yogyakarta. Hasil uji pre test dan post test menggunakan Tes Wilcoxson diketahui bahwa skor rata-rata aspek mampu melakukan proses komunikasi di depan umum secara lisan dari 52,5 (28,47%) menjadi 57,25 (31,1%), aspek berbicara sesuai topik dari 25,41 (13,80%) menjadi 25,75 (13,99%), dan aspek berbicara untuk menyampaikan tujuan dari 26,08 (14,17%) menjadi 31,38 (17,05%).
Jika penelitian di atas mengungkapkan efek peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan publik dapat dilukakan melalui teknik sosiodrama,
sedangkan pada penelitian ini kepercayaan diri berbicara di depan publik
diprediksi dapat ditingkatkan melalui intensitas bimbingan muhadhoroh.
Pesantren sebagai salah satu tempat untuk memperoleh sarana pendidikan dewasa ini sudah menjadi tempat yang menjadi andil dalam mengembangkan potensi peserta didik. Terlebih pesantren-pesantren sekarang banyak yang menggunakan sistem pesantren moderen di mana tidak hanya pendidikan-pendidikan keagamaan saja yang diajarkan, namun juga mengembangkan ektrakulikuler untuk mengembangkan minat bakat dan potensi peserta didik.
Dalam mengembangkan potensi peserta didik peran seorang pembimbing sangat dibutuhkan. Selain memberikan bantuan dalam kesulitan-kesulitan yang dialami, peran pembimbing dalam mengawal perkembangan peserta didik sangat memegaruhi. Pembimbing juga menjadi tauladan untuk peserta didiknya dalam mengembangkan minat dan bakat.
Bimbingan muhadhoroh sebagai layanan bantuan kepada peserta agar mereka dapat mengenal dirinya dan memecahkan masalah-masalah dalam berbicara di depan orang banyak dan sebagai masukan-masukan untuk
melaksanakan perencanaan dimasa depannya berdasarkan minat,
kemampuan, kekuatan, dan kelemahan diri. Disnilah pentingnya bimbingan muhadhoroh untuk peserta didik dengan bimbingan tersebut peserta didik akan mudah dalam mengekspresikan diri dan juga lebih percaya diri dalam berorasi di depan orang lain, sehingga menjadikan peserta didik orator yang baik dalam menyampaikan pesan-pesan pidatonya.
35
Bimbingan muhadhoroh juga mengembangkan kesehatan mental
murid. Kesehatan mental seperti yang dikatakan Zakiyah Darajat (1983:13) adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta
terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa. Bimbingan muhadhoroh yang
diperoleh peserta didik akan menambah kesehatan mental mereka berkembang, sehingga menambah kepercayaan diri mereka dalam berbicara di depan publik.
Bimbingan muhadhoroh juga sebagai stimulus untuk mengembangkan
kepercayaan diri berbicara di depan publik. Apabila sering dilatih untuk berbicara di depan publik maka kepercayaan diri seseorang akan lebih tinggi. Seperti teori yang dikemukakan oleh Thorndike (1874-1949) dalam Teori Behaviorisme tentang Hukum Latihan (law of exercise) bahwa untuk memperoleh hasil yang memuaskan maka diperlukan latihan yang berulang-ulang. Latihan dan pengulangan dilakukan untuk mencapai kemahiran,
seperti pada slogan practice make perfect. Maka hukum yang digunakan
adalah The Law Of Use, yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan
atau koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi kuat bila sering digunakan. Dengan kata lain bahwa hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi kuat semata-mata karena adanya latihan. Dari sinilah peran
intensitas bimbingan muhadhoroh berpengaruh pada kepercayaan diri
Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
Pengembangan diri dan karir
Kemampuan sosial
Kegiatan menyenangkan
Kepercayaan Diri Berbicara di Depan
Publik
Percaya pada kemampuan
diri sendiri
Menjadi diri sendiri
Mengendalikan diri
Berfikir positif
Memiliki harapan yang
realistis
Dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri peran motivasi tidak bisa dipisahkan, karena tanpa motifasi dan tujuan tertentu kemungkinan rasa percaya diri belum dapat terwujud. Motifasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari diri seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara istilah motivasi adalah sesuatu yang mendorong jiwa kita untuk bergerak. Secara umum motivasi itu semangat, spirit, atau sesuatu yang membuat mau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Lestari, 2007:89).
Untuk berpidato di depan orang banyak, seorang orator hendaknya juga mempersiapkan diri dan juga materi yang akan disampaikan. Untuk mengurangi kecemasan berhadapan dengan orang banyak dan juga untuk menambah rasa percaya diri. Anak yang memiliki rasa percaya diri adalah yang memiliki kepercayaan dan keberanian untuk melakukan sesuatu tanpa
37
ada rasa malu atau minder di dalam dirinya. Kesuksesan pada diri seseorang merupakan proses (Nizar, 2009:104), sehingga dapat menyampaikan pesan dari pidato yang akan disampaikan dengan mengekspesikanyna dengan baik, dan membuat pendengar merasa puas.
38