HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK
PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN
TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DIAN FAISHAL RAHMAN
111 11 220
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
ii
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK
PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN
TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DIAN FAISHAL RAHMAN
111 11 220
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vi
MOTTO
َنٌِنِم ْؤُّم مُتنُك نِإ َن ْوَلْعَ ْلْٱ ُمُتنَأ َو ۟اوُنَزْحَت َلَ َو ۟اوُنِهَت َلَ َو
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati,sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.”
vii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya, saya persembahkan skripsi ini kepada:
1. Bapak dan Ibu, yang tidak pernah berhenti mendo‟akan untuk kesuksesanku.
2. Ibu Muna Erawati, M.si, yang telah membimbing skripsi ini mulai
dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran.
3. Mas Najib, Memet dan saudara-saudara N 90.
4. Teman-teman Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011, khususnya
PAI F.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Hubungan Antara
Intensitas Bimbingan Muhadhoroh Dengan Kepercayaan Diri Berbicara Di Depan Publik Pada Santri Kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam
Surakarta”.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
ix
4. Ibu Muna Erawati, M.si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai
ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan
serta bantuan.
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing
serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga
dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 31 Maret 2016 Penulis
x ABSTRAK
Rahman, Dian Faishal. 2016. Hubungan Antara Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
dengan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik Santri Kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Skripsi Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati, M.Si.
Kata kunci : intensitas bimbingan muhadhoroh, kepercayaan diri berbicara di depan publik.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan antara intensitas bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Rumusan masalah yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana intensitas bimbingan muhadhoroh
santri kelas 1 Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta? (2) Bagaimana kepercayaan diri santri kelas 1 KMI dalam berbicara di depan publik? (3) Adakah hubungan antara intensitas bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kuantitatif, jenis penelitian berupa korelasional, dan tekhnik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan angket, sebanyak 61 santri terlibat sebagai responden.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
D. Hipotesis Penelitian ... 6
E. Kegunaan Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional... 7
G. Metode Penelitian... 9
H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15
A. Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ... 15
1. Pengertian Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ... 15
2. Dasar Bimbingan Muhadhoroh ... 18
3. Tujuan Bimbingan Muhadhoroh ... 21
4. Fungsi Bimbingan Muhadhoroh ... 22
B. Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 23
1. Pengertian Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 23
xii
3. Ciri-ciri Sikap Percaya Diri ... 28
4. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 29
5. Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik30 C. Hubungan Intensitas Bimbingan Muhadhoroh dengan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 31
BAB III HASIL PENELITIAN ... 37
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ... 37
2. Identitas Sekolah ... 38
3. Letak Geografis ... 39
4. Visi dan Misi ... 39
5. Motto dan Panca Jiwa ... 40
6. Organisasi Sekolah ... 42
7. Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ... 44
8. Data Santri Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ... 46
9. Data Sarana dan Prasarana ... 47
10.Daftar Responden ... 47
B. Penyajian Data ... 50
BAB IV ANALISIS DATA ... 56
A. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 56
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 Indikator Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ... 11
TABEL 1.2 Indikator Kepercayaan Diri Berbicara di Dipan Publik ... 11
TABEL 3.1 Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ... 44
TABEL 3.2 Data Santri KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ... 46
TABEL 3.3 Data Responden... 48
TABEL 3.4 Daftar Jawaban Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ... 51
TABEL 3.5 Daftar Jawaban Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 54
TABEL 4.1 Hasil Analisa Soal Angket Intensitas Bimbingan Muhadhoroh .... 57
TABEL 4.2 Hasil Analisa Butir Soal Angket Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 58
TABEL 4.3 Reabilitas Instrumen ... 59
TABEL 4.4 Interval Tingkat Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ... 60
TABEL 4.5 Interval Tingkat Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 61
TABEL 4.6 Koefisien Pengaruh Bimbingan Muhadhoroh (X) Terhadap Kepercayaan Diri Berbicara Di Depan Publik (Y) ... 62
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren adalah lembaga yang dikatakan merupakan proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional (Madjid, 1997). Pesantren atau orang-orang lebih sering menyebutnya dengan istilah pondok, menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti kata : Asrama atau tempat santri-santri belajar mengaji. Lebih luasnya pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada
dibawah kedaulatan dari leadher ship seorang atau beberapa orang kiai
dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal (Arifin, 1991 : 240).
Pesantren merupakan salah satu pendidikan klasikakal yang berkembang di Indonesia. Namun karena memiliki kekurangan ketidak jelasan masa santri belajar dan juga kurikulum yang terukur, pada tahun 1926 K.H Imam Zarkasy mewacanakan sebuah pesantren moderen yaitu perpaduan metode pengajaran yang bersifat klasikal dengan pelajaran yang bersifat vokasional seperti kesenian, keterampilan, olah raga dan pramuka (Burhanudin, 2006 : 72). Pesantren Moderen Gontor merupakan penggagas
pendidikan menengah selama enam tahun (setingkat dengan SMP dan SMA).
Berbagai jenis kegiatan juga mulai diperkenalkan di pondok
pesantren, salah satunya dengan mengadakan pelatihan muhadhoroh sebagai
salah satu metode pengkaderan muballigh dengan tujuan untuk membina santri-santri agar menjadi muballigh yang profesional. Untuk mengatasi problematika dakwah dimasa yang akan datang perlu dipersiapkan regenerasi baru yaitu seorang orator yang profesional. Untuk mencetak kader orator ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti mendirikan lembaga ataupun organisasi yang mengacu pada Islam sebagai sistem nilai dan kepemimpinan. Pembentukan kader pendakwah yang merupakan salah satu tujuan didirikannya pesantren, dimana pesantren-pesantren tersebut mengupayakan peningkatan kemampuan santri menjadi seorang orator yang professional dengan mengadakan suatu kegiatan khusus yaitu pelatihan khitobah. Dengan adanya tujuan tersebut, diharapkan para santri-santrinya mampu menjadi orator yang profesional dan mampu mengamalkan ilmu nya di masyarakat.
Di Solo, terdapat sebuah pondok pesantren dengan menggunakan sistem pesantren moderen. Pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam. Berdiri pada 14 Juni 1986 Pesantren ini di prakarsai oleh :
3
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam memiliki serangkaian kegiatan
ektrakulikuler, namun kegiatan-kegiatan ini bersifat harus diikuti oleh
semua santri, yaitu : Pramuka, Muhadhoroh (pidato tiga bahasa) dan
Kegiatan Kebahasaan. Kepramukaan bertujuan untuk pendidikan
kemandirian dan pendidikan sosial. Kegiatan muhadhoroh untuk pendidikan
dakwah. Dan Kegiatan Kebahasaan untuk menambahpembelajaran santri dalam mengenal bahasa asing (Arab dan Inggris).
Kegiatan muhadhoroh adalah kegiatan berlatih pidato atau kegiatan
berbicara di depan umum atau bisa dikatakan sebagai publick speaking yang
dilakukan sitap minggunya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan santri khususnya dalam hal berpidato juga berdakwah, untuk mengasah keberanian dan juga mental santri dalam berbicara dihadapan banyak orang. Terlebih dalam Islam berdakwah merupakan sesuatu yang juga harus dilakukan seorang muslim. Yaitu mengajak orang lain untuk
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
Dalam kegiatan ekstrakulikuler muhadhoroh diperlukan bimbingan untuk memudahkan santri dalam mempersiapkan diri berlatih berpidato. Walaupun orang-orang yang akan dihadapi sudah sering bertemusapa namun masalah-masalah seperti malu, minder, gugup, dan kurang percaya diri menjadi serangkaian masalah yang sering dihadapi ketika hendak berbicara di depan umum. Maka perlu pelatihan dan juga bimbingan untuk menumbuhankan mental kepercayan diri para santri dalam berbicara di
depan publik. Dan kegiatan muhadhoroh ini sebagai sarana para santri
melatih mental mereka dalam berbicara di depan publik. Terlebih untuk santri kelas 1 KMI yang baru mulai mengikuti kegiatan ini. Mereka perlu untuk menyesuaikan dan juga lebih menyiapkan diri untuk dapat mengikuti kegiatan ini. Bimbingan dari kakak-kakak kelas sebagai pembimbing juga akan sangat membatu para santri dalam mengembangkan rasa percaya diri mereka.
Karena muhadhoroh merupakan kegiatan yang baru bagi santri kelas 1
KMI, kegiatan ini akan mengasah kepercayaan diri mereka untuk dapat berbicara di depan orang banyak, karena sebagian atau bahkan kebanyakan dari mereka belum pernah berpidato atau berorasi di depan orang banyak. Untuk itu kegiatan ini memerlukan bimbingan supaya santri dapat lebih percaya diri berbicara di depan publik. Percaya diri disini berarti tidak lagi canggung atau minder untuk berbicara didepan publik.
5
dimiliki, maka perasaan-perasaan minder, malu, ataupun takut untuk berbicara di depan orang banyak akan musnah. Rasa percaya diri inilah yang diperlukan untuk berbicara formal di depan orang banyak. Untuk mendapatkan antusias dari para pendengar. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat sampai maksutnya pada para pendengar.
Dari uraian diatas mendorong kami sebagai penulis untuk lebih jauh mengetahui pengaruh keikutsertaan santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler muhadhoroh terhadap pengembangan rasa kepercaya diri berbicara di depan publik. Dengan melakukan penelitian yang judul HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS
BIMBINGAN MUHADHOROH DENGAN KEPERCAYAAN DIRI
BERBICARA DI DEPAN PUBLIK PADA SANTRI KELAS 1 KMI
PONDOK PESANTREN TA‟MIRUL ISLAM SURAKARTA
B. Rumusan Penelitian
1. Bagaimana intensitas bimbingan muhadhoroh pada santri kelas 1
KMI di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
2. Bagaimana kepercayaan diri berbicara di depan publik santri kelas 1
KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
3. Adakah hubungan antara intensitas bimbingan muhadhoroh dengan
kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui intensitas bimbingan muhadhoroh kelas 1 KMI di
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
2. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri berbicara di depan publik
santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
3. Untuk mengetahui hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh
dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta
D. Hiptotesis Penelitian
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011 : 63).
Dalam hal ini kami sebagai penulis menyimpulkan jawaban sementara dari penelitian ini yang nantinya dapat diuji kebenarannya secara
empiris bahwa : Terdapat hubungan yang positif antara intensitas
bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik
pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini, kami harapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis
1. Manfaat Teoritis
7
Pondok Pesantren Moderen. Dan menjadikan motivasi bagi kalangan akademisi yang akan mengadakan penelitian dalam kegiatan ekstrakulikuler.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi santri diharapkan dapat menjadikannya sebagai informasi
dalam mengembangkan kepercayaan diri berbicara di depan publik.
b. Bagi pembimbing kegiatan muhadhoroh dapat digunakan
sebagai masukan dan panduan dalam meningkatkan kualitas bimbingan yang diberikan kepada para santri. Sehingga dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki para santri.
D. Definisi Operasional
Untuk lebih mudah dalam menentukan arah penelitian ini, penulis memfokuskan judul penelitian ini menjadi :
1. Intensitas Bimbingan Muhahoroh
Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Bimbingan mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya (Walgito, 2010 : 6)
Muhadhoroh berasal dari kata hadhoro-yahdhuru yang berarti
menghadiri. Muhadhoroh dalam kitab Ushulu at-Tarbiyah wa at-Ta’lim
untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal yeng penting, tanpa
memperbolehkan pendengar untuk bertanya selama penjelasan.
Muhadhoroh bisa juga diartikan sebagai pidato yaitu pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditunjukkan kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khayalak, dengan maksud agar pendengar dari pidato tadi dapat mengetahui, memahami, menerima serta diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan
kepada mereka (Rumpoko, 2012 : 12). Muhadhoroh lebih mudahnya adalah
kegiatan berpidato atau berbicara di depan orang banyak.
Dari dua uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa bimbingan
muhadhoroh adalah bantuan yang diberikan kepada santri untuk mempersiapkan diri berbicara atau berorasi di depan orang banyak.
2. Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
9
perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri
.
Dari uraian diatas, penulis artikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki diri sendiri dalam mengekspresikan potensi yang dimiliki. Untuk dapat percaya diri berbicara di depan orang banyak setiap individu harus yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan percaya akan potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri. Kepercayaan diri berbicara di depan publik adalah suatu sikap yakin atas kemampuan diri untuk berbicara di depan orang banyak.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini kami sebagi penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini berjenis korelasional untuk mengetahui adakah
hubungan positif dan signifikan dari intensitas bimbingan muhadhoroh
(variabel x) dengan kepercayaan diri santri (variabel y) di Pondok Pesatren
Ta‟mirul Islam Surakarta.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakata. Pesantren ini terlatak di tengah
Kota Surakarta tepatnya dijalan KH. Samanhudi No. 3 Tegalsari, Bumi Laweyan, Surakarta.
3. Subjek Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Sempel merupakan bagaian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Martono, 2011 : 74).
Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik sampling
bertujuan (purposive sampling) yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2005 : 97).
Dalam penelitian ini, kami akan menjadikan santri kelas 1 KMI
Pondok Pesanten Ta‟mirul Islam Surakarta sebagai subjek dari penelitian ini. Sebagai bahan pertimbangan, penelitian ini kami fokuskan pada santri kelas 1 KMI yang terbagi dalam 4 kelas. Alasan kami peneliti menggunakan santri kelas 1 KMI, karena pemberian bimbingan
muhadhoroh lebih difokuskan untuk santri kelas 1 KMI.
4. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari kegiatan intensitas bimbingan
muhadhoron dan rasa percaya diri santri, peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu : metode dokumentasi dan juga penyebaran angket.
a. Dokumentasi. Adapun dokumen yang digunakan untuk memperoleh
11
b. Angket. Angket yang digunakan adalah angket untuk mengetahui
intensitas bimbingan muhadhoroh dan angket tentang kepercayaan diri
berbicara di depan publik.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data.
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu yang pertama tentang
intensitas mengikuti bimbingan muhadhoroh dan yang kedua angket tentang
kepercayaan diri berbicara di depan publik.
Angket pertama adalah angket tentang bimbingan muhadhoroh,
digunakan untuk mengetahui keikutsertaan santri dalam mengikuti intensitas
bimbingan muhadhoroh. Indikator yang digunakan adalah : pengembangan
diri, pengembangan karir dan kegiatan menggembirakan dan
menyenangkan.
Angket yang kedua adalah angket tentang kepercayaan diri berbicara
diri sendiri, menjadi diri sendiri, berfikir positif, mampu mengendalikan diri dan memiliki harapan yang realistis
Tabel 1.2
Indikator Kepercayaan Diri Berbicara di Dipan Publik
No Indikator No Item Jumlah
1 Percaya pada kemampuan diri sendiri 1, 5, 9, 15, 24 5
2 Menjadi diri sendiri 4, 10, 13, 23, 25 5
3 Mampu mengendalikan diri 2, 3, 11, 21, 21 5
4 Berfikir positif 6, 12, 16, 18, 19 5
5 Memiliki harapan yang realistis 7, 8, 14, 17, 22 5
6. Analisis Data
a. Analisis Pendahuluan
Analisis ini digunakan untuk menghitung skor masing-masing variabel secara terpisah, sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing penelitian. Untuk analisis ini, penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut :
Keterangan :
P : Persentase perolehan F : Frekuensi
13
pengaruh intensitas bimbingan muhadhoroh dengan
kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI, dan sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Analisis
yang digunakan menggunakan teknik Product Moment dengan rumus
sebagai berikut:
∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
Koefisien korelasi X dan Y Perkalian X dan Y
X : Variabel Intensitas Shalat Berjama‟ah
Y : Jumlah kuadrat variable y Jumlah responden
Ʃ : Sigma (Jumlah)
Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya hipotesis yang telah diajukan berdasarkan analisis hipotesis. Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara variabel X dan Y
atau diperoleh nilai ha (hipotesis alternatif) dikonsultasikan pada
tabel pada taraf 5 % atau 1 %.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terbagi dalam 5 Bab yang kami uraikan sebagai berikut :
Pada bab ini akan dipaparkan tentang ; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, kegunaan penelitian, definisi operasionan, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Pada bab ini akan dipaparkan landasan teori yang berkaitan dengan
variabel-variabel penelitian tentang intensitas bimbingan
muhadhoroh, rasa percaya diri dan juga hubungan intensitas
bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di
depan publik pada santri kelas 1 KMI.
Bab III Laporan Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dipaparkan tentang lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam Surakarta, struktur organisasi pendidik dan
organisasi santri, ektra muhadhoroh, data responden dan data hasil
penelitian tentang hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh
dengan rasa percaya diri berbicara di depan publik pada santri
kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta
15 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
Untuk memperoleh sebuah hasil yang maksimal dalam sebuah kegiatan, tentunya diperlukan sebuah pengawasan dan juga bimbingan. Pengawasan bertujuan untuk mengamati dan juga menyermati setiap kegiatan individu, sedangkan bimbingan diperlukan untuk membantu dan mengarahkan. Kedua kegiatan ini akan sangat membantu seseoang dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki, dan juga bermanfaat untuk membatu kendala-kendala yang dialami dalam kegiatan.
1. Pengertian Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
Kata intensitas menurut Poerwadarminto (1982: 62) berasal dari kata intens yang berarti kuat, hebat, giat, rutin. Menutrut Nurkholif
Hazim (2005: 191), bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang
dikerahkan untuk suatu usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat
dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan. Perkataan intensitas sangat erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya
Pengertian intensitas juga mencangkup perilaku yang bersikap rutinitas artinya seseorang yang memiliki semangat yang tinggi maka ia akan melakukan perbuatan secara rutin, frekuensinya tinggi maupun serius, dimana dalam penelitian ini intensitas berkaitan dengan kegiatan bimbingan muhadhoroh
Menurut Walgito (2010:6) Bimbingan merupakan suatu pertolangan yang menuntun. Bimbingan mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya.
Menurut Sukardi (1993:3) bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (seseorang) atau kelompok (sekelompok orang) agar mereka itu dapat mandiri, melalui berbagai bahan, interaksi, nasihat, gagasan, alat dan asuhan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.
17
Dari uraian-uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian bimbingan adalah sebuah upaya untuk memberikan bantuan kepada seseorang dalam jumlah kecil ataupun banyak untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki. Dan juga membantu
dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dialami dalam
mengembangan potensi diri.
Istilah muhadhoroh dalam bahasa Arab berasal dari kata
hadhoro -yahdhuru yang berarti hadir, mendapat imbuhan mim dalam
mashdar menjadi muhadhoroh yang artinya ceramah atau pidato (al-Munawir 1984:294). Dalam bukunya Yunus Hanis mengatakan
pidato bisa disamakan dengan retorika (Yunani) atau public speaking
(Inggris). Pidato merupakan seni penyampaian berita secara lisan yang isinya bisa berbagai macam (Yunus, 2004:7).
Dalam kitab Ushulu at-Tarbiyah wa at-Ta’lim, muhadhoroh
memiliki arti yang luas yaitu penjelasan sesuatu dengan cara lisan tanpa adanya diskusi dan keikutsertaan pendengar dengan pemateri, kecuali hanya untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal yeng penting, tanpa memperbolehkan pendengar untuk bertanya selama penjelasan.
mengetahui, memahami, menerima serta diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan kepada mereka (Rumpoko, 2012:12).
Menurut penulis muhadhoroh merupakan suatu kegiatan untuk
melatih seseorang berorasi atau berpidato di depan orang banyak.
Kegiatan untuk mengasah keterampilan seseorang dalam
menyampaikan pesan-pesan agama ataupun orasi-orasi lainya, supaya menjadikan seseorang lebih berani dan terampil dalam berbicara di depan orang banyak.
Selanjutnya dari uraian tentang bimbingan dan muhadhoroh
penulis mengartikan bimbingan muhadhoroh adalah bantuan untuk
mengembangkan keterampilan seseorang dalam berbicara atau berpidato dan juga membatu dalam menghadapi kendala-kendala yang menghambat selama proses kegiatan.
2. Dasar Bimbingan Muhadhoroh
a. Firman Allah dalam Al-qur‟an
ِرْصَعْلا َو
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran. (al-'Ashr: 1-3)Surat ini Allah SWT menyinggung seluruh umat manusia, seperti
19
benar-benar berada dalam kerugian”. Namun dalam ayat ketiga Allah
SWT memberikan pengecualian untuk orang-orang beriman yang mngerjakan amal sholeh dan juga saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Hendaknya dalam kehidupan sehari-hari sesama umat manusia untuk salang menasehati dan juga membimbing tentang kebaikan untuk meningkatkan kwalitas kebaikan setiap manusia.
Sebagai sesorang yang lebih dahulu memahami tentang kajian-kajian berpidato dan juga lebih berpengalaman dalam menyampaikan pidato, hendaknya memberikan bimbingan dan arahan kepada juniornya, supaya menjadikan ilmu yang pernah diperoleh dapat bermanfaat bagi orang lain. Dan juga untuk menasehati dalam kebaikan.
Dalam menyampaikan bimbingan seorang pembimbing
hendaknya menggunakan cara-cara yang baik dan juga bijak, supaya menjadikan individu lebih mudah menyerap materi yang disampaikan. Seperti yang tertera dalam Surat An-Nahl ayat 125 :
َج َو ِةـَنَسَحْلا ِةـــَظِع ْوَمْلا َو ِةَمْكِحْلاِب َكِّبَر ِلـــٌِْبَس ىـٰلِا ُعْدُا
ْلِدا
ًَِه ًِْتَّلاِب ْمُه
ُنـَس ْحَا
َنٌِْدـــــَتْهُمْلاِب ُمَلْعَا َوُه َو هِلـــٌِْبَس ْنَع َّلَض ْنَمِب ُمَلْعَا َوُه َكَّبَر َّنِا
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang
Ayat ini menerangakan tentang ajak kepada orang lain untuk mengikuti perintah Allah SWT dan menerangkan kebaikan. Kaitanya
dengan bimbingan muhadhoroh adalah untuk memberikan pelayanan
ataupun bantuan kepada orang lain, jika dalam proses bimbingan
terjadi kendala-kendala atau masalah-masalah maka dalam
21
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad Al Marwazi berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah berkata, telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri berkata, telah mengabarkan kepada kami Salim bin 'Abdullah dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin." Al Laits menambahkan; Yunus berkata; Ruzaiq bin Hukaim menulis surat kepada Ibnu Syihab, dan pada saat itu aku bersamanya di Wadi Qura (pinggiran kota), "Apa pendapatmu jika aku mengumpulkan orang untuk shalat Jum'at?" -Saat itu Ruzaiq bertugas di suatu tempat dimana banyak jama'ah dari negeri Sudan dan yang lainnya, yaitu di negeri Ailah-. Maka Ibnu Syihab membalasnya dan aku mendengar dia memerintahkan (Ruzaiq) untuk mendirikan shalat Jum'at. Lalu mengabarkan bahwa Salim telah menceritakan kepadanya, bahwa 'Abdullah bin 'Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut" Aku menduga Ibnu 'Umar menyebutkan: "Dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta bapaknya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya."(Hr Bukhari)
Hadist ini singkatnya menerangkan tentang setiap manusia adalah pengembala (pemimpin) dan setiap pengembala (pemimpin) bertanggung jawab atas apa yang digembala (dipimpin). Salah satu tujuan dari seorang pimimpin adalah membimbing bawahannya. Bimbingan dari pemimpin diharapkan mampu membawa perubahan posifit dari bawahanya.
Kaitannya dengan bimbingan muhadhoroh, arti kata pengembala
membantu segala sasuatu yang menghambat perkembanagan peserta bimbingannya. Dan juga bertanggung jawab dalam mendampingi dan mengawasi setiap kegiatan dalam muhadhoroh, untuk mengembakan keterampilan dalam berbicara di depan orang banyak, seperti seorang pengembala yang bertanggung jawab atas hewan-hewan yang digembalanya.
3. Tujuan Bimbingan Muhadhoroh
Bimbingan Muhadhoroh dapat diartikan pula sebagai bimbingan
karir yang mana bertujuan membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menemukan pejalanan hidupnya dan mengembangkan karier ke arah yang dipilihnya secara optimal dan memberikan gambaran yang utuh tentang persyaratan suatu jabatan tertentu sehingga siswa dapat memahami diri, mampu menentukan arah pilihan karir dan pada akhirnya membantu siswa dalam merencanakan masa depannya. (Rahma , 2010).
Bimbingan dibutuhkan untuk lebih membantu setiap individu dalam memahami kegunaan kegiatan tersebut. Adapun tujuan bimbingan menurut Yusuf (2008) agar individu dapat :
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, pekembangan karir
serta kehidupannya dimasa yang akan datang.
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki
23
c. Menyesuaaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerja.
d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja
4. Fungsi Bimbingan Muhadhoroh
Bimbingan muhadhoroh juga merupukan bagian dari
ektrakulikuler sekolah. Maka dalam buku Panduan Pengembangan Diri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan diri, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
B. Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
1. Pengertian Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
Percaya diri (self confidence) menurut Maslow (2004:24) rasa
percaya diri diawali dari konsep diri. Percaya diri (al-tsiqqoh bi
an-nafs) merupakan sumber potensi utama dalam kehidupan (Jannah,
2003:10). Dan berikut pengertian percaya diri menurut para ahli :
Kepercayaan diri menurut Zakiyah Darajat (1995:25) percaya kepaada diri sendiri ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang dilalui sejak kecil. Orang yang percaya diri dapat mengatasi segala faktor-faktor dan situasi, mungkin frustasi, bahkan mungkin frustasi ringan sama sekali. Tetapi sebaliknya orang yang kurang percaya diri akan sangat peka terhadap bermacam-macam situasi yang menekan.
Menurut W.H Miskelll (Sarastika, 2014:50) percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki serta, serta dapat memanfaatkan secara tepat.
Menurut Thantaway (Sarastika, 2014:50) percaya diri adalah kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.
25
pandangan tentang diri dan situasi mereka. Sikap tersebut berarti bahwa orang-orang yang percaya diri mampu menempatkan kepercayaan terhadap kemampuan dan keputusan mereka.
Menurut Wijaya (2013:65) Percaya diri adalah sesuatu yang dinamis, ia bisa naik dan turun, berubah dan bekembang. Ditentukan oleh dinamika, posisi, kondisi, dan situasi anda kala itu. Hal terpenting yang harus dilakukian adalah menjaganya agar tetap berada ditingkat yang optimal dan sehat. Percaya diri akan menghilangkan rasa takut dalam diri, yang hanya akan menghambat jalannya suatu komunikasi. Juga akan mengantar anda untuk belajar dan menjadi lebih baik.
Dari uraian para ahli di atas, kepercayaan diri penulis artikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki diri sendiri dan berani dalam mengekspresikan kemampuan yang dimiliki tersebut. Untuk dapat percaya diri berbicara di depan orang banyak setiap individu harus yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan percaya akan potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasa Kepercayaan Diri Berbicara
di Depan Publik
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Ghufron, 2010 24-27): a. Faktor internal, meliputi:
Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya individu yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.
2) Harga Diri
Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi individu yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.
3) Kondisi Fisik
27
4) Pengalaman Hidup
Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Apalagi jika pada dasarnya individu memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.
b. Faktor Eksternal Meliputi: 1). Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi percaya diri individu. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan. 2). Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga didapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.
Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi.
Berdasarkan paparan di atas faktor-faktor yang
memengaruhi kepercayaan diri berbicara di depan publik dapat dibagi menjadi dua yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi konsep diri, harga diri, kondisi fisik, dan
pengalaman hidup. Sedangkan faktor eksternal meliputi
pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan. Dengan demikian
intensitas bimbingan muhadhoroh merupakan salah satu faktor
eksternal yang bersumber dari pendidikan dan lingkungan.
3. Ciri-Ciri Sikap Percaya Diri
Mastuti (2008:14-15) berpendapat ada beberapa ciri atau karakteristik individu yang memiliki rasa percaya diri yang proposional, diantaranya :
a. Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri hingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau rasa hormat dari orang lain.
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sifat konformis demi diterima
29
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain dan berani
menjadi diri sendiri.
d. Memiliki pengendalian diri yang baik, mimiliki internal locus of
control dimana seseorang memandang keberhasilan atau kegagalan tergantung dari usaha diri sendiri tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung dan mengharap bantuan datri orang lain.
e. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang
lain dan situasi di luar dirinya.
f. memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri, sehingga
apabila harapan tersebut tidak terwujud maka seseorang tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
4. Upaya-Upaya Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara
Didepan Publik :
a. Sikap Badan
Sikap badan saat berpidato tegak. Sikap ini dilakukan saat berpidato dengan duduk ataupun berdiri. Sikap badan tegak menunjukkan pembicaraan bersemangat tinggi, percaya diri, dan besungguh-sungguh. Pandangan mata sebaiknya mengarah kepada pendengar.
b. Pengaturan Suara
suara juga berkaitan dengan lambatnya suara. Dengan demikian, suara dapat berirama dan enak didengar. Suara yang berirama dapat menggugah minat pendengar. Pembicara juga harus memerhatikan kejelasan suara (pelafalan). Kejelasan suara dapat mempermudah pendengar memahami isi pidato.
c. Kewajaran Sikap dan Gaya
Pembicara sebaiknya menjaga kewajaran sikap saat berpidato. Sikap dan gaya berlebih-lebihan mengurangi perhatian pendengar. Bersikaplah wajar dan tidak berlebih-lebihan.
d. Penyesuaian Gerak, Gaya, Mimik, dan Suara
Pembicara tampil dengan gaya dan inotasi suara yang bervariasi. Pembicara perlu memerhatikan penyesuaian dan perubahan gaya. Tetap utamakan kewajaran dan ketetapan berpidato.
5. Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik :
Menurut Mahendra (2011:77-78) cara-cara meningkatkan percaya diri dengan cara berikut:
a. Selalu berfikir positif dan jangan berfikir negatif terhadap apa
yang ada pada diri sendiri dan tanamkan keyakinan bahwa kita lebih baik dari apa yang ada dalam pikiran.
b. Selalu memberi informasi positif terhadap diri dengan demikian
akan merangsang conscious (pikiran sadar) dan sub concious
31
c. Cari dan temukan lingkungan yang dapat membuat self esteem
atau percaya diri berkembang dengan memperbanyak membaca buku-buku positif ataupun buku-buku tentang motivasi dan bergaulah dengan orang-orang yang positif. Tentukan arah dan tujuan hidupdengan membuat gol-gol kecil yang akan mengantarkan individu mencapai sebuah tujuan.
d. Sikapi kegagalan dengan bijaksana, karena tidak penting
seberapa banyak kegagalan, tetapi seberapa sering bangkit dari kegagalan.
Intensitas bimbingan muhadhoroh merpukan media pelatihan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri berbicara di depan publik.
C. Hubungan Intensitas Bimbingan Muhadhoroh dengan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
Dalam penelitian sebelumnya oleh Sholahuddin (2014) menemukan
bahwa kegiatan Muhadhoroh Diniyah meningkatkan prestasi belajar siswa.
Nilai rata-rata dari muhadhoroh sebesar 70,3, sedangkan nilai rata-rata prestasi yang diperoleh siswa sebesar 75,87. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung sebesar 0,424 dan termasuk kategori sedang atau cukupan (nilai r hitung pada rentang 0,40-0,47) dengan KD sebesar 17,97%.
Maka terdapat hubungan antara kegiatan muhadhoroh diniyah dengan
Penelitian di atas mengungkapkan relasi hubungan antara kegiatan
muhadhoroh diniyah dengan prestasi belajar. Sementara skripsi ini meneliti
tentang hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan
diri berbicara di depan publik.
Penelitian kedua dilakukan oleh Fuadiyah (2015) tentang menejemen
pelatihan khitobah dalam meningkatkan kemampuan santri menjadi
muballigh profesional di Pondok Pesantren Salaf Tahfidz Al-Qur‟an Al Arifiyyah Pekalongan. Pendekat yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kwalitatif. Penelitian ini mengungkap menejemen
pelatihan khitobah dalam meningkatkan kemampuan santri menjadi
muballigh profesional. Menejemen pelatihan khitobah memengaruhi
kemampuan santri menjadi muballigh profesional dengan cara, pertama,
santri diajarkan cara menentukan sasaran dan tujuan khitobah. Kedua
pengorganisasian dalam pelatihan khitobah yang tertata rapi, dengan cara
pembagian santri menjadi beberapa kelompok dan kemudian dibagi tugas.
Ketiga adalah adalah penggerakan. Penggerakan dalam pelatihan khitobah
di pondok pesantren Al-Arifiyah cukup efektif dengan cara pemimpin pondok pesantren memberikan motivasi kepada santri dan pengurus, kemudian pengurus memberikan bimbingan kepada pelaksana pelatihan
khitobah melalui dialog dan tanya jawab, serta menerjunkan para santri
yang telah berhasil mengikuti pelatihan khitobah ke dalam ranah masyarakat
umum setiap bulan ramadhan atau satu tahun sekali, sebagai output dari
33
yang terakhir yaitu dengan mengevaluasi semua kegiatan yang ada dengan cara pengurus mengadakan rapat untuk mengetahui bagaimana hasil dari
pelaksanaan pelatihan khitobah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren
Salaf dan Tahfidzul Al-Qur‟an Al-Arifiyyah.
Penelitian di atas menggunakan pendekatan kwalitatif dalam
mengungkap menejemen pelatihan khitobah untuk meningkatkan
kemampuan santri menjadi muballigh profesional. Sedangkan dalam
penelitian ini berupaya mengungkap peran intensitas bimbingan
muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri berbicara di depan
publik pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Apriani (2011) tentang upaya peningkatan kemampuan berbicara di depan umum melalui teknik sosiodrama pada siswa SMA negeri 11 Yogyakarta, menunjukkan bahwa penerapan teknik sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum siswa kelas XC SMA Negeri 11 Yogyakarta. Hasil uji pre test dan post test menggunakan Tes Wilcoxson diketahui bahwa skor rata-rata aspek mampu melakukan proses komunikasi di depan umum secara lisan dari 52,5 (28,47%) menjadi 57,25 (31,1%), aspek berbicara sesuai topik dari 25,41 (13,80%) menjadi 25,75 (13,99%), dan aspek berbicara untuk menyampaikan tujuan dari 26,08 (14,17%) menjadi 31,38 (17,05%).
sedangkan pada penelitian ini kepercayaan diri berbicara di depan publik
diprediksi dapat ditingkatkan melalui intensitas bimbingan muhadhoroh.
Pesantren sebagai salah satu tempat untuk memperoleh sarana pendidikan dewasa ini sudah menjadi tempat yang menjadi andil dalam mengembangkan potensi peserta didik. Terlebih pesantren-pesantren sekarang banyak yang menggunakan sistem pesantren moderen di mana tidak hanya pendidikan-pendidikan keagamaan saja yang diajarkan, namun juga mengembangkan ektrakulikuler untuk mengembangkan minat bakat dan potensi peserta didik.
Dalam mengembangkan potensi peserta didik peran seorang pembimbing sangat dibutuhkan. Selain memberikan bantuan dalam kesulitan-kesulitan yang dialami, peran pembimbing dalam mengawal perkembangan peserta didik sangat memegaruhi. Pembimbing juga menjadi tauladan untuk peserta didiknya dalam mengembangkan minat dan bakat.
Bimbingan muhadhoroh sebagai layanan bantuan kepada peserta agar mereka dapat mengenal dirinya dan memecahkan masalah-masalah dalam berbicara di depan orang banyak dan sebagai masukan-masukan untuk
melaksanakan perencanaan dimasa depannya berdasarkan minat,
35
Bimbingan muhadhoroh juga mengembangkan kesehatan mental
murid. Kesehatan mental seperti yang dikatakan Zakiyah Darajat (1983:13) adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta
terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa. Bimbingan muhadhoroh yang
diperoleh peserta didik akan menambah kesehatan mental mereka berkembang, sehingga menambah kepercayaan diri mereka dalam berbicara di depan publik.
Bimbingan muhadhoroh juga sebagai stimulus untuk mengembangkan
kepercayaan diri berbicara di depan publik. Apabila sering dilatih untuk berbicara di depan publik maka kepercayaan diri seseorang akan lebih tinggi. Seperti teori yang dikemukakan oleh Thorndike (1874-1949) dalam Teori Behaviorisme tentang Hukum Latihan (law of exercise) bahwa untuk memperoleh hasil yang memuaskan maka diperlukan latihan yang berulang-ulang. Latihan dan pengulangan dilakukan untuk mencapai kemahiran,
seperti pada slogan practice make perfect. Maka hukum yang digunakan
adalah The Law Of Use, yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan
atau koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi kuat bila sering digunakan. Dengan kata lain bahwa hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi kuat semata-mata karena adanya latihan. Dari sinilah peran
intensitas bimbingan muhadhoroh berpengaruh pada kepercayaan diri
Intensitas Bimbingan
Muhadhoroh
Pengembangan diri dan karir
Kemampuan sosial
Dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri peran motivasi tidak bisa dipisahkan, karena tanpa motifasi dan tujuan tertentu kemungkinan rasa percaya diri belum dapat terwujud. Motifasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari diri seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara istilah motivasi adalah sesuatu yang mendorong jiwa kita untuk bergerak. Secara umum motivasi itu semangat, spirit, atau sesuatu yang membuat mau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Lestari, 2007:89).
37
38 BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Ta’mirul Islam
Pada hakekatnya Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ini telah
direncanakan sejak berdirinya Masjid Tegalsari Surakarta pada tanggal 28 Oktober 1928 oleh para ulama yang berada di Kampung Tegalsari. Namun cita-cita suci tersebut tidak dapat terwujud dikarenakan suatu hal yang tidak memungkinkan, yang pada saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda.
Tahun 1968, cita-cita untuk mendirikan pondok pesantren mulai
dirintis dengan dibentuknya Yayasan Ta‟mirul Masjid Tegalsari Surakarta.
Yayasan ini kemudian mendirikan SD dan diberi nama SD Ta‟mirul Islam
Surakarta. Dan pada tahap perkembangannya, pada tahun 1979 didirikan
SMP Ta‟mirul Islam.
Untuk menjawab tantangan zaman dan harapan masyarakat sekitar,
pada tanggal 14 Juni 1986 Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta
resmi berdiri dengan diawali kegiatan berupa Pesantren Kilat atau yang populer disebut Pesantren Syawal, karena dilaksanakan pertama kali di bulan Syawwal.
39
a. KH. Naharussurur
b. Hj. Muttaqiyah
c. KH. Muhammad Halim, SH.
d. Muhammmad Wazir Tamami, SH.
Keberadaan pondok di tengah-tengah Kampung Tegalsari ini disambut baik oleh masyarakat sekitar pondok maupun masyarakat luas.
Khususnya bagi mereka yang ingin mempelajari dan menelaah ilmu-ilmu
duniawi serta ukhrawi, mengingat manusia tidak bisa dipisahkan oleh dua hal ini
Kulliyatul Mu’allimin/at Al-Islamiyyah (KMI) Adalah pendidikan setara SMU yang ditempuh selama 6 tahun untuk lulusan SD/MI dan 4
tahun untuk lulusan SMP/MTs. Sesuai SK Mendiknas
No.240/C/KEP/mn/2003, ijazah KMI tersebut dapat digunakan untuk mendaftar di perguruan tinggi negri maupun swasta tanpa harus mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN). Dalam sejarah perjalanannya, KMI pada
awalnya merupakan singkatan dari Kulliyatul Mujahidin Al-Islamiyyah,
kemudian pada tahun 2003 berubah nama menjadi Kulliyatul Mu’allimin Al
-Islamiyyah sampai sekarang.
2. Identitas Sekolah
Nama sekolah : KMI TA‟MIRUL ISLAM
Jenjang sekolah : Setara SMU
Alamat sekolah : Jln. KH Samanhudi No. 03
Telp/Fax : (0271) 741310
Email : pptakmirulislam@gmail.com
Website sekolah : http://pp-takmirulislam.com
Kelurahan : Bumi
Secara geografis Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam beralamatkan di
Jln. KH. Samanhudi No. 3 Kampung Tegalsari, Kelurahan Bumi, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah.
4. Visi dan Misi
a. Visi
Mencetak kader ulama „amilin yang menjadi perekat umat
berbasis sanad sehingga tercipta generasi Rabbi Raḍya.
b. Misi
1) Memperbaiki serta meningkatkan akhlaq para penerus bangsa.
Hal ini merupakan kelebihan pondok pesantren dari lembaga
pendidikan lain yaitu keuntungan yang bersifat batiniyah dan
41
2) Mempersatukan dan mempererat hubungan antar ummat. Untuk
itu Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam berkedudukan untuk
semua golongan dan tidak dibawah satu golongan.
3) Membentuk generasi yang Tarbawi dan Islami
5. Motto dan Panca Jiwa
a. Motto
Adapun motto yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Ta‟mirul
Islam selama mendidik para santrinya adalah:
1) Iso Ngaji Lan Ora Kalah Karo Sekolah Negeri. Dengan motto
ini diharapkan santri dapat memperdalam ilmu-ilmu yang bersifat ukhrowi maupun duniawi.
2) Al-Qur‟an Taajul Ma‟had yang dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti Al-Quran adalah Mahkota Pondok. Motto ini mendorong para santri untuk dapat menerapkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga apa yang dilakukan santri diharapkan selalu sesuai dengan Al-Quran.
3) Al-Lughotul Libaasul Ma‟had yang dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti Bahasa adalah Pakaian Pondok. Dengan menggunakan Bahasa Arab dan Inggris sebagai pengantar dalam kegiatan keseharian di Pondok, diharapkan semua santri mampu mendalami semua disiplin ilmu. Karena kedua bahasa tersebut telah menjadi bahasa internasional.
Disamping motto yang ada, Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam
mempunyai Panca Jiwa yang menjadi ruh pondok dalam setiap aktivitas sehari-hari. Lima jiwa itu adalah :
1) Jiwa Keikhlasan
Bisa berarti Sepi Ing Pamrih, Bukan karena didorong oleh
keinginan mencari keuntungan tertentu, tapi semata-mata karena Allah swt. Hal ini meliputi segenap kehidupan di Pondok. Guru/Ustadz ikhlas dalam mengajar dan para santri pun ikhlas dalam belajar.
2) Jiwa Kesadaran.
Segenap pengasuh, ustadz maupun ustadzah serta para santri dalam melaksanakan peran masing-masing dengan penuh kesadaran. Semua harus mengetahui dan sadar akan keberadaan dan tugas-tugasnya.
3) Jiwa Kesederhanaan.
Kehidupan di pondok diliputi suasana kesedehanaan tapi agung. Sederhana belum tentu pasif atau miskin, tetapi sederhana mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati dalam menghadapi perjuangan hidup dengan kesulitan.
4) Jiwa Keteladanan.
kakak-43
kakaknya yang baik dan begitu seterusnya. Sehingga satu sama lain saling meneladani dalam hal kabaikan.
5) Jiwa Kasih Sayang.
Kasih sayang menjadi ruh Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam
dalam pendidikan. Kesombongan, kebodohan, kemalasan, dan kemarahan hanya dapat diluruskan dengan kasih sayang. Kasih sayang yang benar yang tidak menghalangi ditegakkan disiplin dan peraturan. Seorang anak yang mendapatkan sangsi dari pengasuhnya, bukanlah sedang dihukum karena dendam atau kemarahan, tetapi semata-mata adalah untuk perbaikan dengan penuh kasih sayang
6. Organisasi Sekolah
Adapun organisasi sekolah yang tersusun pada tahun ajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut:
Wadir Kesiswaan : Imam Syaifuddin, S.Pd.I
Wadir Sarpras : Agus Styawan
Kepala Lab. IPA : Surono, S.Pd
45
7. Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam
Dalam menyelenggarakan pengajaran tidak lepas dari peran seorang guru/ustadz yang selalu membaktikan ilmu, waktu dan tenaga guna mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang baik. KMI Pondok
Pesantren Ta‟mirul Islam Putra memiiki 51 guru/ustadz, berikut ini para nama staff guru/ustadz dan mata pelajaran yang diampunya :
Tabel 3.1
Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam
NO NAMA MAPEL
1 K.H.Muhammad Halim, S.H Tafsir
2 H. Wazir Tamami, S.H Mahfudzot
3 Sunardi Sujani, S.Th.I., M.Pd.I Hadist
4 H.Muhammad Ali Faroidh
5 Fatih Samadi, S.Ag., M.S.I Ushul Fiqh
6 Jumari, S.Ag Tarikh Islam
7 Agus Setio Budhi, S.Ag Nahwu
8 Husnul Khotimah, A.Md Akutansi
9 Sukron Makmun, S.Ud. Hadist
10 Suwarto, S.Ag Ushulul Qur‟an
11 Suwardi, S.Ag., M.S.I Komputer
12 K.H.Mohammad 'Adhim, S.Ag.,
M.Pd Tarbiyah
13 Agus Prayitno, S.Pd Ekonomi, Sosiologi
14 Taufik Saleh, S.H.I Nahwu
15 Surono, S.Pd Biologi
17 Supriyono, S.Pd.I., M.Pd.I B. Indonesia
18 Muh. Sholeh, S.S Tajwid
19 Prihanto, S.Pd.I., M.A Ushul Fiqh
20 M. Hasbi Shidiq Tarbiyah
21 Ya'kub (Warsito) Fiqh
22 Abdurrohman Isnaini Kimia
23 Muhammad Hatta, S.Pd Matematika
24 Tri Agus Santoso, S.Pd.I Fiqh
25 Nurrohmat B. Inggris
26 Kafin Jaladri, S.Pd.I, M.A. Muthola‟ah
27 Annis Muhammad, S.Pd.I B. Indonesia
28 Imam Syaifuddin, S.Pd.I Mahfudzot
29 Ahmad Rizal Tamrin
30 Bakti Prayitno, S.Pd.I Tarikh Islam
31 Aziz Faizin, S.Pd.I Grammar
32 Agus Setiawan Tamrin
33 Muh. Nur Rochim M, S.Pd.I Grammar
34 M. Kholid Ramadanzi Nahwu
35 Ihsan Haris Syuhada Khot
36 Rachmat Faisal, S.Pd.I B. Inggris
373 Jeihan Qubbah El-Fairuz, S.Pd Fisika
38 Fursan Fikri, S.Psi IPS
39 Ahmad Rusmanto Tamrin
40 Ahmad Halim Alqosasi Matematika
41 Nugroho Nur Bawono Tafsir
47
43 Maulana Malik Irkas Insya‟
44 Fan Al-Muttaqin Khot
45 Danang Arif Wibowo Tariks Islam
46 Ahsanul Fikri B. Inggris
47 Asrof Multazam Insya‟
48 Muhalim Ulinuha A Imla‟
49 Hasan Ali Asy-Syafi'i Hadist
50 Ridwan Yacob Tajwid
51 Muhammad Ibrahim Halim Mahfudzot
8. Data Santri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam
Data santri KMI Putra Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam pada
tahun ajaran 2015-2016 berjumlah 332 santri terdiri dari 17 kelas dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.2
Data Santri KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam
10 3 C 20 Tri Agus Santoso, S. Pd.I., M.P.I
9. Data Sarana dan Prasarana
Guna menunjang kegiatan belajar dan mengajar di Pondok Pesantren Ta'mirul Islam menyediakan sarana dan prasarana antara lain:
a. Masjid Al-Kahfi.
b. Gedung Al-Mursyid sebagai pusat belajar mengajar.
c. Perpustakaan.
d. Laboratorium IPA.
e. Laboratorium komputer.
f. Lapangan Waro‟a dan Gedung Salam Rahamah sebagai sarana olahraga.
10. Daftar Responden
Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil
49
12 A15.1575 Muh Alfiansyah Gymnastiar 1 A
13 A15.1579 Muhammad Kafin Rozinun Yafi 1 A
20 A15.1533 Adhitya Ayesayoga Wibowo 1 B
22 A15.1538 Ahmad Sa'id Khoirurrozak 1 B
23 A15.1543 Bimo Bagus Satriyo 1 B
24 A15.1567 Muh Sulthan Hanan Arridho 1 B
25 A15.1571 Muhammad Abdan Syakura 1 B
26 A15.1580 Muhammad Khoirul Musta'in 1 B
27 A15.1589 Naufal Hakim 1 B
28 A15.1593 Paundra Satria Dirgantara 1 B
51
53 A15.1565 Mochammad Ardian Saputra 1 D
54 A15.1573 Muhammad Abdullah Fakih 1 D
1. Data Tentang Jawaban Angket Intensitas Bimbingan
Muhadhoroh
Dalam pengumpulan data tentang intensitas bimbingan
responden. Adapun hasil dari penyebaran angket intensitas bimbingan
muhadhoroh dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 3.4
Daftar Jawaban Angket Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
47 3 3 3 3 2 2 2 2 3 23
48 3 3 3 3 2 2 2 2 3 23
49 3 3 3 3 3 3 3 2 2 25
50 3 3 3 2 2 2 2 2 2 21
51 1 1 2 1 1 1 1 1 2 11
52 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
53 3 3 3 3 2 3 3 3 3 26
54 3 3 3 3 2 3 2 3 2 24
55 3 3 3 3 2 2 1 2 1 20
56 3 3 3 3 2 3 3 2 3 25
57 2 2 3 2 1 1 2 3 2 18
58 3 3 3 3 3 2 2 3 2 24
59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
60 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
61 3 3 3 3 2 2 2 2 1 21
2. Data Tentang Jawaban Angket Kepercayaan Diri Berbicara di
Depan Publik
55
Tabel 3.5
Daftar Jawaban Anget Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
57
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
Analisis data bertujuan untuk membuktikan hipotesis mengenai variabel penelitian yang ditetapkan sebelumnya yaitu menguji apakah ada
pengaruh dari intensitas bimbingan muhadhoroh terhadap kepercayaan diri
berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam Surakarta.
Perolehan data angket yang penulis sebarkan pada 61 orang responden. Dari sejumlah responden tersebut diperoleh data mengenai variabel intensitas bimbingan muhadhoroh dan kepercayaan diri berbicara di
depan publik. Data mengenai intensitas bimbingan muhadhoroh merupakan
variabel X, sedangkan data kepercayaan diri berbicara di depan publik merupakan variabel Y. Pengolahan data dilaksanakan setelah data terkumpul. Penulis menggunakan analisis kuantitatif atau analisis data yang bersifat statistik dengan melalui dua tahap yaitu tahap analisis pendahuluan dan analisis hipotesis.
nilai dari r hitung lebih besar dari r tabel dan sebaliknya jika r hitung
lebih kecil dari pada r tabel maka aitem pertanyaan dinyatakan tidak valid.
Angket tentang intensitas bimbigan muhadhoroh yang telah
disebarkan kepada responden berisikan sembilan butir aitem soal. Dengan
bantuan program komputer kesembilan butir soal tersebut diperoleh nilai r
hitung : 0,7227, 0,7153, 0,5241, 0,7405, 0,6534, 0,7236, 0,6558, 0,3417,
0,5666. Berdasarkan pendapat Sudjana (2002:225) jika r hitung lebih besar
dari r tabel maka suatu aitem soal dikatakan valid. Maka kesembilan butir
soal tersebut lebih besar dari r tabel (0,2480) dengan demikian kesembilan
butir soal dinyatakan valid.
Tabel 4.1
Hasil Analisa Butir Soal Angket Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
Item Soal r Hitung r Tabel Keterangan
Angket tentang kepercayaan diri berbicara di depan publik berisikan dua puluh lima butir aitem soal. Dengan bantuan program komputer
keseluruhan butir soal tersebut diperoleh nilai r hitung : 0,4955, 0,4803,