• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK

PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN

TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

DIAN FAISHAL RAHMAN

111 11 220

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

ii

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH

DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK

PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN

TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

DIAN FAISHAL RAHMAN

111 11 220

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vi

MOTTO

َنٌِنِم ْؤُّم مُتنُك نِإ َن ْوَلْعَ ْلْٱ ُمُتنَأ َو ۟اوُنَزْحَت َلَ َو ۟اوُنِهَت َلَ َو

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati,

sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.”

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya, saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Bapak dan Ibu, yang tidak pernah berhenti mendo‟akan untuk kesuksesanku.

2. Ibu Muna Erawati, M.si, yang telah membimbing skripsi ini mulai

dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran.

3. Mas Najib, Memet dan saudara-saudara N 90.

4. Teman-teman Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011, khususnya

PAI F.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Hubungan Antara

Intensitas Bimbingan Muhadhoroh Dengan Kepercayaan Diri Berbicara Di Depan Publik Pada Santri Kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

Surakarta”.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga

(10)

ix

4. Ibu Muna Erawati, M.si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai

ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan

serta bantuan.

7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing

serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga

dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 31 Maret 2016 Penulis

(11)

x ABSTRAK

Rahman, Dian Faishal. 2016. Hubungan Antara Intensitas Bimbingan Muhadhoroh

dengan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik Santri Kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Skripsi Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati, M.Si.

Kata kunci : intensitas bimbingan muhadhoroh, kepercayaan diri berbicara di depan publik.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan antara intensitas bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Rumusan masalah yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana intensitas bimbingan muhadhoroh

santri kelas 1 Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta? (2) Bagaimana kepercayaan diri santri kelas 1 KMI dalam berbicara di depan publik? (3) Adakah hubungan antara intensitas bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kuantitatif, jenis penelitian berupa korelasional, dan tekhnik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan angket, sebanyak 61 santri terlibat sebagai responden.

(12)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

D. Hipotesis Penelitian ... 6

E. Kegunaan Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional... 7

G. Metode Penelitian... 9

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ... 15

1. Pengertian Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ... 15

2. Dasar Bimbingan Muhadhoroh ... 18

3. Tujuan Bimbingan Muhadhoroh ... 21

4. Fungsi Bimbingan Muhadhoroh ... 22

B. Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 23

1. Pengertian Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 23

(13)

xii

3. Ciri-ciri Sikap Percaya Diri ... 28

4. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 29

5. Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik30 C. Hubungan Intensitas Bimbingan Muhadhoroh dengan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 31

BAB III HASIL PENELITIAN ... 37

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ... 37

2. Identitas Sekolah ... 38

3. Letak Geografis ... 39

4. Visi dan Misi ... 39

5. Motto dan Panca Jiwa ... 40

6. Organisasi Sekolah ... 42

7. Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ... 44

8. Data Santri Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ... 46

9. Data Sarana dan Prasarana ... 47

10.Daftar Responden ... 47

B. Penyajian Data ... 50

BAB IV ANALISIS DATA ... 56

A. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 56

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Indikator Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ... 11

TABEL 1.2 Indikator Kepercayaan Diri Berbicara di Dipan Publik ... 11

TABEL 3.1 Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ... 44

TABEL 3.2 Data Santri KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ... 46

TABEL 3.3 Data Responden... 48

TABEL 3.4 Daftar Jawaban Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ... 51

TABEL 3.5 Daftar Jawaban Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 54

TABEL 4.1 Hasil Analisa Soal Angket Intensitas Bimbingan Muhadhoroh .... 57

TABEL 4.2 Hasil Analisa Butir Soal Angket Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 58

TABEL 4.3 Reabilitas Instrumen ... 59

TABEL 4.4 Interval Tingkat Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ... 60

TABEL 4.5 Interval Tingkat Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ... 61

TABEL 4.6 Koefisien Pengaruh Bimbingan Muhadhoroh (X) Terhadap Kepercayaan Diri Berbicara Di Depan Publik (Y) ... 62

(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren adalah lembaga yang dikatakan merupakan proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional (Madjid, 1997). Pesantren atau orang-orang lebih sering menyebutnya dengan istilah pondok, menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti kata : Asrama atau tempat santri-santri belajar mengaji. Lebih luasnya pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada

dibawah kedaulatan dari leadher ship seorang atau beberapa orang kiai

dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal (Arifin, 1991 : 240).

Pesantren merupakan salah satu pendidikan klasikakal yang berkembang di Indonesia. Namun karena memiliki kekurangan ketidak jelasan masa santri belajar dan juga kurikulum yang terukur, pada tahun 1926 K.H Imam Zarkasy mewacanakan sebuah pesantren moderen yaitu perpaduan metode pengajaran yang bersifat klasikal dengan pelajaran yang bersifat vokasional seperti kesenian, keterampilan, olah raga dan pramuka (Burhanudin, 2006 : 72). Pesantren Moderen Gontor merupakan penggagas

(16)

pendidikan menengah selama enam tahun (setingkat dengan SMP dan SMA).

Berbagai jenis kegiatan juga mulai diperkenalkan di pondok

pesantren, salah satunya dengan mengadakan pelatihan muhadhoroh sebagai

salah satu metode pengkaderan muballigh dengan tujuan untuk membina santri-santri agar menjadi muballigh yang profesional. Untuk mengatasi problematika dakwah dimasa yang akan datang perlu dipersiapkan regenerasi baru yaitu seorang orator yang profesional. Untuk mencetak kader orator ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti mendirikan lembaga ataupun organisasi yang mengacu pada Islam sebagai sistem nilai dan kepemimpinan. Pembentukan kader pendakwah yang merupakan salah satu tujuan didirikannya pesantren, dimana pesantren-pesantren tersebut mengupayakan peningkatan kemampuan santri menjadi seorang orator yang professional dengan mengadakan suatu kegiatan khusus yaitu pelatihan khitobah. Dengan adanya tujuan tersebut, diharapkan para santri-santrinya mampu menjadi orator yang profesional dan mampu mengamalkan ilmu nya di masyarakat.

Di Solo, terdapat sebuah pondok pesantren dengan menggunakan sistem pesantren moderen. Pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren

Ta‟mirul Islam. Berdiri pada 14 Juni 1986 Pesantren ini di prakarsai oleh :

(17)

3

Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam memiliki serangkaian kegiatan

ektrakulikuler, namun kegiatan-kegiatan ini bersifat harus diikuti oleh

semua santri, yaitu : Pramuka, Muhadhoroh (pidato tiga bahasa) dan

Kegiatan Kebahasaan. Kepramukaan bertujuan untuk pendidikan

kemandirian dan pendidikan sosial. Kegiatan muhadhoroh untuk pendidikan

dakwah. Dan Kegiatan Kebahasaan untuk menambahpembelajaran santri dalam mengenal bahasa asing (Arab dan Inggris).

Kegiatan muhadhoroh adalah kegiatan berlatih pidato atau kegiatan

berbicara di depan umum atau bisa dikatakan sebagai publick speaking yang

dilakukan sitap minggunya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan santri khususnya dalam hal berpidato juga berdakwah, untuk mengasah keberanian dan juga mental santri dalam berbicara dihadapan banyak orang. Terlebih dalam Islam berdakwah merupakan sesuatu yang juga harus dilakukan seorang muslim. Yaitu mengajak orang lain untuk

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

(18)

Dalam kegiatan ekstrakulikuler muhadhoroh diperlukan bimbingan untuk memudahkan santri dalam mempersiapkan diri berlatih berpidato. Walaupun orang-orang yang akan dihadapi sudah sering bertemusapa namun masalah-masalah seperti malu, minder, gugup, dan kurang percaya diri menjadi serangkaian masalah yang sering dihadapi ketika hendak berbicara di depan umum. Maka perlu pelatihan dan juga bimbingan untuk menumbuhankan mental kepercayan diri para santri dalam berbicara di

depan publik. Dan kegiatan muhadhoroh ini sebagai sarana para santri

melatih mental mereka dalam berbicara di depan publik. Terlebih untuk santri kelas 1 KMI yang baru mulai mengikuti kegiatan ini. Mereka perlu untuk menyesuaikan dan juga lebih menyiapkan diri untuk dapat mengikuti kegiatan ini. Bimbingan dari kakak-kakak kelas sebagai pembimbing juga akan sangat membatu para santri dalam mengembangkan rasa percaya diri mereka.

Karena muhadhoroh merupakan kegiatan yang baru bagi santri kelas 1

KMI, kegiatan ini akan mengasah kepercayaan diri mereka untuk dapat berbicara di depan orang banyak, karena sebagian atau bahkan kebanyakan dari mereka belum pernah berpidato atau berorasi di depan orang banyak. Untuk itu kegiatan ini memerlukan bimbingan supaya santri dapat lebih percaya diri berbicara di depan publik. Percaya diri disini berarti tidak lagi canggung atau minder untuk berbicara didepan publik.

(19)

5

dimiliki, maka perasaan-perasaan minder, malu, ataupun takut untuk berbicara di depan orang banyak akan musnah. Rasa percaya diri inilah yang diperlukan untuk berbicara formal di depan orang banyak. Untuk mendapatkan antusias dari para pendengar. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat sampai maksutnya pada para pendengar.

Dari uraian diatas mendorong kami sebagai penulis untuk lebih jauh mengetahui pengaruh keikutsertaan santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren

Ta‟mirul Islam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler muhadhoroh terhadap pengembangan rasa kepercaya diri berbicara di depan publik. Dengan melakukan penelitian yang judul HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS

BIMBINGAN MUHADHOROH DENGAN KEPERCAYAAN DIRI

BERBICARA DI DEPAN PUBLIK PADA SANTRI KELAS 1 KMI

PONDOK PESANTREN TA‟MIRUL ISLAM SURAKARTA

B. Rumusan Penelitian

1. Bagaimana intensitas bimbingan muhadhoroh pada santri kelas 1

KMI di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?

2. Bagaimana kepercayaan diri berbicara di depan publik santri kelas 1

KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?

3. Adakah hubungan antara intensitas bimbingan muhadhoroh dengan

kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI

(20)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui intensitas bimbingan muhadhoroh kelas 1 KMI di

Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?

2. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri berbicara di depan publik

santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?

3. Untuk mengetahui hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh

dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta

D. Hiptotesis Penelitian

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011 : 63).

Dalam hal ini kami sebagai penulis menyimpulkan jawaban sementara dari penelitian ini yang nantinya dapat diuji kebenarannya secara

empiris bahwa : Terdapat hubungan yang positif antara intensitas

bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik

pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini, kami harapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis

1. Manfaat Teoritis

(21)

7

Pondok Pesantren Moderen. Dan menjadikan motivasi bagi kalangan akademisi yang akan mengadakan penelitian dalam kegiatan ekstrakulikuler.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi santri diharapkan dapat menjadikannya sebagai informasi

dalam mengembangkan kepercayaan diri berbicara di depan publik.

b. Bagi pembimbing kegiatan muhadhoroh dapat digunakan

sebagai masukan dan panduan dalam meningkatkan kualitas bimbingan yang diberikan kepada para santri. Sehingga dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki para santri.

D. Definisi Operasional

Untuk lebih mudah dalam menentukan arah penelitian ini, penulis memfokuskan judul penelitian ini menjadi :

1. Intensitas Bimbingan Muhahoroh

Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Bimbingan mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya (Walgito, 2010 : 6)

Muhadhoroh berasal dari kata hadhoro-yahdhuru yang berarti

menghadiri. Muhadhoroh dalam kitab Ushulu at-Tarbiyah wa at-Ta’lim

(22)

untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal yeng penting, tanpa

memperbolehkan pendengar untuk bertanya selama penjelasan.

Muhadhoroh bisa juga diartikan sebagai pidato yaitu pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditunjukkan kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khayalak, dengan maksud agar pendengar dari pidato tadi dapat mengetahui, memahami, menerima serta diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan

kepada mereka (Rumpoko, 2012 : 12). Muhadhoroh lebih mudahnya adalah

kegiatan berpidato atau berbicara di depan orang banyak.

Dari dua uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa bimbingan

muhadhoroh adalah bantuan yang diberikan kepada santri untuk mempersiapkan diri berbicara atau berorasi di depan orang banyak.

2. Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik

Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

(23)

9

perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri

.

Dari uraian diatas, penulis artikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki diri sendiri dalam mengekspresikan potensi yang dimiliki. Untuk dapat percaya diri berbicara di depan orang banyak setiap individu harus yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan percaya akan potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri. Kepercayaan diri berbicara di depan publik adalah suatu sikap yakin atas kemampuan diri untuk berbicara di depan orang banyak.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini kami sebagi penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini berjenis korelasional untuk mengetahui adakah

hubungan positif dan signifikan dari intensitas bimbingan muhadhoroh

(variabel x) dengan kepercayaan diri santri (variabel y) di Pondok Pesatren

Ta‟mirul Islam Surakarta.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah

Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakata. Pesantren ini terlatak di tengah

Kota Surakarta tepatnya dijalan KH. Samanhudi No. 3 Tegalsari, Bumi Laweyan, Surakarta.

(24)

3. Subjek Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Sempel merupakan bagaian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Martono, 2011 : 74).

Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik sampling

bertujuan (purposive sampling) yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2005 : 97).

Dalam penelitian ini, kami akan menjadikan santri kelas 1 KMI

Pondok Pesanten Ta‟mirul Islam Surakarta sebagai subjek dari penelitian ini. Sebagai bahan pertimbangan, penelitian ini kami fokuskan pada santri kelas 1 KMI yang terbagi dalam 4 kelas. Alasan kami peneliti menggunakan santri kelas 1 KMI, karena pemberian bimbingan

muhadhoroh lebih difokuskan untuk santri kelas 1 KMI.

4. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari kegiatan intensitas bimbingan

muhadhoron dan rasa percaya diri santri, peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu : metode dokumentasi dan juga penyebaran angket.

a. Dokumentasi. Adapun dokumen yang digunakan untuk memperoleh

(25)

11

b. Angket. Angket yang digunakan adalah angket untuk mengetahui

intensitas bimbingan muhadhoroh dan angket tentang kepercayaan diri

berbicara di depan publik.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data.

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu yang pertama tentang

intensitas mengikuti bimbingan muhadhoroh dan yang kedua angket tentang

kepercayaan diri berbicara di depan publik.

Angket pertama adalah angket tentang bimbingan muhadhoroh,

digunakan untuk mengetahui keikutsertaan santri dalam mengikuti intensitas

bimbingan muhadhoroh. Indikator yang digunakan adalah : pengembangan

diri, pengembangan karir dan kegiatan menggembirakan dan

menyenangkan.

Angket yang kedua adalah angket tentang kepercayaan diri berbicara

(26)

diri sendiri, menjadi diri sendiri, berfikir positif, mampu mengendalikan diri dan memiliki harapan yang realistis

Tabel 1.2

Indikator Kepercayaan Diri Berbicara di Dipan Publik

No Indikator No Item Jumlah

1 Percaya pada kemampuan diri sendiri 1, 5, 9, 15, 24 5

2 Menjadi diri sendiri 4, 10, 13, 23, 25 5

3 Mampu mengendalikan diri 2, 3, 11, 21, 21 5

4 Berfikir positif 6, 12, 16, 18, 19 5

5 Memiliki harapan yang realistis 7, 8, 14, 17, 22 5

6. Analisis Data

a. Analisis Pendahuluan

Analisis ini digunakan untuk menghitung skor masing-masing variabel secara terpisah, sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing penelitian. Untuk analisis ini, penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut :

Keterangan :

P : Persentase perolehan F : Frekuensi

(27)

13

pengaruh intensitas bimbingan muhadhoroh dengan

kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI, dan sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Analisis

yang digunakan menggunakan teknik Product Moment dengan rumus

sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

Koefisien korelasi X dan Y Perkalian X dan Y

X : Variabel Intensitas Shalat Berjama‟ah

Y : Jumlah kuadrat variable y Jumlah responden

Ʃ : Sigma (Jumlah)

Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya hipotesis yang telah diajukan berdasarkan analisis hipotesis. Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara variabel X dan Y

atau diperoleh nilai ha (hipotesis alternatif) dikonsultasikan pada

tabel pada taraf 5 % atau 1 %.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terbagi dalam 5 Bab yang kami uraikan sebagai berikut :

(28)

Pada bab ini akan dipaparkan tentang ; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, kegunaan penelitian, definisi operasionan, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Pada bab ini akan dipaparkan landasan teori yang berkaitan dengan

variabel-variabel penelitian tentang intensitas bimbingan

muhadhoroh, rasa percaya diri dan juga hubungan intensitas

bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di

depan publik pada santri kelas 1 KMI.

Bab III Laporan Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dipaparkan tentang lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren

Ta‟mirul Islam Surakarta, struktur organisasi pendidik dan

organisasi santri, ektra muhadhoroh, data responden dan data hasil

penelitian tentang hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh

dengan rasa percaya diri berbicara di depan publik pada santri

kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta

(29)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Intensitas Bimbingan Muhadhoroh

Untuk memperoleh sebuah hasil yang maksimal dalam sebuah kegiatan, tentunya diperlukan sebuah pengawasan dan juga bimbingan. Pengawasan bertujuan untuk mengamati dan juga menyermati setiap kegiatan individu, sedangkan bimbingan diperlukan untuk membantu dan mengarahkan. Kedua kegiatan ini akan sangat membantu seseoang dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki, dan juga bermanfaat untuk membatu kendala-kendala yang dialami dalam kegiatan.

1. Pengertian Intensitas Bimbingan Muhadhoroh

Kata intensitas menurut Poerwadarminto (1982: 62) berasal dari kata intens yang berarti kuat, hebat, giat, rutin. Menutrut Nurkholif

Hazim (2005: 191), bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang

dikerahkan untuk suatu usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat

dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan. Perkataan intensitas sangat erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya

(30)

Pengertian intensitas juga mencangkup perilaku yang bersikap rutinitas artinya seseorang yang memiliki semangat yang tinggi maka ia akan melakukan perbuatan secara rutin, frekuensinya tinggi maupun serius, dimana dalam penelitian ini intensitas berkaitan dengan kegiatan bimbingan muhadhoroh

Menurut Walgito (2010:6) Bimbingan merupakan suatu pertolangan yang menuntun. Bimbingan mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya.

Menurut Sukardi (1993:3) bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (seseorang) atau kelompok (sekelompok orang) agar mereka itu dapat mandiri, melalui berbagai bahan, interaksi, nasihat, gagasan, alat dan asuhan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.

(31)

17

Dari uraian-uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian bimbingan adalah sebuah upaya untuk memberikan bantuan kepada seseorang dalam jumlah kecil ataupun banyak untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki. Dan juga membantu

dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dialami dalam

mengembangan potensi diri.

Istilah muhadhoroh dalam bahasa Arab berasal dari kata

hadhoro -yahdhuru yang berarti hadir, mendapat imbuhan mim dalam

mashdar menjadi muhadhoroh yang artinya ceramah atau pidato (al-Munawir 1984:294). Dalam bukunya Yunus Hanis mengatakan

pidato bisa disamakan dengan retorika (Yunani) atau public speaking

(Inggris). Pidato merupakan seni penyampaian berita secara lisan yang isinya bisa berbagai macam (Yunus, 2004:7).

Dalam kitab Ushulu at-Tarbiyah wa at-Ta’lim, muhadhoroh

memiliki arti yang luas yaitu penjelasan sesuatu dengan cara lisan tanpa adanya diskusi dan keikutsertaan pendengar dengan pemateri, kecuali hanya untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal yeng penting, tanpa memperbolehkan pendengar untuk bertanya selama penjelasan.

(32)

mengetahui, memahami, menerima serta diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan kepada mereka (Rumpoko, 2012:12).

Menurut penulis muhadhoroh merupakan suatu kegiatan untuk

melatih seseorang berorasi atau berpidato di depan orang banyak.

Kegiatan untuk mengasah keterampilan seseorang dalam

menyampaikan pesan-pesan agama ataupun orasi-orasi lainya, supaya menjadikan seseorang lebih berani dan terampil dalam berbicara di depan orang banyak.

Selanjutnya dari uraian tentang bimbingan dan muhadhoroh

penulis mengartikan bimbingan muhadhoroh adalah bantuan untuk

mengembangkan keterampilan seseorang dalam berbicara atau berpidato dan juga membatu dalam menghadapi kendala-kendala yang menghambat selama proses kegiatan.

2. Dasar Bimbingan Muhadhoroh

a. Firman Allah dalam Al-qur‟an

ِرْصَعْلا َو

dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran. (al-'Ashr: 1-3)

Surat ini Allah SWT menyinggung seluruh umat manusia, seperti

(33)

19

benar-benar berada dalam kerugian”. Namun dalam ayat ketiga Allah

SWT memberikan pengecualian untuk orang-orang beriman yang mngerjakan amal sholeh dan juga saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Hendaknya dalam kehidupan sehari-hari sesama umat manusia untuk salang menasehati dan juga membimbing tentang kebaikan untuk meningkatkan kwalitas kebaikan setiap manusia.

Sebagai sesorang yang lebih dahulu memahami tentang kajian-kajian berpidato dan juga lebih berpengalaman dalam menyampaikan pidato, hendaknya memberikan bimbingan dan arahan kepada juniornya, supaya menjadikan ilmu yang pernah diperoleh dapat bermanfaat bagi orang lain. Dan juga untuk menasehati dalam kebaikan.

Dalam menyampaikan bimbingan seorang pembimbing

hendaknya menggunakan cara-cara yang baik dan juga bijak, supaya menjadikan individu lebih mudah menyerap materi yang disampaikan. Seperti yang tertera dalam Surat An-Nahl ayat 125 :

َج َو ِةـَنَسَحْلا ِةـــَظِع ْوَمْلا َو ِةَمْكِحْلاِب َكِّبَر ِلـــٌِْبَس ىـٰلِا ُعْدُا

ْلِدا

ًَِه ًِْتَّلاِب ْمُه

ُنـَس ْحَا

َنٌِْدـــــَتْهُمْلاِب ُمَلْعَا َوُه َو هِلـــٌِْبَس ْنَع َّلَض ْنَمِب ُمَلْعَا َوُه َكَّبَر َّنِا

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang

(34)

Ayat ini menerangakan tentang ajak kepada orang lain untuk mengikuti perintah Allah SWT dan menerangkan kebaikan. Kaitanya

dengan bimbingan muhadhoroh adalah untuk memberikan pelayanan

ataupun bantuan kepada orang lain, jika dalam proses bimbingan

terjadi kendala-kendala atau masalah-masalah maka dalam

(35)

21

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad Al Marwazi berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah berkata, telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri berkata, telah mengabarkan kepada kami Salim bin 'Abdullah dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin." Al Laits menambahkan; Yunus berkata; Ruzaiq bin Hukaim menulis surat kepada Ibnu Syihab, dan pada saat itu aku bersamanya di Wadi Qura (pinggiran kota), "Apa pendapatmu jika aku mengumpulkan orang untuk shalat Jum'at?" -Saat itu Ruzaiq bertugas di suatu tempat dimana banyak jama'ah dari negeri Sudan dan yang lainnya, yaitu di negeri Ailah-. Maka Ibnu Syihab membalasnya dan aku mendengar dia memerintahkan (Ruzaiq) untuk mendirikan shalat Jum'at. Lalu mengabarkan bahwa Salim telah menceritakan kepadanya, bahwa 'Abdullah bin 'Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut" Aku menduga Ibnu 'Umar menyebutkan: "Dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta bapaknya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya."(Hr Bukhari)

Hadist ini singkatnya menerangkan tentang setiap manusia adalah pengembala (pemimpin) dan setiap pengembala (pemimpin) bertanggung jawab atas apa yang digembala (dipimpin). Salah satu tujuan dari seorang pimimpin adalah membimbing bawahannya. Bimbingan dari pemimpin diharapkan mampu membawa perubahan posifit dari bawahanya.

Kaitannya dengan bimbingan muhadhoroh, arti kata pengembala

(36)

membantu segala sasuatu yang menghambat perkembanagan peserta bimbingannya. Dan juga bertanggung jawab dalam mendampingi dan mengawasi setiap kegiatan dalam muhadhoroh, untuk mengembakan keterampilan dalam berbicara di depan orang banyak, seperti seorang pengembala yang bertanggung jawab atas hewan-hewan yang digembalanya.

3. Tujuan Bimbingan Muhadhoroh

Bimbingan Muhadhoroh dapat diartikan pula sebagai bimbingan

karir yang mana bertujuan membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menemukan pejalanan hidupnya dan mengembangkan karier ke arah yang dipilihnya secara optimal dan memberikan gambaran yang utuh tentang persyaratan suatu jabatan tertentu sehingga siswa dapat memahami diri, mampu menentukan arah pilihan karir dan pada akhirnya membantu siswa dalam merencanakan masa depannya. (Rahma , 2010).

Bimbingan dibutuhkan untuk lebih membantu setiap individu dalam memahami kegunaan kegiatan tersebut. Adapun tujuan bimbingan menurut Yusuf (2008) agar individu dapat :

a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, pekembangan karir

serta kehidupannya dimasa yang akan datang.

b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki

(37)

23

c. Menyesuaaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerja.

d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,

penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja

4. Fungsi Bimbingan Muhadhoroh

Bimbingan muhadhoroh juga merupukan bagian dari

ektrakulikuler sekolah. Maka dalam buku Panduan Pengembangan Diri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan diri, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan

(38)

d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

B. Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik

1. Pengertian Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik

Percaya diri (self confidence) menurut Maslow (2004:24) rasa

percaya diri diawali dari konsep diri. Percaya diri (al-tsiqqoh bi

an-nafs) merupakan sumber potensi utama dalam kehidupan (Jannah,

2003:10). Dan berikut pengertian percaya diri menurut para ahli :

Kepercayaan diri menurut Zakiyah Darajat (1995:25) percaya kepaada diri sendiri ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang dilalui sejak kecil. Orang yang percaya diri dapat mengatasi segala faktor-faktor dan situasi, mungkin frustasi, bahkan mungkin frustasi ringan sama sekali. Tetapi sebaliknya orang yang kurang percaya diri akan sangat peka terhadap bermacam-macam situasi yang menekan.

Menurut W.H Miskelll (Sarastika, 2014:50) percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki serta, serta dapat memanfaatkan secara tepat.

Menurut Thantaway (Sarastika, 2014:50) percaya diri adalah kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.

(39)

25

pandangan tentang diri dan situasi mereka. Sikap tersebut berarti bahwa orang-orang yang percaya diri mampu menempatkan kepercayaan terhadap kemampuan dan keputusan mereka.

Menurut Wijaya (2013:65) Percaya diri adalah sesuatu yang dinamis, ia bisa naik dan turun, berubah dan bekembang. Ditentukan oleh dinamika, posisi, kondisi, dan situasi anda kala itu. Hal terpenting yang harus dilakukian adalah menjaganya agar tetap berada ditingkat yang optimal dan sehat. Percaya diri akan menghilangkan rasa takut dalam diri, yang hanya akan menghambat jalannya suatu komunikasi. Juga akan mengantar anda untuk belajar dan menjadi lebih baik.

Dari uraian para ahli di atas, kepercayaan diri penulis artikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki diri sendiri dan berani dalam mengekspresikan kemampuan yang dimiliki tersebut. Untuk dapat percaya diri berbicara di depan orang banyak setiap individu harus yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan percaya akan potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasa Kepercayaan Diri Berbicara

di Depan Publik

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Ghufron, 2010 24-27): a. Faktor internal, meliputi:

(40)

Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya individu yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.

2) Harga Diri

Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi individu yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.

3) Kondisi Fisik

(41)

27

4) Pengalaman Hidup

Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Apalagi jika pada dasarnya individu memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.

b. Faktor Eksternal Meliputi: 1). Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi percaya diri individu. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan. 2). Pekerjaan

Bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga didapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.

(42)

Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi.

Berdasarkan paparan di atas faktor-faktor yang

memengaruhi kepercayaan diri berbicara di depan publik dapat dibagi menjadi dua yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi konsep diri, harga diri, kondisi fisik, dan

pengalaman hidup. Sedangkan faktor eksternal meliputi

pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan. Dengan demikian

intensitas bimbingan muhadhoroh merupakan salah satu faktor

eksternal yang bersumber dari pendidikan dan lingkungan.

3. Ciri-Ciri Sikap Percaya Diri

Mastuti (2008:14-15) berpendapat ada beberapa ciri atau karakteristik individu yang memiliki rasa percaya diri yang proposional, diantaranya :

a. Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri hingga tidak

membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau rasa hormat dari orang lain.

b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sifat konformis demi diterima

(43)

29

c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain dan berani

menjadi diri sendiri.

d. Memiliki pengendalian diri yang baik, mimiliki internal locus of

control dimana seseorang memandang keberhasilan atau kegagalan tergantung dari usaha diri sendiri tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung dan mengharap bantuan datri orang lain.

e. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang

lain dan situasi di luar dirinya.

f. memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri, sehingga

apabila harapan tersebut tidak terwujud maka seseorang tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

4. Upaya-Upaya Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara

Didepan Publik :

a. Sikap Badan

Sikap badan saat berpidato tegak. Sikap ini dilakukan saat berpidato dengan duduk ataupun berdiri. Sikap badan tegak menunjukkan pembicaraan bersemangat tinggi, percaya diri, dan besungguh-sungguh. Pandangan mata sebaiknya mengarah kepada pendengar.

b. Pengaturan Suara

(44)

suara juga berkaitan dengan lambatnya suara. Dengan demikian, suara dapat berirama dan enak didengar. Suara yang berirama dapat menggugah minat pendengar. Pembicara juga harus memerhatikan kejelasan suara (pelafalan). Kejelasan suara dapat mempermudah pendengar memahami isi pidato.

c. Kewajaran Sikap dan Gaya

Pembicara sebaiknya menjaga kewajaran sikap saat berpidato. Sikap dan gaya berlebih-lebihan mengurangi perhatian pendengar. Bersikaplah wajar dan tidak berlebih-lebihan.

d. Penyesuaian Gerak, Gaya, Mimik, dan Suara

Pembicara tampil dengan gaya dan inotasi suara yang bervariasi. Pembicara perlu memerhatikan penyesuaian dan perubahan gaya. Tetap utamakan kewajaran dan ketetapan berpidato.

5. Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik :

Menurut Mahendra (2011:77-78) cara-cara meningkatkan percaya diri dengan cara berikut:

a. Selalu berfikir positif dan jangan berfikir negatif terhadap apa

yang ada pada diri sendiri dan tanamkan keyakinan bahwa kita lebih baik dari apa yang ada dalam pikiran.

b. Selalu memberi informasi positif terhadap diri dengan demikian

akan merangsang conscious (pikiran sadar) dan sub concious

(45)

31

c. Cari dan temukan lingkungan yang dapat membuat self esteem

atau percaya diri berkembang dengan memperbanyak membaca buku-buku positif ataupun buku-buku tentang motivasi dan bergaulah dengan orang-orang yang positif. Tentukan arah dan tujuan hidupdengan membuat gol-gol kecil yang akan mengantarkan individu mencapai sebuah tujuan.

d. Sikapi kegagalan dengan bijaksana, karena tidak penting

seberapa banyak kegagalan, tetapi seberapa sering bangkit dari kegagalan.

Intensitas bimbingan muhadhoroh merpukan media pelatihan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri berbicara di depan publik.

C. Hubungan Intensitas Bimbingan Muhadhoroh dengan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik

Dalam penelitian sebelumnya oleh Sholahuddin (2014) menemukan

bahwa kegiatan Muhadhoroh Diniyah meningkatkan prestasi belajar siswa.

Nilai rata-rata dari muhadhoroh sebesar 70,3, sedangkan nilai rata-rata prestasi yang diperoleh siswa sebesar 75,87. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung sebesar 0,424 dan termasuk kategori sedang atau cukupan (nilai r hitung pada rentang 0,40-0,47) dengan KD sebesar 17,97%.

Maka terdapat hubungan antara kegiatan muhadhoroh diniyah dengan

(46)

Penelitian di atas mengungkapkan relasi hubungan antara kegiatan

muhadhoroh diniyah dengan prestasi belajar. Sementara skripsi ini meneliti

tentang hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan

diri berbicara di depan publik.

Penelitian kedua dilakukan oleh Fuadiyah (2015) tentang menejemen

pelatihan khitobah dalam meningkatkan kemampuan santri menjadi

muballigh profesional di Pondok Pesantren Salaf Tahfidz Al-Qur‟an Al Arifiyyah Pekalongan. Pendekat yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kwalitatif. Penelitian ini mengungkap menejemen

pelatihan khitobah dalam meningkatkan kemampuan santri menjadi

muballigh profesional. Menejemen pelatihan khitobah memengaruhi

kemampuan santri menjadi muballigh profesional dengan cara, pertama,

santri diajarkan cara menentukan sasaran dan tujuan khitobah. Kedua

pengorganisasian dalam pelatihan khitobah yang tertata rapi, dengan cara

pembagian santri menjadi beberapa kelompok dan kemudian dibagi tugas.

Ketiga adalah adalah penggerakan. Penggerakan dalam pelatihan khitobah

di pondok pesantren Al-Arifiyah cukup efektif dengan cara pemimpin pondok pesantren memberikan motivasi kepada santri dan pengurus, kemudian pengurus memberikan bimbingan kepada pelaksana pelatihan

khitobah melalui dialog dan tanya jawab, serta menerjunkan para santri

yang telah berhasil mengikuti pelatihan khitobah ke dalam ranah masyarakat

umum setiap bulan ramadhan atau satu tahun sekali, sebagai output dari

(47)

33

yang terakhir yaitu dengan mengevaluasi semua kegiatan yang ada dengan cara pengurus mengadakan rapat untuk mengetahui bagaimana hasil dari

pelaksanaan pelatihan khitobah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren

Salaf dan Tahfidzul Al-Qur‟an Al-Arifiyyah.

Penelitian di atas menggunakan pendekatan kwalitatif dalam

mengungkap menejemen pelatihan khitobah untuk meningkatkan

kemampuan santri menjadi muballigh profesional. Sedangkan dalam

penelitian ini berupaya mengungkap peran intensitas bimbingan

muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri berbicara di depan

publik pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Apriani (2011) tentang upaya peningkatan kemampuan berbicara di depan umum melalui teknik sosiodrama pada siswa SMA negeri 11 Yogyakarta, menunjukkan bahwa penerapan teknik sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum siswa kelas XC SMA Negeri 11 Yogyakarta. Hasil uji pre test dan post test menggunakan Tes Wilcoxson diketahui bahwa skor rata-rata aspek mampu melakukan proses komunikasi di depan umum secara lisan dari 52,5 (28,47%) menjadi 57,25 (31,1%), aspek berbicara sesuai topik dari 25,41 (13,80%) menjadi 25,75 (13,99%), dan aspek berbicara untuk menyampaikan tujuan dari 26,08 (14,17%) menjadi 31,38 (17,05%).

(48)

sedangkan pada penelitian ini kepercayaan diri berbicara di depan publik

diprediksi dapat ditingkatkan melalui intensitas bimbingan muhadhoroh.

Pesantren sebagai salah satu tempat untuk memperoleh sarana pendidikan dewasa ini sudah menjadi tempat yang menjadi andil dalam mengembangkan potensi peserta didik. Terlebih pesantren-pesantren sekarang banyak yang menggunakan sistem pesantren moderen di mana tidak hanya pendidikan-pendidikan keagamaan saja yang diajarkan, namun juga mengembangkan ektrakulikuler untuk mengembangkan minat bakat dan potensi peserta didik.

Dalam mengembangkan potensi peserta didik peran seorang pembimbing sangat dibutuhkan. Selain memberikan bantuan dalam kesulitan-kesulitan yang dialami, peran pembimbing dalam mengawal perkembangan peserta didik sangat memegaruhi. Pembimbing juga menjadi tauladan untuk peserta didiknya dalam mengembangkan minat dan bakat.

Bimbingan muhadhoroh sebagai layanan bantuan kepada peserta agar mereka dapat mengenal dirinya dan memecahkan masalah-masalah dalam berbicara di depan orang banyak dan sebagai masukan-masukan untuk

melaksanakan perencanaan dimasa depannya berdasarkan minat,

(49)

35

Bimbingan muhadhoroh juga mengembangkan kesehatan mental

murid. Kesehatan mental seperti yang dikatakan Zakiyah Darajat (1983:13) adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta

terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa. Bimbingan muhadhoroh yang

diperoleh peserta didik akan menambah kesehatan mental mereka berkembang, sehingga menambah kepercayaan diri mereka dalam berbicara di depan publik.

Bimbingan muhadhoroh juga sebagai stimulus untuk mengembangkan

kepercayaan diri berbicara di depan publik. Apabila sering dilatih untuk berbicara di depan publik maka kepercayaan diri seseorang akan lebih tinggi. Seperti teori yang dikemukakan oleh Thorndike (1874-1949) dalam Teori Behaviorisme tentang Hukum Latihan (law of exercise) bahwa untuk memperoleh hasil yang memuaskan maka diperlukan latihan yang berulang-ulang. Latihan dan pengulangan dilakukan untuk mencapai kemahiran,

seperti pada slogan practice make perfect. Maka hukum yang digunakan

adalah The Law Of Use, yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan

atau koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi kuat bila sering digunakan. Dengan kata lain bahwa hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi kuat semata-mata karena adanya latihan. Dari sinilah peran

intensitas bimbingan muhadhoroh berpengaruh pada kepercayaan diri

(50)

Intensitas Bimbingan

Muhadhoroh

Pengembangan diri dan karir

Kemampuan sosial

Dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri peran motivasi tidak bisa dipisahkan, karena tanpa motifasi dan tujuan tertentu kemungkinan rasa percaya diri belum dapat terwujud. Motifasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari diri seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara istilah motivasi adalah sesuatu yang mendorong jiwa kita untuk bergerak. Secara umum motivasi itu semangat, spirit, atau sesuatu yang membuat mau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Lestari, 2007:89).

(51)

37

(52)

38 BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

Pada hakekatnya Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ini telah

direncanakan sejak berdirinya Masjid Tegalsari Surakarta pada tanggal 28 Oktober 1928 oleh para ulama yang berada di Kampung Tegalsari. Namun cita-cita suci tersebut tidak dapat terwujud dikarenakan suatu hal yang tidak memungkinkan, yang pada saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda.

Tahun 1968, cita-cita untuk mendirikan pondok pesantren mulai

dirintis dengan dibentuknya Yayasan Ta‟mirul Masjid Tegalsari Surakarta.

Yayasan ini kemudian mendirikan SD dan diberi nama SD Ta‟mirul Islam

Surakarta. Dan pada tahap perkembangannya, pada tahun 1979 didirikan

SMP Ta‟mirul Islam.

Untuk menjawab tantangan zaman dan harapan masyarakat sekitar,

pada tanggal 14 Juni 1986 Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta

resmi berdiri dengan diawali kegiatan berupa Pesantren Kilat atau yang populer disebut Pesantren Syawal, karena dilaksanakan pertama kali di bulan Syawwal.

(53)

39

a. KH. Naharussurur

b. Hj. Muttaqiyah

c. KH. Muhammad Halim, SH.

d. Muhammmad Wazir Tamami, SH.

Keberadaan pondok di tengah-tengah Kampung Tegalsari ini disambut baik oleh masyarakat sekitar pondok maupun masyarakat luas.

Khususnya bagi mereka yang ingin mempelajari dan menelaah ilmu-ilmu

duniawi serta ukhrawi, mengingat manusia tidak bisa dipisahkan oleh dua hal ini

Kulliyatul Mu’allimin/at Al-Islamiyyah (KMI) Adalah pendidikan setara SMU yang ditempuh selama 6 tahun untuk lulusan SD/MI dan 4

tahun untuk lulusan SMP/MTs. Sesuai SK Mendiknas

No.240/C/KEP/mn/2003, ijazah KMI tersebut dapat digunakan untuk mendaftar di perguruan tinggi negri maupun swasta tanpa harus mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN). Dalam sejarah perjalanannya, KMI pada

awalnya merupakan singkatan dari Kulliyatul Mujahidin Al-Islamiyyah,

kemudian pada tahun 2003 berubah nama menjadi Kulliyatul Mu’allimin Al

-Islamiyyah sampai sekarang.

2. Identitas Sekolah

 Nama sekolah : KMI TA‟MIRUL ISLAM

 Jenjang sekolah : Setara SMU

(54)

 Alamat sekolah : Jln. KH Samanhudi No. 03

 Telp/Fax : (0271) 741310

 Email : pptakmirulislam@gmail.com

 Website sekolah : http://pp-takmirulislam.com

 Kelurahan : Bumi

Secara geografis Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam beralamatkan di

Jln. KH. Samanhudi No. 3 Kampung Tegalsari, Kelurahan Bumi, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah.

4. Visi dan Misi

a. Visi

Mencetak kader ulama „amilin yang menjadi perekat umat

berbasis sanad sehingga tercipta generasi Rabbi Raḍya.

b. Misi

1) Memperbaiki serta meningkatkan akhlaq para penerus bangsa.

Hal ini merupakan kelebihan pondok pesantren dari lembaga

pendidikan lain yaitu keuntungan yang bersifat batiniyah dan

(55)

41

2) Mempersatukan dan mempererat hubungan antar ummat. Untuk

itu Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam berkedudukan untuk

semua golongan dan tidak dibawah satu golongan.

3) Membentuk generasi yang Tarbawi dan Islami

5. Motto dan Panca Jiwa

a. Motto

Adapun motto yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Ta‟mirul

Islam selama mendidik para santrinya adalah:

1) Iso Ngaji Lan Ora Kalah Karo Sekolah Negeri. Dengan motto

ini diharapkan santri dapat memperdalam ilmu-ilmu yang bersifat ukhrowi maupun duniawi.

2) Al-Qur‟an Taajul Ma‟had yang dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti Al-Quran adalah Mahkota Pondok. Motto ini mendorong para santri untuk dapat menerapkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga apa yang dilakukan santri diharapkan selalu sesuai dengan Al-Quran.

3) Al-Lughotul Libaasul Ma‟had yang dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti Bahasa adalah Pakaian Pondok. Dengan menggunakan Bahasa Arab dan Inggris sebagai pengantar dalam kegiatan keseharian di Pondok, diharapkan semua santri mampu mendalami semua disiplin ilmu. Karena kedua bahasa tersebut telah menjadi bahasa internasional.

(56)

Disamping motto yang ada, Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam

mempunyai Panca Jiwa yang menjadi ruh pondok dalam setiap aktivitas sehari-hari. Lima jiwa itu adalah :

1) Jiwa Keikhlasan

Bisa berarti Sepi Ing Pamrih, Bukan karena didorong oleh

keinginan mencari keuntungan tertentu, tapi semata-mata karena Allah swt. Hal ini meliputi segenap kehidupan di Pondok. Guru/Ustadz ikhlas dalam mengajar dan para santri pun ikhlas dalam belajar.

2) Jiwa Kesadaran.

Segenap pengasuh, ustadz maupun ustadzah serta para santri dalam melaksanakan peran masing-masing dengan penuh kesadaran. Semua harus mengetahui dan sadar akan keberadaan dan tugas-tugasnya.

3) Jiwa Kesederhanaan.

Kehidupan di pondok diliputi suasana kesedehanaan tapi agung. Sederhana belum tentu pasif atau miskin, tetapi sederhana mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati dalam menghadapi perjuangan hidup dengan kesulitan.

4) Jiwa Keteladanan.

(57)

kakak-43

kakaknya yang baik dan begitu seterusnya. Sehingga satu sama lain saling meneladani dalam hal kabaikan.

5) Jiwa Kasih Sayang.

Kasih sayang menjadi ruh Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam

dalam pendidikan. Kesombongan, kebodohan, kemalasan, dan kemarahan hanya dapat diluruskan dengan kasih sayang. Kasih sayang yang benar yang tidak menghalangi ditegakkan disiplin dan peraturan. Seorang anak yang mendapatkan sangsi dari pengasuhnya, bukanlah sedang dihukum karena dendam atau kemarahan, tetapi semata-mata adalah untuk perbaikan dengan penuh kasih sayang

6. Organisasi Sekolah

Adapun organisasi sekolah yang tersusun pada tahun ajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut:

Wadir Kesiswaan : Imam Syaifuddin, S.Pd.I

Wadir Sarpras : Agus Styawan

Kepala Lab. IPA : Surono, S.Pd

(58)
(59)

45

7. Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

Dalam menyelenggarakan pengajaran tidak lepas dari peran seorang guru/ustadz yang selalu membaktikan ilmu, waktu dan tenaga guna mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang baik. KMI Pondok

Pesantren Ta‟mirul Islam Putra memiiki 51 guru/ustadz, berikut ini para nama staff guru/ustadz dan mata pelajaran yang diampunya :

Tabel 3.1

Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

NO NAMA MAPEL

1 K.H.Muhammad Halim, S.H Tafsir

2 H. Wazir Tamami, S.H Mahfudzot

3 Sunardi Sujani, S.Th.I., M.Pd.I Hadist

4 H.Muhammad Ali Faroidh

5 Fatih Samadi, S.Ag., M.S.I Ushul Fiqh

6 Jumari, S.Ag Tarikh Islam

7 Agus Setio Budhi, S.Ag Nahwu

8 Husnul Khotimah, A.Md Akutansi

9 Sukron Makmun, S.Ud. Hadist

10 Suwarto, S.Ag Ushulul Qur‟an

11 Suwardi, S.Ag., M.S.I Komputer

12 K.H.Mohammad 'Adhim, S.Ag.,

M.Pd Tarbiyah

13 Agus Prayitno, S.Pd Ekonomi, Sosiologi

14 Taufik Saleh, S.H.I Nahwu

15 Surono, S.Pd Biologi

(60)

17 Supriyono, S.Pd.I., M.Pd.I B. Indonesia

18 Muh. Sholeh, S.S Tajwid

19 Prihanto, S.Pd.I., M.A Ushul Fiqh

20 M. Hasbi Shidiq Tarbiyah

21 Ya'kub (Warsito) Fiqh

22 Abdurrohman Isnaini Kimia

23 Muhammad Hatta, S.Pd Matematika

24 Tri Agus Santoso, S.Pd.I Fiqh

25 Nurrohmat B. Inggris

26 Kafin Jaladri, S.Pd.I, M.A. Muthola‟ah

27 Annis Muhammad, S.Pd.I B. Indonesia

28 Imam Syaifuddin, S.Pd.I Mahfudzot

29 Ahmad Rizal Tamrin

30 Bakti Prayitno, S.Pd.I Tarikh Islam

31 Aziz Faizin, S.Pd.I Grammar

32 Agus Setiawan Tamrin

33 Muh. Nur Rochim M, S.Pd.I Grammar

34 M. Kholid Ramadanzi Nahwu

35 Ihsan Haris Syuhada Khot

36 Rachmat Faisal, S.Pd.I B. Inggris

373 Jeihan Qubbah El-Fairuz, S.Pd Fisika

38 Fursan Fikri, S.Psi IPS

39 Ahmad Rusmanto Tamrin

40 Ahmad Halim Alqosasi Matematika

41 Nugroho Nur Bawono Tafsir

(61)

47

43 Maulana Malik Irkas Insya‟

44 Fan Al-Muttaqin Khot

45 Danang Arif Wibowo Tariks Islam

46 Ahsanul Fikri B. Inggris

47 Asrof Multazam Insya‟

48 Muhalim Ulinuha A Imla‟

49 Hasan Ali Asy-Syafi'i Hadist

50 Ridwan Yacob Tajwid

51 Muhammad Ibrahim Halim Mahfudzot

8. Data Santri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

Data santri KMI Putra Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam pada

tahun ajaran 2015-2016 berjumlah 332 santri terdiri dari 17 kelas dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.2

Data Santri KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

(62)

10 3 C 20 Tri Agus Santoso, S. Pd.I., M.P.I

9. Data Sarana dan Prasarana

Guna menunjang kegiatan belajar dan mengajar di Pondok Pesantren Ta'mirul Islam menyediakan sarana dan prasarana antara lain:

a. Masjid Al-Kahfi.

b. Gedung Al-Mursyid sebagai pusat belajar mengajar.

c. Perpustakaan.

d. Laboratorium IPA.

e. Laboratorium komputer.

f. Lapangan Waro‟a dan Gedung Salam Rahamah sebagai sarana olahraga.

10. Daftar Responden

Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil

(63)

49

12 A15.1575 Muh Alfiansyah Gymnastiar 1 A

13 A15.1579 Muhammad Kafin Rozinun Yafi 1 A

20 A15.1533 Adhitya Ayesayoga Wibowo 1 B

(64)

22 A15.1538 Ahmad Sa'id Khoirurrozak 1 B

23 A15.1543 Bimo Bagus Satriyo 1 B

24 A15.1567 Muh Sulthan Hanan Arridho 1 B

25 A15.1571 Muhammad Abdan Syakura 1 B

26 A15.1580 Muhammad Khoirul Musta'in 1 B

27 A15.1589 Naufal Hakim 1 B

28 A15.1593 Paundra Satria Dirgantara 1 B

(65)

51

53 A15.1565 Mochammad Ardian Saputra 1 D

54 A15.1573 Muhammad Abdullah Fakih 1 D

1. Data Tentang Jawaban Angket Intensitas Bimbingan

Muhadhoroh

Dalam pengumpulan data tentang intensitas bimbingan

(66)

responden. Adapun hasil dari penyebaran angket intensitas bimbingan

muhadhoroh dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3.4

Daftar Jawaban Angket Intensitas Bimbingan Muhadhoroh

(67)
(68)

47 3 3 3 3 2 2 2 2 3 23

48 3 3 3 3 2 2 2 2 3 23

49 3 3 3 3 3 3 3 2 2 25

50 3 3 3 2 2 2 2 2 2 21

51 1 1 2 1 1 1 1 1 2 11

52 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18

53 3 3 3 3 2 3 3 3 3 26

54 3 3 3 3 2 3 2 3 2 24

55 3 3 3 3 2 2 1 2 1 20

56 3 3 3 3 2 3 3 2 3 25

57 2 2 3 2 1 1 2 3 2 18

58 3 3 3 3 3 2 2 3 2 24

59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27

60 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27

61 3 3 3 3 2 2 2 2 1 21

2. Data Tentang Jawaban Angket Kepercayaan Diri Berbicara di

Depan Publik

(69)

55

Tabel 3.5

Daftar Jawaban Anget Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik

(70)
(71)

57

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Analisis data bertujuan untuk membuktikan hipotesis mengenai variabel penelitian yang ditetapkan sebelumnya yaitu menguji apakah ada

pengaruh dari intensitas bimbingan muhadhoroh terhadap kepercayaan diri

berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren

Ta‟mirul Islam Surakarta.

Perolehan data angket yang penulis sebarkan pada 61 orang responden. Dari sejumlah responden tersebut diperoleh data mengenai variabel intensitas bimbingan muhadhoroh dan kepercayaan diri berbicara di

depan publik. Data mengenai intensitas bimbingan muhadhoroh merupakan

variabel X, sedangkan data kepercayaan diri berbicara di depan publik merupakan variabel Y. Pengolahan data dilaksanakan setelah data terkumpul. Penulis menggunakan analisis kuantitatif atau analisis data yang bersifat statistik dengan melalui dua tahap yaitu tahap analisis pendahuluan dan analisis hipotesis.

(72)

nilai dari r hitung lebih besar dari r tabel dan sebaliknya jika r hitung

lebih kecil dari pada r tabel maka aitem pertanyaan dinyatakan tidak valid.

Angket tentang intensitas bimbigan muhadhoroh yang telah

disebarkan kepada responden berisikan sembilan butir aitem soal. Dengan

bantuan program komputer kesembilan butir soal tersebut diperoleh nilai r

hitung : 0,7227, 0,7153, 0,5241, 0,7405, 0,6534, 0,7236, 0,6558, 0,3417,

0,5666. Berdasarkan pendapat Sudjana (2002:225) jika r hitung lebih besar

dari r tabel maka suatu aitem soal dikatakan valid. Maka kesembilan butir

soal tersebut lebih besar dari r tabel (0,2480) dengan demikian kesembilan

butir soal dinyatakan valid.

Tabel 4.1

Hasil Analisa Butir Soal Angket Intensitas Bimbingan Muhadhoroh

Item Soal r Hitung r Tabel Keterangan

Angket tentang kepercayaan diri berbicara di depan publik berisikan dua puluh lima butir aitem soal. Dengan bantuan program komputer

keseluruhan butir soal tersebut diperoleh nilai r hitung : 0,4955, 0,4803,

Gambar

Tabel 1.2
Data Santri KMI Pondok Pesantren Ta’mirul IslamTabel 3.2
Tabel 3.5
Tabel 4.2 Hasil Analisa Butir Soal
+5

Referensi

Dokumen terkait

sistem monitoring pada sebuah proyek edukasi dapat dipahami.. sebagai perubahan organisasional yang inovatif

Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan

(9) Dewan Pakar dan/atau Dewan Penasihat di tingkat kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf c, dibentuk dan dibubarkan oleh

;Mx pGZrjrKx FrcNCx hjGsCZGcpMx 59x FNhGjYNjCYCcx bGcFGYCqMx

Judul : Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek

Fungsi Keanggotaan (Membership Function) dalam himpunan fuzzy adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan elemen-elemen input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering

Angkutan pedesaan yang dianalisa adalah salah satu angkutan trayek. yang

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan karakteristik konsumen yang membeli buah anggur di kota Medan, untuk menganalisis pengaruh faktor harga, produk, promosi