• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara menolong dan mengangkut korban

HANJAR 01 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

10. Cara menolong dan mengangkut korban

Metode Pembelajaran

1. Metode ceramah

16 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD).

2. Metode Brainstorming (curah pendapat)

Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat peserta didik tentang materi yang disampaikan.

3. Metode tanya jawab

Metode ini digunakan untuk tanya jawab dan mengukur sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan.

4. Metode penugasan

Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik tentang materi yang telah diberikan.

5. Metode praktik

Metode ini digunakan untuk mempraktikkan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).

Alat/media, bahan, dan Sumber belajar

1. Alat/media:

a. Whiteboard;

b. Laptop;

c. LCD;

d. Papan flipchart;

e. Lasserpoint;

f. Tandu;

g. Peralatan PPGD.

2. Bahan:

a. Kertas Flipchart;

b. Alat tulis.

3. Sumber belajar:

a. Badan Diklat Perhubungan.2000.Modul Basic Safety Training Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran;Jakarta;

b. Fildes, John. 2008. Advanced Of Trauma Life Support For Doctors Eight Edition. Amerika: American College Of

17 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR Surgeons Committe On Trauma.;

c. Safety Of Life At Sea (SOLAS 1974);

d. Rahadisiwi, sekar. 2016. Kurikulum Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia.

Indonesia;PTBMMKI.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit

Pendidik melaksanakan apersepsi:

a. Membuka kelas dan memberikan salam;

b. Pendidik memperkenalkan diri dan memberikan salam;

c. Pendidik menyampaikan tujuan dan materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran.

2. Tahap Inti : 430 menit

a. Tahap Inti I : Penyampaian materi tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) : 90 menit

1) Pendidik menggali pemahaman materi tentang Bantuan Hidup dasar (BHD);

2) Peserta didik menyimak, memperhatikan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting;

3) Pendidik menyampaikan materi tentang Bantuan Hidup dasar (BHD):

a) Pengertian BHD;

b) Tujuan BHD;

c) Tindakan yang dilakukan dalam BHD;

d) Langkah-langkah BHD;

e) Perdarahan dan pertolongannya;

f) Penyebab dan penanganan luka;

g) Penyebab dan penanganan patah tulang;

h) Penyebab dan penanganan luka bakar;

i) Penyebab dan penanganan keracunan;

j) Cara menolong dan mengangkut korban.

4) Peserta menyimak, memperhatikan dan mencatat

hal-18 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR hal yang dianggap penting.

5) Pendidik menggali pendapat tentang materi yang telah disampaikan.

6) Peserta didik menanggapi materi yang disampaikan pendidik.

7) Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau menanggapi materi.

8) Peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pendidik.

b. Tahap Inti II: praktik Cara Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) : 340 menit

1) Pendidik memberikan contoh pelaksanaan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD);

2) Pendidik menugaskan peserta didik untuk mempraktikkan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD);

3) Peserta didik mempraktikkan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD):

a) Mempraktikkan BHD;

b) Mempraktikkan penanganan, luka, patah tulang dan keracunan;

c) Mempraktikkan tata cara menolong dan mengangkut korban

4) Pendidik memfasilitasi dan mengawasi jalannya simulasi;

5) Pendidik mengevaluasi hasil praktik yang dilakukan oleh peserta didik.

3. Tahap akhir : 10 menit

a. Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara umum;

b. Pendidik mengecek penguasaan materi pembelajaran dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik;

c. Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari pembelajaran yang disampaikan;

d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk membuat resume.

19 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR 4. Tes sumatif : 90 menit

Tagihan/Tugas

1. Peserta didik mengumpulkan hasil resume materi yang telah diberikan oleh pendidik;

2. Peserta didik mempraktikkan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).

Lembar Kegiatan

1. Pendidik menugaskan peserta didik meresume materi yang telah diberikan;

2. Pendidik menugaskan peserta didik mempraktikkan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).

20 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

Bahan Bacaan

PENANGANAN PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

1. Pengertian BHD

BHD adalah tindakan pertolongan yang diberikan sesegera mungkin pada keadaan henti jantung dan henti nafas yang bertujuan mempertahankan sirkulasi darah yang hilang pada penderita henti jantung mendadak dengan melakukan kompresi dada secara efektif diikuti dengan pemberian ventilasi yang memadai sampai didapatkan sirkulasi sistemik secara spontan atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap.

2. Tujuan BHD

Tujuan bantuan hidup dasar ialah oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal.

3. Tindakan yang Dilakukan Dalam BHD a. Penilaian awal.

b. Aktifkan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu).

c. Pemeliharaan saluran nafas.

d. Penyelamatan pernapasan (seperti pernapasan dari mulut ke mulut).

e. Kompresi dada eksternal.

f. Jika semua digabungkan maka hal ini disebut dengan istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP).

4. Langkah-langkah BHD a. Henti nafas.

1) Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban/pasien.

Henti napas dapat terjadi pada keadaan:

21 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR a) Tenggelam;

b) Stroke;

c) Obstruksi jalan napas;

d) Epiglotitis;

e) Overdosis obat-obatan;

f) Tersengat listrik;

g) Infark miokard;

h) Tersambar petir;

i) Koma akibat berbagai macam kasus.

Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.

2) Pertolongan pada korban henti nafas.

Apabila korban tidak sadar atau henti nafas, maka segera kita laksanakan pernafasan buatan dari mulut ke mulut. telunjuk dan ibu jari tangan kiri;

d) Alasi mulut penderita dengan kain bersih, ambil nafas dan tempelkan serta ketatkan bibir penolong disekeliling mulut penderita;

e) Tiupkan udara kuat ke paru-paru dan perhatikan penderita;

f) Lepas bibir penolong dan penutupan pada hidung supaya terjadi pengeluaran udara pasif dari paru-paru;

g) Lakukan 2 (dua) kali berturut-turut;

h) Periksa denyut nadi leher, apabila terapa pertahankan nafas buatan sebanyak 12 x;

i) Hentikan nafas buatan bila pederita dapat bernafas kembali dengan spontan;

22 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

j) Apabila denyut nadi tidak teraba, segera lakukan RJP.

b. Henti jantung.

1) Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.

2) Tindakan pada henti jantung.

Tindakan pada henti jantung yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan fungsi jantung yang terganggu guna kelangsungan hidup penderita disebut dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Tindakannya:

a) Penderita dewasa:

(1) Pangkal telapak tangan kiri ditindihkan pangkal telapak tanga kanan dan letakkan 3 jari diatas ujung tulang dada (Xp) penderita;

(2) Posisi penolong mengapit tegak pada lutut dan serong ke depan, sehingga kedua lengan penolong dapat berada ditengah dada korban dengan posisi tegak lurus;

(3) Ditekan kurang lebih 4-5 cm) kearah tulang belakang dengan kecepatan 100x/menit;

(4) Pertama : lakukan RJP dengan perbandingan 30x kompresi dada (ditekan) dan 2x ventilasi (nafas buatan) dengan kecepatan 100x/menit dan lepaskan sepenuhnya. Minimalkan penghentian pada kompresi;

(5) Cek nadi carotis selama 10 detik, apabila teraba dan ada nafas pertahankan posisi sym sampai dengan tenaga kesehatan tiba ditempat kejadian. Bila nadi tidak teraba dan nafas tidak ada lakukan kembali RJP dengan perbandingan 30 x kompresi dada dan 2x ventilasi (pernafasan buatan melalui mulut) sampai dengan ada tanda-tanda kehidupan (nafas ada, nadi teraba);

b) Penderita anak-anak.

(1) Teknik sama dengan dewasa, hanya

23 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

penekanan kurang lebih 1/3 sampai ½ dada dengan kedalaman 2-3 cm dan kecepatan 120x/menit;

(2) Untuk bayi, penekanan kurang lebih 1-2 cm dengan menggunakan 2 jari.

3) Tindakan RJP dihentikan.

a) Bila selama 30 menit tidak ada tanda-tanda kehidupan pada korban;

b) Penolong kelelahan;

c) Petugas kesehatan telah tiba ditempat kejadian;

d) Sudah terjadi lebam mayat.

4) Perbandingan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu:

Baik 1 atau 2 orang penolong tetap 30x kompresi dada dan 2x ventilasi bagi orang dewasa dan anak-anak atau bayi: 1 penolong 30x kompresi dada dan 2x ventilasi, sedangkan 2 orang penolong 15x kompresi dada dan 2x ventilasi.

5) Skema Resusitasi Jantung Paru (RJP).

1. Cek Jalan Nafas 2. Raba Nadi Carotis 3. Buka & Bersihkan Jalan Nafas 4. Pastikan Kembali Nafas

24 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

5. Tentukan ProcesusXhipoid 6. Lakukan Tiupan 7. Lakukan Kompresi Sesuai Usia 8. Nafas Normal

5. Perdarahan dan Pertolongannya a. Pengertian.

Perdarahan adalah “Pecahnya pembuluh darah disertai dengan keluarnya darah dari pembuluhnya atau keadaan dimana tubuh banyak mengeluarkan darah“. Biasanya diakibatkan oleh adanya luka, benturan, penyakit dan lain-lain. Pada umumnya yang banyak menimbulkan perdarahan kalau ada luka atau benturan di kepala, tetapi ada juga di lokasi tubuh yang lain yang dapat menimbulkan perdarahan yang banyak misalnya patah tulang besar (tulang pangkal paha) dan luka yang luas serta dalam.

Perdarahan merupakan kejadian yang emergency dan membutuhkan tindakan pertolongan yang cepat, tepat dan akurat. Dalam keadaan seperti ini sangat berbahaya bila tidak segera mendapatkan pertolongan maka, penderita/korban akan mengalami pusing, menurunnya fungsi tubuh, tubuh lemah bahkan bisa sampai syok dan kemungkinan akan meninggal dunia.

b. Jenis-jenis perdarahan.

1) Perdarahan keluar.

Perdarahan yang keluar dari bagian tubuh penderita/korban dan dapat terlihat.

a. Perdarahan pembuluh darah kapiler/rambut.

Perdarahan yang timbul merembes diatas lapisan kulit.

(1) Tanda:

25 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR (a) Asal pembuluh tidak terlihat;

(b) Keluarnya darah secara merembes;

(c) Warna darah merah biasa.

(2) Tindakan pertolongan:

(a) Dihentikan dengan bantuan plester/kain bersih;

(b) Ataupun kompres dingin.

b. Perdarahan pembuluh darah balik/vena.

Perdarahan yang timbul karena pembuluh darah tertusuk, terpotong atau pecah.

(1) Tanda:

(a) Jika vena cukup besar akan terlihat asal pembuluhnya;

(b) Keluarnya darah secara mengalir dan tidak berdenyut;

(c) Warna darah merah tua kehitaman.

(2) Tindakan pertolongan:

(a) Longgarkan segala pakaian yang mengikat disebelah atas luka (antara luka dan jantung);

(b) Gunakan pembalut penekan (jangan mengganti kain penekan karena akan merusak gumpal darah yang telah terbentuk);

(c) Menekan langsung pada pembuluh darah balik/vena dengan jari;

26 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

(d) Anggota tubuh yang luka diletakkan lebih tinggi dari jantung;

(e) Letakkan kompres dingin diatas luka.

c. Perdarahan pembuluh darah nadi/arteri.

Perdarahan pembuluh darah nadi/arteri jarang terjadi dan tidak seperti pembuluh darah balik/vena. Hal ini karena pembuluh darah nadi/arteri pada umumnya terletak lebih dalam dan sering terlindung tulang atau alat-alat tubuh lainnya.

(1) Tanda:

(a) Asal pembuluh darah jelas terlihat;

(b) Keluarnya darah secara memancar disertai berdenyut;

(c) Warna darah merah muda/cerah.

(2) Tindakan pertolongan:

(a) Tekan langsung dengan kompres dingin, tutup luka dengan kompres tebal menggunakan tangan atau pembalut;

(b) Tekanan pada titik-titik tertentu dari pembuluh darah nadi/arteri dibagian tubuh yang dapat membantu mengurangi perdarahan sementara;

(c) Angkat bagian tubuh yang luka lebih tinggi dari tubuh dan jangan banyak bergerak.

2) Perdarahan ke dalam.

Perdarahan yang terjadi dari luka di dalam tubuh dan

(2) Penderita/korban gelisah;

(3) Nadi teraba menjadi kecil dan frekuensinya cepat;

(4) Tekanan darah menurun;

27 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR (5) Keluar keringat dingin;

(6) Nafas menjadi dalam dan cepat;

(7) Jika perdarahan di dalam rongga perut maka terasa kembung;

(8) Jika perdarahan di dalam rongga paru/dada maka nafas menjadi sesak.

b) Tindakan pertolongan:

(1) Penderita/korban tidak boleh banyak bergerak;

(2) Istirahatkan penuh dan segala keperluannya ditolong;

(3) Tidak boleh diberi makan dan minum lewat mulut sebab kemungkinan penderita/korban akan dilakukan operasi;

(4) Lekas bawa ke rumah sakit.

6. Penyebab dan Penanganan Luka a. Luka.

1) Jenis-jenis luka berdasarkan sebabnya,terdiri dari:

a) Luka iris;

b) Luka gigitan binatang;

c) Luka gores/parut;

d) Luka bakar;

e) Luka tusuk;

f) Luka akibat zat kimia, atau penyakit, dsb.

2) Jenis-jenis luka berdasarkan tempat luka itu, adalah:

a) Luka dalam (jika luka terjadi di dalam tubuh), terdapat darah yang menetes atau mengalir keluar;

b) Luka luar (pendarahan di dalam tubuh, memar) Luka adalah peristiwa dimana jaringan tubuh ada yang terputus, tersobek, rusak oleh sesuatu sebab, missal karena kecelakaan, tertusuk, tertembak, terpukul, jatuh, dsb. Sebagai akibatnya menimbulkan pendarahan, patah tulang, inpeksi, dan lainnya.

b. Penanganan luka.

28 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

1) Penanganan luka dan cara-cara umum pertolongan terhadap luka iris, gores/parut, luka tusuk, yaitu:

a) Hentikan terjadinya pendarahan;

b) Siram/usap dengan obat merah (Mercurochrome) atau yodium tinctur (antiseptik lain); Obat merah (Yodium) dapat digunakan untuk mematikan hama/kuman Yodium harus disimpan dalam keadaan tertutup (berbahaya kalau menguap maka yang tertinggal adalah yodium kental atau yang konsentrasinya besar

c) Berilah Sulfatilamide Powder (jangan terkena air);

d) Tutuplah dengan kain kasa steril/kain yang bersih;

e) Jangan sekali-kali melekatkan kapas tanpa obat/salep.

2) Penanganan luka dan cara-cara umum pertolongan terhadap luka bakar, yaitu:

a) Hilangkan penyebabnya terlebih dahulu. Misalkan, memadamkan api dengan cara menggulingkan badan si korban, dengan kain basah/pasir;

b) Cegahlah gugat dari kemungkinan infeksi;

c) Tutuplah luka dengan kain steril;

d) Pembalut agak longgar (pada luka bakar tingkat III, tidak perlu dibalut);

e) Berilah minum sebanyak-banyaknya dengan air gula hangat (mengembalikan cairan yang hilang);

f) Tutuplah si korban dengan selimut, agar tidak kedinginan dan mencegah gangguan serangga;

g) Cepat bawa ke ahlinya/dokter.

3) Penanganan luka dan cara-cara umum pertolongan terhadap luka gigitan, yaitu:

a) Gejala-gejala luka gigitan (biasanya gigitan), yaitu:

(1) Pada tempat terjadinya gigitan, timbul bengkak dan kulit membiru;

(2) Terasa sakit, panas dan terasa kaku;

(3) Penderita gelisah dan berkeringat;

(4) Timbul pendarahan;

(5) Pada luka gigitan ular, ada bekas berupa titik-titik (bekas taring) dan harus diperhatikan letak gigitannya.

29 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR b) Penanganan pada luka gigitan:

(1) Antara luka gigitan dengan jantung harus dipasang bebat putar (penasat/tornikuet);

(2) Pada luka hewan biasa (bukan ular/binatang berbisa) luka dibersihkan yodium/air yang mengalir;

(3) Pada luka gigitan binatang berbisa, jangan banyak diganggu, dan jangan dihisap sembarangan, korban juga jangan banyak bergerak karena dapat mempercepat nadi, sehingga bisa (racun) dapat semakin cepat menyebar, dan segeralah bawa ke dokter atau ahlinya;

(4) Pada gigitan anjing, cepat berangkat ke dokter, rumah sakit untuk di vaksin/suntik, dan anjing yang menggigit harus ditangkap (dikarantina) untuk mengetahui apakah anjing itu mengidap rabies atau tidak.

7. Penyebab dan Penanganan Patah tulang a. Pengertian patah tulang.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur adalah Gangguan kontinuitas yang biasanya disebabkan oleh adanya rudapaksa yang timbul secara mendadak.

b. Tanda dan gejala patah tulang.

1) Adanya nyeri yang disebabkan oleh adanya spasme otot yang diakibatkan oleh fraktur tersebut dan terjadi perlukaan;

2) Hilangnya fungsi organ yang terkena;

3) Deformitas (perubahan bentuk);

4) Krepitasi (suatu dering tulang diakibatkan oleh gesekan satu fragmen dengan lainnya);

5) Pembengkakan pada daerah fraktur;

6) Perubahan warna pada kulit sebagai akibat trauma dan pendarahan.

c. Prinsip umum penatalaksanaan patah tulang.

1) Primary Survey (ABC);

2) Secondary Survey meliputi:

30 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR (a) LOOK : Inspeksi (penting: ada luka) (b) FEEL : Raba (palpasi)

(c) MOVE : Gerakan: bisa/tidak bisa digerakkan 3) Imobilisasi dengan membidai tulang yang patah dengan

teknik yang benar;

4) Menjauhi segala tindakan yang dapat mengakibatkan cedera penderita/korban bertambah. Jangan melakukan reposisi pada pertolongan pertama. Reposisi/Reduksi harus dilakukan di rumah sakit. Reduksi adalah Proses mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis.

d. Pertolongan pertama pada korban patah tulang dan pembidaian.

1) Patah tulang diperlukan imobilisasi dua sendi dari ujung-ujung tulang yang patah untuk mencegah pergerakan-pergerakan yang dapat menambah cedera.

Untuk imobilisasi diperlukan bidai.

2) Alat-alat yang dapat dipergunakan sebagai berikut:

a) Anggota tubuh sendiri;

b) Bambu pagar, cabang pohon, pelepah pisang dan papan;

c) Selimut atau kain digulung, guling dan bantal;

d) Majalah, koran dan karton;

e) Bidai dari kayu, metal atau bidai udara (Pneuomo Splint).

3) Patah tulang anggota badan atas.

a) Patah tulang selangka.

Ada beberapa cara yang dipakai:

(1) Membidai dengan ransel balut (ransel perban);

(2) Membidai dengan pembalut segitiga (mitela);

(3) Membidai dengan pembalut gulung.

31 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR b) Patah tulang belikat.

Patah tulang disini biasanya mempunyai kelainan letak yang minimal, tetapi kalau ada rasa nyeri yang hebat, belikat dapat diikat dengan angkin pada rusuk dan lengan disokong dengan kain gendongan.

32 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR c) Patah tulang sekitar siku.

Patah tulang sekitar siku sering terjadi terutama pada anak-anak, dapat menyebabkan kerusakan yang luas pada jaringan sekitarnya, syaraf dan pembuluh darah. Jika pertolongan tidak benar, akan menimbulkan kecacatan yang permanen.

Cara pembidaian:

(1) Tergantung posisi lengan pada waktu kecelakaan, bidai dipasang dengan dua cara:

(a) Lengan dalam keadaan lurus, bidai dipasang sebagai alas mulai ketiak sampai tangan;

(b) Lengan dalam keadaan tertekuk, bidai dipasang seperti gambar.

(2) Jangan menarik, membengkokkan atau memutar lengan;

(3) Jika ada luka terbuka, tutup luka dengan kassa steril atau kain bersih sebelum bidai dipasang.

d) Patah tulang lengan bawah dan pergelangan tangan.

Sering terjadi patah tulang pada ujung tulang pengumpil (radius) dan bisa disertai patah pada tulang pangkal tangan. Patah disini disebabkan terjatuh dengan tekanan pada lengan dalam keadaan lurus (disebut patah tulang Colles).

Dapat juga terjadi patah tulang lengan atas (satu atau kedua tulang) pada bagian atas pergelangan tangan akibat rudapaksa langsung pada daerah tersebut.

33 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR Cara membidai:

Memakai bidai sebagian alas sepanjang lengan bawah dengan telapak tangan menghadap kebawah, lengan digantung dengan pembalut segitiga atau pembalut gulung.

e) Patah tulang tangan.

(1) Patah tulang tapak tangan

Cara membidai: Memakai bidai sepanjang lengan bawah sebagai alas, dengan posisi tangan seperti memegang gelas dan digantung dengan kain gendongan.

(2) Patah tulang jari Cara membidai:

(a) Memakai bidai pada jari yang patah;

(b) Memplester kepada jari yang patah.

f) Patah tulang iga dan dada.

(1) Patah tulang iga.

Patah tulang iga sering terjadi karena jatuh atau kecelakaan lalulintas.

Gejala-gejala:

(a) Sakit waktu bernafas dalam;

(b) Nyeri setempat terutama pada penekanan;

(c) Jika ujung tulang iga yang patah menembus paru-paru, penderita sulit bernafas, batuk mengeluarkan darah berbusa dan adanya udara dibawah kulit (krepitasi).

(2) Tindakan pertolongan ada dua macam:

(a) Imobilisasi dengan pembalut dasi atau pembalut gulung yang lebar.

34 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

- Jika ada luka terbuka, tutup dengan kassa steril atau kain bersih yang tebal;

- Jika terdapat tanda-tanda paru-paru tertembus oleh bagian yang patah, jangan dilakukan pembidaian, segera bawa ke rumah sakit.

(b) Fixasi dengan plester yang lebar.

- Plester dipasang dari pertengahan dada (menutupi tulang dada) sejajar dengan tulang iga ke belakang sampai ke tulang belakang, mulai dari bawah (iga ke 11 dan 12) sampai tulang iga pertama;

- Pada wanita, buah dada sebaiknya dibiarkan terbuka dan pada pria putting susu ditutup dengan kain.

(3) Patah tulang dada.

Tulang dada dapat patah karena rudapaksa langsung oleh benda tumpul. Tindakan pertolongan seperti gambar dibawah ini:

35 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR g) Patah tulang anggota bawah.

(1) Patah tulang panggul.

Keadaan ini biasanya terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor. Dapat juga karena terjepit antara dua benda yang bergerak. Yang perlu diperhatikan adalah:

(a) Kerusakan alat tubuh dalam panggul;

(b) Perdarahan hebat di dalam.

(2) Gejala:

(a) Terdapat rasa sakit pada penekanan kedua sisi panggul;

(b) Pada pengerahan anggota gerak bawah dirasakan sakit.

(3) Tindakan pertolongan:

(a) Letakan penderita/korban terlentang;

(b) Letakan lipatan selimut diantara kedua paha;

(c) Usahakan jangan banyak bergerak dengan membidai pada dada panggul dan tungkai;

(d) Segera bawa ke rumah sakit.

(4) Cara membidai dengan cara kedua kaki disatukan.

(5) Patah tulang tungkai atas (paha).

Sering keliru dengan patah tulang panggul.

36 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR (a) Gejala:

- Nyeri setempat;

- Perubahan warna karena berpindahnya darah kejaringan sekitar;

- Saat berbaring penderita/korban tidak dapat mengangkat kakinya.

(b) Tindakan pertolongan:

- Periksa nadi dan syaraf;

- Imobilisasi.

(c) Cara membidai ada dua macam:

- Pembidaian dengan kedua tungkai yang disatukan;

- Pembidaian hanya pada tungkai yang patah, dimana satu bidai dipasang sampai perut dan dada.

(6) Patah tulang lutut.

(a) Gejala: Nyeri lunak dan biasanya penderita/korban tidak dapat meluruskan kakinya.

(b) Cara membidai ada dua macam:

- Tungkai tertekuk;

- Tungkai lurus.

(c) Pembidaian dilakukan seperti saat didapatkan untuk mengurangi bertambah rusaknya syaraf dan pembuluh darah.

37 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR (7) Patah tulang tungkai bawah.

Patah tulang tungkai bawah sering disebabkan oleh benturan bumper mobil.

Disini sering berbentuk luka terbuka karena tulang hanya diliputi kulit yang tipis.

(a) Gejala: Nyeri dan pembengkakan tanpa disertai kelainan bentuk.

(8) Patah tulang kaki.

Sulit membedakan patah tulang kaki dengan nyeri disebabkan gangguan pada otot.

Cara membidai:

38 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR (9) Patah tulang muka dan tengkorak.

Pada patah tulang daerah kepala yang perlu mendapat perhatian adalah perdarahanya.

Tindakan pertolongan dengan pembidaian dapat diberikan pada patah tulang rahang bawah dengan memakai pembalut segitiga (mitela) yang digantungkan pada satu ujungnya atau memakai pembalut dasi.

(10) Patah tulang belakang.

Patah tulang belakang harus ditolong dengan hati-hati. Biasanya patah tulang disini disebabkan kecelakaan lalulintas, jatuh dari tempat yang tinggi, dimana kesemuanya menyebabkan patah tulang yang disebabkan adanya tekanan. Akibat dari tekanan tersebut menimbulkan kerusakan jaringan syaraf (sumsum tulang belakang) yang tidak dapat

Patah tulang belakang harus ditolong dengan hati-hati. Biasanya patah tulang disini disebabkan kecelakaan lalulintas, jatuh dari tempat yang tinggi, dimana kesemuanya menyebabkan patah tulang yang disebabkan adanya tekanan. Akibat dari tekanan tersebut menimbulkan kerusakan jaringan syaraf (sumsum tulang belakang) yang tidak dapat

Dokumen terkait