• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Uraian Teoritis

1.4.9. Cara Menyewa Virtual Office

Berdasarkan situs www.vooffice.co.id, syarat menyewa virtual office adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai badan usaha, tetapi ada badan usaha yang tidak bisa menggunakan virtual office seperti jasa konstruksi, e-commerce, event organizer, property, dan pariwisata

2. Mempunyai legalitas yang lengkap, hal ini bertujuan untuk mengeluarkan domisili gedung untuk perusahaan

3. Mengisi form registrasi, para pengusaha perlu mengisi data umum perusahaan untuk bisa diaktivasi agar perusahaan resmi terdaftar

1.5 Metode Penelitian 1.5.1. Jenis Penelitian

Pada penulisan Laporan Tugas Akhir jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Melalui penelitian deskriptif penulis bertujuan untuk menggambarkan penerapan virtual office pada aktivitas bisnis di era covid-19 dalam rangka mengoptimalkan penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Timur. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif non statistik, penulis bertujuan untuk merumuskan masalah sebagai fokus penelitian, mengumpulkan data dilapangan, menganalisis data, merumuskan hasil, serta menyusun rekomendasi untuk pembuatan keputusan.

1.5.2. Data Penelitian

1.5.2.1 Jenis Data Penelitian

Pada penulisan Laporan Tugas Akhir, penulis menggunakan 2 jenis data antara lain data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer yang akan digunakan penulis merupakan data hasil dari wawancara secara online yang akan dilakukan kepada pegawai KPP Pratama Medan Timur serta pengusaha pengguna virtual office.

diperoleh dari hasil penelitian maupun karya ilmiah yang sudah ada sebelumnya serta data dokumenter yang diterbitkan secara umum maupun tidak. Data tersebut digunakan sesuai dengan keperluan kelengkapan Tugas Akhir penulis.

1.5.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data seperti melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait secara online, dan dokumentasi. Adapun studi literatur yang digunakan oleh penulis yaitu dengan merangkum dari berbagai sumber baik itu berupa jurnal, artikel, buku, penelitian yang sudah ada, notulensi forum diskusi pajak maupun dokumen-dokumen yang berhubungan dengan rumusan masalah yang diangkat, sehingga informasi yang diperoleh dapat dijadikan dasar untuk menguatkan argumentasi yang ada.

1.5.2.3 Alat Pengumpul Data

Dalam mengumpulkan data Tugas Akhir, penulis menggunakan alat pengumpul data diantaranya daftar pertanyaan wawancara kepada narasumber, perangkat keras, google form, dan perangkat lunak sebagai pengolah angka serta data sehingga dapat melengkapi Laporan Tugas Akhir.

1.5.3. Sumber Data

Untuk sumber data penulis akan menggunakan beberapa dasar referensi diantaranya adalah Undang-Undang dan ketentuan perpajakan yang berlaku, Internet, Sosial Media (Instagram dan Telegram), serta Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur, yang menjadi tujuan utama untuk memberikan respon atau tanggapan mengenai apa yang ditanyakan oleh peneliti.

1.5.4. Informan Penelitian

Dalam penulisan Tugas Akhir, informan penelitian yang diharapakan dapat membantu penulis dalam pengumpulan data antara lain:

1. Informan kunci yaitu Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur maupun layanan kring pajak.

2. Informan tambahan yaitu Wajib Pajak virtual office ataupun pengusaha yang memanfaatkan layanan virtual office dalam usahanya.

1.5.5. Metode Analisis

Dalam penulisan Tugas Akhir, metode analisis yang akan digunakan penulis yaitu metode analisis deskriptif komparatif. Melalui metode ini penulis bertujuan untuk membandingkan tingkat penerimaan pajak PPh 23 dan PPh Final Pasal 4 Ayat 2 pada virtual office mulai dari tahun 2017 sampai pada tahun 2020, dengan menggambarkan, menganalisis, serta meringkas berbagai kondisi situasi dari berbagai data yang telah dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang terjadi dilapangan sehingga dengan metode analisis ini dapat memberikan kesimpulan dan gambaran yang sebenarnya mengenai penerapan virtual office pada aktivitas bisnis di era covid-19 dalam rangka mengoptimalkan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN

1.6 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Sejarah dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada saat masa penjajahan Belanda, pada saat itu Kantor Pelayanan Pajak masih bernama Blasting. Namun setelah kemerdekaan namanya berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan.

Kemudian akhirnya diubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak yang mana ini merupakan cikal bakal berdirinya Kantor Pelayanan Pajak di Indonesia dengan induk organisasinya merupakan Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia.

Pada tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak antara lain:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematangsiantar

Pada tahun 1978, Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Selain itu, untuk memudahkan pelayanan dan administrasi perpajakan bagi masyarakat, untuk menambah besarnya penerimaan pajak, dibentuklah Kantor Inspeksi Pajak yang baru, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur. Pada tahun tersebut juga reorganisasi dan perubahan nama Kantor Inspeksi Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Keputusan Menteri Keuangan nomor 267/KMK.01/1978.

Berlandaskan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, didirikan Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Pajak yang mempunyai tugas pokok di bidang penerimaan negara yang berasal dari pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur diganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tanggal 6 Mei 2008, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 67/PMK.01/2008 tentang perubahan kedua atas PMK nomor 132/PMK.01/2006 Organisasi dan tata kerja instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di Jalan Sukamulia Nomor 17A Medan. Kantor Pelayanan Pajak atau KPP modern di seluruh jajaran direktorat.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.62/KMK.01/2009 tentang Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, maka wilayah DJP Sumut 1 dibagi menjadi 9 Wilayah kerja, yaitu:

a. Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan dengan ruang lingkup wilayah Provinsi Sumatera Utara

b. Kantor Pelayanan Pajak Madya Dua Medan dengan ruang lingkup wilayah Provinsi Sumatera Utara

c. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah dengan ruang lingkup wilayah 1) Kecamatan Medan Petisah;

2) Kecamatan Medan Sunggal;

3) Kecamatan Medan Helvetia.

d. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dengan ruang lingkup wilayah 1) Kecamatan Medan Timur;

2) Kecamatan Medan Tembung;

3) Kecamatan Medan Perjuangan.

e. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dengan ruang lingkup wilayah 1) Kecamatan Medan Barat.

f. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota dengan ruang lingkup wilayah 1) Kecamatan Medan Kota;

2) Medan Denai;

3) Medan Area;

4) Medan Amplas.

g. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia dengan ruang lingkup wilayah 1) Kecamatan Medan Polonia;

2) Kecamatan Medan Maimun;

3) Kecamatan Medan Baru;

4) Kecamatan Medan Tuntungan;

5) Kecamatan Medan Selayang;

6) Kecamatan Medan Johor.

h. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan ruang lingkup wilayah 1) Kecamatan Medan Belawan;

2) Medan Marelan;

3) Medan Labuhan;

4) Medan Deli.

i. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai dengan ruang lingkup wilayah Kota Binjai dan Kabupaten Langkat.

j. Kantor Pelayanan Pajak Medan Lubuk Pakam dengan ruang lingkup wilayah Kabupaten Deli Serdang.

KPP berdasarkan segmentasi wajib pajaknya dibagi menjadi tiga:

a. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar (nasional)

b. Kantor Pelayanan Pajak Madya (wajib pajak besar regional dan khusus) c. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (wajib pajak lokasi)

Sebagaimana lazimnya KPP yang menerapkan sistem administrasi perpajakan modern, KPP Pratama juga memiliki karakteristik, antara lain:

a. Organisasi berdasarkan fungsi

b. Sumber daya manusia yang kompeten c. Sarana kantor yang memadai

d. Tata kerja yang transparan e. Penggabungan KPP, KPPBB

1.7 Visi dan Misi KPP Pratama Medan Timur

1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah “Menjadi Mitra Terpercaya Pembangunan Bangsa untuk Menghimpun Penerimaan Negara Melalui Penyelenggaraan Administrasi Perpajakan yang Efesien, Efektif, Berintegritas, dan Berkeadilan dalam rangka mendukung Visi Kementrian Keuangan: Menjadi Pengelola Keuangan Negara untuk Mewujudkan Perekonomian Indonesia yang Produktif,

2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan yaitu,

a. Merumuskan regulasi perpajakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia;

b. Meningkatkan kepatuhan pajak melalui pelayanan berkualitas dan terstandardisasi, edukasi, dan pengawasan yang efektif, serta penegakan hukum yang adil; dan

c. Mengembangkan proses bisnis inti berbasis digital didukung budaya organisasi yang adaptif dan kolaboratif serta aparatur pajak yang berintegritas, profesional, dan bermotivasi.

1.8 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing seksi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. tujuan organisasi juga dapat berfungsi sebagai wadah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan pembagian tugas yang jelas secara terorganisir.

Berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur membawahi satu sub bagian, delapan seksi, satu kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional yang berada di luar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni terdiri dari:

1. Sub bagian Tata Usaha (TU)

2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP) 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi 5. Seksi Penghasilan Badan

6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan

7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung lainnya 8. Seksi Penagihan

9. Seksi Penerimaan dan Keberatan

10. Seksi Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan

Namun, setelah adanya mederenisasi perpajakan pada tahun 2006, KPP Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, maka KPP Pratama terbagi menjadi beberapa seksi, antara lain:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan Perpajakan 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s.d IV 8. Seksi Jabatan Fungsional.

Menteri Keuangan Republik Indonesia telah meresmikan adanya reorganisasi instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada Senin, 24 Mei 2021 lalu. Dalam reorganisasi struktur vertikal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terdapat beberapa perubahan, yaitu perubahan cara kerja, pembagian beban yang lebih proporsional dalam menjalankan proses bisnis pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), adanya penambahan jumlah dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya, perubahan pada komposisi Wajib Pajak yang terdaftar dalam Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya, serta adanya perubahan struktur organisasi.

Pada perubahan ini berkaitan dengan fokus penugasan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengatakan bahwa Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama akan diarahkan untuk lebih fokus

pada penugasan wilayah. Penugasan ini mencakup pada penguasaan informasi, pendataan, dan pemetaan subjek serta objek pajak. Hal ini dijalankan melalui produksi data, pengawasan formal, dan material Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

Sedangkan bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya bersama dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Khusus nantinya akan fokus pada pengawasan terhadap Wajib Pajak strategis penentu penerimaan. Maka, diharapkan kantor pajak ini dapat mengamankan 80% (delapan puluh persen) sampai dengan 85% (delapan puluh lima persen) dari total target penerimaan pajak secara nasional.

Perubahan yang terjadi pada cara kerja tersebut tidak lepas dari komitmen yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak.

Perubahan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang baru, terdapat:

 1 Seksi Pelayanan

 5 Seksi Pengawasan

 1 Seksi Pemeriksaan, Penilaian, dan Penagihan

 1 Seksi Penjaminan Kualitas Data

1. Seksi Pelayanan

a. Mempunyai tugas yang berkaitan dengan administrasi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

d. Aktivasi EFIN,

e. Percetakan produk-produk hukum, f. Peminjaman dan pengiriman berkas,

g. Serta permohonan-permohonan.perpajakan lainnya.

2. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal (SUKI)

a. Mempunyai tugas melalukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha rumah tangga, dan pengelolaan kinerja pegawai;

b. melakukan pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin;

c. melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan;

d. melakukan penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

3. Seksi Penjamin Kualitas Data

a. Bertugas melakukan pencarian, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan informasi perpajakan;

b. Melakukan penjaminan kualitas dan validasi atas data atau alat keterangan yang berkaitan dengan kegiatan pencarian, pengumpulan, pengolahan data, dan informasi perpajakan;

c. Melakukan pelayanan dukungan teknis komputer;

d. Serta penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pemeriksaan, Penilaian, dan Penagihan

a. Pemeriksa pajak mengemban tugas untuk melakukan kegiatan pemeriksaan sebagai bagian dari proses penegakan hukum bagi Wajib Pajak yang tidak atau belum melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik dan benar;

b. Penilai mempunyai tugas melaksanakan penilaian dan atau pemetaan;

c. Penagih mempunyai tugas melakukan penagihan tunggakan pajak, melakukan penatausahaan piutang pajak, melakukan penyelesaian permohonan penundaan dan angsuran tunggakan pajak, melalukan usulan penghapusan piutang pajak dan atau sanksi administrasi perpajakan serta melakukan penatausahaan dan penyimpanan dokumen penagih.

5. Seksi Pengawasan I

a. Mempunyai tugas melakukan proses penyelesaian tindak lanjut atau pencabutan permohonan Wajib Pajak maupun masyarakat;

b. Melakukan usulan pembetulan ketetapan hasil pemeriksaan/penelitian;

c. Melakukan pemberian bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak maupun masyarakat;

d. Melakukan tindak lanjut permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

6. Seksi Pengawasan II

a. Mempunyai tugas melakukan analisis, penjabaran, dan pencapaian target penerimaan pajak untuk Wajib Pajak Strategis;

b. Melakukan pendataan dan pemetaan Wajib Pajak Stategis dan objek pajak yang dimiliki, dikuasai,dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak strategis;

c. Melakukan analisis kinerja Wajib Pajak;

d. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan;

e. Melakukan imbauan dan konseling kepada Wajib Pajak Strategis;

g. Melakukan pemutakhiran basis data Wajib Pajak Strategis, melakukan pemeriksaan dengan kriteria tertentu;

h. Melakukan tindak lanjut data yang diterima dari Kantor Pusat;

i. Melakukan pemutakhiran basis data nilai objek pajak yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Strategis.

7. Seksi Pengawasan III, IV, V,

a. Mempunyai tugas melakukan pemberian dan atau penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, pengukuhan dan atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak, pemberiandan atau penghapusan nomor objek pajak secara jabatan, melakukan analisis, penjabaran, dan pencapaian target penerimaan pajak;

b. Melakukan pengamatan potensi pajak, melakukan pendataan dan pemetaan wajib pajak dan objek pajak;

c. Melakukan pengumpulan data pendukung dan rekonsiliasi data dalam rangka pengawasan Wajib Pajak, melakukan analisis kinerja Wajib Pajak;

d. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan serta melakukan imbauan dan konseling kepada Wajib Pajak, melakukan produksi alat keterangan hasil pengamatan, pendataan, pemetaan, dan pengawasan Wajib Pajak;

e. Melakukan pemutakhiran basis data Wajib Pajak, melakukan pemeriksaan dengan kriteria tertentu;

f. Melakukan tindak lanjut data yang diterima dari Kantor Pusat;

g. Melakukan pemutakhiran basis data nilai objek pajak.

BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Wajib Pajak Badan Terdaftar di KPP Pratama Medan Timur

Virtual office atau kantor virtual adalah jenis kantor sewa non-fisik yang

bisa digunakan sebagai alamat legal bisnis dan mendapatkan fasilitas-fasilitas kantor dari sang provider. Meskipun tidak memiliki kantor fisik yang digunakan sendiri, pengguna virtual office mendapatkan keuntungan khusus seperti biaya operasional yang jauh lebih murah dari kantor konvensional serta mendapatkan fasilitas yang mirip dengan kantor konvensional.

Melalui virtual office, pengusaha dapat memangkas biaya operasional hingga 90% dibandingkan dengan cara kerja konvensional. Pengusaha akan tetap memiliki kantor yang elegan didukung dengan alamat domisili yang sah, resepsionis, ruang meeting, dan nomor telepon khusus tanpa membayar biaya lebih untuk menambah staf baru.

Berlandaskan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri, maka kewajiban mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak menjadi suatu keharusan tidak terkecuali bagi Wajib Pajak Badan yang memiliki penghasilan peredaran bruto tertentu dalam lingkup wilayah kerja KPP Pratama Medan Timur.

Tabel 3.1

Jumlah Wajib Pajak Badan Terdaftar di KPP Pratama Medan Timur Tahun 2017-2020

Tahun Jumlah Wajib Pajak Badan Terdaftar

2017 10,646

2018 11,120

2019 11,570

2020 12,082

Sumber : Seksi PKD KPP Pratama Medan Timur

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak badan terus meningkat dari tahun ke tahun. Dapat dilihat, pada periode sebelum covid-19 2017-2019 menunjukkan peningkatan jumlah wajib pajak badan yang mendaftarkan diri sebagai wajib pajak badan di KPP Pratama Medan Timur dalam rentang waktu tiga tahun terakhir, dan pada tahun 2020 meningkat signifikan walaupun pada masa pandemi.

3.2 Pengusaha Kena Pajak Terdaftar di KPP Pratama Medan Timur

Menteri Keuangan telah mengatur penggunaan virtual office melalui PMK No.147/PMK.03/2017 tentang Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Untuk itu, PMK ini memperbolehkan virtual office sebagai PKP dengan beberapa syarat yang terdapat pada Pasal 45 ayat 5 dan 6 PER-45/PJ/2020, serta mengatur bahwa pengusaha dapat menggunakan jasa virtual office sebagai tempat pelaporan usaha.

Tabel 3.2

Pengusaha Kena Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Medan Timur Tahun Jumlah Pengusaha Kena Pajak Terdaftar

2017 1,772

2018 1,954

2019 2,103

2020 2,272

Sumber : Seksi PKD KPP Pratama Medan Timur

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak badan berstatus Pengusaha Kena Pajak (PKP) mengalami peningkatan, dapat dilihat pada tahun 2018 ada sebanyak 1.964 PKP yang terdaftar, lalu pada tahun 2019 terjadi peningkatan jumlah PKP yang mendaftar menjadi 2.103 kemudian pada tahun 2020 sebanyak 2.272 PKP. Dari data di atas dapat disimpulkan kepatuhan wajib pajak badan untuk mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak terbilang baik terlihat dari peningkatan jumlah PKP cukup signifikan.

3.3 Hasil Wawancara dengan Informan Penelitian

Wawancara dilakukan oleh penulis terhadap narasumber yaitu seorang pengusaha startup yang bergerak di bidang fintech (inovasi jasa keuangan yang memanfaatkan teknologi), serta wawancara dengan kring pajak. Sebelum melakukan wawancara, penulis sudah membuat daftar pertanyaan serta telah menentukan waktu yang tepat untuk mewawancarai narasumber.

Berikut ini hasil percakapan antara Penulis (P) dengan Narasumber (N) yang dilaksanakan pada Kamis 8 Juli 2021.

N: “Untuk saat ini penggunaan virtual office dalam usaha belum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Timur, dikarenakan masih sedikit para pelaku usaha dilingkungan Medan Timur yang memanfaatkan layanan virtual office ini pada usahanya sehingga penerimaan pajaknya pun masih sedikit.”

P: “Apa saja yang menjadi kendala dalam meningkatkan penerimaan pajak dari virtual office?”

N: “Yang menjadi kendala dalam meningkatkan penerimaan pajak dari virtual office adalah pertama kurangnya informasi mengenai virtual office,

kedua saat ini pengusaha yang memanfaatkan layanan virtual office masih sedikit, ketiga kurangnya sosialisasi pada masyarakat mengenai virtual office yang bisa digunakan sebagai alternatif suatu usaha.”

P: “Menurut Bapak apakah penggunaan virtual office pada era covid-19 ini berpeluang besar dalam peningkatan penerimaan pajak?”

N: “Ya, sangat berpeluang besar apalagi dimasa PPKM dan ketidakpastian akhir pandemi ini para pengusaha akan berusaha mendapatkan solusi supaya tidak gulung tikar. Dengan banyaknya pengusaha yang menyewa virtual office maka penerimaan pajaknya pun tentu akan terjadi

peningkatan.”

P: “Apakah pengusaha yang menggunakan virtual office dapat dikukuhkan menjadi PKP? Apa saja syaratnya Pak?”

N: “Saat ini pelaku usaha yang memanfaatkan virtual office sudah bisa dikukuhkan PKP sesuai dengan PMK 147/2017. Syarat virtual office dikukuhkan sebagai PKP yaitu formulir registrasi, akta pendirian usaha,

NPWP dan ID, SIU, SPT dan laporan Keuangan, serta denah kantor yang digunakan.”

P: “Langkah bagaimana yang harus dilakukan untuk lebih mengoptimalkan penerimaan pajak dari virtual office kedepannya?”

N: “Pemerintah harus lebih serius mendukung pelaku-pelaku usaha khususnya startup ataupun usaha yang bergerak pada teknologi yang berpeluang menjadi subjek pajak virtual office.”

P: “Selain mengurangi biaya, apa alasan bapak menggunakan virtual office pada usaha bapak ?”

N: “Alasan saya ada beberapa diantaranya seperti meningkatkan citra dan branding perusahaan, kantor yang elegan, dan fleksibilitas bekerja darimana saja.”

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Virtual Office Pada Bisnis Dalam Mengoptimalkan Penerimaan Pajak di KPP Pratama Medan Timur

Dengan adanya wabah Covid-19 yang melanda dunia ini, membuat dunia terkunci, rantai pasokan lumpuh dan ekonomi mengalami penurunan drastis. Di Indonesia sendiri kita semua diharuskan bekerja dan menjalankan bisnis dari rumah dan melakukan social distancing guna mengurangi penyebaran virus Covid-19 dan membantu program pemerintah. disisi lain biaya operasional kantor dan karyawan terus berjalan setiap hari nya mulai dari biaya listrik, sewa kantor fisik, gaji karyawan dan lain sebagainya.

Virtual office menjadi salah satu solusinya. dengan virtual office

pengusaha dapat bekerja dengan aman dari rumah, dimana saja dan kapan saja serta hemat biaya operasional hingga 90%. Ditambah virtual assistant yang akan membantu mulai dari penanganan dokumen, surat, paket yang datang ke alamat perusahaan, penanganan call answering yang akan membantu menjawab telepon masuk ke nomor perusahaan dan masih banyak lagi keuntungan lainnya.

Virtual office atau kantor virtual adalah jenis kantor sewa non-fisik

yang bisa digunakan sebagai alamat legal bisnis dan mendapatkan fasilitas- fasilitas kantor dari sang provider. Meskipun tidak memiliki kantor fisik yang digunakan sendiri, pengguna virtual office mendapatkan keuntungan khusus seperti biaya operasional yang jauh lebih murah dari kantor konvensional serta mendapatkan fasilitas yang mirip dengan kantor konvensional

Penerapan virtual office dalam mengoptimalkan penerimaan pajak dapat dianalisis dengan membandingkan tingkat penerimaan pajak PPh 23 dan PPh

Penerapan virtual office dalam mengoptimalkan penerimaan pajak dapat dianalisis dengan membandingkan tingkat penerimaan pajak PPh 23 dan PPh

Dokumen terkait