• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Cara Menyusui yang Benar

Menyusui adalah hal terindah bagi para ibu, suatu anugerah yang sangat besar dari yang Maha Kuasa. Dengan menyusui, ikatan batin antara ibu dan anak akan semakin besar. Dengan menyusui, ibu tidak perlu menggunakan kontrasepsi. Dan dengan menyusui, proses penyembuhan rahim setelah melahirkan, akan lebih cepat. Namun, saat menyusui sering terdapat keluhan berupa payudara bengkak, ASI tidak keluar, lecet pada puting dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan cara menyusui yang tidak tepat (Klinik Kesehatan, 2011).

Sebelum dan saat menyusui, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh ibu. Sebelum menyusui, ibu harus mempersiapkan mental dan fisik. Minum air putih dan makan terlebih dahulu, jangan menyusui dalam keadaan lapar dan haus. Setelah itu, siapkan tempat yang nyaman bagi ibu dan bayi. Setelah menyiapkan diri dan tempat, cuci bersih dulu tangan sebelum menggendong bayi. Setelah itu, lepaskan penutup payudara pada kedua sisinya. Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu memperkuat refleks menghisap bayi (Lentera Impian, 2010).

14

a. Posisi Menyusui yang Benar

Gambar 2.1. Posisi Menyusui yang Benar (Perinasia, 2004)

Gambar 2.2. Posisi Menyusui Bayi Kembar secara Bersamaan (Perinasia, 2004)

15

Setelah ibu mengetahui hal-hal penting yang berkaitan dengan persiapan menyusui, ada baiknya kita tahu, bagaimana posisi menyusui yang benar. Tentunya, posisi menyusui sangat menentukan bagi kenyamanan bayi dan ibu sendiri. Berikut ini penjelasan tentang posisi menyusui yang benar.

1) Posisi Cradle Hold. Posisi ini sangat baik untuk bayi yang baru lahir. Bagaimana caranya? Pastikan punggung ibu benar-benar mendukung untuk posisi ini. Jaga bayi di perut ibu, sampai kulitnya dan kulit ibu saling bersentuhan. Biarkan tubuh bayi menghadap ke arah ibu, dan kepala bayi diletakkan pada siku ibu. 2) Posisi Cross Cradle Hold. Satu lengan mendukung tubuh bayi dan

yang lain mendukung kepala, mirip dengan posisi dudukan, tetapi ibu memiliki kontrol lebih besar atas kepala bayi. Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu dengan puting payudara kecil.

3) Posisi Football Hold. Caranya, pegang bayi di samping ibu dengan kaki di belakang ibu, dan bayi terselip di bawah lengan ibu, seolah-olah ibu sedang memegang bola kaki. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi caesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara besar. Tapi, ibu-ibu butuh bantal untuk menopang bayi.

4) Posisi Lying Down. Menyusui dengan berbaring akan memberi ibu lebih banyak kesempatan untuk bersantai dan juga untuk tidur

16

lebih banyak pada malam hari. Anda bisa tidur saat bayi menyusu. Dukung punggung dan kepala bayi dengan bantal. Pastikan bahwa perut bayi menyentuh badan ibu.

Menurut Depkes RI (2002), posisi menyusui yang benar adalah sebagai berikut:

1) Posisi madona atau menggendong: Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi diletakan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

2) Posisi football atau mengepit: Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

3) Posisi berbaring miring: Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan.

Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak (Perinasia, 2004).

17

b. Tahap Tata Laksana Menyusui yang Benar

Tahap dan tata laksana menyusui yang benar menurut Depkes RI (2002), yaitu adalah sebagai berikut:

1) Posisi badan ibu dan bayi

a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala. c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.

e) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

f) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.

g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

2) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu

Gambar 2.3. Perlekatan Benar Gambar 2.4. Perlekatan Salah (Perinasia, 2004)

18

a) Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu dan areola. b) Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C

yaitu payudara dipegang dengan ibu jari di bagian atas dan jari yang lain menopang di bawah atau dengan pegangan seperti gunting (puting susu dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting) dibelakang areola.

c) Sentuh pipi/ bibir bayi untuk merangsang rooting refleks (refleks menghisap).

d) Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan lidah menjulur ke bawah.

e) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu belakang bayi bukan belakang kepala.

f) Posisikan puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi.

g) Kemudian arahkan puting susu keatas menyusuri langit-langit mulut bayi.

h) Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle). i) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan

gerakan memerah sehingga ASI akan keluar.

j) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

19

k) Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu. l) Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi. c. Tanda Bayi Merasa Nyaman

Bila memakai cara menyusui yang benar, maka bayi juga akan merasa nyaman untuk menikmati ASI yang diberikan oleh ibunya. Menurut Ahira (2011), hal ini bisa diketahui dengan memperhatikan ciri-cirinya yaitu adalah sebagai berikut:

1) Bayi selalu terlihat nyaman dan tenang ketika sedang menikmati ASI.

2) Selalu menempelkan badan atau tubuhnya pada perut si ibu. 3) Mulut sang bayi selalu terbuka dengan lebar.

4) Dagunya selalu menempel di payudara sang ibu.

5) Banyak ASI yang masuk ke mulutnya. Jadi tidak tercecer di pipi atau payudara sang ibu.

6) Bayi mau menghisap ASI dengan semangat dan memakai irama yang teratur.

7) Ibu sama sekali tidak merasakan perih atau nyeri di payudara dan putingnya.

8) Bila diperhatikan dengan seksama, maka lengan dan telinga bayi sejajar seperti garis yang lurus.

20

9) Bayi terus menengadah kepalanya waktu menghisap atau meminum susu.

d. Menciptakan Praktek Menyusui yang Benar (Depkes RI, 2002) 1) Posisi yang benar.

2) Perlekatan harus benar.

3) Tidak diberi botol atau empeng.

4) Menghisap sesering mungkin meningkatkan produksi ASI. 5) Perlihatkan cara menyusui yang efektif.

e. Penatalaksanaan Menyusui yang Optimal

Tanda-tanda ASI cukup atau penatalaksanaan menyusui yang optimal menurut Depkes RI (2002), yaitu adalah sebagai berikut: 1) Bayi BAK setidaknya 6x dalam 24 jam dan warnanya jernih

sampai kuning muda.

2) BAB bayi berwarna kekuningan “berbiji” 2x atau lebih dalam sehari.

3) Bayi relaks dan puas setelah minum, terbaik bila bayi melepaskan puting susu sendiri. Bayi yang selalu tidur bukanlah pertanda baik. 4) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.

5) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.

21

Dokumen terkait