• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

C. Temuan Penelitian

1. Cara Orang Tua Menanamkan Nilai-Nilai Moral pada Anak dalam

C. Temuan Penelitian

Setelah dilakukan observasi dan wawancara terhadap keluarga beda agama di Desa Doplang Kecamatan Bawen ditemukan penanaman nilai-nilai moral dalam keluarga beda agama sebagai berikut:

1. Cara orang tua menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam keluarga beda agama

Dalam setiap keluarga mempunyai cara yang beragam dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak, hal itu juga terjadi pada keluarga beda agama. Perbedaan agama antara suami dan istri menjadi faktor yang berpengaruh dalam menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak. Di bawah ini penulis paparkan cara penanaman nilai-nilai moral pada anak dalam pasangan beda agama berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis.

a. Keluarga Bapak JK

Bapak JK awalnya beragama Kristen Protestan, tapi untuk bisa menikah dengan Ibu SM akhirnya Bapak JK bersedia untuk pindah ke agama Islam. Setelah dua tahun pernikahannya dengan Ibu SM, akhirnya Bapak JK kembali lagi menjalankan ajaran agama Kristen Protestan tetapi tanpa mengubah agama yang tertera dalam kartu identitasnya. Ibu SM dan Bapak JK membuat suatu kesepakatan mengenai agama anak-

anak mereka kelak harus ikut dengan agama Ibu SM yaitu Islam. Hal tersebut sebagaimana diutarakan oleh Ibu SM di bawah ini:

“Untuk masalah anak-anak terutama tentang agamanya saya sudah bilang ke suami kalau anak-anak harus ikut dengan

saya bagaimanapun keadaannya karena telah menjadi

kesepakatan”.

Walaupun di dalam keluarga ini terdapat perbedaan agama, namun keluarga ini sangat terlihat kompak dan harmonis. Dalam masalah penanaman nilai-nilai moral Bapak JK dan Ibu SM menerapkan:

1) Religiusitas

Bapak JK dan Ibu SM dikaruniai dua anak. Dengan adanya kesepakatan yang dibuat oleh Bapak JK dan Ibu SM akhirnya kedua anaknya mengikuti agama Ibu SM yaitu Islam. Mengenai pendidikan religiusitas, Ibu SM sudah mulai mengenalkan Islam kepada anak- anaknya sejak mereka masih kecil. Hal ini berdasarkan penuturan dari Ibu SM di bawah ini:

“Sejak kecil, sebelum sekolah sudah saya latih shalat walaupun hanya sekedar menirukan gerakannya saja”.

Menurut Ibu SM, pendidikan religiusitas yang lebih utama diajarkan yaitu mengenai shalat, mengaji, puasa, sikap toleransi dan menghormati terhadap pemeluk agama lain. Berikut pernyataan Ibu SM:

“Yang penting anak-anak mau shalat dan ngaji tapi yang penting juga harus menghormati bapaknya walaupun belum bisa sama dengan kita”.

Pertanyaan Ibu SM juga diutarakan oleh MR (anak dari Bapak JK dan Ibu SM) sebagai berikut ini:

“Saya setiap hari disuruh Ibu untuk mengaji ke TPA

dan sejak kecil saya sudah diajarkan pelajaran agama seperti

sholat, mengaji, puasa dan zakat”.

2) Disiplin

Memberikan pujian atau hadiah dilakukan keluarga bapak JK apabila anak berperilaku disiplin atau patuh kepada orang tua. Keluarga Bapak JK berpikiran apabila anak diperlakukan dengan baik maka anak akan patuh dan disiplin dengan sendirinya. Berikut ini penuturan Ibu ST:

“Saya selalu memberikan anak saya pujian atau

hadiah kalau anak saya disiplin dan patuh terhadap perintah saya. anak itu kalau kita bersikap baik atau tidak galak pasti

anak akan patuh dan disiplin dengan sendirinya”.

3) Akhlaq

Keluarga Bapak JK dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anaknya tidak berbeda dengan keluarga pada umumnya.

Keluarga Bapak JK mengajarkan anaknya untuk sopan,

menghormati orang yang lebih tua dan bersikap baik dengan orang lain. Berikut ini penuturan Ibu ST:

“Anak saya selalu saya ajarkan untuk sopan,

menghormati dengan orang yang lebih tua dan yang paling penting anak saya harus selalu berbuat baik kepada orang

lain”.

Dan di keluarga Bapak JK setelah penulis melakukan observasi, anaknya ketika mau masuk kedalam rumah selalu

mengucapkan salam bahkan anakya dalam berbicara kepada yang lebih tua selalu mengunakan bahasa krama.

Bapak JK walaupun beragama Kristen mempunyai sikap toleransi kepada keluarga yang lain seperti ditunjukkanya pada bulan puasa, Bapak JK tidak terlihat makan pada waktu siang ketika Ibu ST dan anaknya berpuasa. Pernyataan ini di utarakan oleh MR (anak dari Bapak JK dan Ibu SM):

“Pada saat bulan Ramadhan bapak tidak pernah

terlihat makan siang karena bapak menghormati saya dan ibu yang sedang berpuasa”.

b. Keluarga Bapak DC

Di keluarga Bapak DC dan Ibu IT agama merupakan suatu hal yang tidak perlu dipermasalahkan dan diperebutkan. Mengenai penentuan agama bagi anak, Bapak DC menyerahkan sepenuhnya kepada Ibu IT. Bapak DC tidak terlalu mempermasalahkan agama apa yang akan dipilih anaknya, yang terpenting tetap konsekuen terhadap ajaran agama yang dipeluknya. Dengan begitu, anak mereka ikut ke agama Ibu IT yaitu Islam, sebagaimana diutarakan oleh Ibu IT:

“Untuk agama anak, suami saya menyerahkan semuanya ke saya. Jadi ya anak ikut agama saya. Suami saya tu gak terlalu mempermasalahkan agama apa yang kelak dipilih anak-anak yang terpenting itu tetap konsekuen dengan ajaran agama yang

dipeluk”.

Begitu juga dengan menanamkan nilai-nilai moral Bapak DC menyerahkan sepenuhnya kepada Ibu IT. Ibu IT menanamkan nilai-nilai moral pada anak sebagai berikut:

1) Religiusitas

Pernikahan Bapak DC dengan Ibu IT dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama RL. Karena Bapak DC menyerahkan sepenuhnya kepada Ibu IT mengenai pendidikan religiusitas anaknya, maka Ibu IT yang memberikan pendidikan religiusitas kepada RL sehingga RL ikut ke agama Islam. Menurut Ibu IT, pengenalan tentang Islam lebih baik diberikan sejak kecil. Nilai-nilai yang diajarkan meliputi pengenalan tentang Tuhan, rukun iman dan rukun islam. Berikut ungkapan Ibu IT:

“Yang terpenting itu pengenalan tentang Tuhan serta

rukun iman, shalat dan ajaran-ajaran yang lain meliputi puasa, zakat dan lainnya. Patuh dan menghormati kepada bapaknya walaupun tidak seagama. Mungkin seputar hal-hal

yang mendasar yang bisa saya ajarkan kepada anak saya”.

2) Disiplin

Keluarga Bapak DC dalam menanamkan nilai-nilai disiplin kepada anaknya, hukuman selalu diberikan ketika anak melakukan kesalahan. Seperti penuturan Ibu IT berikut ini:

“Anak saya kalau tidak disiplin selalu saya berikan

hukuman. soale kalau gak digituin anak tidak mungkin bisa

disiplin”.

Unikya dalam keluarga Bapak DC, Bapak DC yang beragama Kristen tidak lupa mengingatkan anaknya apabila tidak menjalankan sholat bahkan Bapak DC memarahi anaknya apabila tidak segera menjalakan sholat. Berikut ini penuturan RL (anak Bapak DC dan Ibu ST):

“Bapak itu walaupun beragama kristen selalu

memarahi saya apabila saya tidak menjalankan sholat. Bapak mengatakan kalau menjalankan ibadah itu mbok jangan di tunda-tunda lheksegera dijalankan”.

3) Akhlak

Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anakya, keluarga Bapak DC lebih mementingkan anaknya untuk patuh kepada orang tua dan menghormati orang lain. Berikut ini penuturan Ibu ST:

“Yang paling penting anak saya harus patuh kepada orang tua dan menghormati orang lain itu sudah cukup”.

c. Keluarga Bapak JN

Mengenai penentuan agama anak, dalam keluarga Bapak JN dan Ibu ST memberikan kebebasan kepada anak mereka. Saat anak-anak mereka masih kecil, Bapak JN yang lebih intens dalam memberikan pendidikan keagamaan, sampai suatu saat Ibu ST merasa cemburu dan berniat untuk memberikan pendidikan agama juga ke anak-anak mereka. Akhirnya Bapak JN dan Ibu ST sepakat untuk saling memberikan pengajaran keagamaan sesuai dengan agama masing-masing kepada anaknya. Namun YD (anak Bapak JN dan Ibu ST) hanya mau menerima pendidikan keagamaan yang diberikan oleh Bapak JN saja. Hal ini berdasarkan penuturan Bapak JN:

“Saat anak saya masih kecil saya yang lebih intens dalam memberikan pendidikan keagamaan kepada mereka agar mereka mempunyai pedoman dan pondasi yang kuat. Namun istri saya protes karena saya yang lebih dominan dalam memberikan pengajaran kepada anak-anak, akhirnya saya dan istri sepakat untuk saling memberikan pengajaran tentang agama kepada

mereka. Setelah anak-anak dewasa kita juga memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih agama, apakah akan memilih Islam ataupun Kristen tetapi anak saya hanya menerima pendidikan dari saya dan memilih agama Islam”.

Dan berikut ini penanaman nilai-nilai moral yang di berikan bapak kepada anaknya:

1) Religiusitas

Menurut Bapak JN, nilai religiusitas yang harus diberikan kepada anak yaitu masalah tauhid, shalat wajib dan puasa. Seperti yang telah diungkapkan Bapak JN berikut ini:

“Kalau menurut saya semua nilai itu penting untuk

diajarkan kepada anak, tapi hal yang paling anak ketahui dan kuasai adalah mengenai tauhid yaitu tentang keimanan kepada Allah, kemudian shalat juga sangat penting karena kita sebagai umat Islam wajib untuk melaksanakan shalat 5 waktu dan puasa. Yang penting itu hidup harmonis dengan

lingkungan kita”.

Ungkapan Bapak JN di atas juga diutarakan oleh YD (anak Bapak JN dan Ibu ST) berikut ini:

“Bapak setiap sore selalu menyuruh saya untuk pergi mengaji ke TPA biar saya tau tentang ilmu-ilmu agama. Bapak jugaselalu menyuruh saya membaca yasin ketika

malam Jum’at”.

2) Disiplin

Keluarga Bapak JN dalam menanamkan nilai disiplin kepada anaknya dengan cara terus menerus memberikan atau mengajarkan kedisiplinan sampai anak disiplin dengan sendirinya. Berikut ini penuturan Bapak JN:

“Anak saya selalu terus menerus saya tanamkan nilai

disiplin, apabila anak ditanamkan terus-menerus pasti dalam diri anak akan timbul rasa disiplin dengan sendirinya”.

3) Akhlak

Penanaman nilai-nilai akhlak dalam keluarga Bapak JN adalah menanamkan anak untuk selalu bersikap toleransi dengan orang lain, rendah hati dan menolong orang lain. Berikut ini penuturan Bapak JN:

“Walaupun saya selalu bersikap demokratis kepada anak. tetapi anak saya harus selalu selalu bersikap toleransi

dengan orng lain, rendah hati dan menolong orang lain”.

2. Masalah yang muncul dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam

Dokumen terkait