• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL DALAM KELUARGA BEDA AGAMA( Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Kristen di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL DALAM KELUARGA BEDA AGAMA( Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Kristen di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL

DALAM KELUARGA BEDA AGAMA

(Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Kristen di Desa Doplang

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Disusun oleh:

LILIS HANDAYANI

11111149

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, Setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Lilis Handayani

NIM : 11111149

Judul : PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL DALAM

KELUARGA BEDA AGAMA (Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Kristen di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)

dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Demikian persetujuan pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 11 Januari 2016

Pembimbing

Dr. Mukti Ali, M.Hum.

(3)

SKRIPSI

PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL DALAM KELUARGA BEDA AGAMA

(Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Kristen di Desa Doplang

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)

DISUSUN OLEH

LILIS HANDAYANI

NIM : 11111149

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 Januari 2016 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. _________________

Sekretaris Penguji : Dr. Mukti Ali, M.Hum. _________________

Penguji I : Dr. Muh. Saerozi, M.Ag. _________________

Penguji II : Rovi’in, M.Ag. _________________

Salatiga, 02 Februari 2016

Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Lilis Handayani

` NIM : 11111149

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL DALAM

KELUARGA BEDA AGAMA (Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Kristen di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan

jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Bawen, 09 Januari 2016 Yang menyatakan,

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesuatu yang belum dikerjakan, sering kali mustahil. Kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

Berdoa dan berusaha adalah kunci dari keberhasilan.

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku yang selalu mendo’akanku

Untuk Kakek dan Nenekku yang saya hormati

Untuk Adekku yang aku sayang

Untuk saudara-saudaraku tercinta

Untuk teman terbaikku yang memberikan semangat dan do’a

Untuk dosen-dosen IAIN Salatiga yang telah membagi ilmunya

(6)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نحمرلا للها مسب

Asslamualaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada

junjungan kita baginda Rasulullah SAW yang selalu kami harapkan syafa’atnya.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Dra. Ulfah Susilawati, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis dalam perkuliahan.

5. Dr. Mukti Ali, M.Hum. selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiranya guna membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

(7)

7. Orang tuaku dan adekku, Bapak Mudakir, Almarhumah Ibu Sukiyari dan Adek Farida tersayang yang selalu membantu, mendo’akan dan memberi dukungan.

8. Kakek dan nenekku yang memberikan do’a dan dukungan.

9. Teman terbaikku Hanif Ahmad Saifuddin yang telah mendo’akan, membantu dan selalu meluangkan waktunya untukku disaat sedih maupun senang.

10. Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2011, Eva, Chamidah, laila, nisa dan lain-lain yang telah memberikan semangat. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhirnya penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga masih banyak ditemui kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Namun demikian sekecil apapun karya ini, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi ilmu yang berkah.

Teriring do’a dan harapan semoga amal baik dan jasa semua pihak tersebut

di atas akan mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT. Amin.

(8)

ABSTRAK

Handayani, Lilis. 2015. Penanaman Nilai-Nilai Moral dalam Keluarga Beda Agama (Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Kristen di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Mukti Ali, M.Hum.. Kata Kunci: Penanaman, Nilai-Nilai Moral dan Keluarga Beda Agama

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penanaman nilai-nilai moral pada keluarga beda agama. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) Bagaimana cara orang tua menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam keluarga beda agama?, (2) Apa masalah yang muncul dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam keluarga beda agama? dan (3) Bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam keluarga beda agama?.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) yang dilakukan di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskriptif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen. pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah cara menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam keluarga beda agama meliputi: (1) menanamkan nilai-nilai religiusitas yaitu menanamkan keyakinan dari usia dini, menjalankan praktik agama dan memberikan ilmu pengetahuan agama, (2) menanamkan nilai-nilai disiplin yaitu menanamkan disiplin dengan memberikan hukuman, penghargaan dan menanamkan disiplin secara konsistensi dan (3) menanamkan nilai-nilai akhlak yaitu mengajarkan kesopanan, kesederhanaan dan pembiasaan untuk menjauhkan perbuatan yang tercela. Masalah yang mucul dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak adalah perbedaan agama di dalam keluarga, kurangnya pengetahuan orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai moral pada anak, rendahnya motivasi dan semangat anak dalam melakukan nilai-nilai moral yang ditanamkan orang tua, sosialisasi yang kurang dengan masyarakat sekitar dan orang tua yang terkesan tidak perhatian terhadap perkembangan anak. Cara memecahkan masalah yang dilakukan keluarga beda agama dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak: menanamkan sikap toleransi dan hidup rukun di dalam keluarga dan masyarakat, mengikutsertakan anak pada Taman

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Telaah Pustaka ... 9

G. Metode Penelitian ... 13

(10)

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20

A. Penanaman Nilai-Nilai Moral ... 20

1. Pengertian Penanaman Nilai-Nilai Moral ... 20

2. Nilai-Nilai Moral yang harus Ditanamkan terhadap Anak ... 22

B. Keluarga Beda Agama ... 36

1. Pengertian Pernikahan Beda Agama ... 36

2. Pernikahan antara Orang yang Berlainan Agama Menurut Hukum Islam ... 37

3. Pernikahan Beda Agama Menurut Agma-agama Di Indonesia ... 39

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 43

A. Profil Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang ... 43

1. Letak dan Keadaan Geografis ... 43

2. Keadaan Penduduk ... 43

3. Data Responden ... 48

B. Profil Subjek Penelitian ... 48

1. Profil Keluarga Bapak JK ... 48

2. Profil Keluarga Bapak DC ... 49

3. Profil Keluarga Bapak JN ... 50

C. Temuan Penelitian ... 51

1. Cara Orang Tua Menanamkan Nilai-Nilai Moral pada Anak dalam Keluarga Beda Agama ... 51

(11)

3. Cara Memecahkan Masalah yang Muncul dalam Menanamkan

Nilai-Nilai Moral pada Anak dalam Keluarga Beda Agama ... 60

BAB IV PEMBAHASAN ... 63

A. Cara Orang Tua Menanamkan Nilai-Nilai Moral pada Anak dalam Keluarga Beda Agama ... 63

B. Masalah yang Muncul dalam Menanamkan Nilai-Nilai Moral pada Anak dalam Keluarga Beda Agama ... 71

C. Cara Memecahkan Masalah yang Muncul dalam Menanamkan Nilai-Nilai Moral pada Anak dalam Keluarga Beda Agama ... 73

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan... 76

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 43

Tabel 3.2 Jumlah penduduk Menurut Agama ... 44

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 45

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 46

Tabel 3.5 Jumlah Kepala Keluarga ... 47

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Daftar Nilai SKK

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sangat heterogen,

di mana terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, beraneka ragam budaya dan perbedaan agama. Hal ini sangat berpengaruh dalam pergaulan

sehari-hari serta kehidupan bermasyarakat. Masyarakat dapat bergaul dengan bebas dengan pemeluk agama lain, tanpa membeda-bedakan agama satu dengan yang lain. Keanekaragaman yang ada tidak menjadikan bangsa Indonesia

terpecah dan saling memunculkan sikap fanatik antara satu dengan lainnya. Kerukunan dapat terjalin dengan baik jika dalam diri masing-masing

masyarakat tertanam sikap toleransi dan mau menerima pendapat orang lain sehingga tidak memunculkan sikap curiga terhadap kelompok atau pemeluk agama lain. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dan agama yang

berbeda-beda, dalam kondisi kemajemukan seperti itu masyarakat satu dengan yang lain hampir dipastikan sulit untuk menghindari dari persentuhan

dan pergaulan dengan orang yang berbeda agama. Pada posisi seperti ini ketertarikan pria atau wanita yang berbeda agama mungkin terjadi dan

(15)

Pernikahan beda agama merupakan salah satu akibat dari interaksi sosial yang terbina dalam masyarakat majemuk. Pernikahan beda agama pada

dasarnya terbentuk dari ikatan pernikahan atau perkawinan yang dilangsungkan antar pasangan yang berbeda agama satu sama lain.

Perkawinan adalah sebuah akad yang mengikat kedua pihak yang setara yaitu laki-laki dan perempuan yang masing-masing telah memenuhi persyaratan berdasarkan hukum yang berlaku atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua

belah pihak untuk membentuk keluarga (Kamal dan Mulia, 2003:1). Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, yang sila pertamanya

ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka antara perkawinan dengan agama mempunyai hubungan yang erat, karena perkawinan bukan saja mempunyai unsur jasmani tetapi juga mempunyai unsur rohani yang memegang peranan

penting. Sebuah keluarga akan terasa lengkap jika telah dikaruniai anak, memiliki keturunan merupakan salah satu tujuan dari pernikahan.

Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang telah memiliki potensi-potensi bawaan atau fitrah. Dengan pengajaran, bimbingan dan latihan ke depannya seseorang akan mampu mengembangkan kemampuan atau potensi

yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu, orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya sesuai dengan ajaran agama Islam karena orang

tualah yang mempunyai pengaruh besar terhadap kepribadian dan akhlak anaknya. Dengan kata lain, keluarga merupakan wadah pertama dan utama

(16)

berkembang dan terbentuknya kepribadian anak serta tempat untuk belajar berinteraksi sosial.

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena manusia milik Allah SWT. Mereka

harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT (Thoha, 1996:103). Anak adalah pengikat hati dalam keluarga yang diamanatkan oleh Allah kepada bapak dan ibu mereka. Anak yang

shaleh adalah sumber kebahagiaan, namun sebaliknya anak juga bisa menjadi fitnah bagi kedua orang tuanya. Oleh karena itu orang tua bertanggung jawab

untuk menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak. Penanaman nilai-nilai moral anak adalah termasuk bidang-bidang yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga. Dikarenakan penanaman nilai-nilai moral merupakan

hal yang sangat penting untuk anak. Penanaman nilai-nilai moral juga sangat penting bagi masa depan anak.

Nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan suatu yang ada hubungannya dengan subyek, sesuatu yang dianggap bernilai jika pribadi itu merasa bahwa sesuatu itu

bernilai. Nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Nilai

juga mempunyai arti sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara instrinsik memang berharga. Moral adalah ukuran baik-buruknya

(17)

menjadaikan anak manusia bermoral dan manusiawi. Moral juga mempunyai arti prinsip baik atau buruk yang ada dan melekat dalam diri individu atau

seseorang. Walaupun moral itu berada dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujut aturan. Moral dan moralitas

memiliki sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik-buruk sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk. Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang

memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan. moral memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan

dengan baik atau buruk terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku ini mendasarkan diri pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang dikatakan bermoral, bilamana orang tersebut bertingkah laku

sesuai dengan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat, baik apakah itu norma agama, norma hukum dan sebagainya. Jadi, nilai moral adalah

sifat-sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi kemanusiaan ukuran baik atau buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara.

Nilai merupakan ukuran atau pedoman perbuatan manusia. Karena itulah maka nilai itu diungkapkan dalam bentuk norma dan norma ini

mengatur tingkah laku manusia. Diantara beberapa macam nilai, ada nilai etik. Nilai-nilai etik ini dapat berupa antara lain nilai-nilai kemanusiaan atau

(18)

bersifat susila, sifatnya universal tidak tergantung waktu, ruang dan keadaan. Nilai etik tersebut diwujudkan dalam norma moral. Norma moral merupakan

landasan perbuatan manusia, yang sifatnya tergantung pada tempat, waktu dan keadaan. Sehingga norma moral itu dapat berubah-ubah sesuai dengan

waktu,tempat dan keadaannya (Daroeso, 1986:26-27).

Tidak bisa disangkal, agama mempunyai hubungan erat dengan moral. Setiap agama mengandung suatu ajaran moral. Ajaran moral yang terpendam

dalam suatu gama dapat dipelajari secara kritis dan sisitematis dengan tetap tinggal dalam konteks agama itu. Upaya seperti itu sering disebut teologi

moral. Teologi adalah refleksi kritis dan sistematis yang dilakukan oleh penganut agama tentang agamanya sendiri. Jadi, teologi moral hanya merupakan sebagian teologi lebih luas tentang agama. Perlu ditekankan,

studi teologi baik teologi moral maupun cabang-cabang teologi lain hanya bisa dijalankan oleh penganut agama itu sendiri. Tentu saja setiap orang bisa

mempelajari agama apa saja. Tetapi usaha terakhir ini adalah studi agama, yang mengandung agama dari luar, bukan teologi. Sebab, teologi adalah refleksi orang beriman tentang keimananya, jadi, dengan tidak meninggalkan

agamanya atau dengan tidak memilih sudut pandang di luar agamanya. Demikian juga teologi moral dipraktekkan oleh penganut agama itu sendiri.

Hanya bisa dicacat lagi, tidak perlu selalu dipakai nama teologi moral. Jika kita membaca tentang etika kristen, etika islam, etika budha, yang dimaksud

(19)

Sejak usia dini anak harus ditanamkan nilai-nilai moral yang baik sehinga ketika anak menginjak usia dewasa, anak tidak akan mengembangkan

sikap destruktif atau cenderung ke arah buruk. Pertanyaannya, nilai-nilai moral apa saja yang harus ditanamkan kepada anak untuk membentuk

karakter yang baik?.

Pertama, nilai moral yang harus diajarkan adalah religiusitas. Religiusitas adalah aspek religi yang telah dihayati oleh individu didalam

hati. Kedua, disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Ketiga, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran. Namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat

melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran. Penanam nilai-nilai moral terhadap anak tidak akan menjadi masalah

bagi keluarga yang tidak berbeda agama. Sedangkan apabila itu terjadi dalam keluarga beda agama masalah-masalah itu akan muncul. Dalam menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak, keluarga beda agama sudah pasti akan

mendapatkan dampak positif maupun negatif dari pernikahan tersebut.

Sebagaimana latar belakang tersebut, maka penting untuk dilakukan

penelitian terhadap masyarakat terkait. Untuk mengetahui penanam nilai-nilai moral dalam keluaga beda agama. Hal menarik yang ingin penulis teliti

(20)

nilai-nilai moral pada anak dalam keluarga beda agama dan bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam menanamkan nilai-nilai moral

pada anak dalam keluarga beda agama. Dan penulis menentukan judul yang sesuai dari penelitian ini adalah “Penanaman Nilai-nilai Moral dalam

Keluarga Beda Agama (Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Kristen di

Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara orang tua menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam keluarga beda agama?

2. Apa masalah yang muncul dalam menanamkan nilai-nilai moral pada

anak dalam keluarga beda agama?

3. Bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam menanamkan

nilai-nilai moral pada anak dalam keluarga beda agama? C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui cara orang tua menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam keluarga beda agama.

2. Untuk mengetahui masalah yang muncul dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam keluarga beda agama.

(21)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada

semua pihak terkait, baik kalangan akademis maupun masyarakat umum. Manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan memperkaya kajian mengenai keluarga dalam Islam, khususnya pernikahan beda agama.

2. Secara Praktis

Dapat digunakan sebagai pijakan untuk pembinaan keagamaan

bagi keluarga pasangan beda agama. E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya silang pengertian dalam memahami

judul yang telah kami sebutkan diatas, maka penulis menegaskan beberapa istilah pokok yang terdapat dalam rumusan judul seperti berikut ini:

1. Penanaman nilai-nilai moral

Penanaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1198) adalah perihal, perbuatan, cara menanamkan. Nilai menurut kamus besar

Bahasa Indonesia (2007:783) adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan suatu yang ada

hubungannya dengan subyek, sesuatu yang dianggap bernilai jika pribadi itu merasa bahwa sesuatu itu bernilai. Jadi nilai adalah sesuatu yang

(22)

(2007:983) adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Sedangkan

penanaman nilai-nilai moral yang dimaksud dalam skripsi ini adalah menanamkan sifat-sifat yang berguna bagi kemanusiaan mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya.

2. Pernikahan Beda Agama

Pernikahan (perkawinan) dalam Islam merupakan suatu akad atau

transaksi. Perkawinan adalah sebuah akad atau kontrak yang mengikat dua pihak yang setara, yaitu laki-laki dan perempuan yang

masing-masing telah memenuhi persyaratan berdasarkan hukum yang berlaku atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak untuk membentuk keluarga (Kamal dan Mulia, 2003:1). Menurut Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Adji, 1989:21). Sedangkan pernikahan beda agama yang dimaksud dalam skripsi ini adalah

perkawinan antara seseorang yang beragama Islam (Muslim) dan orang yang bukan Islam (non-Muslim).

F. Telaah Pustaka

Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan,

(23)

terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan

perbedaaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir serupa. Berikut ini penelitian yang

mempunyai topik atau tema yang hampir serupa dengan skripsi ini:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yaquta Mustofiyah dalam skripsinya yang berjudul Pendidikan Agama Islam Pada Anak Dalam Keluarga Beda Agama di Kelurahan Sidorejo Lor. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, Untuk mendapatkan data yang konkrit metode yang

penulis gunakan adalah metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian disusun dan dianalisis dengan menggunakan reduksi data untuk penyusunan data dan

mengambil kesimpulan. Dalam penelitianya dijelaskan bahwa

keberagaman anak pada keluarga beda agama di Kelurahan Sidorejo Lor,

Kota Salatiga tahun 2012 adalah anak melaksanakan sholat lima waktu

secara berjama’ah di masjid atau sholat di rumah sendiri, Belajar mengaji

di TPA, melaksanakan puasa ramadhan, melaksanakan sholat jum’at,

mengikuti pengajian-pengajian di masjid. Pendidikan agama Islam yang di berikan orang tua terhadap anak dalam keluarga beda agama antara

lain yaitu: Penanaman akidah, penanaman ibadah, pembentukan akhlak. Masalah yang muncul dalam pendidikan agama Islam pada anak dalam

(24)

selalu sibuk dengan pekerjaan, rendahnya semangat atau motivasi beribadah anak. Solusi yang ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah

tersebut adalah penanaman siskap toleransi antara anggota keluarga, menanamkan kesadaran hidup rukun, memberi kesempatan yang sama

untuk beribadah pada masing-masing anggota keluarga, rajin membaca buku keagamaan, bersosialisasi dengan lingkungan luar, mengikuti kajian-kajian keagamaan, memberikan buku-buku kajian keagamaan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Yasin dalam skripsinya yang berjudul Pola Pengasuhan Anak terhadap Kepenganutan Agama Studi Kasus pada Lima Keluarga Beda Agama. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif bertipe deskriptif, data penelitian ini diambil dengan teknik observasi dengan tujuan melihat secara nyata dan faktual

mengunakan wawancara tak terstruktur namun terfokus. Dalam penelitianya dijelaskan bahwa pola asuh anak terhadap agamanya

cederung otoriter, berdampak pada konversi agama dan anak cenderung bingung dalam memilih agama yang diyakininya benar.

3. Penelitian yang dilakukan Azazi dalam skripsinya yang berjudul Hak Memilih Agama Bagi anak dari Pasangan Beda Agama dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Penelitian ini mengunakan jenis penelitian kualitatif, untuk mendapatkan data penulis menggunaka dua cara yaitu pengumpulan data lapangan dan kepustakaan. Dalam penelitiannya di

(25)

martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan orang tua yang berbeda agama memberikan hak kebebasan kepada anak memilih

agamanya dengan melalui bimbingan dan pendidikan agama sampai anak dapat menentukan pilihannya sepenuh hati tanpa ada paksaan-paksaan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Minarti Subakti dalam skripsinya yang berjudul Pemilihan Agama pada Anak dari Perkawinan Beda Agama. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan sebuah

model studi kasus. informasi dari para informan pokok diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dan dengan menggunakan life history method. Dalam penelitiannya peneliti menyimpulkan walaupun memiliki agama yang berbeda dalam satu keluarga, mereka selalu berusaha mengutamakan perdamaian tanpa menyinggung masalah perbedaan

agama diantara mereka. mereka tidak pernah mengganggu saudara yang berbeda agama dengannya. Dengan demikian, sehari-sehari terlihat

bahawa kehidupan beragama bukanlah suatu masalah yang harus mereka besar-besarkan. karena sebagian besar dari mereka bukanlah penganut agama yang fanatik. Di daerah tersebut masyarakatnya lebih

mengutamakan hubungan baik dalam sistem adat-istiadat mereka. Jika ada anggota keluarga yag dikucilkan karena keluar dari agama yang telah

mereka anut dan telah berpindah ke agama yang lain, hubungan tali silaturahmi mereka masih tetap bisa terjalin melalui acara adat-istiadat

(26)

5. Penelitian yang dilakukan Oktafiani dalam sikripsinya yang berjudul

Problematika Pengamalan Ibadah Anak pada Keluarga Beda Agama

(Studi Kasus pada Masyarakat Ngentak RT 10 RW V Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga). Penelitian ini

mengunakan jenis penelitian Kualitatif dan untuk mendapatkan data digunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa cara pengamalan ibadah anak yang

tinggal di lingkungan keluarga beda agama di dukuh Ngentak adalah dengan menjalankan sholat lima waktu, puasa ramadhan, membayar

zakat, dan ibadah-ibadah umum lainnya sedangkan anak yang beragama non islam mereka menjalankan ibadah ke gereja setiap hari Minggu. Problem pengamalan ibadah anak yang tinggal di lingkungan beda agama

di dukuh Ngentak antara lain yaitu: anak kurang mampu mendalami ajaran agama yang mereka yakini, anak kurang menjiwai ketika

beribadah di rumah, rendahnya semangat atau motivasi beribadah anak. solusi yang di tempuh untuk mengatasi problem-problem tersebut adalah: bersosialisasi dengan masyarakat luar, aktif mengikuti kajian-kajian

keagamaan, banyak membaca buku-buku keagamaan.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan pendekatan penelitian

(27)

metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen atau studi documenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (Sukmadinata, 2008:108).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain

manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil

penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan

peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainya di sini mutlak diperlukan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Adapun peneliti memilih lokasi di Desa Doplang

Kecamatan Bawen ini karena fenomena di tempat ini belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti sehingga peneliti tertarik dan ingin

meneliti lebih jauh lagi.

4. Sumber Data

(28)

a. Data primer

Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari

lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau

mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang penanaman nilai-nilai moral dalam keluarga beda agama. Adapun sumber data langsung penulis

dapatkan dari warga yang melakukan nikah beda agama di Desa Doplang Kecamatan Bawen.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang, didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainya yang terdiri dari surat-surat

pribadi, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data ini dapat berupa hasil-hasil studi, hasil survei. Peneliti

mengunakan data skunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan keluarga beda agama.

5. Prosedur pengumpulan data

a. Wawancara mendalam

(29)

memperoleh jawaban yang langsung pula dari seorang responden (Koentjaraningrat, 1986:138).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang

sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan yaiu keluarga beda agama di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Teknik wawancara yang digunakan ini dilakukan secara

tidak terstruktur, dimana peneliti tidak melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada informan agar informasi yang

diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang berbagai aspek dalam penelitian ini.

b. Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad,

1994:164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Pengamatan disini termasuk juga didalamnya peneliti

mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong,

2007:174).

Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian

(30)

penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung.

c. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai moral dalam keluarga beda agama di Desa Doplang

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. 6. Analisis Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya mengunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola

induktif.

7. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai

berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup

(31)

b. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan

dengan penanaman nilai-nilai moral dalam keluarga beda agama di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Data

tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang

diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang penanaman nilai-nilai moral dalam keluarga beda

agama di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan

keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang di dapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai

dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari

semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan

(32)

bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian

skripsi.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan bagi para pembaca dalam mempelajari dan memahami skripsi ini, penulis telah membagi sistematika penulisan sebagai berikut:

1. Bab 1 adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

2. Bab 2 adalah kajian pustaka yang berisi tentang pengertian penanam nilai-nilai moral dan pengertian pernikahan beda agama.

3. Bab 3 adalah profil subjek penelitian dan temuan penelitian mengenai penanaman nilai-nilai moral dalam keluarga pasangan beda agama di

Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

4. Bab 4 adalah pembahasa yang berisi tentang analisis mengenai penanaman nilai-nilai moral dalam keluarga pasangan beda agama.

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penanaman Nilai-Nilai Moral

1. Pengertian Penanaman Nilai-Nilai Moral

Nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan suatu yang ada hubungannya dengan subyek,

sesuatu yang dianggap bernilai jika pribadi itu merasa bahwa sesuatu itu bernilai. Nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Nilai

juga mempunyai arti sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara instrinsik memang berharga.

Nilai merupakan ukuran atau pedoman perbuatan manusia. Karena itulah maka nilai itu diungkapkan dalam bentuk norma dan norma ini mengatur tingkah laku manusia. Diantara beberapa macam nilai, ada nilai

etik. Nilai-nilai etik ini dapat berupa antara lain nilai-nilai kemanusiaan atau nilai-nilai yang bersumberkan pada keyakinan atau kepercayaan dan religi.

Nilai etik atau yang bersifat susila, memberi kualitas perbuatan manusia yang bersifat susila, sifatnya universal tidak tergantung waktu, ruang dan keadaan.

Nilai etik tersebut diwujudkan dalam norma moral. Norma moral merupakan landasan perbuatan manusia, yang sifatnya tergantung pada tempat, waktu dan keadaan. Sehingga norma moral itu dapat berubah-ubah sesuai dengan

(34)

Nilai merupakan suatu hal yang melekat pada suatu hal yang lain yang menjadi bagian dari identitas sesuatu tersebut. Bentuk material dan abstrak di

alam ini tidak bisa lepas dari nilai. Nilai memberikan definisi, identitas, dan indikasi dari setiap hal konkret ataupun abstrak. Nilai adalah suatu yang

bersifat abstrak, ideal. Nilai bukan benda konkrit bukan fakta dan tidak hanya persoalan benar adalah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi maupun tidak disenangi (Toha,

2000:60).

Moral adalah ukuran baik-buruknya seseorang, baik sebagai pribadi

maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Moral juga mempunyai arti prinsip baik atau buruk yang ada dan melekat dalam diri individu atau seseorang. Walaupun moral itu berada dalam diri individu,

tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujut aturan. Moral dan moralitas memiliki sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik-buruk

sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk. Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan. moral

memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan baik atau buruk terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku ini

mendasarkan diri pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang dikatakan bermoral, bilamana orang tersebut bertingkah laku

(35)

Jadi, penanaman nilai-nilai moral adalah cara menanamkan sifat-sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kemanusiaan sebagai ukuran baik

atau buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara.

2. Nilai-Nilai Moral yang harus Ditanamkan terhadap Anak a. Religiusitas

1) Pengertian Religiusitas

Religiusitas berasal dari bahasa Inggris religiusity dari akar kata religion yang berarti agama. Religiusity merupakan kata bentuk dari religius yang berarti agama (Echols dan Sadily, 1975:476). Berdasarkan arti kata tersebut, dapat dipahami bahwa religiusitas berkaitan dengan keberagamaan seseorang. Dalam khasanah

psikologi, istilah religiusitas mempunyai makna yang berbeda dengan religi atau agama. Religi atau agama menunjuk pada aspek

formal yang berkaitan dengan aturan-aturan atau kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh individu didalam hati.

2) Dimensi-Dimensi Religiusitas

Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam

berbagai kehidupan manusia. Bukan hanya sekedar melakukan ritual (peribadatan) saja, namun juga segala aktivitas yang didorong oleh

(36)

menurut Glock & Stark dalam buku karangan Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso yang berjudul Psikologi Islami Solusi

Islami Atas Problem-Problem Psikologi (1995:76-78), yaitu: a) Dimensi Keyakinan

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama

mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian ruang

lingkup dan isi keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi seringkali antara tradisi-tradisi dalam agama.

b) Dimensi Praktik Agama

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan

hal-hal yang dilakukan untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Dimensi ini dibagi menjadi dua, yakni ritual (mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan

formal dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakan, seperti perkawinan) dan ketaatan (hal

ini terwujut tatkala ritual dipenuhi). c) Dimensi Pengalaman

(37)

dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (suatu masyarakat) yang melihat komunikasi,

walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transcendental.

d) Dimensi Pengetahuan Agama

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal

pengetahuan mengensi dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penanaman Religiusitas Anak Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada

Allah yang direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas. Maka dari

itu faktor yang mempengaruhi penanaman agama anak itu terbagi atas dua bagian (Yusuf, 1992:136) yaitu:

a) Faktor pembawaan (internal)

Perbedaan hakiki antara manusia dengan hewan adalah manusia mempunyai fitrah (pembawaan) beragama (homo religious). Setiap anak yang lahir ke dunia, baik yang lahir di negara komunis maupun kapitalis, baik yang lahir dari orang tua

(38)

keimanan kepada Tuhan atau percaya adanya kekuatan di luar dirinya yang mengatur hidup dan kehidupan alam semesta.

Dalam perkembangannya fitrah beragama ini ada yang berjalan secara alamiah dan ada juga yang mendapat bimbingan dari para

Rasul Allah SWT. Keyakinan bahwa manusia mempunyai fitrah atau kepercayaan kepada Tuhan.

b) Faktor lingkungan (eksternal)

Faktor pembawaan atau fitrah beragama merupakan potensi yang mempunyai kecenderungan untuk berkembang,

namun perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada faktor luar (eksternal) yang memberikan rangsangan atau stimulus yang memungkinkan fitrah itu berkembang dengan

sebaik-baiknya, faktor eksternal itu tiada lain adalah lingkungan dimana anak itu hidup.

b. Disiplin

1) Pengertian Disiplin

Riberu dalam buku karangan Maria J. Wantah yang berjudul

pengajaran disiplin dan pembetukan moral (2005:139) menjelaskan bahwa istilah disiplin diturunkan dari kata latin diciplina yang berlangsung dengan dua istilah lain, yaitu discere (belajar) dan

(39)

disceple yang berarti mengikuti orang belajar dibawah pengawasan pimpinan. Didalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang

pengertiannya hampir sama tetapi satu sama lain berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban.

Disiplin diartikan sebagai penataan perilaku peri hidup sesuai dengan ajaran yang dianut. Penataan peilaku yang dimaksud yaitu kesetiaan dan kepatuhan seseorang terhadap penataan perilaku yang

umumnya dibuat dalam bentuk tata tertib atau peraturan harian. Demikan halnya seorang dikatakan berdisiplin apabila ia setia dan

patuh terhadap penataan perilaku yang disusun dalam bentuk aturan-aturan yang berlaku dalam satu instansi tertentu. pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa

kepatuhan, ketaatan yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.

Tujuan disiplin tersebut berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan dan penataan perilaku seseorang agar menjadi pribadi yang baik sesuai dengan status sosial

kelompok masyarakat. 2) Unsur-Unsur Disiplin

Penanaman disiplin perlu mengetahui adanya unsur-unsur disiplin supaya orang tua mudah menerapkan dan mengambil

(40)

perlu diterapkan oleh orang tua yaitu: peraturan, kebiasaan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi. Hal ini dapat dijelaskan

sebagai berikut: a) Peraturan

Peraturan adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam kelompok, organisasi, institusi,atau komunitas. Tujuannya

adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.

b) Kebiasaan

Kebiasaan dibagi dua macam yaitu pertama kebiasaan tradisional berupa kebiasaan menghormati dan memberi salam

kepada orang tua baik di rumah, di perjalanan, di sekolah, maupun tempat sosial kegiatan lainnya. Kedua kebiasan modern

seperti kebiasaan bangun pagi, sikat gigi, mandi, berganti pakaian, kebiasaan berdoa sebelum tidur, membaca buku, menonton TV. Kebiasaan diatas perlu diperhatikan sebagai

unsur penting dalam membentuk kedisiplinan.

c) Hukuman

Hukuman berarti suatu bentuk kerugian dan kesakitan yang dijatuhkan pada seseorang yang berbuat kesalahan,

(41)

pekembangan anak diantaranya: Pertama hukuman mempunyai

fungsi menghalangi, yaitu hukuman diharapkan dapat

menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Kedua hukuman mempunyai fungsi mendidik, yaitu

mereka belajar bahwa perilaku tertentu benar dan yang lainnya salah dengan mendapat hukuman bila mereka berperilaku salah dan tidak mendapat hukuman bila mereka berperilaku sesuai

standar sosial kelompoknya. Selain itu hukuman juga seharusnya dapat memberikan pelajaran pada anak membedakan

besar kecilnya kesalahan yang mereka buat. Oleh karena itu orang tua perlu mengukur berat ringannya kesalahan anak dan menyesuaikannya dengan hukuman yang diberikan pada anak

atas kesalahan tersebut. Ketiga hukuman berfungsi memberi motivasi pada anak untuk menghindari perilaku yang tidak

diterima oleh masyrakat. Pengetahuan tentang berbagai alternatif perilaku serta akibat masing-masing alternatif dapat memacu motivasi untuk menghindari perilaku yang salah. Salah

satu contoh diatas misalnya, memberi tangapan positif, memuji setiap anak melakukan hal yang benar.

d) Penghargaan

Maslow dalam buku karangan Maria J. Wantah yang

(42)

pokok yang mendorong seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Seseorang akan terus berupaya akan meningkatkan dan

mempertahankan disiplin apa bila disiplin itu menghasilkan prestasi dan produktivitas yang kemudian mendapatkan

penghargaan. Penghargaan adalah unsur disiplin yang sangat penting dalam pengembangan diri dan tingkah laku anak. Penghargaan yang diberikan kepada anak tidak hanya berbentuk

materi tetapi dapat berupa kata-kata pujian maupun senyuman pada anak.

e) Konsistensi

Konsistensi menunjukkan kesamaan dalam isi dan penerapan dalam sebuah autran. Konsistensi digunakan bila

orang tua ingin menerapkan pemberian hukuman untuk mengendalikan perilaku anak, atau memberikan penghargaan

untuk memperkuat perilaku yang baik. meski anak memiliki perbedaan latar belakang sosial budaya, etnis, ekonomi maupun kondisi perkembangan usia.

3) Bentuk Penanaman disiplin pada anak

Penanaman disiplin yang digunakan orang tua dalam upaya

membimbing dan membentuk disiplin anak, supaya mereka berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat dan menghindari

(43)

setempat, atau cara-cara baru yang mereka pelajari dari lingkunganya. Maria J. Wantah (2005:170) mengatakan bahwa ada

dua pendekatan yang digunakan dalam membentuk disiplin anak yaitu pendekatan disiplin secara negatif dan pendekatan disiplin

secara positif.

a) Pendekatan disiplin secara negatif

Pendekatan disiplin negatif yaitu cara pembentukan yang

diakukan dengan memahami tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan standar-standar yang ditentukan sekolah, keluarga

maupun masyarakat. Agar anak dapat bertingkah laku sesuai yang diharapkan, pendidik mengajarkan anak tentang perilaku moral dengan membuat suatu perjanjian pada anak yang baik itu

benar dan yang buruk itu salah. Namun banyak pendidik yang tidak menyadari mengajarkan anak didik mereka dengan cara

disiplin yang negatif, berupa hukuman fisik dan kata-kata yang dapat merugikan anak.

b) Pembentukan disiplin secara positif

Pembentukan disiplin positif adalah cara pembentukan disiplin yang dilakukan orang dewasa dalam memperlakukan

anak dengan respek dan harga diri. Hal Ini merupakan tindakan yang berpusat pada anak dan tidak egois, berpusat pada apa

(44)

bahwa disiplin positif adalah berpusat pada pengajaran bukan pada hukuman. Dengan disiplin positif anak diberikan informasi

yang benar dan dibutuhkan agar mereka dapat belajar dan mempraktekkan tingkah laku yang benar. Selain itu, juga

diajarkan pada anak bagaimana membina hubungan baik seperti

saling menghargai, kerjasama, melibatkan ketegasan,

kewibawaan, dan rasa hormat pada sesama dan pada orang lebih

tua.

4) Cara menanamkan disiplin pada anak

Upaya dalam menanamkan disiplin kepada anak bertujuan untuk membantu anak membangun pengendalian diri mereka. Hurlock (1978:93) mengatakan bahwa ada beberapa cara yang

digunakan dalam menanamkan perilaku disiplin anak, diantaranya: disiplin otoriter atau keras, disiplin permisif dan disiplin secara

demokratis.

a) Disiplin otoriter dan keras

Disiplin otoriter berarti pengendalian tingkah laku

berdasakan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman kerap kali dipakai untuk memaksa,

menekan, mendorong untuk mematuhi dan mentaati peraturan. Disiplin otoriter cenderung tidak memberi kesempatan untuk

(45)

maupun kata-kata yan menyakitkan. Hal ini menyebabkan anak tidak mendapat kesempatan dan tidak didorong untuk mandiri

dalam mengambil keputusan-keputussan dalam mengendalikan perilaku sendiri.

b) Disiplin permisif

Disiplin permisif berarti sedikit disiplin atau tidak ditanamkan disiplin. Anak tidak diberi rambu-rambu atau

batas-batas yang mengatur perilakunya, mereka tidak diberika apa yang boleh diakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Anak

dibiarkan berbuat berbuat sekehendak hatinnya, boleh mengambil keputusan sendiri apapun bentuknya.

c) Disiplin demokratis

Disiplin demokratis adalah penggabungan ciri yang baik dari cara pendisiplinan yang bersifat otoriter dan permisif.

Disiplin demokratis ini dilakukan dengan menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan dan yang lain

tidak. Misalnya, untuk menjelaskan pada anak bahwa ia tidak boleh bermain api atau bahwa kompor panas, oleh karena itu

(46)

c. Akhlak

1) Pengertian Akhlak

Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran. Namun perbuatan itu telah mendarah daging

dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran (Nata, 1997:5)

Akhlak juga menjelaskan tentang arti baik dan buruk,

menerangkan segala tingkah laku yang harus dilaksanakan oleh sebagian manusia kepada manusia lainnya, kepada Tuhannya,

kepada lingkungan sekitar serta menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan dan menunjukkan jalan yang harus dibuat.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah

suatu sikap atau kehendak manusia disertai dengan niat yang tentram dalam jiwa berlandaskan al-Qur’an dan al Hadits, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan atau kebiasaan secara mudah tanpa

memerlukan pertimbangan terlebih dahulu. Bila kehendak jiwa itu menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan jelek, maka

disebut akhlak yang tercela begitu pula sebaliknya.

2) Tujuan Penanaman Akhlak

(47)

perbuatan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta menghindari perbuatan yang buruk, jelek, hina dan tercela Sedangkan menurut

Ibn Maskawaih dalam buku karangan Suwito yang berjudul filsafat pendidikan akhlaq (2004:16) tujuan penanaman akhlak adalah

terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna.

Karena tujuan penanaman akhlak itu menjalin hubungan antara kita dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk,

sehingga selalu dapat terpelihara dengan baik dan harmonis (Umary, 1995:2). Dari pernyataan ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan akhlak supaya dapat memahami tentang perbuatan amal yang baik,

sehingga dapat mengamalkan ajaran Islam yang telah diterimanya.

3) Materi Penanaman Akhlak

Dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh penanaman akhlak untuk anak. Anak harus dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang memadai. Sebelum dikenalkan kepada anak-anak sebaiknya

pendidikan menerapkan akhlak bukan hanya pengenalan tentang teori-teori tata krama atau akhlak saja tetapi juga praktek-praktek

tata krama yang mereka tiru dan teladani dari para guru. Samsyu Yusuf, menyatakan bahwa anak-anak perlu diajarkan atau dilatih

(48)

kenikmatan dan setelah mengerjakan sesuatu, menghormati orang lain, memberi sedekah, memelihara kebersihan baik diri sendiri

maupun lingkungan (seperti mandi, menggosok gigi dan membuang sampah pada tempatnya) (Yusuf, 2002:7). Sedangkan pandangan

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin Jilid I terjemahan Muhammad zuhri (1990:149) tentang pendidikan akhlak anak meliputi:

a) Kesopanan dan kesederhanaan

Al-Ghazali sangat menganjurkan kesopanan dan

kesederhanaan dalam hal makan, berpakaian dan tidur. Salah satu hal yang biasa terjadi terhadap diri anak-anak ialah mempunyai sifat rakus makan, maka ini perlu di didik pula.

Misalnya pada waktu makan itu senantiasa menggunakan tangan kanannya dan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim

(Al-Ghazaly, 1990:149).

b) Kesopanan dan Kedisiplinan

Al-Ghazali sangat mengutamakan kedisiplinan anak

untuk menghindarkan perbuatan yang tidak pantas di pandang umum dan membiasakan anak untuk berbuat hal-hal yang patut

sesuai dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dalam hal ini al-Ghazali melatih kesopanan dan kedisiplinan anak

(49)

c) Pembiasaan dan latihan bagi anak untuk menjauhkan perbuatan yang tercela

Al-Ghazali menganjurkan agar mendidik anak dengan pembiasaan dan latihan untuk menghindarkan dari perbuatan

yang tercela serta tidak sesuai dengan norma masyarakat maupun ajaran agama (Islam) (Al-Ghazaly, 1990:149).

B. Keluarga Beda Agama

1. Pengertian Pernikahan Beda Agama

Pernikahan beda agama pada dasarnya berarti pernikahan yang

dilangsungkan antara pasangan yang beda agama satu sama lain. Pernikahan bernuansa keragaman ini banyak terjadi dan masih dijumpai di dalam kehidupan bermasyarakat. Mungkin contoh yang banyak terekspos ke

masyarakat luas hanyalah pernikahan atau perkawinan dari pasangan para selebritis saja. Beberapa contoh dari pasangan suami istri, Nurul Arifin dan

Mayong, Ira Wibowo dan Katon Bagaskara, Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka tidak lagi didasarkan pada suatu akidah agama, melainkan hanya pada cinta. Seolah cinta semata yang menjadi

dasar suatu pernikahan. Masalah agama dalam beberapa argumen pasangan-pasangan seperti itu kira-kira dapat dirumuskan seperti ini. Berdasarkan

hukum munakahat yang diajarkan Islam kepada penganutnya ialah pernikahan yang dibenarkan oleh Allah SWT adalah suatu pernikahan yang

(50)

suami-istri akan tenteram, penuh rasa sinta dan kasih sayang. Keluarga mereka akan bahagia dan kelak memperoleh keturunan yang sejahtera lahir batin.

Jadi yang dimaksud dengan pernikahan beda agama adalah pernikahan orang Islam (pria atau wanita) dengan orang bukan Islam (pria dan wanita)

(Zuhdi, 1996:4).

2. Pernikahan Antara Orang yang Berlainan Agama Menurut Hukum Islam Mengenai masalah perkawinan beda agama ini Islam membedakan

hukumnya menjadi tiga macam yaitu:

a. Perkawinan antara Perempuan Muslimah dengan Laki-Laki Non Muslim

Semua ulama telah sepakat bahwa perempuan muslimah tidak diperbolehkan (haram) kawin dengan laki-laki non muslim, baik Ahli Kitab maupun musyrik. Baik calon suaminya itu termasuk pemeluk

agama yang mempunyai kitab suci, seperti Kristen dan Yahudi ataupun pemeluk agama yang mempunyai kitab serupa kitab suci, seperti

Budhisme dan Hinduisme, maupun pemeluk agama dan kepercayaan yang tidak punya kitab suci dan juga kitab yang serupa kitab suci. Termasuk pula di sini penganut Animisme, Ateisme, Politeisme, dan

sebagainya (Zuhdi, 1996:6).

Adapun dalil yang menjadi dasar hukum untuk larangan kawin

(51)

َلَو

Artinya: “Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita yang mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang beriman lebih baik daripada orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelu mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki-laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. menerangkan ayat-ayatnya kepada manusia agar mereka

mengambil pelajaran”.

Hikmah dilarangnya perkawinan antara seorang wanita Islam dengan pria Kristen atau Yahudi karena dikhawatirkan wanita Islam itu kehilangan kebebasan beragama dalam menjalankan ajaran-ajaran

agamanya, kemudian terseret kepada agama suaminya. Demikian pula anak-anak yang lahir dari hasil perkawinannya dikhawatirkan pula

mereka akan mengikuti agama bapaknya, karena bapak sebagai kepala keluarga terhadap anak-anak melebihi ibunya (Zuhdi, 1996:6-7).

b. Perkawinan antara Laki-laki Muslim dengan Perempuan Musyrik

Para ulama sepakat bahwa laki-laki muslim tidak halal kawin dengan perempuan penyembah berhala, perempuan zindiq, perempuan

(52)

Kebanyakan ulama berpendapat, bahwa seorang pria muslim boleh kawin dengan wanita Ahli Kitab (Yahudi atau Kristen) (Zuhdi,

1996:5). Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 5:

ِماى يلَّ ٌّلُح ِماحان َِعَطَو ِماحى يل ٌّلُح َبَكُحِلااِ ا نِواا َنِؤَُى يلا امَِعَطَو اتتن يى يطلا اماحَنَل ى يلُحاا َمِ َ يِلَا

makananmu halal bagi mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dngan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barang siapa kafir setelah beriman maka sungguh, sia-sia amal mereka dan di akhirat dia masuk orang-orang yang rugi”.

3. Pernikahan Beda Agama Menurut Agama-agama Di Indonesia

a. Pandangan Agama Kristen Protestan

Dalam Al-Kitab di jelaskan bahwa pernikahan adalah suatu

“peraturan Allah” yang bersifat sacramental (suci), yakni ia diciptakan dalam rangka seluruh maksud karya penciptaannya atas alam semesta

(Monib dan Kholis, 2008:110).

Perkawinan adalah persekutuan hidup meliputi keseluruhan hidup, yang menghendaki laki-laki dan perempuan menjadi satu. Satu

(53)

dalam menghayati kemanusiaan, dan satu dalam memikul beban pernikahan (Ichtiyanto, 2003:132).

Demi kesejahteraan perkawinan, gereja Kristen menganjurkan kepada ummatnya mencari pasangan hidup yang seagama dengan

mereka. Tetapi karena menyadari bahwa ummatnya hidup bersama-bersama dengan pemeluk agama lain, gereja tidak melarang umatnya menikah dengan orang-orang yang bukan beragama Kristen. Perkawinan

campuran antara pemeluk agama yang berbeda dapat dilangsungkan di gereja menurut hukum gereja Kristen apabila yang bukan Kristen

bersedia membuat pernyataan bahwa dia tidak berkeberatan

perkawinannya di laksanakan di gereja (Ichtiyanto, 2003:133)

Akibatnya dalam gereja Kristen ada tiga macam perkawinan

campuran yaitu: perkawinan campuran antar sesama agama Kristen yang lain gereja, perkawinan campuran antara orang Kristen dengan orang

Katolik, perkawinan campuran antara orang Kristen dengan penganut agama lain.

b. Pandangan Agama Kristen Katolik

Secara umum Gereja Katolik memandang bahwa pernikahan antara seorang penganut Katolik dengan seorang non Katolik bukanlah

bentuk pernikahan yang ideal, sebab pernikahan dianggap sebuah sakraman (sesuatu yang kudus atau suci).

(54)

1) pada dasarnya perkawinan campuran antar agama adalah tidak menurut hukum dan tidak sah.

2) perkawinan campuran antar orang Katolik dan penganut agama lain adalah sah kalau mendapat dispensasi dari gereja (Monib dan Kholis,

2008:111)

Dispensasi atau pengecualian ini menurut baru diberikan apabila ada harapan dapat terbinanya suatu keluarga yang baik dan utuh setelah

pernikahan. Juga untuk kepentingan pemeriksaan guna memastikan tidak adanya halangan untuk menikah. Yang paling penting soal pernikahan

dalam Katolik adalah bahwa setiap pernikahan, baik sesama Katolik ataupun dengan non Katolik, hanya dianggap sah apabila dilakukan dihadapan uskup, pastor paroki atau imam. Jadi jika ada pernikahan antara penganut agama lain dan penganut Katolik dan tidak dilakukan menurut agama Katolik, maka pernikahan tersebut dianggap belum sah

(Monib dan Kholis, 2008:115-116).

c. Pandangan Agama Hindu

Agama Hindu secara tegar memberikan ketentuan syarat-syarat

perkawinan dan menentukan larangan perkawinan orang Hindu dengan pemeluk agama lain. Menurut agama Hindu, perkawinan hanya sah jika

dilaksanakan upacara suci pernikahan oleh pedande. Pedande hanya mau melaksanakan upacara pernikahan kalau kedua calon pengantin beragama

(55)

upacara perkawinan antara mereka yang berbeda agama. Azaz perkawinan harus disahkan menurut agama, yaitu dengan cara melakukan

wiwahasan skara atau wiwahahoma, dikedepankan di dalam sistem perkawinan Hindu yang menyatakan bahwa suatu perkawinan yang tidak

disahkan menurut agama dengan melakukan upacara suci, menyebabkan ia jatuh hina. Yaitu harus anaknya tidak diakui sah sebagai pewaris yang sederajat dengan orang tua. Atau dengan kata lain akibat dari perkawinan

itu tidak diakui sah menurut hukum agama (Ichtiyanto, 2003:135).

Apabila di antara calon pengantin dan dapat perbedaan agama,

pendade tidak dapat memberkati kecuali pihak yang bukan Hindu tersebut telah disudhikan sebagai pemeluk agama Hindu dan menandatangani sudi vadani (surat pernyataan masuk agama Hindu) (Ichtiyanto, 2003:135).

d. Pandangan Agama Budha

Menurut Sanga Agung Indonesia, perkawinan beda agama yang melibatkan penganut agama Budha dan penganut non Budha diperbolehkan, asalkan pengesahannya dilakukan menurut tata cara

agama Budha meski calon mempelai yang bukan Budha tidak diharuskan untuk masuk agama Budha dulu tapi dalam ritualnya kedua mempelai

(56)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Profil Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang

1. Letak dan Keadaan Geografis

Desa Doplang adalah sebuah desa di Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Sebelah utara dan timur berbatasan dengan Kelurahan Bawen serta

berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa di sebelah barat dan selatan.

2. Keadaan Penduduk

Adapun keadaan penduduk Desa Doplang Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang dapat di lihat dari data Monografi pada bulan November 2015 di bawah ini yang sudah dapat di pahami dengan tabel-tabel

klasifikasi berikut ini:

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk menurut Usia

No. Kelompok Umur

(Tahun)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. 0-1 107 83 190

2. 2-5 146 137 283

3. 6-10 159 137 296

4. 11-15 221 206 427

(57)

6. 21-25 168 173 341

7. 26-30 171 178 349

8. 31-40 322 322 644

9. 41-50 346 319 665

10. 51-60 309 323 632

11. 60 ke atas 140 156 296

Jumlah 2273 2221 4494

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2015 Desa Doplang) Berdasarkan data pada tabel 3.1 dapat diketahui bahwa, dari total

penduduk 4494 jiwa terdapat 2273 berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu 665 jiwa.

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk menurut Agama

No. Kelompok Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Islam 2260 2205 4465

2. Kristen 3 4 7

3. Khatholik 10 12 22

4. Hindu - - -

5. Budha - - -

6. Konghucu - - -

(58)

Mayoritas penduduk di Desa Doplang beragama Islam yaitu 4465 jiwa. Khatolik dan Kristen menempati diurutan kedua dan ketiga dengan

jumlah 18 jiwa.

Walaupun terjadi perbedaan keyakinan atau agama, dalam kehidupan

sehari-hari penduduk Desa Doplang Kecamatan Bawen tidak

menggambarkan adanya perpecahan ataupun konflik akibat perbedaan keyakinan. Bagi pemeluk agama Islam sebagi pemeluk mayoritas sangat

menghormati pemeluk agama Kristen dan Katolik meskipun pemeluknya hanya sebagian kecil dari masyarakat Desa Doplang Kecamatan Bawen

begitu juga sebaliknya. Dengan sikap masyarakat Desa Dopalng Kecamatan Bawen tersebut menjadikan pemeluk agama terkesan lebih toleran dan tidak membedakan-bedakan satu dengan yang lain.

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk menurut Pendidikan

No. Jenis Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Tidak Sekolah 254 239 493

2. Belum Tamat SD 321 317 638

3. Tidak Tamat SD 209 204 413

4. Tamat SD 736 735 1471

5. Tamat SLTP 485 487 972

6. Tamat SLTA 227 218 445

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif serta efek ekstrak kulit umbi bawang putih ( Allium sativum L) terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih

Bakteri endofit yang diisolasi dari daun jeruk keprok varietas Madura yaitu ada 9 macam koloni bakteri dan di karakteristikkan dengan media PCA, NA dan MCA

Dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa mitra memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang produksi, manajemen usaha dan

Secara matematis daya rata-rata atau daya nyata merupakan perkalian antara tegangan efektif, arus efektif, dan koefisien faktor dayanya.. θ cos eff eff I V P = Daya Reaktif (

wisatawan muda asal Eropa dan Australia tersebut terkadang mem- bawa akibat yang kurang baik bagi wisatawan. Keamanan mereka temyata kurang terjamin. Beberapa pengalaman

Dalam mengantisipasi permasalahan di era globalisasi penerbangan kargo, maka perlu dilakukan penelitian Besaran Pangsa Pasar (Markket Share) Logistik /Kargo oleh

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. Bank Rakyat Indonesia Tbk Ibu Sabililah dinyatakan layak menerima kredit, berikut daftar riwayat angsuran,Bagian ini menjelaskan

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengukur daya rosot gas CO2 oleh pohon di areal hutan kota di Kota Bogor yakni di Kebun Raya Bogor dan Hutan Penelitian