METODOLOGI PENELITIAN
3. Jalannya penelitian
3.3. Cara pembuatan larutan. sampel untuk analisis
Sampel yang telah didestruksi dengan ENO-^ (1:1) dan sudah dilarutkan dalam HC1 (1:1), dipindahkan kedalam labu ukur 50 ml dan ditambah 10 ml larutan La(NO^)^ 5% kemudian diencerkan dengan air suling sampai tepat garis tanda.
Cara kerja.
Analisis kualitatif.(30)
Sebelum dilakukan analisis kuantitatif dilakukan uji kualitatif dengan reaksi-reaksi berikut : a) Reaksi dengan larutan K^Fe(ClI)^*
Larutan saapel pada papan tetes ditambah bebera-pa tetes pereaksi K^Fe(CN)g, yang terjadi adalah endapan biru berlin Fe^ Fe(CN)^
b) Reaksi dengan larutan K^FeCCN)^*
Larutan sampel pada papan tetes ditambah bebera-pa tetes pereaksi K^Fe(ClOg* yang terjadi adalah larutan berwarna coklat dari Fe(Fe(CN)^j.
c) Reaksi dengan larutan NHZ CNS.
Larutan sampel pada papan tetes ditambah bebera-pa tetes pereaksi NH^CNS, yang terjadi larutan berwarna merah darah dari kompleks Fe(CNS)2+. Reaksi-reaksi tersebut adalah reaksi untuk menunjuk-kan adanya Fe^+ pada hasil destruksi sampel dari ta-naman Elephantopus scaber, LINN, atau tapak liman.
3.^.2. Analisis kuantitatif.
Penetapan kadar zat besi pada sampel dilakukan se cara Spektrofotometri Absorpsi Atom, dengan
tahap-tahap sebagai berikut :
a) Pembuatan kurva baku dengan larutan baku Besi( III) ammonium sulfat.(28)
Ditimbang teliti Besi(III) ammonium sulfat p.a.
sebanyak
2,1526
g, dilarutkan dalam7,5
HC1 (1:1) dan dipanaskan. Setelah itu
dipindah-kan secara kuantitatif kedalam labu ukur
250
mldan diencerkan dengan air suiing sampai tepat garis tanda, maka didapatkan larutan baku
Besi(III) ammonium sulfat 1000 ppm sebagai Fe, Dari larutan baku ini dilakukan pengenceran-pe-ngenceran hingga diperoleh larutan baku
berka-dar
6
ppm,9
PP®»12
ppm, 18 ppm, dan Zk PP^dengan cara sebagai berikut :
- Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3>0 ml dan dipindahkan secara kuantitatif kedalain la
bu ukur
500
ml yang kemudian diencerkan hinggatepat garis tanda; maka diperoleh larutan baku
sebesar
6
ppm.- Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3j0 ml dan dipindahkan secara kuantitatif kedalam la
bu ukur
5
nil yang selanjutnya diencerkan sam-ai tepat garis tanda. Dari larutan ini dipipet
ke dalam labu ukur
200
ml, diencerkan sampai tepat garis tanda; maka diperoleh larutan bakusebesar
9
ppm.- Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3*0 ml
dan dipindahkan kedalam labu ukur
250
mlseca-ra kuantitatif kemudian diencerkan hingga te pat garis tanda; maka didapat larutan baku se
besar
12
ppm.- Dipipet larutan baku
1000
ppm sebanyak3* 0
mldan. dipindahkan secara kuantitatif kedalam la
bu ukur
5
ml kemudian diencerkan hingga tepatgaris tanda. Dari larutan ini dipipet sebanyak
3.0
ml dan dipindahkan secara kuantitatif ke-dalam labu ukur
100
ml kemudian diencerkansampai tepat garis tanda; maka didapat larutan baku sebesar 18 ppm.
- Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3*0 ml dan dipindahkan secara kuantitatif kedalam la
bu ukur
50
ml kemudian diencerkan hingga tepatgaris tanda. Dari larutan ini dipipet sebanyak
20.0
ml dan dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur
50
ml kemudian diencerkan sampai tepat garis tanda; maka diperoleh larutan
baku sebesar
24
ppm.Dari larutan baku ini dilakukan pengaturan ab sorpsi Fe pada slit 0,2 dengan panjang gelom -bang 2^8,3 tun memakai lampu Fe.
b) Penambahan larutan baku Besi(III) ammonium sulfat pada larutan sampel,(26)
Dari ketiga macam sampel yaitu akar, daun dan de kok akar dimana masing-masing sampel dilakukan lima kali replikasi dan sebelum ditambah dengan larutan baku besi, dilakukan orientasi kadar zat besi dalam sampel untuk mengetahui perkiraan ka -dar zat besi pada sampel yang akan menentukan be-rapa kadar larutan baku besi harus ditambahkan pada larutan sampel, Dari orientasi kadar zat be si dalam sampel, kadar larutan baku besi yang ha
rus ditambahkan adalah
6
ppm untuk daun dan dekokakar; 12 ppm untuk akar, Adapun caranya adalah sebagai berikut :
- Sampel yang sudah didestruksi dilarutkan dalam 10 ml HC1 (1:1) dan dipindahkan secara cermat
kedalam labu ukur 50 ml kemudian ditambah
10
mllarutan La(KO^)^
5
% dan diencerkan dengan airsuling sampai tepat garis tanda, Dari larutan
ini dipipet
5
ml untuk sampel akar dan10
mluntuk sampel daun dan dekok akar, kemudian di -pindahkan secara cermat kedalam labu ukur 25 ml dan diencerkan sampai tepat garis tanda.
- Dari larutan di atas dipipet tiga kali masing-masing 5 ml, dipindahkan secara cermat kedalam
labu ukur
25
ml yaag diberi tanda s,2
s dan3
s.labu ukur
2
s ditambah dengan larutan baku besiyang sesuai sebanyak
5
nil* labu ukur3
s ditambah dengan larutan baku besi yang sesuai seba
nyak dua kali
5
ml dan semuanya diencerkan dengan air suling sampai tepat garis tanda. - Perhitungan kadar zat besi dilakukan dengan
metode grafik, dari grafik absorban vs jumlah baku besi yang ditambahkan yang merupakan ga ris lurus memotong sumbu X; jarak titik potong ini dengan absis pembacaan absorban larutan sampel adalah jumlah unsur atau konsentrasi unsur yang terdapat dalam sampel tersebut.
Jumlah baku yang ditambahkan CARA A M SI STANDAR
c) Penetapan kadar Fe dalam sampel.
Dari ketiga macam sampel yaitu akar, daun dan de kok akar dilakukan penetapan kadar Fe dengan me-ngukur kadarnya atau harga absorpsinya pada
pan-jang gelombang 2if8
,3
nm, roenggunakan lampu Fepa-slit
0,2
dan gas perabakar udara - asetilen.(25
,28
)if. Analisis data. (31»32)
if.l. Pembuktian adanya korelasi linier antara absorban de ngan kadar>
Untuk mengetahui apakah absorpsi sinar oleh laru tan sampel dapat dipakai sebagai dasar penetapan ka dar larutan tersebut, maka perlu adanya korelasi anta ra absorban dengan kadar. Hal ini dapat dilihat dari harga koefisien korelasi persamaan garis regresi yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
r. ^(x-X).(Y-Y)
r xy = koefisien korelasi.
X = kadar zat dalam larutan
Y = absorban yang terbaca
^ = jumlah
Jika harga r hasil perhitungan lebih besar dari harga r tabel, maka ada korelasi linier antara absorban de ngan kadar. Selanjutnya korelasi ini dinyatakan
de-ngan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = bX + a
b = g( x - f ) ( Y-T ) ^(x-I)2
= koefisien garis regresi Y = T + b (X-X)
4*2. Pengolahan data.
Hasil-hasil perhitungan secara kuantitatif selan-jutnya diolah secara statistik dengan uji t-Student untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna anta-ra kandungan zat besi dalam akar dan daun dari sampel yang diteliti. Bila harga t perhitungan lebih besar dari harga t tabel pada derajat kepercayaan tertentu, maka ada perbedaan bermakna antara kandungan zat besi dalam akar dan daun, sedangkan bila harga t
perhi-tungr-n lebih kecil dari harga t tsbel maka tidak ada perbedaan bermakna. Untuk perhitungan harga t diguna-kan rumus sebagai berikut :
= X1 ~ X5 \ / nl-n2
= kadar rata-rata zat besi dalam akar = kadar rata-rata zat besi dalam daun n^, n2 = banyaknya replikasi
s = simpangan baku
Untuk mengetahui jumlah Fe yang tersari dalam de-kok akar yang seriag digunakan sebagjai obat tradisio-aal kurang darah atau anemia, maka dilakukan perhitu-ngan sebagai berikut :
% Fe tersari = kadar Fe dalam dekok akar x 1QQ %
BAB IV