• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Penagihan Utang

BAB IV ANALISA DATA EVALUASI DATA

C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Penagihan Utang

Adapun solusi atau cara mengatasi masalah dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak dengan Surat Paksa adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak tentang peraturan di bidang perpajakan, walaupun sistem perpajakan kita menganut sistem selft assemment namun tingkat kepatuhan wajib pajak dalam hal memenuhi perpajakannya serta untuk melunasi atau membayar utang pajak dengan tepat waktu masih rendah

olehkarena itu, perlu ditingkatkan pembinaan atau pengetahuan terhadap Wajib Pajak dengan melakukan penyuluhan intensif.

2. Apabila Wajib Pajak tidak diperbolehkan masuk ke rumah untuk melaksanakan tugasnya, maka Jurusita dapat melaporkan kepada pihak kepolisian untuk melaksanakan penyitaan.

3. Dalam hal Wajib Pajak tidak ditemukan, tempat tinggal, tempat kedudukan atau tempat usahanya maka Jurusita Pajak akan meminta keterangan pada pemerintah daerah setempat dan kemudian akan ditempel pada papan pengumuman di kantor pelayanan pajak.

4. Jika Wajib Pajak menolak (keberatan) atau tidak memperbolehkan Jurusita pajak untuk menyita barang milik Wajib Pajak, maka Jurusita akan memberi penjelasan kepada Wajib Pajak mengenai maksud penyitaan dilakukan.

5. Jurusita pajak harus mempunyai bukti dari barang yang akan disita oleh Jurusita pajak apakah barang (Lelang) tersebut milik Wajib Pajak atau bukan.

6. Apabila Wajib Pajak tidak hadir, maka Jurusita tetap dapat dilaksanakan penyitaan dengan syarat salah seorang saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat. Saksi dari Pemerintah Daerah tersebut sekurang-kurangnya sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa. Saksi dari Pemerintah Daerah setempat setingkat Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa adalah pegawai Pemerintah Daerah setempat sekurang-kurangnya golongan II/a di Kantor Kelurahan / Desa atau di Kantor Kecamatan. Saksi dari Pemerintah Daerah setempat berfungsi sebagai saksi legalisator. Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani Jurusita Pajak dan saksi-saksi. Dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita harus memuat alasan ketidakhadiran

Penanggung Pajak. Dengan demikian Berita Acara Pelaksanaan Sita dimaksud tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

7. Bila Wajib Pajak tidak hadir, penyitaan tetap bisa dilaksanakan dengan syarat ada saksi dari Pemda setempat, memuat alasannya dalam BAPS, ditanda tangani Jurusita dan saksi, BAPS tetap dianggap sah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan yang telah dilaksanakan pembahasannya pada bab-bab sebelumnya, pada bab akhir ini penulis akan menyimpulkan akhir penelitiannya dengan kesimpulan dan saran yang di ambil dari tindakan pelaksanaan penagihan.

Adapun kesimpulan dari penulis sebagai berikut :

1. Dalam melakukan kegiatan penagihan terhadap perpajakan harus mengikuti dasar hukum yang telah ditetapkan.

2. Tindakan pelaksanaan penagihan akan dilakukan apabila Wajib Pajak tidak membayar atau memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya.

3. Masih banyak Wajib Pajak kurang percaya terhadap Fiskus. Oleh karena itu Wajib Pajak beranggapan bahwa Fiskuslah yang menetapkan pajak terutang Wajib Pajak, sehingga mereka keberatan atas penerbitan STP/SKPKB/SKPKBT.

4. Tujuan akhir dalam pelaksanaan penagihan bukan menyita atau melelang tetapi pelunasan pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

5. Dalam melaksanaan kegiatan Pelaksanaan penagihan pajak harus berdasarkan prosedur atau tata cara yang sesuai dalam Undang-undang Penagihan Pajak yang telah di tetapkan.

B. SARAN

1. Dalam melaksanakan kewajiban perpajakan harusnya Wajib Pajak membayar pajak tepat pada waktunya atau sebelum tanggal jatuh tempo. 2. Lebih meningkatkan fungsi pengawasan terhadap Penagihan Pajak agar

dapat membantu dalam pelaksanaan Penagihan Pajak kepada Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah untuk meningkat penerimaan Negara.

3. Diharapkan kepada Fiskus agar dapat bekerja sama yang baik dengan instansiterkait, sehingga pelaksanaan penagihan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini bertujuan untuk memperkecil kesempatan wajib pajak dalam menghindari penunggakan pajak.

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI

A.Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak-Departemen Keuangan melakukan modernisasi perpajakan sebagai bagian dan reformasi perpajakan (tax reform) dan reformasi birokrasi.Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak, yang diimbangi dengan pengawasan dan konsultasi.Untuk implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama.Salah satunya adalah KPP Pratama Medan Petisah yang terletak di Jalan Asrama No.7A Medan. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Medan Petisah ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008.

B.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah VISI :

Sebagaimana kebijakan yang telah dicanangkan oleh Kantor Pusat DJP, Visi KPP Pratama Medan Petisah adalah “Menjadikan Model Pelayanan Masyarakat yang Menyelenggarakan Sistem dan Manajemen Perpajakan Kelas Dunia yang Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat”Visi tersebut merefleksikan cita-cita KPP Pratama

Petisah untuk menjadi public service yang berstandar Internasional atau dunia baik dari kerja sisi kualitas aparat maupun manajemennya sehingga ekstensinya dan kinerjanya mampu memenuhi harapan masyarakat sebagai institusi yang memiliki citra baik dan bersih.

MISI :

Misi Direktorat Jenderal Pajak dibedakan menjadi empat aspek atau bidang.

1. Misi Fiskal, yaitu menghimpun penerimaan Dalam Negeri sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

2. Misi Ekonomi, yaitu mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi

3. Misi Politik, yaitu mendukung proses demokratisasi bangsa

4. Misi Kelembagaan, yaitu senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan demokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan muktahir. Misi tersebut sebagai suatu pernyataan tujuan keberadaan (ekstensi), tugas, fungsi, peranan, dan tanggung jawab DJP KPP Pratama Medan Petisah sebagaimana diamanatkan dalam UU dan Peraturan serta kebijaksanaan pemerintah dengan dijiwai prinsip-prinsip dan nilai – nilai strategis organisasi diberbagai bidang.

C.Moto Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah Profesional Amanah Sederhana Transparan Inovatif

D.Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, dan Wilayah Kerja

KPP Pratama Medan Petisah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor.

1. Tugas

Dalam kedudukannya tersebut, KPP Pratama Medan Petisah mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPn BM, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Medan Petisah menyelenggarakan fungsi :

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan / pengolahan Surat Pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya.

c. Penyuluhan perpajakan.

d. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. e. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

f. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. g. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

h. Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi. i. Pelaksanaan administrasi KPP.

3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematika mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi, dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.Tujuannya yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.

Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah

KPP Pratama Medan Petisah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah DirektoratJenderal Pajak. KPP Pratama Medan Petisah terdiri dari sembilan seksi, dimanamasing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi.

Secara ringkas susunan Organisasi KPP Pratama Medan Petisah: a. Sub Bagian Umum

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi c. Seksi Pelayanan

d. Seksi Penagihan e. Seksi Pemeriksaan

f. Seksi Ekstensifikasi

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV k. Kelompok Jabatan Fungsional

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan setiap seksi. Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah adalah :

1. Kepala KPP ( Kepala Kantor)

Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah.

b. Mengkoordinasi rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.

c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU) sesuai arahan kepala kantor wilayah.

d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

f. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.

g. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan. h. Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.

i. Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran Masa dan Tahunan PPh dan pembayaran Masa PPN/PPnBM serta untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan perpajakan.

2. Sub Bagian Umum

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Pelaksanaan tata usaha dan kepegawaian yang bertugas membantu dan menangani tata usaha dan kepegawaian.

b. Pekasanaan keuangan yang bertugas mengurusi keuangan.

c. Pelaksanaan rumah tangga yang bertugas menangani urusan perlengkapan rumah tangga.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, pengolahan data, penyajian infomasi perpajakan.

c. Merekam SSP 3 lembar.

d. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A, 1107B. e. Merekam PPh pasal 21.

f. Merekam PPh pasal 23/26.

g. Merekam PPh Final pasal 4 ayat 3.

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan. i. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer. j. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing.

k. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG l. Penyiapan laporan kinerja. 4. Seksi Pelayanan

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

c. Melakukan penyuluhan perpajakan

d. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya.

e. Melakukan penerimaan dan pengelolaan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya.

f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Wajib Pajak.

g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak. h. Melakukan kerjasama perpajakan.

5. Seksi Penagihan

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi penagihan.

b. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat paksa, surat perintah, melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya.

c. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ Putusan Banding/ Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi pada seksi penagihan.

6. Seksi Pemeriksaan

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut : a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan ddokumen masuk di seksi ekstensifikasi perpajakan.

b. Melakukan pengamatan potensi perpajakan. c. Pendataan objek dan subjek pajak.

d. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. b. Membimbingan/menghimbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis

perpajakan.

c. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.

d. Memberikan konsultasi kepada Wajib Pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

e. Pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP. f. Melakukan evaluasi hasil banding.

g. Melakukan rekonsiliasi data Wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengelolaan Surat Pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya.

h. Penyuluhan perpajakan. 9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas dan melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Kelompok jabatan fungsional terdiri dari

sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

a. Pejabat fungsional pemeriksa koordinasi dengan seksi pemeriksaan sedangkan pejabat fungsional penilai berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh kepala kantor wilayah sebagai supervisor, atau kepala KPP yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Petisah Meliputi :

a. Medan Helevetia

- Tanjung Gusta

- Cinta Damai

- Sei Sikambing CII

- Dwikora - Helvetia - Helvetia Tengah - Helvetia Timur b. Medan Sunggal - Sunggal

- Tanjung Rejo - Lalang - Babura - Simpang Tanjung - Sei Sikambing B c. Medan Petisah

- Sei Putih Timur I

- Sei Putih Timur II

- Sei Putih Barat

- Sekip

- Sei Putih Tengah

- Sei Sikambing D

- Petisah Tengah

E.Mandat yang diberikan

Dalam melaksanakan tugas sebagai pengemban penerimaan APBN. KPPPratama Medan Petisah sebagai instansi vertikal di bawah Direktorat Jenderal Pajak secara langsung mendapat mandat mengumpulkan dana bagi pembiayaan negara (APBN). F. Peran Strategis KPP Pratama Medan Petisah

Wilayah kerja KPP Pratama Medan Petisah mencakup seluruh Kecamatan Medan Helvetia, Medan Petisah dan Medan Sunggal.Wilayah ekonomi Kecamatan Medan Petisah terdiri dari dua sektor yaitu pedagangan dan pemukiman penduduk baik berupa komplek perumahan dan pemukiman penduduk biasa.Wilayah perdagangan meliputi wilayah sepanjang Jalan Jend.Gatot Subroto, Jalan Sekip 11 Kapten

Muslim.Wilayah pemukiman meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Medan Helvetia, Medan Petisah dan Medan Sunggal.

G.Sumber Daya Manusia

Aspek kepegawaian yang mendukung operasional KPP Pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Jenjang Jumlah S2 8 S1/D4 24 D3 23 D1 27 SLTP 8 Lainnya

Sumber : KPP Pratama Medan Petisah 2. Berdasarkan Pangkat/Golongan

Klasifikasi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan Pangkat /Golongan Golongan Jumlah IV 2 III 49 II 39 I -

3. Berdasarkan Jabatan

Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Jabatan Jabatan Jabatan Jumlah Ka. Kantor 1 Kasi /Kasubbag 10 Supervisor 2 Fungsional 11 Account representative 27 Pelaksana 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan untuk memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari dosen Program Studi Administrasi Perpajakan guna mengetahui secara langsung fungsi dan tugas dalam pekerjaan yang sebenarnya.Sebagai Negara yang berkembang Negara Republik Indonesia tengah menggalakkan pembangunan disegala bidang yaitu pembangunan dibidang ekonomi, sosial budaya, hukum dan lain-lain. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa yaitu dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri yang berupa pajak. Pajak dipungut dari Warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksa penagihannya.Dalam praktiknya sering kali dijumpai pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk membayar pajak.

Penagihan pajak dengan surat paksa dilakukan oleh pegawai kantor pajak dimana wajib pajak yang bersangkutan tinggal. Dengan adanya penagihan pajak dengan surat paksa, wajib pajak yang tidak mau membayar pajaknya dapat dipaksa untuk memenuhi kewajibannya, jika setelah dilakukan penagihan menggunakan surat paksa, wajib pajak tersebut masih tetap tidak mau membayar pajaknya, maka kepadanya dapat dikenakan sanksi denda dan kurungan atau penyitaan atas hartanya. Adanya

sanksi kurungan ini mengakibatkan hilangnya kebebasan seseorang dan adanya penyitaan barang mengakibatkan harta orang tersebut tidak dapat dipergunakan lagi seperti semula. Penagihan pajak dengan surat paksa tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang.Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang No 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.Undang-undang ini mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997.Undang-undang ini kemudian diubah dengan Undang-undang No 19 tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 ini untuk menambah ketajaman upaya penagihan pajak, dalam keadaan tertentu terhadap wajib pajak dapat dikenakan penagihan pajak dengan surat paksa yang nantinya akan diikuti penyitaan, pelelangan dan bahkan penyanderaan. Undang-Undang penagihan pajak dengan surat paksa diharapkan dapat mengatasi semua permasalahan yang ada dalam hal penagihan pajak, khususnya dalam hal penunggakan hutang pajak oleh wajib pajak. Penagihan pajak dengan surat paksa dilakukan apabila wajib pajak atau penanggung pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana telah ditentukan dalam pemberitahuan sebelumnya atas surat teguran maka penagihan selanjutnya dilakukan juru sita pajak dengan menggunakan surat paksa yang diberitahukan oleh juru sita pajak dengan pernyataan dan penyerahan kepada penanggung pajak. Penagihan pajak dengan surat paksa ini dilakukan oleh juru sita pajak pusat maupun daerah.

Dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa petugas mengalami kesulitan berhadapan dengan wajib pajak yang tidak menerima atas adanya surat paksa dalam membayar pajak. Melihat pentingnya peaksanaan pajak guna pelunasan

utang pajak oleh wajib pajak, maka mendorong penulis mengangkat judul tentang “Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

Adapun yang menjadi tujuan dan pelaksanaan PKLM :

a. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat penagihan pajak dengan surat paksa pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah. 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.1 Bagi Mahasiswa :

a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa.

b. Mengaplikasikan teori dan ilmu yang didapat dibangku kuliah melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

c. Memberikan bekal pengalaman kerja kepada setiap mahasiswa. 2.2 Bagi Instansi/Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah :

a. Membina hubungan baik dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Sebagai bahan masukan bagi Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I khususnya kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam menangani administrasi pajak.

c. Dapat menambah sumber-sumber ide baru dari Universitas Sumatera Utara melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik :

a. Untuk meningkatkan hubungan antara Universitas Sumatera Utara dengan instansi pemerintahan dalam hal ini di Kantor Pelayanan Pajak.

b. Agar Universitas lebih berperan dalam kegiatan pendidikan sesuai dengan peraturan yang sekarang ditetapkan.

c. Mempromosikan sumber daya yang dimiliki oleh Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang memahami administrasi perpajakan.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Pajak menurut Mardiasmo (2013 : 1) adalah “iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum.”

Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan pada Pasal 1 angka 1 disebutkan arti pajak

adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

Dikemukakan oleh Resmi (2011 : 3) secara teoritis dapat dilihat bahwa pajak memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan Negara dan bermasyarakat yaitu : fungsi budgetair, dan fungsi regulerend.

a. Fungsi budgetair (Sumber Keuangan Negara )

Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

b. Fungsi reguleren (Pengatur)

Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Contohnya : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dikenakan pada saat transaksi jual beli barang mewah.Semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba mengkonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).

3. Pengertian Penagihan Pajak, Surat paksa dan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan Penyitaan, melaksanakan Penyanderaan, menjual barang yang telah di sita. Sedangkan menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.D.15.4/IV/31/1976 tanggal 30 Maret 1976 tentang Pedoman Juru Sita mengatakan bahwa Surat Paksa adalah surat keputusan yang mempunyai kekuatan yang sama dengan Grosse (yang asli) keputusan hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diganggu gugat lagi dengan cara meminta banding kepada hakim yang lebih atas. Surat Paksa harus menggunakan kepala “atas nama keadilan” karena perkataan-perkataan itulah surat paksa mendapat

Dokumen terkait