• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

C. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

1. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

Pajak Pengahasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun berjalan. Angsuran pajak penghasilan pasal 25 dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan pada SPT tahunan. Cara penghitung pajak penghasilan pasal 25 adalah :

Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut SPT tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan pajak penghasilan yang dipotong atau dipungut serta pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh di kreditkan (PPh 21,22,23,dan 24) kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

PPH Pasal 25 =

PPH terutang menurut SPT Tahun lalu – Kredit Pajak (21,22,23,24 tahun lalu) 12

Contoh:

Penghasilan Tuan Ali menurut SPT Tahun 2009 adalah sebesar Rp 50.000.000. Pajak penghasilan yang telah dipotong atau dipungut:

PPh Pasal 21 Rp 10.000.000 PPh Pasal 22 Rp 10.000.000 PPh pasal 23 Rp 5.000.000 PPh pasal 24 Rp 8.000.000

Hitunglah besar PPh pasal 25 untuk tahun 2010?

Penghasilan Rp 50.000.000 Kredit Pajak PPh Pasal 21 Rp 10.000.000 PPh Pasal 22 Rp 10.000.000 PPh Pasal 23 Rp 5.000.000 PPh Pasal 24 Rp 8.000.000 + Total Rp 33.000.000 -

PPh Kurang bayar (PPh Pasal 29) Rp 17.000.000 Besarnya angsuran PPH Pasal 25 =

Rp 17.000.000/12 = Rp 1.416.666

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan. Mengingat batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi selambat

– lambatnya bulan ke-3 setelah berakhirnya tahun pajak, untuk Wajib Pajak Badan bulan ke – 4 setelah berakhirnya tahun pajak, maka untuk angsuran tahun

pajak berikutnya masa Januari sampai dengan Maret untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan masa Januari sampai dengan April untuk Wajib Pajak Badan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 maka besarnya angsuran yang harus di bayar sama jumlahnya dengan bulan Desember tahun pajak yang lalu.

2. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

Yang dimaksud penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal – hal tertentu adalah penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal :

1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian. Kompensasi kerugian adalah kompensasi kerugian fiskal berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan, Surat Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, sesuai dengan ketentuan Pasal 31A Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2000. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penghasilan tanpa kompensasi dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan atau dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

2. Wajib Pajak memperoleh Penghasilan Tidak Teratur. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur adalah sebesar pajak peghasilan yang dihitung berdasarkan jumlah penghasilan neto menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu setelah dikurangi dengan penghasilan tidak teratur yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan atau dipungut serta pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan memulai batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan bulan sebelum disampaikannya Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut adalah sama dengan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak yang lalu dan bersifat sementara.

4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan mulai batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan bulan sebelum disampaikannya

Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut adalah sama dengan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan sementara yang disampaikan Wajib Pajak pada saat mengajukan permohonan ijin perpanjangan.

5. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pembetulan tersebut dengan memperhatikan ketentuan, apabila besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 setelah pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan lebih besar dari Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum dilakukan pembetulan, atas kekurangan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 terutang bunga untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dari masing – masing bulan sampai dengan tanggal penyetoran atau besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 setelah melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan lebih kecil dari Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum dilakukan pembetulan, atas kelebihan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat dipindahbukukan ke Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan – bulan berikut setelah penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pembetulan dan berlaku surut mulai batas waktu penyampian Surat Pemberitahuan Tahunan.

6. Terjadi Perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak. Apabila perubahan tesebut terjadi setelah 3 bulan atau lebih berjalan dalan satu tahun pajak, Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

3. Perhitungan Angsuran Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Tertentu

Menurut Peraturan Perundang – undangan Pajak Penghasilan Pasal 25 ayat (7) Menteri Keuangan berwenang menetapkan perhitungan besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 bagi :

1. Wajib Pajak Baru 2. Wajib Pajak Bank

3. Badan Usaha Milik Negara 4. Badan Usaha Milik Daerah 5. Wajib Pajak Tertentu lainnya.

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak baru adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan dibagi 12 atau banyaknya bulan dalan bagian tahun pajak.

BAB IV

ANALISA LAPORAN

A. Pelaksanan Permohonan Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

Dalam Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan maupun Keputusan Direktorat Jendral Pajak banyak terdapat kemudahan maupun kesulitan dalam proses penyelesaian permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25. Oleh karena itu, Kantor Pelayanan Pajak Pratama memberikan kemudahan ataupun fasilitas kepada Wajib Pajak orang Pribadi Maupun Badan dalam penyampaian surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25, antara lain :

1. Mendapat Pengurangan penghasilan hingga 75% yang dengan dibuktikan adanya laporan keuangan bagi perusahaan dan pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yng menggunakan norma.

2. Dapat mengajukan permohonan pengurangan lebih dari satu kali.

3. Jangka waktu proses permohonan paling lama 1 bulan sejak surat permohonan diterima dengan lengkap.

4. Bila syarat – syarat yang dilampirkan tidaklah lengkap Account Representatif akan menelpon Wajib Pajak untuk melengkapi syarat –

syarat tersebut.

Realisasinya, pada Tahun Pajak 2010 dan 2011 dari mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

tidak ada yang mengajukan permohonan pengurangan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 baik itu Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan. (Dapat di lihat di tabel lampiran 4.1 dan 4.2).

B. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

Dalam menyelesaikan surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25, ada beberapa tata cara penyelesaiannya, sebagai berikut :

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 beserta kelengkapannya ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). Bukti Penerimaan Surat (BPS) diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam

surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

3. Account Representative membuat dan menandatangani Laporan Penelitian Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 serta menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan menandatangani Laporan Penelitian Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 serta menyampaikannya kepada Kepala Kantor. Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui laporan yang dibuat, Account Representative harus memperbaiki dokumen tersebut terlebih dahulu. 5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Laporan

Penelitian Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25. Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui laporan yang telah dibuat, Account Representative harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut. 6. Kepala Seksi Pelayanan menerima Laporan Penelitian Permohonan

Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan. Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 diterbitkan dalam rangkap dua :

a. Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak

7. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 kemudian meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.

8. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 kemudian meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

9. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25.

10.Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). 11.Proses selesai.

C. Hambatan – Hambatan Yang Dihadapi

Dalam menyelesaikan permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ini, ada beberapa hambatan – hambatan yang dialami oleh para account representative dalam melakukan penelitian surat permohonan. Antara lain hambatan –

hambatan yang dihadapi adalah :

1. Syarat – syarat yang dilampirkan didalam surat permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak tidak lengkap. Pada saat mengajukan surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak harus melampirkan syarat –

syarat yang sudah ditentukan sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 537/PJ/2000 pasal 7. Tetapi banyak Wajib pajak yang tidak melengkapi syarat – syarat tersebut, yang menyebabkan surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut ditolak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

2. Alamat Usaha Wajib Pajak tidak benar atau Wajib Pajak telah Pindah. Didalam surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak harus melampirkan alamat Wajib Pajak. Tetapi kadang kala ada saja Wajib Pajak yang melampirkan alamat yang salah ataupun Wajib Pajak tersebut telah pindah sebelum surat permohonannya sampai ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

3. Laporan Laba Rugi atau pembukuan yang dilampirkan tidak lengkap. Pada saat mengajukan surat permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak melampirkan laporan raba rugi bagi Wajib Pajak Badan atau melampirkan Pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pembukuan dengan penghitungan norma.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dari bab – bab sebelumnya, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menutut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun lalu dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong/dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar/terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, 22, 23, dan 24 kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. 2. Batas waktu pembayaran Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

Pasal 25 adalah tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir, sedangkan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir.

3. Walaupun angsuran Pajak Penghasilan 25 sudah ditetapkan sama seperti dalam penetapan Pajak Penghasilan terutang, tetapi masih bisa dilakukan pengurangan atas angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dengan syarat apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat permohonan Wajib Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak memberikan keputusan,

permohonan Wajib Pajak tersebut dianggap diterima dan Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan penghitungannya untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan. Permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan 25 ini juga harus memenuhi ketentuan syarat apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, ternyata Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25.

4. Penghasilan yang dijadikan dasar penghitungan PPh pasal 25 adalah penghasilan teratur

5. Untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 sama dengan angsuran bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis kemukakan yang dapat kiranya dijadikan bahan pertimbangan dalam Tugas Akhir ini antara lain :

1. Perlu dibuat peraturan yang bisa mengakomodasi segala kondisi ekonomi yang mungkin terjadi sehingga tidak perlu lagi membuat peraturan khusus yang bersifat temporer dan mencakup kondisi saja, misalnya dalam

Per-10/PJ/2009 yang hanya secara khusus mengatur pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 dalam tahun 2009 bagi Wajib Pajak yang mengalami perubahan keadaan usaha atau kegiatan usaha. Dan hanya dalam Per-10 ini baru ditentukan batas maksimal pengurangannya yaitu Wajib Pajak dapat diberikan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2009. Jadi perlu diatur juga mengenai batas maksimal pengurangan angsuran PPh 25 pada aturan yang di atasnya.

2. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pajak khususnya tentang Pajak Penghasilan Pasal 25 dilakukan dengan jalan memberikan penyuluhan, baik secara langsung maupun media – media yang ada agar Wajib Pajak dapat memahami kewajiban dan hak perpajakannya.

3. Bila dalam proses penelitian, Account Representative menemukan syarat –

syarat maupun lampiran – lampiran yang di sampaikan oleh Wajib Pajak tidak lengkap, sebaiknya Wajib Pajak disuruh untuk melengkapi permohonan dengan cara mengirim surat dari kepala Kantor Pelayanan Pajak yang namanya terdaftar dan surat permohonan yang telah disampaikan terlebih dahulu tetap di proses.

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Pada tahun 1983 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu ada 2 kantor inspeksi pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya tambahan kantor inspeksi pajak yang gunanya untuk menambah penerimaan Negara dari sektor pajak.

Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan keputusan menteri keuangan republik Indonesia nomor 257/KMK.01/1989 diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama manjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus di bentuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Kemdian pada tanggal 3 Agustus 1993 dikeluarkanlah keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu :

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasa Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama untuk memudahkan Wajib Pajak, ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak yang ada, yaitu : Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumut I. Kantor Pelayanan Pajak Pratama akan melayani Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, selain itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama juga melakukan Pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak.

Sesuai dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ/2008 tangal 27 mei 2008 tentang saat mulai operasi (SMO) Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan

Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumut I, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama ditetapkan mulai beroperasi tangal 27 mei 2008.

B. Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terdiri dari 8 seksi, 1 kelompok jabatan Fungsional I dan II, Sub Bagian Umum, yaitu :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan 5. Seksi Pemeriksaan 6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10.Kelompok Jabatan Fungsional I dan II

C. Uraian Tugas dan Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

1. Tugas di kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas barang Mewah, serta Pajak

Tidak langsung Lainnya, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.

2. Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama menyelenggarakan fungsi :

2.1 Pengumpulan, Pencarian, dan Pengolahan data, Pengamatan Potensi Perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak.

2.2 Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

2.3 Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya. 2.4 Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.

2.5 Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 2.6 Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

2.7 Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. 2.8 Pelaksanaan ekstensifikasi.

2.9 Pelaksanaan konsultasi perpajakan. 2.10 Pelaksanaan intensifikasi.

D. Deskripsi Kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Adapun deskripsi kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1.1 Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggrakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penetapan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian, dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaraan tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. 1.2 Bagian Keuangan

Tugasnya dalah merencanakan kebutuhan dana dan melakukan urusan pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

1.3 Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dari segi material agar dapat menunjang kelancaraan jalannya pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

2. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan terdiri dari seorang Kepala Seksi pelayanan yang tugasnya mengkoordinasikan pelayanan pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), penatausahaan pendataan, pemindahan dan pencabutan identitas Wajib Pajak lainnya, kearsipan berkas penelitian Surat Pemberitahuan, dan surat Wajib Pajak lainnya, serta penertiban Surat Ketetapan Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kepala seksi Pelayanan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah :

a. Melakukan urusan penerimaan Surat Pemberitahuan, surat Wajib Pajak lainnya, melakukan peñatausahaan pendaftaran, dan pencabutan identitas Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melakukan penelitian Surat Pemberitahuan Tahunan, dan penyelesaian permohonan penundaan penyampaian Surat Pemberitahuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan kearsipan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Seksi Pengawasan dan Konsultsi (WASKON) I, II, III

Pada Seksi ini terdapat Account Representative yang masing – masing memiliki tugas. Tugas account representative sangat banyak, antara lainnya adalah :

a. Menjawab pertanyaan Wajib Pajak atas permasalahan perpajakan. b. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan. c. Membantu Wajib Pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi

masalah perpajakan.

d. Melakukan pembaharuan data Wajib Pajak dan company profile. e. Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru.

f. Memonitor kepatuhan Wajib Pajak melalui pemanfaatan data.

g. Menyelesaikan permohonan surat keterangan yang diperoleh Wajib pajak.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI )

Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari seorang kepala seksi yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajian informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan, serta ekstensifikasi Wajib Pajak, dan intensifikasi sesuai dengan peraturan Perundang – undangan yang berlaku.

Seksi pengolahan data dan informasi membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah :

a. Menerima dan memanfaatkan data intern dan data ekstern.

b. Mengidentifikasi data intern dan data ekstern untuk dikategorikan menjadi data dikenal dan data tidak dikenal.

d. Mengirimkan back up data Kantor Pelayanan Pajak Patama Lubuk Pakam ke Kanwil DJP Sumut I secara periodik 2 minggu sekali.

5. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penelitian objek pajak

Dokumen terkait