• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tata Cara Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Andi; Yogyakarta. Mardiasmo, 2006. Perpajakan.

Early, Suandy, 2008. Hukum Pajak, Edisi 4. Salemba Empat: Jakarta.

http://www.google.com

http://www.pajak.go.id

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN

Undang – Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana terakhir

di ubah dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Undang –Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2007

Keputusan Direktur Pajak Nomor 537/PJ/2000 tangal 29 Desember 2000 tentang

penghitungan Besar nya penghitungan Pajak dalam Tahun Pajak Berjalan dalam

Hal-Hal tertentu

Peraturan Direktorat jendral Pajak Nomor 10/PJ/2009 tentang pengurangnya besarnya

pajak penghasilan pasal 25 dalam Tahun 2009 bagi wajib pajak yg mengalami

(2)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANDIRI

A. Pajak Penghasilan Pasal 25

1. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 25

Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang

harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak

berjalan. Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ini juga dapat dijadikan

sebagai kredit pajak atau penguran dalam menghitung pajak yang terhutang

atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan

dalan Surat Pemberitahuan ( SPT ) Masa Tahunan.

Tujuan dari diberlakukannya Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagai

kredit pajak atau pengurang pajak dalam penghitungan pajak setahun adalah

agar Wajib Pajak tidak terlalu berat dalam membayar pajak secara sekaligus

pada akhir tahun pajak, karena sifat pelunasan pajak untuk mencicil hutang

pajaknya.

2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 25

Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 25 dalah Undang – Undang

No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang –

(3)

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 537/PJ/2000 tanggal 29

Desember 2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalam Tahun

Pajak Berjalan dalam Hal-Hal tertentu.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 10/PJ/2009 tentang

pengurangnya besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam tahun 2009 bagi

Wajib Pajak yang mengalami perubahan keadaan usaha atau kegiatan usaha.

3. Subjek dan Objek Pajak

3.1Subjek Pajak

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan

yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek

Pajak adalah :

a. Orang Pribadi.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

c. Badan, sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan

baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang

meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,

BUMN atau BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun.

d. Badan Usaha Tetap (BUT).

Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi:

(4)

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia

lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau yang dalam

suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk

bertempat tinggal di Indonesia.

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

b. Subjek Pajak Luar Negeri adalah :

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu

12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan melalui BUT di Indonesia.

2. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,

dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indomesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan

dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan melalui BUT di Indonesia.

3.2Objek Pajak

Adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia

(5)

menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan

dalam bentuk apapun termasuk :

a. Peggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiunan atau imbalan dalam bentuk

lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang – Undang Pajak

Penghasilan.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.

c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya.

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang.

g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen

dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa

hasil usaha.

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

(6)

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintahan.

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

n. Premi asuransi.

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang yang

mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

s. Surplus Bank Indonesia.

4. Batas Waktu Pelaporan dan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25

Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang harus disetor/dibayar dalam

jangka waktu yang ditentukan dalam Perundang – undangan perpajakan yang

berlaku. Pajak Penghasilan Pasal 25 yang terutang untuk setiap masa pajak

harus dibayar selambat – lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah

berakhir masa pajak. Apabila Wajib Pajak tidak/kurang dibayar, atau

terlambat membayar maka Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa

(7)

dibayar, atau terlamabat dibayar dihitung sejak tanggal jatuh tempo

pembayaran berakhir sampai dengan tanggal dilakukan pembayaran atas pajak

yang tidak/kurang dibayar.

Sedangkan penyetorannya dilakukan melalui Kantor Pos atau Bank –

bank Persepsi yang ditunjuk Pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran

pajak (SSP). Surat Setoran pajak ini nantinya sebagai bukti bahwa Wajib

Pajak sudah membayar dan sebagai sarana untuk melaporkan pembayaran

pajaknya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak

terdaftar.

Setelah Pajak Penghasilan Pasal 25 yang tersebut dibayar di kantor pos

ataupun di bank – bank persepsi, wajib pajak harus melaporkan pembayaran

tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak terdaftar.

Pelaporan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 harus dilakukan dengan

menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan selambat –

lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.

Apabila Surat Pemberitahuan Masa tidak disampaikan atau

disampaikan tidak sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 3

ayat (3) Undang – Undang Nomor 16 tahun 2000 sebagaimana telah diubah

dengan Undang – Undang Nomor 28 tahun 2007, maka akan dikenakan sanksi

(8)

B. Syarat – Syarat Permohonan Pengurangan Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25.

Dalam permohonan pengurangan angsuran bulanan Pajak Penghasilan Pasal

25 yang diajuakan oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan harus memenuhi syarat –

syarat yang telah ditetapkan, sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 7 Keputusan

Direktorat Jenderal Pajak Nomor 537/PJ/2000.

Adapun Syarat – syarat yang diajukan oleh Wajib Pajak tersebut adalah :

1. Apabila sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya satu tahun pajak, Wajib Pajak

dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak

tersebut kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi

dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25. Wajib Pajak dapat

mengajukan permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

secara tertulis kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak

terdaftar.

2. Wajib pajak menyampaikan surat permohonan secara tertulis menggunakan

formulir sebagaimana ditetapkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak.

3. Dalam pengajuan permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25.

Wajib Pajak harus menyampaikan perhitungan besarnya pajak penghasilan

yang akan terutang berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima

atau diperoleh dan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan

(9)

4. Dalam mengajukan permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan

Pasal 25, wajib pajak juga harus melampirkan foto copy SPT tahun

sebelumnya, proyeksi neraca laba – rugi untuk tahun kedepannya. Apabila dia

Badan usaha dapat juga melampirkan foto copy akta notaris penonaktifan

perusahaan, atapun yang berhubungan dengan perusahaan.

5. Jangka waktu penyelesaian surat permohonan yang diajukan oleh wajib pajak

adalah selama 1 bulan. Selama itu surat permohonan akan diproses dan diteliti

oleh Account Repsentative Wajib Pajak. Bila telah selesai diteliti, Account

Representative akan membuat uraian penelitian yang berisi surat permohonan

itu dikabulkan ataupun ditolak.

6. Apabila dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya dengan lengkap surat

permohonan pengurangan, kepala Kantor Pelayanan tidak memberikan

keputusan, maka permohonan pengurangan tersebut dianggap diterima dan

wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak penghasilan pasal 25 sesuai

dengan perhitungannya.

7. Apabila dalam suatu tahun pajak wajib pajak mengalami peningkatan usaha

yang diperkirakan pajak penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak

tersebut lebih dari 150% dari pajak penghasilan yang terutang yang menjadi

dasar perhitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan

yang tersisa sampai dengan akhir tahun pajak yang bersangkutan dihitung

(10)

C. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

1. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

Pajak Pengahasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang

harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun berjalan.

Angsuran pajak penghasilan pasal 25 dapat dijadikan sebagai kredit pajak

terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir

tahun pajak yang dilaporkan pada SPT tahunan. Cara penghitung pajak

penghasilan pasal 25 adalah :

Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 adalah sebesar pajak

penghasilan yang terutang menurut SPT tahunan pajak penghasilan tahun pajak

yang lalu dikurangi dengan pajak penghasilan yang dipotong atau dipungut serta

pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh di

kreditkan (PPh 21,22,23,dan 24) kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam

bagian tahun pajak.

PPH Pasal 25 =

PPH terutang menurut SPT Tahun lalu – Kredit Pajak (21,22,23,24 tahun lalu)

12

Contoh:

Penghasilan Tuan Ali menurut SPT Tahun 2009 adalah sebesar Rp 50.000.000.

(11)

PPh Pasal 21 Rp 10.000.000

PPh Pasal 22 Rp 10.000.000

PPh pasal 23 Rp 5.000.000

PPh pasal 24 Rp 8.000.000

Hitunglah besar PPh pasal 25 untuk tahun 2010?

Penghasilan Rp 50.000.000

Kredit Pajak

PPh Pasal 21 Rp 10.000.000

PPh Pasal 22 Rp 10.000.000

PPh Pasal 23 Rp 5.000.000

PPh Pasal 24 Rp 8.000.000 +

Total Rp 33.000.000 -

PPh Kurang bayar (PPh Pasal 29) Rp 17.000.000

Besarnya angsuran PPH Pasal 25 =

Rp 17.000.000/12 = Rp 1.416.666

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan sebelum batas

waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan. Mengingat batas waktu

penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi selambat

– lambatnya bulan ke-3 setelah berakhirnya tahun pajak, untuk Wajib Pajak

(12)

pajak berikutnya masa Januari sampai dengan Maret untuk Wajib Pajak Orang

Pribadi dan masa Januari sampai dengan April untuk Wajib Pajak Badan

angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 maka besarnya angsuran yang harus di

bayar sama jumlahnya dengan bulan Desember tahun pajak yang lalu.

2. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

Yang dimaksud penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal – hal

tertentu adalah penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal :

1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian. Kompensasi kerugian

adalah kompensasi kerugian fiskal berdasarkan Surat Pemberitahuan

Tahunan, Surat Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, sesuai

dengan ketentuan Pasal 31A Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983

tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2000. Besarnya Pajak Penghasilan

Pasal 25 dalam hal Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian adalah

sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penghasilan tanpa

kompensasi dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan atau

dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri

yang boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam

(13)

2. Wajib Pajak memperoleh Penghasilan Tidak Teratur. Besarnya Pajak

Penghasilan Pasal 25 dalam hal Wajib Pajak memperoleh penghasilan

tidak teratur adalah sebesar pajak peghasilan yang dihitung berdasarkan

jumlah penghasilan neto menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan tahun pajak yang lalu setelah dikurangi dengan penghasilan

tidak teratur yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan

tersebut dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan atau

dipungut serta pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri

yang boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam

bagian tahun pajak.

3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu

disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan. Besarnya Pajak

Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan memulai batas waktu

penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan bulan

sebelum disampaikannya Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut adalah

sama dengan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir tahun

pajak yang lalu dan bersifat sementara.

4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Besarnya Pajak Penghasilan

Pasal 25 untuk bulan – bulan mulai batas waktu penyampaian Surat

(14)

Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut adalah sama dengan besarnya

Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dihitung berdasarkan Surat

Pemberitahuan Tahunan sementara yang disampaikan Wajib Pajak pada

saat mengajukan permohonan ijin perpanjangan.

5. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari

angsuran bulanan sebelum pembetulan. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal

25 dihitung kembali berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan

Pembetulan tersebut dengan memperhatikan ketentuan, apabila besarnya

Pajak Penghasilan Pasal 25 setelah pembetulan Surat Pemberitahuan

Tahunan lebih besar dari Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum dilakukan

pembetulan, atas kekurangan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 terutang

bunga untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo penyetoran

Pajak Penghasilan Pasal 25 dari masing – masing bulan sampai dengan

tanggal penyetoran atau besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 setelah

melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan lebih kecil dari

Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum dilakukan pembetulan, atas kelebihan

setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat dipindahbukukan ke Pajak

Penghasilan Pasal 25 bulan – bulan berikut setelah penyampaian Surat

Pemberitahuan Tahunan Pembetulan dan berlaku surut mulai batas waktu

(15)

6. Terjadi Perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak. Apabila

perubahan tesebut terjadi setelah 3 bulan atau lebih berjalan dalan satu

tahun pajak, Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan

yang terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari Pajak

Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya

Pajak Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan

pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis kepada

Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

3. Perhitungan Angsuran Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Tertentu

Menurut Peraturan Perundang – undangan Pajak Penghasilan Pasal 25

ayat (7) Menteri Keuangan berwenang menetapkan perhitungan besarnya

angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 bagi :

1. Wajib Pajak Baru

2. Wajib Pajak Bank

3. Badan Usaha Milik Negara

4. Badan Usaha Milik Daerah

5. Wajib Pajak Tertentu lainnya.

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak baru

adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif

umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan dibagi 12 atau banyaknya

(16)

BAB IV

ANALISA LAPORAN

A. Pelaksanan Permohonan Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

Dalam Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan maupun Keputusan

Direktorat Jendral Pajak banyak terdapat kemudahan maupun kesulitan dalam proses

penyelesaian permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25. Oleh karena itu,

Kantor Pelayanan Pajak Pratama memberikan kemudahan ataupun fasilitas kepada

Wajib Pajak orang Pribadi Maupun Badan dalam penyampaian surat permohonan

pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25, antara lain :

1. Mendapat Pengurangan penghasilan hingga 75% yang dengan dibuktikan

adanya laporan keuangan bagi perusahaan dan pembukuan bagi Wajib

Pajak Orang Pribadi yng menggunakan norma.

2. Dapat mengajukan permohonan pengurangan lebih dari satu kali.

3. Jangka waktu proses permohonan paling lama 1 bulan sejak surat

permohonan diterima dengan lengkap.

4. Bila syarat – syarat yang dilampirkan tidaklah lengkap Account

Representatif akan menelpon Wajib Pajak untuk melengkapi syarat –

syarat tersebut.

Realisasinya, pada Tahun Pajak 2010 dan 2011 dari mulai bulan Januari 2010

(17)

tidak ada yang mengajukan permohonan pengurangan pembayaran angsuran Pajak

Penghasilan Pasal 25 baik itu Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak

Badan. (Dapat di lihat di tabel lampiran 4.1 dan 4.2).

B. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

Dalam menyelesaikan surat permohonan pengurangan angsuran Pajak

Penghasilan Pasal 25, ada beberapa tata cara penyelesaiannya, sebagai berikut :

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan Angsuran Pajak

Penghasilan Pasal 25 beserta kelengkapannya ke Kantor Pelayanan Pajak

melalui Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan

kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan.

Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap,

dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat

permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat

Pelayanan Terpadu mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar

Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). Bukti Penerimaan Surat (BPS)

diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan Lembar Pengawasan Arus

Dokumen (LPAD) digabungkan dengan surat permohonan beserta

(18)

surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan

beserta kelengkapannya ke Account Representative.

3. Account Representative membuat dan menandatangani Laporan Penelitian

Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 serta

menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan menandatangani

Laporan Penelitian Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak

Penghasilan Pasal 25 serta menyampaikannya kepada Kepala Kantor.

Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui laporan yang dibuat, Account

Representative harus memperbaiki dokumen tersebut terlebih dahulu.

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Laporan

Penelitian Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal

25. Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui laporan yang telah dibuat,

Account Representative harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut.

6. Kepala Seksi Pelayanan menerima Laporan Penelitian Permohonan

Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dan menugaskan

Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan.

Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

diterbitkan dalam rangkap dua :

a. Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak

(19)

7. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keputusan

Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 kemudian

meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.

8. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Surat Keputusan

Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 kemudian

meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

9. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat

Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25.

10.Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan

Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan kepada Wajib Pajak melalui

Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).

11.Proses selesai.

C. Hambatan – Hambatan Yang Dihadapi

Dalam menyelesaikan permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan

Pasal 25 ini, ada beberapa hambatan – hambatan yang dialami oleh para account

representative dalam melakukan penelitian surat permohonan. Antara lain hambatan –

hambatan yang dihadapi adalah :

1. Syarat – syarat yang dilampirkan didalam surat permohonan yang diajukan oleh

Wajib Pajak tidak lengkap. Pada saat mengajukan surat permohonan pengurangan

(20)

syarat yang sudah ditentukan sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak

Nomor 537/PJ/2000 pasal 7. Tetapi banyak Wajib pajak yang tidak melengkapi

syarat – syarat tersebut, yang menyebabkan surat permohonan pengurangan

angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut ditolak oleh Kantor Pelayanan

Pajak Pratama.

2. Alamat Usaha Wajib Pajak tidak benar atau Wajib Pajak telah Pindah. Didalam

surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak

harus melampirkan alamat Wajib Pajak. Tetapi kadang kala ada saja Wajib Pajak

yang melampirkan alamat yang salah ataupun Wajib Pajak tersebut telah pindah

sebelum surat permohonannya sampai ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

3. Laporan Laba Rugi atau pembukuan yang dilampirkan tidak lengkap. Pada saat

mengajukan surat permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib

Pajak melampirkan laporan raba rugi bagi Wajib Pajak Badan atau melampirkan

Pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pembukuan dengan

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dari bab – bab sebelumnya, dapat di ambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak

Penghasilan yang terutang menutut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan tahun lalu dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang

dipotong/dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar/terutang diluar

negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, 22, 23,

dan 24 kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

2. Batas waktu pembayaran Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

Pasal 25 adalah tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak

berakhir, sedangkan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan Pasal 25 adalah tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah

masa pajak berakhir.

3. Walaupun angsuran Pajak Penghasilan 25 sudah ditetapkan sama seperti

dalam penetapan Pajak Penghasilan terutang, tetapi masih bisa dilakukan

pengurangan atas angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dengan syarat apabila

dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat permohonan

(22)

permohonan Wajib Pajak tersebut dianggap diterima dan Wajib Pajak dapat

melakukan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan

penghitungannya untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang

bersangkutan. Permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan 25 ini

juga harus memenuhi ketentuan syarat apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau

lebih berjalannya suatu tahun pajak, ternyata Wajib Pajak dapat

menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun

pajak tersebut kurang dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak

Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak

Penghasilan Pasal 25.

4. Penghasilan yang dijadikan dasar penghitungan PPh pasal 25 adalah

penghasilan teratur

5. Untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh,

besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 sama dengan angsuran bulan

terakhir tahun pajak yang lalu.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis kemukakan yang dapat kiranya dijadikan

bahan pertimbangan dalam Tugas Akhir ini antara lain :

1. Perlu dibuat peraturan yang bisa mengakomodasi segala kondisi ekonomi

yang mungkin terjadi sehingga tidak perlu lagi membuat peraturan khusus

(23)

Per-10/PJ/2009 yang hanya secara khusus mengatur pengurangan besarnya

pajak penghasilan pasal 25 dalam tahun 2009 bagi Wajib Pajak yang

mengalami perubahan keadaan usaha atau kegiatan usaha. Dan hanya dalam

Per-10 ini baru ditentukan batas maksimal pengurangannya yaitu Wajib

Pajak dapat diberikan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sampai

dengan 25% (dua puluh lima persen) untuk Masa Pajak Januari sampai

dengan Juni 2009. Jadi perlu diatur juga mengenai batas maksimal

pengurangan angsuran PPh 25 pada aturan yang di atasnya.

2. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pajak khususnya

tentang Pajak Penghasilan Pasal 25 dilakukan dengan jalan memberikan

penyuluhan, baik secara langsung maupun media – media yang ada agar

Wajib Pajak dapat memahami kewajiban dan hak perpajakannya.

3. Bila dalam proses penelitian, Account Representative menemukan syarat –

syarat maupun lampiran – lampiran yang di sampaikan oleh Wajib Pajak

tidak lengkap, sebaiknya Wajib Pajak disuruh untuk melengkapi

permohonan dengan cara mengirim surat dari kepala Kantor Pelayanan

Pajak yang namanya terdaftar dan surat permohonan yang telah disampaikan

(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Pada tahun 1983 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi

Pajak. Pada saat itu ada 2 kantor inspeksi pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan

Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi

penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya tambahan

kantor inspeksi pajak yang gunanya untuk menambah penerimaan Negara dari sektor

pajak.

Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di dalam pelayanan

pembayaran pajak, maka berdasarkan keputusan menteri keuangan republik

Indonesia nomor 257/KMK.01/1989 diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada

Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang

diganti nama manjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus di bentuk Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan.

Kemdian pada tanggal 3 Agustus 1993 dikeluarkanlah keputusan Menteri

Keuangan Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 Kantor Pelayanan Pajak Medan

Selatan berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu :

(25)

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang

berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasa Direktorat

Jenderal Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pelaksana

implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama untuk memudahkan Wajib Pajak,

ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak yang ada, yaitu : Kantor Pelayanan Pajak, Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak

dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu instansi vertikal Direktorat Jenderal

Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor

wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumut I. Kantor Pelayanan Pajak Pratama akan

melayani Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan,

dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, selain itu Kantor Pelayanan Pajak

Pratama juga melakukan Pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang

memutuskan keberatan, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak.

Sesuai dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ/2008 tangal

(26)

Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumut I, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama

ditetapkan mulai beroperasi tangal 27 mei 2008.

B. Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terdiri dari 8 seksi, 1

kelompok jabatan Fungsional I dan II, Sub Bagian Umum, yaitu :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan konsultasi I

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

10.Kelompok Jabatan Fungsional I dan II

C. Uraian Tugas dan Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

1. Tugas di kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,

pelayanan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan,

(27)

Tidak langsung Lainnya, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan

Perundang – Undangan yang berlaku.

2. Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama

menyelenggarakan fungsi :

2.1 Pengumpulan, Pencarian, dan Pengolahan data, Pengamatan Potensi

Perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan

subjek pajak.

2.2 Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

2.3 Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

2.4 Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.

2.5 Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

2.6 Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

2.7 Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

2.8 Pelaksanaan ekstensifikasi.

2.9 Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

2.10 Pelaksanaan intensifikasi.

(28)

D. Deskripsi Kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Adapun deskripsi kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1.1 Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggrakan tugas pelayanan di bidang tata

usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat,

pengetikan dan pengadaan, penetapan berkas, penyusunan arsip, tata

usaha kepegawaian, dan pengiriman laporan agar dapat menunjang

kelancaraan tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

1.2 Bagian Keuangan

Tugasnya dalah merencanakan kebutuhan dana dan melakukan urusan

pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

1.3 Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan

perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dari segi

material agar dapat menunjang kelancaraan jalannya pekerjaan di

(29)

2. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan terdiri dari seorang Kepala Seksi pelayanan yang

tugasnya mengkoordinasikan pelayanan pada Tempat Pelayanan Terpadu

(TPT), penatausahaan pendataan, pemindahan dan pencabutan identitas Wajib

Pajak lainnya, kearsipan berkas penelitian Surat Pemberitahuan, dan surat

Wajib Pajak lainnya, serta penertiban Surat Ketetapan Pajak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Kepala seksi Pelayanan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya

adalah :

a. Melakukan urusan penerimaan Surat Pemberitahuan, surat Wajib Pajak

lainnya, melakukan peñatausahaan pendaftaran, dan pencabutan identitas

Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melakukan penelitian Surat Pemberitahuan Tahunan, dan penyelesaian

permohonan penundaan penyampaian Surat Pemberitahuan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

c. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan

kearsipan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Seksi Pengawasan dan Konsultsi (WASKON) I, II, III

Pada Seksi ini terdapat Account Representative yang masing – masing

memiliki tugas. Tugas account representative sangat banyak, antara lainnya

(30)

a. Menjawab pertanyaan Wajib Pajak atas permasalahan perpajakan.

b. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan.

c. Membantu Wajib Pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi

masalah perpajakan.

d. Melakukan pembaharuan data Wajib Pajak dan company profile.

e. Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru.

f. Memonitor kepatuhan Wajib Pajak melalui pemanfaatan data.

g. Menyelesaikan permohonan surat keterangan yang diperoleh Wajib

pajak.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI )

Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari seorang kepala seksi

yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan

penyajian informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi

perpajakan, serta ekstensifikasi Wajib Pajak, dan intensifikasi sesuai dengan

peraturan Perundang – undangan yang berlaku.

Seksi pengolahan data dan informasi membawahi koordinator pelaksana

yang tugasnya adalah :

a. Menerima dan memanfaatkan data intern dan data ekstern.

b. Mengidentifikasi data intern dan data ekstern untuk dikategorikan menjadi

data dikenal dan data tidak dikenal.

(31)

d. Mengirimkan back up data Kantor Pelayanan Pajak Patama Lubuk Pakam

ke Kanwil DJP Sumut I secara periodik 2 minggu sekali.

5. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan

potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penelitian objek pajak

dalam rangka ekstensifikasi.

6. Seksi Penagihan

Seksi penagihan terdiri dari seorang Kepala Seksi Penagihan yang

tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan penatausahaan piutang pajak,

penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, berdasarkan ketentuan

peraturan perpajakan penundaan dan angsuran tunggakan pajak, serta

penyimpanan dokumen – dokumen penagihan.

Kepala Seksi Penagihan membawahi koordinator pelaksanaan yang

tugasnya adalah:

a. Melakukan penatausahaan piutang pajak, usulan penghapusan piutang

pajak, penundaan dan angsuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melakukan penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah

(32)

7. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan terdiri dari seorang Kepala Seksi Pemeriksaan yang

tugasnya adalah :

a. Mengkoordinir penyusunan rencana pemeriksaan.

b. Melakukan pelaksanaan pemeriksaan dan,

c. Penerbitan serta penyaluran Surat Perintah pemeriksaan pajak serta

administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas serangkaian kegiatan menghimpun

dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara

objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan

yang selanjutnya akan ditindak lanjuti ke bagian Fungsional untuk diperiksa.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

sesuai dengan jabatan fungsional masing – masing berdasarkan peraturan

perundang – undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari

supervisor, Ketua tim, dan anggota tim. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

Pakam memiliki 2 kelompok jabatan fungsional yang bertugas melakukan

pemeriksaan lapangan maupun kantor yang data – datanya disiapkan oleh seksi

(33)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik kerja lapangan ini adalah salah satu mata kuliah yang harus diambil

dalam menyelesaikan proses perkuliahan di Program Studi Administrasi Perpajakan

FISIP USU. Manfaat dari diadakannya mata kuliah praktik kerja lapangan ini adalah

agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmunya di Kantor ataupun di tempat praktik,

khususnya bidang Perpajakan. Memperkenalkan Program Studi Administrasi

Perpajakan FISIP USU kepada masyarakat ataupun instansi tersebut. Oleh karena itu,

penulis mengambil judul mengenai Pajak Penghasilan dalam menyelesaikan praktik

kerja lapangan ini.

Pajak merupakan suatu iuran wajib ke Negara dan pengabdian serta berperan

aktif warga Negara dan para anggota masyarakat untuk membiayai semua keperluan

Negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur oleh Undang –

Undang dengan tujuan untuk kesejahteraan Bangsa dan Negara, dimana pajak sudah

memberikan prestasi yang bisa dirasakan bagi masyarakat. Dalam menjalankan

program Pemerintah diperlukan perhatian khusus bagaimana target penerimaan

tersebut dapat tercapai. Jika dana yang digunakan minim atau tidak mencukupi, maka

pembangunan Nasional tidak akan tercapai. Jika hal ini terjadi maka Pemerintah

(34)

sehingga dapat membiayai program Pemerintah seperti yang ditargetkan dalam

APBN.

Agar penerimaan pajak dapat dioptimalkan maka diperlukan sistem

perpajakan yang baik. Dalam upaya tersebut, Pemerintah telah mengeluarkan

berbagai kebijaksanaan dibidang Perpajakan, diantaranya adalah perubahan peraturan

Undang – Undang Perpajakan hingga sistem perpajakan sesuai. Dalam hal ini

dimaksudkan agar peraturan – peraturan tersebut sesuai dengan perkembangan

ekonomi pada masa sekarang ini. Sistem perpajakan yang di terapkan sekarang

adalah sistem Self Assesment. Sistem tersebut memberikan kepercayaan pada Wajib

Pajak untuk menghitung. Memperhitungkan, menyetor serta melaporkan kewajiban

perpajakannya sendiri. Oleh karena itu, untuk mengurangi beban pajak bagi Wajib

Pajak di akhir tahun, Direktorat Jenderal Pajak membuat sistem pembayaran pajak

secara bulanan yang di atur dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan Pasal 25,

Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung pajaknya secara bulanan dan

menyetornya secara bulanan. Dengan pembayaran bulanan seperti ini secara tidak

langsung memberikan keringanan bagi Wajib Pajak di akhir tahun.

Bagi Wajib Pajak yang menerima penghasilan dari Bendaharawan Pemerintah

Pusat maupun Pemerintah Daerah, pemberi kerja berupa Badan atau Orang Pribadi,

Penyelenggara Kegiatan yang termasuk dalam pengertian Pemotong Pajak

Penghasilan Pasal 21 dapat dengan mudah memperhitungkan Pajak Penghasilan Pasal

(35)

Penghasilan Tidak Tetap sulit menentukan Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut,

dikarenakan penghasilan mereka setiap tahunnya jumlah penghasilannya belum tentu

sama dengan tahun sebelumnya.

Oleh karena itu, banyak para Pengusaha, Badan Usaha, maupun para Pegawai

yang menerima Penghasilan Tidak Tetap tersebut terkadang sulit untuk membayar

Pajak Penghasilan Pasal 25 pada saat mereka mengalami kebangkrutan atau failed

ataupun yang sedang mengalami kerugian pada bulan – bulan tertentu. Oleh karena

itu, para Wajib Pajak tersebut sering melakukan permohonan pengurangan

pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25. Bila Wajib Pajak yang kesulitan keuangan

tersebut tidak membuat permohonan pengurangan pembayaraan, maka mereka akan

telat membayar dan akan dikenakan sanksi sebesar 2% sebulan atas jumlah pajak

yang tidak/kurang dibayar atau terlambat dibayar.

Mengingat pentingnya melakukan permohonan yang memudahkan para Wajib

Pajak yang berpenghasilan tidak tetap tersebut, atas dasar – dasar pemikiran inilah

maka saya sebagai penulis mengangkat judul penelitian : “ TATA CARA

PENGURANGAN PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN

(36)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri ini adalah sebagai berikut :

1.1 Untuk mengetahui syarat – syarat yang diajukan dalam mengajukan

permohonan pengurangan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal

25 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

1.2 Untuk mengetahui tata cara penyelesaian permohonan pengurangan

angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dapat dijadikan sebagai wadah

dalam pengembangan ilmu dan memperluas wawasan mengenai

Pajak Penghasilan Pasal 25.

b. Agar dapat menerapkan teori – teori yang di dapat selama perkuliahan

khususnya tentang Pajak Penghasilan Pasal 25 khususnya mengenai

administrasi perpajakannya.

c. Dengan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dapat

menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya

menjadi mahasiswa yang siap memasuki lingkungan kerja dengan

(37)

d. Mengetahui masalah yang terjadi dalam pembayaran angsuran Pajak

Penghasilan Pasal 25.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

a. Suatu sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dengan lembaga pendidikan

program studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi

mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi baik berupa

saran maupun kritik yang menjadi sumber masukan untuk

meningkatkan kinerja instansi.

c. Sarana untuk mencari/menarik tenaga kerja yaitu untuk melihat

kemampuan mahasiswa dengan tanggung jawab dan kerjasama yang

baik.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Dapat memperkenalkan sumber daya manusia Universitas Sumatera

Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FISIP USU kepada masyarakat.

b. Membuka Interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang bersangkutan khususnya

(38)

c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan

kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan FISIP USU.

C. Uraian Teoritis

1. Pengertian Pajak Secara Umum

1.1 Menurut Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pajak adalah

Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

1.2 Menurut Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan Undang – Undang ( yang dapat dipaksakan ) dengan tidak

mendapat jasa timbal balik ( Kontraprestasi ) yang langsung dapat

ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

( Mardiasmo, 2006 : 1 )

1.3 Menurut Soeparman Soemahamidjadja Pajak adalah iuran wajib, berupa

uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma –

norma hukum guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa –

(39)

2. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25

Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus

dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan.

Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ini juga dapat dijadikan sebagai kredit

pajak atau pengurang dalam menghitung pajak yang terhutang atas seluruh

penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalan Surat

Pemberitahuan ( SPT ) Masa Tahunan.

Tujuan dari diberlakukannya Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagai kredit

pajak atau pengurang pajak dalam penghitungan pajak setahun adalah agar Wajib

Pajak tidak terlalu berat dalam membayar pajak secara sekaligus pada akhir tahun

pajak, karena sifat pelunasan pajak untuk mencicil hutang pajaknya.

3. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25

Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang harus disetor/dibayar dalam

jangka waktu yang ditentukan dalam Perundang – Undangan perpajakan yang

berlaku. Pajak Penghasilan Pasal 25 yang terutang untuk setiap masa pajak harus

dibayar selambat – lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhir masa

pajak. Apabila Wajib Pajak tidak/kurang dibayar, atau terlambat membayar maka

Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan bunga sebesar 2%

sebulan atas jumlah pajak yang tidak/kurang dibayar, atau terlambat dibayar

dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran berakhir sampai dengan tanggal

(40)

Sedangkan penyetorannya dilakukan melalui Kantor Pos atau Bank – bank

Persepsi yang ditunjuk Pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran pajak

(SSP). Surat Setoran pajak ini nantinya sebagai bukti bahwa Wajib Pajak sudah

membayar dan sebagai sarana untuk melaporkan pembayaran pajaknya tersebut

ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak terdaftar.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Lubuk Pakam khususnya di bagian Pengawasan dan Konsultasi (WASKON)

dan Pelayanan. Dalam Praktik Kerja Lapangan mandiri ini penulis ingin

memfokuskan pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri tentang Tata Cara

Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 khususnya bagi

Orang Pribadi. Data yang digunakan adalah data – data tahun terbaru pada saat ini

serta masalah – masalah lain yang dihadapi oleh Wajib Pajak dalam Pengajuan

Permohonan Pengurangan Pembayaran Angsuran Pasal 25.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai

dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam Tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang

(41)

judul, penentuan judul, mencari bahan untuk membuat proposal, pengajuan

proposal, seminar proposal, penentuan dosen pembimbing dan konsultasi

dengan dosen pembimbing.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data – data yang menyangkut masalah yang

kan dibahas melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang –

Undang Perpajakan, artikel ilmiah maupun literature yang berhubungan

dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara

langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung

kondisi serta keadaan objek, tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui

sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

Pakam.

4. Analisa dan Evaluasi Data

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan

menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian akan

(42)

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1. Daftar wawancara

Dalam metode ini penulis mengajukan pertanyaan – pertanyaan langsung

kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data dan

informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan.

2. Daftar Observasi

Dalam metode ini penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan

untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta

mencatat mengenai hal – hal yang berhubungan dengan permasalahan yang

menjadi objek penelitian. Pengumpulan data dalam tahap ini penulis

mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak – pihak yang

memahami dan menguasai objek kajian dalam praktik kerja lapangan mandiri.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi yang mendukung

laporan penyajian praktik kerja lapangan mandiri.

3. Daftar Dokumentasi

Dalam tahap ini penulis berusaha mengumpulkan dokumen – dokumen

atau data – data pendukung mengenai tata cara pengurangan pembayaran

(43)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan praktik kerja

lapangan mandiri adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang Praktik

Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaaat Praktik Kerja

Lapangan Mandiri, Uraian teoritis mengenai Pajak Penghasilan Pasal

25, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik

Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja

Lapangan Mandiri, dan Sistematiaka Penulisan Laporan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Lubuk Pakam, Uraian Tugas dan Fungsi, Struktur

Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini menguraikan tentang data – data yang berhubungan

(44)

Penghasilan Pasal 25 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

Pakam.

BAB IV ANALISA LAPORAN

Pada bab ini penulis akan membahas Tata Cara Proses Penyelesaian

Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dan permasalahan –

permasalahan yang dihadapi oleh para pegawai.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan

saran selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

(45)

Manfaat dari diadakannya mata kuliah praktik kerja lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat

mengaplikasikan ilmunya di Kantor ataupun di tempat praktik,khususnya bidang Perpajakan.

Memperkenalkan Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU kepada masyarakat

ataupun instansi tersebut. Oleh karena itu, penulis mengambil judul mengenai Pajak

(46)

PENGHASILAN PASAL 25 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

O L E H

NAMA : MUHAMMAD FIRMAN SIREGAR NIM : 112600072

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(47)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, karunia, kesehatan, keselamatan dan kemampuan kepada penulis sehingga

dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Laporan tugas akhir ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi pada Pragram

Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Adapun judul Tugas Akhir

ini adalah “Tata Cara Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”.

Dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini banyak bantuan diterima baik

berupa moril maupun material serta bimbingan yang banyak membantu penulis dalam

penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Alwi Hasim Batubara, M.si selaku Ketua Program Studi Diploma

III Administrasi Perpajakan.

3. Ibu Arlina , SH, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi

Perpajakan.

4. Bapak Drs. Alwi Hasim Batubara, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama

penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Bapak Jawalmen Silalahi selaku Supervisor yang telah meluangkan waktu dan

membatu penulis mendapatkan data yang diperlukan dalam penyelesaian

(48)

6. Ibu pemimpin, staf dan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

Pakam yang telah memberikan izin penelitian, perolehan data dan informasi

kepada penulis selama melakukan penulisan.

7. Bapak dan Ibu staf pengajar Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah

memberikan pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

8. Keluarga tercinta terkhusus kepada kedua orang tua yang telah berkorban

secara material serta selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Para sahabat khususnya kepada Bharein Ridho, TM Shakir, Angga, Trisman

yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam

penyelesaian penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

10.Serda Muhammad Iqrom yang telah memberikan doa dan dukungan kepada

penulis dalam penyelesaian penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

11.Seluruh mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan khususnya

Noorsheha Tanjung, Febri Habib Ramadhan, dan Elisa Kristina Ginting dan

semua teman-teman TAX-A 2013

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis menyadari adanya

kelemahan baik dari segi isi, tatabahasa maupun penyajiannya. Akan tetapi penulis

telah berusaha secara maksimal dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis

juga meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata dalam penulisan Laporan

(49)

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Laporan Tugas Akhir ini

bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, 14 Julli 2016

(50)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuand an Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

2.1 Bagi Mahasiswa ... 4

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 5

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Adminsitrasi Perpajakan... 5

C. Uraian Teoritis ... 6

1. Pengertian Pajak Secara Umum ... 6

2. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 7

3. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 7

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

(51)

B. Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

Pakam ... 15

C. Uraian Tugas dan Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama... 15

1. Tugas di Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 15

2. Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 16

D. Deskripsi Kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam .... 17

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 22

1. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 22

2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 22

3. Subjek dan Objek ... 23

3.1 Subjek Pajak ... 23

3.2 Objek Pajak ... 24

4. Batas Waktu Pelaporan dan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasla 28

B. Syarat-syarat Permohonan Pengurangan Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 28

C. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25... 30

(52)

BAB IV ANALISA LAPORAN

A. Pelaksanaan Permohonan Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak

Penghasilan Pasal 25 ... 36

B. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pembayaran

Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25... 37

C. Hambatan-hambatan yang Dihadapi ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 42

Referensi

Dokumen terkait

The scale-stability of DEMs derived from ASTER satellite imagery appears to offer a solution for the registration of DEMs extracted from archival aerial imagery,

Dia menceritakan bahwa selain penyakit HIV/AIDS, suaminya ternyata juga mengidap penyakit dimana pada bagian organ kelaminnya terdapat benjolan- benjolan yang

Guru yang bermutu tidak hanya senang membantu siswa yang cerdas, tetapi juga terhadap siswa yang memerlukan waktu lebih lama untuk mempelajari. sesuatu fakta

In this article, a rapid visualization method of SDOG-ESSG model is proposed, which is based on layers and blocks storage model, data culling, LOD control and

Jika jumlah televisi yang terjual pada bulan Mei 24 buah, maka jumlah televisi yang terjual pada bulan Juni adalah!. Suatu huruf dipilih secara acak dari huruf-huruf pembentuk

b) Mengubah ciphertext dan kunci menjadi biner sesuai dalam tabel ASCII. c) dalam perancangan dekripsi, ciphertext dan kunci akan melewati empat proses pada setiap putaran.

Jika jumlah televisi yang terjual pada bulan Mei 24 buah, maka jumlah televisi yang terjual pada bulan Juni adalah!. Suatu huruf dipilih secara acak dari huruf-huruf pembentuk

Factors that could cause actual results to differ include, but are not limited to, economic, social and political conditions in Indonesia; the state of the property industry