UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN TERNAK KERBAU
(Studi Kasus Polsek Padang Bolak, Kec.Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
Mhd Azhali Siregar NIM : 100 200 393
DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
FAKULTAS
HUKUM
UNIVERSITAS
SUMATERA
UTARA
MEDAN
2014
UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN
TERNAK KERBAU(Studi Kasus Polsek Padang Bolak, Kec.Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara)
Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Mhd Azhali Siregar NIM : 100 200 393
DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Pidana
(Dr.M.Hamdan, SH,M.H) NIP : 195703261986011001
Pembimbing I Pembimbing II
Nurmalawati,SH,M.Hum Syafruddin,SH,MH,DFM NIP :196209071988112001 NIP:196305111989031001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 14
ABSTRAKSI *Mhd Azhali Siregar *Nurmalawati,SH,M.Hum *Syafruddin,SH,MH,DFMpidana pencurian kerbau (Studi di Polsek Padang Bolak kec. Portibi Kab. Padang Lawas Utara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian ternak kerbau di Penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan menggunakan metode penelitian lapangan. Kemudian melakukan analisis data yang dilakukan bersifat kualitatif kemudian dideskripsikan. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa Faktor-faktor penyebab pencurian ternak adalah faktor ekonomi, faktor geologis, faktor pendidikan dan faktor penegak hukum. Upaya Kepolisian setempat dalam penanggulangan tindak pidana pencurian ternak kerbau yang terjadi diKabupaten Padang Lawas Utara dapat dilakukan dengan cara, yakni dilihat dari deskripsi lokasi pnelitian, Upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pencurian kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara, hambatan-hambatan serta faktor pendukung dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencurian ternak kerbau oleh kepolisian setempat. Temuan lainnya yang diperoleh dari penelitian ini yakni Beberapa kasus pencurian ternak dan penanganannya di Kabupaten Padang Lawas Utara antara lain posisi kasus terjadinya tindak pidana pencurian kerbau kemudian penyelesaian kasus pencurian ternak kerbau dengan menggunakan ketentuan hukum pidana.
*Mahasiswa Fakultas Hukum USU
*Dosen I, Staf Pengajar Fakultas Hukum USU
*Dosen II, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Penulisan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam rangka ujian untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
Adapun judul skripsi ini adalah “Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Ternak Kerbau (Studi Kasus Polsek Padang Bolak Kec.Portibi,
Kabupaten Padang Lawas Utara).”
Penulis sadar sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini, penulis banyak
menerima bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu,SH.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting.,SH.,M.Hum, Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Syafruddin,SH,MH.DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing
II yang dengan tulus meluangkan waktu untuk membimbing,
mengarahkan, dan member masukan serta pandangan dan nasehat yang
berguna bagi penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
4. Bapak M.Husni,SH,M.H selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr.M.Hamdan, SH,M.H, selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Nurmalawaty, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang dengan tulus meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan
memberi masukan serta pandangan dan nasehat yang berguna bagi
7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang dengan sabar mengajar dan membimbing penulis selama
menempuh pendidikan di almamater ini.
Secara khusus pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada mereka yang selama ini dekat dan mendapat tempat yang istimewa di hati
sanubari penulis, diantaranya :
1. Kedua orang tua penulis, yang penulis cintai dan kasihi Ayahanda Fahrin Siregar,Spd.M.Si, dan Ibunda Dra.Siti Sahara Hrp, yang telah memberikan banyak dukungan dan motivasi kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Buat kakak, dan adikku tersayang. Terima kasih buat dukungan dan
doanya.
3. Buat keluarga besarku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
terima kasih atas dukungan yang selalu diberikan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan dari awal hingga selesai penulisan
skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga apa yang penulis sajikan dalam
skripsi ini ada manfaatnya. Dan semoga ilmu yang penulis peroleh di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dapat juga berguna bagi agama, nusa dan
bangsa, Amin.
Medan, Januari 2014
Mhd Azhali Siregar
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... vii
BAB I PENDAHULUAN1... 1
A. Latar Belakang... 1
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 8
BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI TERJADINYA PENCURIAN TERNAK KERBAU DI
B. Upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara... 54
1. Upaya Prefertif... 56
2. Upaya Prefersif... 59
3. Kuaratif dan Rehabilitasi... 60
C. Hambatan-hambatan dan faktor pendukung dalam upaya Penanggulangan pencurian ternak kerbau oleh kepolisian resor Padang Bolak... 60
1. Hambatan Interen (dari dalam)...61
2. Hambatan Exteren (dari luar)...62
BAB IV BEBERAPA KASUS PENCURIAN TERNAK DAN
PADANG LAWAS UTARA... 67
A. Posisi Kasus Terjadinya Tindak Pidana Pencurian Ternak Kerbau... 68
B. Penyelesaian Kasus Pencucurian Ternak dengan Menggunakan Ketentuan Hukum Pidana... 71
1. Analisa Yuridis... 72
2. Analisa Penulis... 74
BAB V PENUTUP... 77
A. Kesimpulan... 77
B. Saran-saran... 78
DAFTAR PUSTAKA... 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 83
DAFTAR TABEL Tabel 1. Pelaku Pencurian Ternak Tahun 2009/2013... 36
Kerbau Tahun 2009/2013... 39
Tabel 3. Jumlah Populasi Kerbau Menurut Kecamatan
dan Luas Wilayah/Tahun 2012... 42
Tabel 4. Pendapat warga dari beberapa Desa di Kecmatan Portibi Mengenai
Kinerja Aparat Polsek Padang Bolak dalam Menangani Kasus Pencurian
Kerbau d Kabupaten Padang Lawas Utara... 45
Tabel 5. Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Total Menurut Kecamatan di
Kabupaten Padang Lawas Utara... 51
Tabel 6. Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak (ekor)di
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2012... 54
A.Latar Belakang Masalah
Kerbau merupakan salah satu jenis ternak penting di Indonesia,
kegunaannya sangat beragam mulai dari membajak sawah, alat transportasi,
sebagai sumber daging dan susu, sampai dengan kulitnya digunakan sebagai
bahan baku industri. Populasi ternak kerbau di Indonesia sekitar 2,5 juta ekor.
Namun populasi ternak kerbau di Indonesia mengalami penurunan. Data selama
tahun 1985-2001 menunjukkan bahwa populasinya menurun drastis dari 3,3 juta
ekor pada tahun 1985 dan menjadi hanya 2,4 juta ekor di tahun 2001 atau
mengalami penurunan populasi sebesar 26%. Namun demikian, populasi ternak
kerbau di Pulau Sumatera agak meningkat dari 1,1 juta ekor menjadi 1,2 juta
ekor di tahun yang sama atau mengalami pertumbuhan populasi sebesar 9%. Hal
ini membuktikan bahwa kondisi alam dan sosial budaya masyarakat Pulau
Sumatera memberi tempat yang layak untuk pengembangan ternak kerbau.1
Di Paluta (Padang Lawas Utara) sendiri jumlah populasi ternak kerbau
sangat besar dikarnakan sumber daya alam dan lingkungan sesuai dengan
habitat hewan ternak jenis kerbau, Padang Lawas Utara atau yang dikenal
dengan Padang Bolak, istilah “Padang Bolak” di artikan dalam bahasa
Indonesia yaitu “Padang yang Luas” dimana daerah Paluta mempunyai beribu
ribu hektar hamparan padang rumput yang sangat luas dan sangat cocok dengan
habitat asli hewan kerbau. Populasi sapi dan kerbau hasil PSPK di Kabupaten
Padang Lawas Utara mencapai 17.827 ekor. Sementara itu, dari hasil sensus
pertanian 2013, populasi sapi dan kerbau mencapai 17.261 ekor. Berdasarkan
pidana pencurian kerbau (Studi di Polsek Padang Bolak kec. Portibi Kab. Padang Lawas Utara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian ternak kerbau di Penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan menggunakan metode penelitian lapangan. Kemudian melakukan analisis data yang dilakukan bersifat kualitatif kemudian dideskripsikan. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa Faktor-faktor penyebab pencurian ternak adalah faktor ekonomi, faktor geologis, faktor pendidikan dan faktor penegak hukum. Upaya Kepolisian setempat dalam penanggulangan tindak pidana pencurian ternak kerbau yang terjadi diKabupaten Padang Lawas Utara dapat dilakukan dengan cara, yakni dilihat dari deskripsi lokasi pnelitian, Upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pencurian kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara, hambatan-hambatan serta faktor pendukung dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencurian ternak kerbau oleh kepolisian setempat. Temuan lainnya yang diperoleh dari penelitian ini yakni Beberapa kasus pencurian ternak dan penanganannya di Kabupaten Padang Lawas Utara antara lain posisi kasus terjadinya tindak pidana pencurian kerbau kemudian penyelesaian kasus pencurian ternak kerbau dengan menggunakan ketentuan hukum pidana.
*Mahasiswa Fakultas Hukum USU
*Dosen I, Staf Pengajar Fakultas Hukum USU
*Dosen II, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
hasil sensus pertanian 2013 apabila dirinci menurut kecamatan yang memiliki sapi dan kerbau paling banyak adalah Kecamatan Padang Bolak dengan jumlah populasi sebanyak 4.954 ekor, kemudian Kecamatan Simangambat (3.381 ekor), dan Kecamatan Portibi (3.335 ekor). Sedangkan Kecamatan yang memiliki sapi dan kerbau paling sedikit adalah Kecamatan Dolok dengan jumlah populasi hanya 92 ekor.(Badan Pusat Statistik, Kabupaten Padang Lawas Utara).
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas berbagai
macam suku bangsa, budaya, dan bahasa. Keanekaragaman tersebut berpotensi
menimbulkan benturan-benturan di dalam masyarakat sebagai akibat dari
adanya perbedaan kepentingan. Guna mengatasi perbedaan tersebut dibutuhkan
adanya peraturan hukum yang mampu mengatur seluruh perikehidupan
masyarakat dalam rangka mewujudkan rasa keadilan.
Berbagai kasus merebak sejalan dengan tuntutan akan perubahan, yang
dikenal dengan reformasi, tampak di berbagai lapisan masyarakat dari tingkat
atas sampai bawah terjadi penyimpangan hukum. Pembangunan masyarakat
hukum madani (civil society) merupakan tatanan hidup masyarakat yang
memiliki kepatuhan terhadap nilai-nilai hukum. Akan tetapi dalam perjalanan
(transisi) perubahan terdapat sejumlah ketimpangan hukum yang dilakukan oleh
berbagai lapisan masyarakat
Hukum yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat
memang semestinya dapat mengatasi atau setidaknya telah mewaspadai segala
secara kompleks sekalipun. Sekalipun konsep-konsep hukum tersebut tidak
sepenuhnya dipahami oleh masyarakat, tetapi hukum itu sendiri tetap eksis
dalam konteks yang lebih universal. Hal ini tidak lain karena masyarakat umum
yang menghendaki atau menciptakan suatu perubahan, meskipun tidak diiringi
dengan pemahaman konsep yang menyeluruh. Akibat yang terjadi adalah
implementasi hukum di dalam masyarakat menjadi tidak optimal. Tidak jarang
perangkat hukum tersebut justru disalahgunakan untuk maksud maupun tujuan
tertentu, yang justru memiliki tendensi untuk keuntugan pribadi atau golongan.
Sistem hukum suatu negara terbentuk dari pertumbuhan tata nilai hukum yang
berlaku dalam masyarakat dan organisasi alat perlengkapan.
Secara universal, manusia mempunyai kebutuhan yang selalu ingin
terpenuhi, termasuk kebutuhan sandang dan pangan, baik sebagai alat untuk
memperoleh mempertahankan kehidupan, maupuan hanya sebatas pemenuhan
hasrat ingin memiliki atau bahkan sebagai peningkatan status sosial (taraf
hidup). Dengan bekerja diharapkan pemenuhan kebutuhan ini menjadi sebuah
hal legal, bahkan bernilai ibadah dalam agama. Namun harapan itu tidak
selamnya terpenuhi karena beragamnya sifat dan cara pemenuhan kebutuhan
sandang dan pangan manusia yang terkadang menghalalkan segala cara,
termasuk melakukan tindak pidana pencurian.
Seseorang melakukan tindak pidana pencurian tentu memiliki alasan yang
berbeda-beda, termasuk alasan ekonomi/faktor ekonomi, dengan faktor ekonomi
pidana pencurian.
Dalam sejarah peradaban manusia pencurian ada sejak terjadi
ketimpangan antara kepemilikan benda-benda kebutuhan manusia, kekurangan
akan kebutuhan, dan ketidakpemilikan cenderung membuat orang berbuat
menyimpang (pencurian). Pencurian dilakukan dengan berbagai cara, dari
cara-cara tradisional sampai pada cara-cara-cara-cara modern dengan menggunakan alat-alat
modern dengan pola yang lebih lihai. Hal seperti ini dapat terlihat dimana-mana,
dan cenderung luput dari jeratan hukum yang lebih parahnya lagi banyak
kasus-kasus pencurian yang bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa tetapi juga
dilakukan oleh anak yang merupakan generasi penerus di masa depan.
Tindak pidana pencurian sampai saat ini masih dilematis dan menjadi
masalah yang cukup serius serta memerlukan pemecahan, oleh karena itu
diperlukan usaha penanggulangan atau setidak-tidaknya pencegahan yang baik
dari semua pihak, baik aparat hukum maupun masyarakat yang harus
diidentifikasikan agar dapat berjalan secara tertib, terarah, dan terencana. Dalam
hal ini semua pihak harus bekerja sama dalam mengaktualisasikan nilai-nilai
agama, budaya dan hukum serta menindak tegas para pelaku pencurian agar
sedapat mungkin bisa menekan laju perkembanganya, karena bukan tidak
mungkin pencurian akan terus bertambah dimasa-masa yang akan datang,
bahkan akan menjadi fenomena yang biasa dalam masyarakat, sehingga
semakin banyak orang yang harus menjadi korban perbuatan orang-orang yang
tidak bertanggung jawab.
dari tingkat atas sampai bawah, sehingga dalam setiap peristiwa, sorotan keras
terhadap pencurian terus dilancarkan dalam rangka mengurangi tindak kriminal.
Pencurian dengan pemberatan ialah pencurian biasa (Pasal 362 KUHP),
hanya bedanya bahwa pencurian yang dimaksud ditambah dengan ditentukan
bentuk dan cara melakukan perbuatan, waktu serta jenis barang yang dicuri
sehingga dinilai memberatkan kualitas pencurian.2
Hal ini diatur dalam Pasal 363 KUHP salah satunya tindak pidana
pencurian ternak. Pencurian ternak mempunyai dampak yang begitu besar bagi
kehidupan masyarakat terutama masyarakat di Kabupaten Padang Lawas Utara.
Ternak khususnya sapi dan kerbau bagi kehidupan masyarakat Paluta terutama
petani sangat penting, selain itu sapi dan kerbau juga digunakan untuk
membajak sawah. Pelaku pada pencurian ternak ini kebanyakan pelaku residivis
yaitu pelaku yang pernah melakukan kejahatan yang sama untuk kedua kalinya.
Dalam Bab IX KUHP tentang arti beberapa istilah yang dipakai dalam
KUHP mengartikan ternak sebagai yang diatur dalam pasal 101 KUHP yaitu
hewan yang berkuku satu, pemamah biak dan babi, atau dengan lain perkataan :
kuda, sapi atau kerbau dan babi. Dari istilah ini dapat dimengerti bahwa objek
dari pencuriannya ternak sebagai unsur objektif tambahan dalam tindak pidana
pencurian pokok, sehingga dapat disimpulkan disatu pihak penentuan arti kata
ini bersifat memperluas karena biasanya kuda dan babi tidak masuk istilah
ternak. Dan dilain pihak membatasi karena tidak termasuk didalamnya ayam,
bebek, dan sebagainya.3
Di negeri Belanda menyebutkan “diefstal van uit de weide” (pencurian
ternak dari suatu padang rumput penggembalaan), dimana unsur weide itu tegas
ditambahkan karena unsur inilah yang justru merupakan alasan memberatkan
hukuman. Oleh karena di Indonesia tidak ada tambahan “ dari padang rumput
penggembalaan”, maka alasan memperberat hukuman hanya terletak pada hal ;
bahwa ternak dianggap kekayaan yang penting.4
Sama halnya di Indonesia, menurut pandangan pembentuk
Undang-undang bahwa masyarakat Indonesia memandang ternak mempunyai nilai
khusus, mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada benda maupun binatang
lainnya. Nilai khusus ini misalnya ternak dapat digunakan sebagai penarik
beban, mengerjakan sawah, bahkan dapat digunakan sebagai ukuran kekayaan
seseorang.
Tindak kejahatan pada dasarnya selalu melekat di dalam masyarakat
manapun dan berbentuk apapun sistem politiknya. Lebih jauh lagi Baharuddin
Lopa menjelaskan, semakin kompleks masyarakat semakin banyak pula
pelanggaran hukum yang terjadi. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena di
tengah-tengah masyarakat kerap sekali terjadi tindak pidana yang sangat
bervariasi. Salah satu kasus pencurian ternak, pencurian ternak merupakan
suatu bentuk pencurian yang diperberat, yaitu bentuk pencurian sebagaimana
3 Rasyid Ariman dan M. Fahmi Raghib, Kejahatan Tertentu dalam KUHP Sari Kuliah Hukum Pidana dalam Kodifikasi, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2008, hal. 59.
yang dirumuskan dalam pasal 362 (bentuk pokoknya) ditambah unsur-unsur
lain, baik yang objektif maupun subjektif, yang bersifat memberatkan pencurian
itu, dan oleh karenanya diancam dengan pidana yang lebih berat dari pencurian
dalam bentuk pokoknya. Ternak ditetapkan oleh pembentuk Undang-undang
sebagai faktor-faktor memperberat didasarkan pada pertimbangan mengenai
keadaan khusus pada Indonesia.
Dengan latar belakang inilah penulis tertarik untuk membuat suatu karya
ilmiah (skipsi) dengan judul “Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Ternak Kerbau (Studi Kasus Polsek Padang Bolak Kec. Portibi Kab.Padang Lawas Utara”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dikemukakan rumusan
masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang menjadi faktor-faktor terjadinya pencurian ternak kerbau di
wilayah hukum Polsek Padang Bolak?
2. Bagaimana upaya kepolisian Polsek Padang Bolak dalam penanggulangan
pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas Utara?
3. Bagaimana Penanganan Pencurian Ternak yang dilakukan oleh pihak
Kepolisian dengan penerapan hukum pidana di Wilayah Hukum Polsek
Padang Bolak?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang melatarbelakangi terjadinya tindak
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan kepolisian dalam penanggulangan
tindak pidana pencurian ternak di Kabupaten Padang Lawas Utara
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan hambatan-hambatan apa saja
yang dihadapi oleh kepolisian Polsek Padang Bolak dalam upaya
penanggulangan tindak pidana pencurian ternak kerbau di Kabupaten
Padang Lawas Utara.
4. Untuk mengetahui bagaimana penanganan yang dilakukan kepolisian
Polsek Padang Bolak dalam kasus pencurian ternak kerbau sesuai dengan
ketentuan hukum pidana yang berlaku di Indonesia
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah :
a) Manfaat (Teoritis) Penulisan skripsi ini dapat mejadi bahan kajian terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan khususnya
mengenai peran Kepolisian Polsek Padang Bolak dan masyarakat dalam
menanggulangi tindak pidana pencurian ternak kerbau di Kabupaten
Padang Lawas Utara.
b) Manfaat (Praktis) Memberikan kontribusi kepada kalangan akademisi dan
praktisi, penambahan informasi dan pengetahuan hukum umumnya dan
perkembangan hukum pidana di masa yang akan datang.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelurusan belum diketemukan karya ilmiah lain dengan
judul “Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Ternak Kerbau (Studi
ini juga bukan merupakan duplikasi ataupun plagiat, sehingga karya penulisan
ini merupakan karya asli. Kekhususan karya ini adalah pada penanggulangan
aparat kepolisian Polsek Padang Bolak terhadap tindak pencurian ternak
(curnak) kerbau di Kabupaten Paluta serta hambatan-hambatan yang terjadi
dalam mencegah terjadinya pencurian hewan ternak milik warga dan
penyelesaian kasus pencurian kerbau di Polsek Padang Bolak sesuai dengan
penerapan hukum pidana oleh kepolisian terhadap pelaku pencurian kerbau
E.Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Tindak Pidana
Pidana berasal dari Bahasa Belanda yaitu straf, yang kadang-kadang
disebut dengan istilah hukuman. Walaupun istilah pidana lebih tepat dari istilah
hukuman, karena hukum sudah lazim merupakan terjemahan dari recht. Pidana
dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan atau
diberikan oleh Negara kepada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat
hukum (sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah melanggar larangan
hukum pidana. Secara khusus larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai
tindak pidana ( strafbaar feit).Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang
dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit. Walaupun istilah ini
terdapat dalam WvS belanda.5
Demikian juga WvS Hindia Belanda (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan
resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu. Tindak pidana
adalah prilaku dalam waktu tertentu dalam konteks suatu budaya dianggap tidak
dapat ditolerir dan harus diperbaiki dengan mendayagunakan sarana-sarana
yang disediakan oleh hukum.6
Istilah yang digunakan baik dalam perundang-undangan yang ada maupun
dalam berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaar feit
adalah :
a. Tindak Pidana
b. Peristiwa Pidana, digunakan oleh beberapa ahli hukum, misalnya
Mr.R.tresna dan Pompe
Pompe merumuskan bahwa strafbaar feit itu sebenarnya adalah tidak lain
dari pada suatu tindakan yang menurut sesuatu rumusan undang-undang telah
dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum. Sedangkan R. Tresna
merumuskan bahwa peristiwa pidana itu adalah suatu perbuatan atau rangkaian
perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan
perundang-undangan lainnya, terhadap perbuatan mana yang diadakan tindakan
penghukuman.7
Peristiwa tidak saja menunjuk pada perbuatan manusia, melainkan mencakup
pada seluruh kejadian yang tidak saja disebabkan oleh adanya perbuatan
manusia semata, tetapi juga oleh alam, seperti matinya seseorang disambar petir
atau tertimbun tanah longsor yang tidak penting dalam hukum pidana, baru
menjadi penting dalam hokum pidana apabila kematian orang itu diakibatkan
6 Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Undang-Undang hukum pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, Hal. 61.
oleh perbuatan manusia baik aktif maupun pasif.
c. Delik
Sebenarnya berasal dari bahasa latin “delictum” juga digunakan untuk
menggambarkan tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit. Delik
merupakan perbuatan yang dikenakan hukuman karena merupakan
pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana.
d. Pelanggaran pidana.
e. Perbuatan yang boleh dihukum
f. Perbuatan yang dapat dihukum
g. Perbuatan Pidana
Istilah “peristiwa pidana” atau “tindak pidana” adalah sebagai terjemahan
dari istilah bahasa Belanda “Strafbaar feit” atau “delict” . Dalam bahasa
Indonesia di samping istilah “peristiwa pidana” untuk terjemahan “strafbaar
feit” atau “delict” itu (sebagaimana yang dipakai oleh Mr. R. Tresna dan E
Utrecth) dikenal pula beberapa terjemahan yang lain seperti8:
a. Tindak pidana (Undang-undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi)
b. Perbuatan pidana (Prof. Mulyatmo, pidato Dies Natalis Universitas Gajah
Mada VI tahun 1955 di Yogyakarta).
c. Pelanggaran pidana (Mr. M.H. Tirtaamidjaya, Pokok-pokok Hukum Pidana,
Penerbit Fasco, Jakarta 1955.
d. Perbuatan yang boleh dihukum (Mr. Karni, Ringkasan tentnag Hukum
Pidana, Penerbitan Balai Buku Indonesia, Jakarta, 1959).
e. Perbuatan yang dapat dihukum (Undang-undang No. 12 / Drt Tahun 1951,
Pasal 3, tentang Mengubah (Ordonnantie Tijdelijk Bijzondere
Strafbepalingen). Di antara beberapa istilah tersebut di atas yang paling
tepat untuk dipakai adalah istilah peristiwa pidana, karena yang diancam
dengan pidana bukan saja yang berbuat atau yang bertindak tetapi juga
yang tidak berbuat (melanggar suruhan/ gebod) atau tidak bertindak.9
2.Pengertian Pencurian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa kata “pencurian diartikan
sebagai perkara atau perbuatan mencuri”. Pengertian ini berbeda dengan
pengertian sebagaimana dirumuskan dalam perundang-undangan. Hal tersebut
dapat dimaklumi sebab pengertian menurut perundang-undangan haruslah
memenuhi unsur-unsur yang lengkap dari suatu pasal yang didakwakan jika
terjadi pelanggaran terhadap aturan perundan-undangan itu sendiri maupun
untuk merumuskan sebuah tindakan apakah masuk kategori tindak pidana atau
bukan.10
Para sarjana hukum tidak memberikan defenisi tentang pencurian, akan
tetapi unsur-unsur dan elemen-elemennya saja yang berdasarkan Pasal 362
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), diantaranya R. Soesilo
9 Ibid, , Hal. 37
10 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Hal. 177
11
R. Soesilo.. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya, Politeia.Bogor.1995.Hal.249
12Lamintang, P.A.F. Delik-Delik Khusus Kejahata-Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,
mengemukakan bahwa : “Barang siapa mengambil suatu barang, yang sama
sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain dengan maksud akan
memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian, dengan
hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya
Rp. 900,-“.11
Berdasarkan rumusan tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa pencurian
adalah perbuatan yang sengaja dilakukan dengan jalan mengambil barang milik
orang lain baik seluruhnya atau sebagian dimana barang tersebut adalah
kepunyaan orang lain dengan maksud ingin dimiliki dengan melawan hukum.12
Tindak pidana pencurian dari beberapa unsur-unsur, sebagai berikut:
1. Perbuatan mengambil.
Unsur pertama dari pencurian ini adalah mengambil barang, maksudnya
membawa barang tersebut di bawah penguasaannya yang menyebabkan barang
yang diambil tidak lagi menjadi milik dari pemilik semula. Hal ini menurut
pendapat Lamintang yang secara lengkap dalam bahasa Belanda yakni sebagai
berikut :Wegnemen is ene gedraging wa ardor man het goed bring thin zijn
feitolijke heerrchappij, be doeling die men opzichte van dat goed verder
koestert. (mengambil itu adalah suatu prilaku yang membuat suatu benda berada
dalam penguasaannya yang nyata atau benda dalam kekuasaannya atau di dalam
detensinya, terlepas dari maksudnya tentang apa yang diinginkan dengan benda
tersebut.13
11
12
Mengambil adalah mengambil untuk dikuasai, maksudnya untuk
mengambil barang itu dan barang tersebut belum dalam kekuasaannya, apabila
sewaktu memiliki barang itu telah berada di tangannya, maka perbuatan bukan
pencurian tetapi penggelapan ( Pasal 372 KUHPidana ). Pengambilan ( pencurian
) itu sudah dikatakan selesai apabila barang tersebut dan belum berpindah
tempat. Bilamana orang baru memegang saja barang tersebut dan belum
berpindah tempat, maka perbuatan itu belum dikatakan pencurian, melainkan
“mencoba mencuri”.14
Jika seseorang telah mengangkat suatu barang dengan maksud untuk
membawa kedalam penguasaannya yang nyata tanpa bantuan atau izin dari
pemiliknya, akan tetapi diketahui oleh orang lain bahwa telah meletakkan
barang tersebut di tempat semula, maka orang itu dapat dipandang selesai
melakukan perbuatan mengambil seperti yang dimaksud pada Pasal 362 KUHP.
Perkembangan dibidang hukum pidana menyebabkan pengertian perbuatan
“mengambil” dapat pula mengalami penafsiran luas, seperti yang dipakai oleh
pembuat undang-undang yaitu tidak terbatas dengan tangan saja melainkan
biasa juga mengambil dengan kaki, atau dengan menggigit atau dengan
menggunakan satu macam alat lain, sebagaimana ajaran teori alat dalam hukum
pidana. Misalnya dengan sepotong kayu atau besi ataupun menghabiskan bensin
dalam mengendarai kendaraan tanpa seizin pemiliknya, walaupun tidak berniat
mengambil kendaraan itu. Disamping itu, mengambil aliran listrik dari suatu
tempat yang dikehendaki. dengan cara menempatkan sepotong kabel untuk
mengalirkan muatan arus listrik tanpa melalui alat ukur Perusahaan Listrik
Negara ( PLN ), telah dapat dikategorikan sebagai kejahatan pencurian.
2. Yang diambil harus “suatu barang”.
Sebagaimana telah diatur dalam KUHP, bahwa pencurian digolongkan
sebagai salah satu bentuk dari kejahatan terhadap harta benda orang. Hal ini
berarti bahwa yang menjadi objek pencurian adalah “barang”.
Mengenai objek pencurian SIMONS mengemukakan pendapatnya, yaitu:
“Segala sesuatu merupakan bagian dari harta kekayaan seseorang yang dapat
diambil oleh orang lain itu, dapat menjadi objek tindak pidana pencurian”.
Pendapat tersebut berarti bahwa yang dapat menjadi objek dari pencurian itu
hanyalah barang-barang yang ada pemiliknya yang jelas dan sah menurut
hukum. Sedangkan untuk barang yang tidak ada pemiliknya ( Res Nullius ) pada
hakekatnya tidak dapat dijadikan objek pencurian15”.
Disamping itu, masih terdapat lagi barang-barang yang tidak dapat
dijadikan sebagai objek pencurian, yakni barang yang semula ada pemiliknya
tersebut dilepaskan haknya.sebagai pemilik barang atau barang itu biasa disebut
“ Res DelictaeI ”. Contohnya sepatu atau pakaian yang oleh pemiliknya telah
dibuang ke tempat sampah, barang-barang yang hilang dan tidak dapat
diharapkan kembali oleh pemiliknya dan lain-lain.
Dalam Pasal ini, yang dimaksud dengan barang sebagai objek pencurian
adalah barang berharga yang ekonomis dan barang berharga tidak ekonomis.
Barang berharga ekonomis dimaksudkan adalah barang tersebut mempunyai
nilai uang atau setidak-tidaknya dapat ditukarkan dengan uang. Sedangkan
barang berharga tidak ekonomis yaitu barang yang tidak memiliki nilai tukar
uang, tetapi menurut ukuran pihak korban pencurian, barang tersebut
mempunyai nilai dan berharga. Contohnya, surat biasa, beberapa helai rambut
dari seseorang yang telah wafat dan sangat dicintainya ataupun beberapa kertas
dari buku yang telah robek.16
Seperti dalam bukunya, mengemukakan pendapatnya tentang maksud dari
barang, yaitu sebagai berikut :
Barang adalah segala sesuatu yang berwujud termasuk binatang ( manusia
tidak termasuk ) misalnya uang, baju, kalung dan sebagainya. Dalam pengertian
barang termasuk pula daya listrik dan gas, meskipun tidak berwujud akan tetapi
dialirkan dikawat ataupun pipa. Barang itu tidak perlu mempunyai nilai
ekonomis, oleh karena itu mengambil beberapa rambut wanita (untuk
kenang-kenangan) tanpa seizin wanita itu, termasuk pencurian meskipun helai rambut
tidak ada harganya.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh R. Soesilo tersebut, maka
dapat dipahami bahwa barang yang menjadi objek pencurian dalam Pasal 362
KUHP tidak hanya termasuk barang berwujud saja, tetapi telah mencakup
barang yang tidak berwujud seperti daya listrik dan gas yang dapat dialirkan
melalui kawat, atau pipa.17
3. Barang itu “seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain”.
16 Ibid, , Hal: 2
Secara sederhana, penulis akan memberikan contoh mengenai barang yang
seluruhnya kepunyaan orang lain. Misalnya : si A membeli buku cetak yang
kemudian buku tersebut dicuri oleh si B. Buku cetak ini sepenuhnya milik si A
sehingga si B sama sekali tidak mempunyai hak milik atas buku cetak yang
telah dicurinya.
Pengertian barang sebahagian kepunyaan orang lain, contohnya : si A
bersama si B membeli sepeda, maka sepeda tersebut kepunyaan si A dan si B
( milik bersama ) yang kemudian disimpan di rumah si A, si B menerima.
warisan dari si C, disimpan di rumah si A kemudian kemudian dicuri oleh si B.
Dalam hal ini barang yang dicuri si B sebahagian kepunyaan si A.
Orang lain yang dimaksud adalah tidak termasuk suami istri khusus untuk
penerapan ketentuan Pasal 362 KUHP dan orang lain diluar yang melakukan
pencurian seperti contoh tersebut diatas bahwa si A orang lain dari si B atau
sebaliknya.18
4. Pengambilan dilakukan dengan “maksud untuk memiliki” barang dengan cara
“melawan hukum” ( melawan hak ). Dalam hai ini terdapat dua bagian yaitu
“maksud untuk memiliki” dan unsur “melawan hukum”.
Adapun penjelasan mengenai keduanya adalah sebagai berikut :
a. Maksud untuk memiliki
Unsur ini merupakan unsur batin dari si pelaku. Unsur memiliki adalah
tujuan akhir dari si pelaku yang tertanam dalam dirinya (sebagai niat).
Unsur memiliki adalah tujuan terdekat dari perbuatan mengambil, sebab
apabila si pelaku mengambil barang tetapi tanpa maksud untuk memiliki maka
tidak dapat dipidana berdasarkan Pasal 362 KUHPidana, tetapi mungkin dengan
ketentuan lain.19
Berkaitan dengan unsur tersebut, Wirjono Projodikoro (1980 :167)
mengemukakan sebagai berikut : “Pengertian maksud untuk memiliki adalah
menjelmakan suatu perbuatan tertentu, suatu niat untuk memenfaatkan suatu
barang menurut kehendak sendiri”.
Dalam perbuatan dengan maksud untuk memiliki “niat” dari pelaku sudah
ada sebelum barang itu diambil. Pelaku dipandang telah menyadari dan tahu
bahwa barang itu kepunyaan orang lain yang dimiliki secara melawan hukum.
b. Melawan hukum
Melawan hukum dimaksud melekat pada unsur “dengan maksud untuk
memiliki” yang terdapat dalam Pasal 362 KUHP. Hal ini berarti bahwa
“melawan hukum” tersebut merupakan suatu perbuatan suatu perbuatan yang
dipandang bertentangan dengan hukum tertulis yakni undang-undang atau
ketentuan yang berlaku.
Suatu perbuatan dikatakan melawan hukum menurut Moch. Anwar yaitu
sebagai berikut :
Pendapat yang berpendirian formil menyatakan bahwa pengertian
melawan hukum adalah apabila sesuatu perbuatan telah mencocoki rumusan
undang-undang yang menggariskan bahwa suatu perbuatan yang melanggar
undang-undang dalam hal ini bersifat melawan hukum.20
Pendapat yang berpendirian ajaran materil dianut oleh HR maupun MA RI
dalam yurisprudensi berpendapat :
“perbuatan yang mencocoki rumusan undang-undang belum tentu bersifat
melawan hukum sebab hukum bukan hanya terdiri dari undang-undang saja,
tetapi diluar dari pada undang-undang”.21
3. Jenis-Jenis Pencurian
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), sebagaimana
dalam pembagian Buku I, II dan III, kejahatan telah diatur dalam buku II.
Khususnya tindak pidana pencurian, termuat dalam Buku II Bab XXII, Pasal
362 sampai dengan Pasal 367 KUHP.
Pada Pasal 362 sampai dengan Pasal 367 KUHP yang mengatur tentang
pencurian tersebut, terdapat lima kualifikasi pencurian sebagai berikut :
a. Pencurian biasa;
b. Pencurian berat;
c. Pencurian ringan;
d. Pencurian dengan kekerasan;
e. Pencurian dalam kalangan keluarga.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu jenis-jenis pencurian ini,
sebagai berikut :
20Ibid. Hal.56
a. Pencurian Biasa
Jenis pencurian ini diatur dalam Pasal 362 KUHP. Pasal 362 tersebut
merupakan dasar pencurian dan juga menjadi tolak ukur apakah suatu peristiwa
pencurian termasuk dalam pencurian biasa, berat, ringan, dan lain-lain. Suatu
hal penting yang perlu diperhatikan adalah perbuatan pembuat harus memenuhi
rumusan Pasal 362 KUHP.
Dari rumusan Pasal 362 KUHP tersebut, ditarik suatu rumusan yang akan
dipergunakan menentukan kategori pencurian biasa sebagai berikut :
1. Perbuatan mengambil;
2. Yang diambil adalah sesuatu barang;
3. Barang tersebut seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain;
4. Maksud hendak memiliki secara melawan hukum.
Apabila semua unsur diatas telah dilakukan oleh si pencuri, maka akan
dijatuhi hukuman penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun atau denda sebanyak
Rp. 900,--.(Sembilan ratus rupiah).
b. Pencurian Berat
Suatu perbuatan dapat digolongkan sebagai pencurian berat, selain
memenuhi unsur-unsur Pasal 362 KUHP, juga harus memenuhi unsur lain yang
terdapat dalam Pasal 363 KUHP.
R. Soesilo menerjemahkan Pasal 363 KUHP sebagai berikut :
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun :
b. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau gempa
laut, letusan gunung api, kapal selam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api,
huru- hara, pemberontakan atau kesengsaraan dimasa perang.
c. Pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan yang
tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada
dengan setahunya atau bertentangan dengan kemauannya orang berhak (yang
punya). (KUHP 98, 167 s, 365).
d. Pencurian dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih. (KUHP 364).
e. Pencurian yang dilakukan oleh tersalah dengan masuk ketempat kejahatan itu
atau dapat mencapai barang untuk diambilnya, dengan jalan membongkar,
memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu atau
pakaian jabatan palsu. (KUHP 99 s, 364 s).
2. Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal
dalam butir 4 dan 5, dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan
tahun. (KUHP 35, 366, 486). 22
c. Pencurian Ringan
Tindak pidana pencurian ringan diatur dalam Pasal 364 KUHP yang
menentukan sebagai berikut :
Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4, begitu
juga apa yang diterangkan dalam Pasal 363 butir 5, asal saja tidak dilakukan
dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tertutup yang ada
rumahnya, maka jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima
puluh rupiah, dihukum sebagai pencurian ringan dengan hukuman penjara
selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.900,-.
Melihat pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa pencurian ringan
adalah pencurian yang dilakukan dengan ketentuan harga barang tidak lebih
dari Rp. 250,-- dan perbuatan yang dilakukan adalah :
1. Dilakukan oleh dua orang atau lebih (pasal 363 butir 4).
2.Pencurian yang dilakukan dengan cara masuk ke tempat barang dengan
membongkar, memecah dan sebagainya (pasal 363 butir 5).
Pengecualian dari pencurian ringan meskipun harganya tidak lebih dari Rp.
250,--; jika :
1. Barang yang dicuri adalah hewan.
2. Dilakukan pada waktu kebakaran ataupun malapetaka yang lain.
3. Pencurian pada waktu malam dalam rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, oleh orang yang berada disitu tidak mengetahui kejadian itu atau
tidak atas kehendak orang yang mempunyai hak.
4. Pencurian yang disertai dengan kekerasan (Pasal 365),
d. Pencurian dengan Kekerasan
Jenis pencurian ini diatur dalam Pasal 365 KUHP sebagai berikut :
1. Dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan tahun, dihukum
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau
memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan (terpergok) supaya
melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya barang yang dicuri
itu tetap, ada ditangannya. (KUHP 89, 335).
2. Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan:
a. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam didalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup, yang ada rumahnya atau di jalan umum atau didalam
kereta api atau trem yang sedang berjalan. (KUHP 98,363).
b. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih. (KUHP
363 butir 4).
c. Jika sitersalah masuk ketempat melakukan kejahatan itu dengan jalan
membongkar atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah
palsu atau pakaian jabatan palsu. (KUHP 99, 100, 364 s).
d. Jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat. (KUHP 90).
3. Hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun dijatuhkan jika karena
perbuatan itu ada orang mati. (KUHP 35, 89, 366).
4. Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dijatuhkan, jika perbuatan itu menjadikan ada orang
mendapat luka berat atau mati, dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau
lebih dan disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam butir no.1
dan 3. (KUHP 339, 366, 486).
e. Pencurian dalam Kalangan Keluarga
Pencurian dalam kalangan keluarga diatur dalam Pasal 367 KUHP yang
1. Jika pembuat atau pembantu salah satu kejahatan yang diterangkan dalam bab
ini ada suami (isteri) dari orang yang kena kejahatan itu, tidak bercerai meja
makan dan tempat tidur atau bercerai harta benda, maka pembuat atau
pembantu ini tidak dapat dituntut hukuman.
2 Jika ia suaminya (isterinya) yang sudah diceraikan meja makan, tempat tidur
atau harta benda, atau sanak atau keluarga orang itu karena kawin, baik dalam
keturunan lurus, maupun keturunan yang menyimpang dalam derajat yang
kedua, maka bagi ia sendiri hanya dapat dilakukan penuntutan, kalau ada
pengaduan dari orang yang dikenakan kejahatan itu.
3. Jika menurut adat istiadat keturunan ibu, kekuasaan bapak dilakukan oleh
orang lain dari bapak kandung (sendiri), maka ketentuan dalam ayat kedua
berlaku juga bagi orang itu.
Jadi dalam hal ini ada dua ketentuan utama yaitu :
1.Pencurian atau membantu pada pencurian atas kerugian suami atau istrinya
tidak dihukum, oleh karena orang itu sama-sama memilki harta benda
suami-isteri. Hal ini pun didasarkan atas alas an tata susila. Didalam hukum Islam
tidak mengenal adanya perceraian meja, tempat tidur ataupun harta benda.
Oleh karena itu, pencurian antara suami-isteri yang tunduk pada hukum Islam
tidak dilakukan penuntutan karena bukan merupakan delik aduan.
2. Apabila pelaku atau pembantu pencurian merupakan sanak keluarga, maka
pelaku pencurian hanya dapat dituntut atau diadukan dari orang yang
3. Sanak keluarga (keturunan sedarah, turunan lurus, turunan menyimpang, dan
keluarga perkawinan) yang melakukan pencurian merupakan delik aduan.
4. Hewan Ternak
Pencurian ternak ( Pasal 363 ayat (1) butir 1 KUHP ). Dalam Pasal 363
ayat (1) butir 1 KUHP unsur yang memberatkan pencurian adalah “ternak”.
Penafsiran terhadap pengertian ternak ini telah diberikan oleh undang-undang
sendiri yaitu dalam Pasal 101 KUHP. Dengan demikian untuk melihat
pengertian ternak digunakan penafsiran secara autentik yaitu penafsiran yang
diberikan oleh undang-undang itu sendiri.
Berdasarkan ketentuan Pasal 101 KUHP, ”ternak” diartikan sebagai “hewan
berkuku satu, hewan pemamah biak, dan babi, misalnya kerbau, sapi, kambing
dan sebagainya. Sedang hewan berkuku satu antara lain kuda, keledai”.
Sementara di sisi lain, ketentuan Pasal 101 KUHP tersebut justru membatasi
berlakunya ketentuan Pasal 363 ayat (1) butir 1 KUHP oleh karena pengertian
“ternak” dalam Pasal 363 ayat (1) butir 1 tidak meliputi pluimvee seperti ayam,
bebek dan sebagainya sebagai hewan yang justru biasanya diternakkan. Unsur
“ternak” ini menjadi unsur yang memperberat tindak pidana pencurian, oleh
karena bagi masyarakat ( Indonesia ) ternak merupakan harta kekayaan yang
penting.
Sebagaimana sapi, dan kerbau adalah hewan pemamah biak. Ini berarti
kerbau memanfaatkan mikroorganisme di dalam rumen untuk mencerna
makananya. Pakan yang dimakan kerbau sebagian besar berasal dari tumbuhan
daging bermutu tinggi. Kemampuan cerna hewan pemamah biak lebih besar dari
pada hewan non-pemamah biak. kerbau “mengunyah memahan”, yaitu
mengeluarkan kembali makanan yang telah ditelannya ke mulut dan
mengunyanya beberapa kali sehingga membantu pencernaan makanan.23
Ternak kerbau mempunyai peluang untuk dikembangkan secara komersial
sebagai sumber pendapatan keluarga petani dan pendapatan Negara. Peternakan
di Indonesia merupakan salah satu penghasil daging dan susu, sumber tenaga
kerja, bahan kerajinan dan juga menghasilkan pupuk kadang sebagai pupuk
organil.
Ternak kerbau sejak lama merupakan sumber tenaga pengelolah tanah dan
penarik gerobak (pedati) dalam lingkungan kehidupan petani di pedesaan. Status
ternak kerbau ditujukan pada kehadiran dan pertisipasi ternak tersebut dalam
kehidupab sosial ekonomi masyarakat. Ternak kerbau dibutuhkan sebagai sarana
upacara adat dan keagamaan, aturan-aturan dan kebiasaan tradisional yang
kompleks. Selain itu ternak kerbau merupakan lambing dari keberadaan
pemiliknya dan berperan penting dalam kehidupan sosial beberapa suku bangsa
di Indonesia.
Ternak kerbau dikembangkan di Indonesia dibedakan atas tiga jenis, yaitu
kerbau murah, kerbau lokal dan kerbau lumpur.
1. Kerbau Murah
Kerbau murah ditandai dengan badannya besar dan kulitnya berwarna
hitam atau kelabu kehitam-hitaman, kepalanya kecil dan tanduknya
berbentuk spiral. Bobot badan ternak kerbau jantan dewasa rata-rata 544 kg,
sedangkan bobot badan kerbau betina dewasa rata-rata 450 kg. Jenis Kerbau
murah berasal dari India, yang kini banyak terdapat di Sumatera Utara dan
berbagai daerah di Indonesia.
Kerbau murah memiliki ciri-ciri dengan mempunyai ambing susu yang
berukuran besar sebagai tipe penghasil susu. Meskipun kerbau murah
termasuk tipe perah atau penghasil susu, tetapi kadang-kadang para petani
menggunakan ternak ini sebagai ternak kerja sawah.
2. Kerbau Lokal
Kerbau lokal terdapat di seluruh Indonesia. Kerbau lokal dewasa
mempunyai bobot badan rata-rata 400 kg, kerbau lokal ditandai dengan
warna kulitnya berwarna hitam dan ada juga yang berwarna putih. Kebau
lokal berwana hitam sering digunakan pada acara keagamaan, sedangkan
kerbau lokal berwarna putih digunakan sebagai ternak disawah.
Kelebihan kerbau lokal berwarna putih adalah lebih kuat dan lebih tahan
terhadap terik matahari dari pada kerbau lokal berwarna hitam.24
E. Metode Penelitian
Secara etimlogis metode diartikan sebagai jalan atau cara melakukan atau
cara melakukan sesuatu, pengertian ini diambil dari istilah medode yang berasal
dari bahasa Yunani, “methodos” yang artinya “jalan menuju”. Bagi kepentingan
ilmu pengetahuan, metode merupakan titik awal dai proposisi-proposisi akhir
24http://books.google.co.id/books?
dalam dalam bidang pengtahuan tertentu. Secara khusus bagi ilmu-ilmu yang
bersifat spekulatif, metode merupakan jalan menuju atau memahami mengnai
apa yang ada atau yang harus ada, sedangkan ilmu-ilmu normative metode
merupakan jalan menuju norma-norma yang mengatur perbuatan atau tingkah
laku masayarakat melalui pembentukan atau perumusan suatu norma/aturan
sebagi pedoman hidup masyarakat25. Metode penelitian yang digunakan oleh
penulis yaitu:
1. Metode Pendekatan Masalah
Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris
yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata di masyarakat
dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta, dilanjutkan dengan
menemukan masalah, kemudian pada identifikasi masalah dan pada akhirnya
menuju pada penyelesaian masalah. Untuk mendapatkan data tersebut peneliti
langsung ke objek penelitian yang diteliti untuk mendapatkan data primer
sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung.
Di samping berdasarkan peraturan yang berlaku juga dilihat dari segi
kenyataan yang ada di masyarakat.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam penulisan skripsi ini
yaitu di Polsek Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara. Pengambilan
lokasi tersebut didasarkan pada informasi yang diterima oleh penulis bahwa di
wilayah hukum Polsek Padang bolak telah terjadi aksi pencurian ternak (curnak)
dimana dalam kasus ini terbongkarnya jaringan pencurian ternak khususnya
jenis kerbau, beberapa kali warga melapor pada aparat kepolisian mengenai
hilangnya ternak warga, dan terbongkarnya jaringan pencuarian ternak tersebut
maka menguatkan bahwa pencurian dilakukan bukan hanya sekali tetapi
terjadinya pencurian telah terjadi beberapa kali di kabupaten paluta
3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer,
yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama melalui wawancara
langsung dengan responden, yaitu dengan aparat Kepolisian Polsek
Padang Bolak yang menangani kasus tindak pidana pencurian ternak
kerbau. b. Data Sekunder
yaitu data yang diperoleh dari sumber tidak langsung, yaitu
diperoleh dari dokumen yang berupa majalah, buku literatur, surat kabar,
kamus hukum, ensiklopedia, peraturan perundang-undangan,
artikel-artikel di internet,dokumen-dokumen atau berkas-berkas yang diperoleh
dari instansi setempat.
4. Metode Pengumpulan Data
1. Melakukan wawancara langsung dengan reposden. Wawancara
(Interview), yaitu mengadakan penggalian data dengan wawancara yang
mendalam terhadap aparat Kepolisian yang menangani kasus ini di Polsek
Padang Bolak
Penulis menggunakan interview bebas terpimpin (controlled interview),
yaitu wawancara menggunakan interview guide berupa pertanyaan yang
berhubungan dengan permasalahan dan cara mengajukan pertanyaan
diserahkan sepenuhnya pada keluwesan interviewer untuk menghilangkan
kekakuan dalam proses interview.
2. Melalui penelitian kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan data
dari referensi-referensi yang mendukung terhadap penelitian ini (melakukan
studi kepustakaan yang berupa dokumen-dokumen, literatur, artikel-artikel
yang berhubungan dengan permasalahan). Kemudian dilakukan sinkronisasi
sehingga diperoleh data yang menjadi bahan masukan untuk melengkapi
analisis permasalahan dalam penelitian ini.
6. Analisis Data
Setelah data relevan yang diperlukan telah berhasil dihimpun dalam
penelitian, maka data tersebut dianalisis secara deskriptif analitis yaitu
menggambarkan bagaimana upaya penanggulangan terjadinya pencurian ternak
(curnak) di wilayah Hukum Polsek Padang Bolak serta penerapan hukum
pidana oleh aparat kepolisian pada pelaku curnak kerbau tersebut. Atas dasar
itu, maka dapat diperoleh gambaran yang objektif mengenai kenyataan yang ada
Paluta tersebut.
G.Sistematika Penulisan
Sesuai dengan isi dari keseluruhan penulisan ini, maka penulis menyusun
sistematika penulisannya menjadi beberapa bagian pembahasan:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat antara lain: latar belakang permasalahan,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian
penulisan,tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II: Pada bab ini akan diuraikan tentang faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya tindak pidana pencurian ternak kerbau di
Kabupaten Padang Lawas Utara.
BAB III : Bab ini akan membahas tentang gambaran secara keseluruhan wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara termasuk jumlah populasi
kerbau sesuai dengan sensus peternakan tahun 2012, kemudian
langkah-langkah yang di ambil oleh pihak kepolisian Polsek Padang
Bolak upaya penanggulanangan tindak pidana pencurian ternak kerbau
partisipasi masyarakat pada aparat kepolisian serta
hambatan-hambatan penanggulangan tindak pidana pencurian ternak kerbau
yang terjadi di Kabupaten Padang Lawas Utara.
BAB IV : Bab ini akan membahas tentang Posisi Kasus yang berisi tentang gambaran lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dimana diambil dari
kepolisian Polsek Padang Bolak serta penerapan hukum pidanan
terhadap para pelaku tindak pidana pencurian ternak kerbau dan
penanganan kasus tersebut oleh kepolisian dengan menggunakan
ketentuan Hukum Pidana di wilayah hukum Polsek Padang Bolak.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran dari
keseluruhan pembahasan yang penulis uraikan dalam
pembahasan-pembahasan terlebih dahulu serta masukan yang berupa saran dari
penulis terhadap kasus pencurian ternak kerbau yang terjadi di
Kabupaten Padang Lawas Utara serta upaya penanggulangan sebagai
antisipasi masyarakat dalam mencegah terulangnya pencurian kerbau.
BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI TERJADINYA TINDAK PIDANA PENCURIAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN
PADANG LAWAS UTARA
Status sosial seseorang di dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Selama di dalam masyarakat itu ada sesuatu yang dihargai maka
selama itu pula ada pelapisan-pelapisan di dalamnya dan pelapisan-pelapisan
itulah yang menentukan status sosial seseorang.
memiliki sebab dan akibat, begitu pula kejahatan, setiap kejahatan memiliki motif
atau alasan untuk melakukan tindakan kejahatan dan setiap alasan tersebut pasti
berbeda-beda satu sama lainnya. Perbedaan ini terjadi karena setiap orang
memiliki kepentingan yang berbeda-beda pula.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya pencurian ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas
Utara antara lain:
A. Faktor Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu hal yang penting di dalam kehidupan
manusia, maka keadaan ekonomi dari pelaku tindak pidana pencurianlah yang
kerap kali muncul melatarbelakangi seseorang melakukan tindak pidana
pencurian. Para pelaku sering kali tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, atau
bahkan tidak punya pekerjaan. Karena desakan ekonomi yang menghimpit, yaitu
harus memenuhi kebutuhan keluarga, membeli sandang maupun pangan, atau ada
sanak keluarganya yang sedang sakit, maka sesorang dapat berbuat nekat dengan
melakukan tindak pidana pencurian.
Rasa cinta seseorang terhadap keluarganya yang menyebakan ia sering lupa
diri dan akan melakukan apa saja demi kebahagiaan keluarganya. Terlebih lagi
apabila faktor pendorong tersebut diliputi rasa gelisah, kekhawatiran, dan lain
sebagainya, disebabkan orang tua (pada umumnya ibu yang sudah janda), atau
isteri atau anak maupun anak-anaknya, dalam keadaan sakit keras. Memerlukan
obat, sedangkan uang sulit di dapat. Oleh karena itu, maka seorang pelaku dapat
termotivasi untuk melakukan pencurian.
kehidupan manusia, hal ini dikarenakan manusia memiliki kebutuhan (sandang,
pangan, papan) yang harus dipenuhi setiap hari. Pemenuhan kebutuhan inilah
yang membutuhkan biaya, jika kebutuhan sehari-hari sangat banyak, maka biaya
yang dibutuhkan juga semakin banyak. Alasan tersebut sering dipergunakan para
pelaku kejahatan karena alasan tersebut dapat meringankan hukuman yang
dijatuhkan padanya.
Terjadinya kejahatan pencurian ternak ini dikarenakan oleh faktor ekonomi
dari pelaku yang masih tergolong rendah sedangkan kebutuhannya yang
mendesak untuk dipenuhi. Tekanan atau desakan seperti itulah yang menyebabkan
pelaku melakukan pencurian yang merupakan jalan pintas untuk memenuhi
kebutuhannya. Ketidakseimbangan inilah yang menjadi faktor bagi setiap orang
mencari alternative pekerjaan agar mendapatkan uang yang lebih banyak lagi
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Faktor ekonomi adalah faktor yang memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia, hal ini di karenakan manusia memiliki kebutuhan (sandang,
pangan, papan) yang harus dipenuhi setiap hari. Dengan meningkatnya kebutuhan
hidup, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat ditempuh dengan
berbagi hal, baik itu dengan cara yang baik atau dengan cara yag jahat. Maka
faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling dominan sehingga orang
dapat melakukan kejahatan, karena disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang
kian hari kian meningkat.
Adapun tingkat ekonomi pelaku pencurian ternak dapat dijelaskan melalui tabel
Tabel 1
Pelaku Pencurian Ternak
Kepolisian Resor Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2009-2013
Sumber : Kepolisian Resor Kabupaten Padang Lawas Utara
AIPDA M.Hutabarat, Juru Periksa Reskrim Padang Bolak (wawancara 06 Januari
2014) mengemukakan bahwa :
Salah satu faktor pendorong seseorang melakukan kejahatan pencurian
adalah keadaan ekonomi yang rendah. Dilain pihak kebutuhan hidup yang
semakin mendesak tetapi pelaku tidak dapat memenuhinya. Terlebih lagi pelaku
yang sudah berkeluarga yang memiliki tanggungan sedangkan penghasilan untuk
memenuhinya tidak cukup. Ditambah lagi dengan keadaan lingkungan dari pelaku
yang konsumtif merupakan faktor pendorong pelaku melakukan pencurian.26
Selanjutnya Juman, pelaku kejahatan pencurian ternak (wawancara 8 Januari
2014), mengemukakan bahwa : 27
“Saya mencuri karena keadaan yang memaksa. Pekerjaan sebagai petani
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga saya. Selain itu
biaya sekolah anak saya harus segera dibayar.”
26 Hasil wawancara dengan AIPDA M.Hutabarat,AIPTU Suratman, tanggal 06 Januari 2014
Sahrul, pelaku kejahatan pencurian ternak (wawancara 8 Januari 2014),
mengemukakan bahwa :
“Saya mencuri ternak karena sangat mudah untuk memasarkanya di pasar
dan harganya juga cukup mahal, saya merasa bersalah, hal tersebut saya
lakukan karena tekanan kebutuhan rumah tangga”
Faktor ekonomi adalah faktor yang memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia, hal ini di karenakan manusia memiliki kebutuhan (sandang,
pangan, papan) yang harus dipenuhi setiap hari. Dengan meningkatnya kebutuhan
hidup, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat ditempuh dengan
berbagi hal, baik itu dengan cara yang baik atau dengan cara yag jahat. Maka
faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling dominan sehingga orang
dapat melakukan kejahatan, karena disebabkan oleah kebutuhan ekonomi yang
kian hari kian meningkat
B. Faktor Pendidikan
Faktor yang lain adalah pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang dapat
mempengaruhi tindakan seseorang, seseorang yang memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi dalam bertindak, bertutur kata, bertingka laku, cenderung berfikir
dengan menggunakan kerangka fikir yang baik dan sistematis sehingga segala
perbuatannya cenderung untuk dapat dipertanggungjawabkan lain halnya dengan
orang yan memiliki tingkat pendidikan yang rendah dalam melakukan tindakan
terkadang berfikiran sempit.
Selain itu seseorang yang memiliki strata pendidikan yang tinggi dalam
strata pendidikan yang rendah, karenanya banyak orang yang memiliki pendidikan
yang rendah tidak memiliki pekerjaaan/pengangguran. Karena tidak memiliki
pekerjaan itu maka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dia akan melakukan
pekerjaan apa saja asalkan ia dpat memenuhi kebutuhan hidupnya tak perduli
apakah itu melanggar hukum atau tidak.
Begitu juga dengan kejahatan pencurian ternak di Kabupaten Padang Lawas
Utara terdapat beberapa pelaku yang ternyata tingkat pendidikannya rendah. Hal
ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2
AIPDA M.Hutabarat, Juru Periksa Reskrim Padang Bolak (wawncara 06 Januari
2014) mengemukakan bahwa : 28
“Pendidikan sebagai salah satu faktor penyebab atau yang melatarbelakangi
terjadinya kejahatan, karena pendidikan adalah sarana yang paling efektif
dalam mendidik dan mengarahkan seseorang untuk merubah cara berfikir
sehingga dapat memikirkan tentang perbuatannya, akibat kerugian serta
konsekuensi yang ditimbulkan jika dia melakukan perbuatan tersebut.”
Hubungan antara pelaku pencurian ternak kerbau dengan faktor pendidikan,
adalah karena apabila masyarakat kurang mendapat pendidikan khususnya
pendidikan agama dan pendidikan hukum, maka masyarakat tidak tahu apa yang
dia lakukan, kerugian yang diderita oleh orang lain (korban) akibat perbuatannya
serta konsekuensi dari perbuatannya, sehingga dibutuhkan pendidikan dan
pemahaman agar mereka mengetahui apa yang dilakukannya itu, kerugian yang
diderita oleh orang lain (korban) akibat perbuatannya serta konsekuensi dari
perbuatannya karena perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma baik
itu norma agama, maupun norma-norma sosial baik itu norma hukum sehingga
apabila dilakukan maka pelakunya akan dikenakan sanksi pidana. Tapi tidak
tertutup kemungkinan seseorang yang melakukan kejahatan tersebut adalah
orang-orang yang mempunyai ilmu yang tinggi dan mengecap dunia pendidikan yang
tinggi pula.
Memang jika berbicara tentang pendidikan dikaitkan dengan kejahatan
mungkin banyak permasalahan yang akan muncul, oleh karena itu penulis batasi