• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : TOPIK PENELITIAN

B. Cara Perolehan Aktiva Tetap dan Metode Penyusutan Aktiva

Setiap aktiva tetap mempunyai harga perolehan yang meliputi seluruh jumlah biaya yang dikeluarkan atau hutang yang timbul untuk memperoleh aktiva tersebut. Biaya perolehan dicatat sebesar harga perolehannya yaitu harga beli

aktiva tetap tersebut ditambah biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut dapat digunakan oleh perusahaan. Dalam menjalankan aktivitasnya suatu perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap dengan beberapa cara, antara lain :

1. Pembelian Tunai

Pembelian tunai adalah pembelian aktiva yang pembayarannya tidak memerlukan tenggat waktu yang lama dari saat pembeliannya. Dalam pembelian tunai ini aktiva dicatat sebesar uang kas yang dibayarkan dan meliputi harga beli dan semua biaya yang berhubungan dengan pemilikan itu.

Apabila dalam pembelian tunai diperoleh potongan maka potongan tersebut akan diperkurangkan dari harga beli aktiva, dengan demikian akan mengurangi harga perolehannya. Pembelian tunai atas aktiva bekas pakai harga perolehannya adalah semua biaya untuk memperoleh aktiva tersebut termasuk apabila perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk memperbaiki keadaan aktiva yang rusak agar menjadi baik kembali.

Bila beberapa aktiva tetap dibeli secara bersama-sama dengan harga tunggal, maka perusahaan akan mengalami masalah, masalahnya ialah apabila aktiva yang dibeli secara bersama tersebut umur atau masa pakainya berbeda-beda. Maka masing-masing nilai aktiva harus dipisahkan.

Ikatan Akuntan Indonesia, (2004; 58) “Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aktiva tetap bersangkutan”.

Jurnal dalam pencatatan pembelian tunai adalah :

Aktiva tetap xxx

Kas xxx

2. Pembelian Kredit

Pembelian kredit adalah pembelian aktiva tetap yang pembayarannya tidak sekaligus tetapi berangsur-angsur dan pelunasannya memerlukan waktu lebih dari satu periode akuntansi. Dalam pembelian kredit ini harga beli aktiva tetap menjadi lebih mahal dibandingkan dengan tunai, kelebihan harga tersebut adalah merupakan bunga atas pembelian cicilan tersebut.

Dalam menentukan harga perolehan bunga tidak boleh dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan, tetapi harus diperlakukan sebagai biaya. Dengan demikian harga perolehan aktiva tersebut adalah harga tunai ditambah biaya-biaya lain di luar biaya tersebut. Pembebanan bunga atas kredit dapat dilakukan dengan :

a. Secara Flat

Dimana biaya bunga sama untuk setiap pembayaran angsuran persemester.

b. Berdasarkan Sisa Hutang

Dimana biaya bunga dihitung dari sisa hutang terakhir.

Jurnal untuk mencatat pembelian yang dilakukan secara kredit adalah :

Aktiva Tetap xxx

3. Pembelian dengan Surat Berharga

Dalam usaha untuk mendapatkan aktiva tetap perusahaan dapat mengeluarkan surat-surat berharga yang berupa saham atau obligasi. Saham atau obligasi tersebut dipakai sebagai penukaran dari aktiva tetap yang diinginkan. Dalam pertukaran antara aktiva dengan surat berharga ini timbul masalah berapa besarnya nilai aktiva yang diterima akan dicatat, apakah sebesar harga pasar aktiva atau sebesar harga pasar surat berharga atau bahkan nilai nominalnya.

Kalau dalam pertukaran tersebut harga pasar dari surat berharga diketahui maka aktiva yang diterima dinilai sebesar harga pasar dari surat berharga akan tetapi apabila harga pasar dari surat berharga tidak diketahui, aktiva tetap yang diperoleh tersebut dapat dinilai sebesar harga pasar yang bersangkutan.

Dalam memperoleh aktiva dengan cara seperti ini laba atau rugi tidak boleh diakui, karena dengan mengeluarkan surat berharga yang berupa saham, pemilik aktiva yang ditukar tersebut menjadi pemegang saham (pemilik), dan apabila yang dikeluarkan obligasi atau kreditor sehingga tidak mungkin adanya laba atau rugi. Berikut jurnal untuk pembelian dengan surat berharga, yaitu :

Aktiva Tetap xxx

Potongan Harga xxx

Modal Saham xxx

Premium xxx

4. Aktiva Tetap yang Dihadiahkan

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dihadiahkan disebut

ini wajib dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilain yamg independen (appraisal company) dan di kredit modal donasi (donate capital). Aktiva tetap yang dihadiahkan dicatat sebagai aktiva apabila hak atas aktiva tersebut sudah diterima. Apabila ada biaya-biaya dalam rangka perolehan ini, maka dicatat sebagai resume expenditure. Contohnya biaya surat-surat, akte, dan sebagainya.

Ikatan Akuntan Indonesia, (2004; 16.7) berpendapat bahwa :

“Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun Modal Donasi”. Jurnalnya adalah sebagai berikut :

Aktiva Tetap xxx

Modal Donasi xxx

5. Aktiva yang Dibangun Sendiri

Untuk memenuhi keperluannya dalam pengadaan aktiva tetap, perusahaan dapat membangun atau membuat sendiri aktiva tetap tersebut. Tujuan perusahaan membuat atau membangun sendiri aktiva tetap biasanya didasari oleh maksud perusahaan untuk mendapatkan kualitas aktiva yang lebih baik dibandingkan harus membeli, menghemat biaya atau memanfaatkan fasilitas perusahaan yang menganggur.

Biaya perolehan aktiva tetap meliputi seluruh biaya-biaya pembuatannya termasuk bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead langsung maupun tidak langsung yang merupakan biaya-biaya diluar biaya operasional perusahaan.

Menentukan jumlah overhead tidak langsung akan dialokasikan pada aktiva tetap yang dikerjakan bukanlah hal yang mudah. Untuk itu ada beberapa cara untuk menetapkan besar biaya overhead, yaitu :

1) Metode Incremental Cost

Biaya overhead yang dibebankan adalah kenaiakn (tambahan) biaya overhead akibat adanya pembanguanan aktiva tersebut.

2) Metode Proporsional

Biaya overhead yang dibebankan bukan hanya kenakan overhead itu sendiri, melainkan juga biaya overhead secara rata baik untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan itu sendiri.

6. Aktiva Tetap yang Diperoleh dengan Pertukaran

Perusahaan mungkin mengambil kebijaksanaan untuk memperoleh aktiva baru dengan cara menukarnya dengan aktiva lama yang telah dimiliki oleh perusahaan. Dalam kejadian seperti ini secara umum ketentuannya adalah bahwa aktiva baru yang diperoleh akan dicatat (dinilai) sebesar harga pasar dari aktiva lama yang diserahkan atau kalau harga pasar aktiva baru lebih jelas diketahui maka dapat pula mempergunakan harga pasar aktiva baru tersebut.

Dalam tukar menukar seperti ini kadang-kadang pihak pembeli harus memberi tambahan uang atau nambah, apabila hal ini terjadi maka aktiva baru akan dicatat senilai harga pasar dari aktiva lama ditambah uang kas yang harus dibayarkan. Laba rugi pertukaran dapat timbul apabila terjadi perbedaan antara nilai buku aktiva lama dengan harga pasarnya atau nilai yang diakui dalam

pertukaran tersebut. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan harga perolehan dalam tukar-menukar, yaitu :

1) Nilai Buku

Yaitu, aktiva yang diperoleh dinilai dengan nilai buku aktiva yag ditukarkan dan tidak memperhitungkan laba atau rugi. Nilai buku yang dihitung dari harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

2) Nilai Pasar

Yaitu, harga perolehan aktiva baru ditentukan sama dengan nilai pasar aktiva lama yang ditukar tambah dengan pembayaran tunai. Selisih nilai pasar aktiva lama dengan buku dihitung sebagai laba atau rugi.

3) Trade-in Allowance

Yaitu, harga perolehan aktiva baru dihitung berdasarkan nilai trade-in

allowance lama ditambah dengan pembayaran tunai. Selisihnya dihitung

sebagai laba atau rugi.

Penetapan nilai suatu aktiva tetap dapat dilakukan dengan lebih dahulu mengetahui jenis aktiva tetap itu sendiri dan dari mana aktiva tetap itu diperoleh. Harga perolehan yang dicatat adalah harga yang akan dibayarkan kepada penjual ditambah dengan biaya yang dikeluarkan hingga fisik aktiva tetap yang dibeli dipergunakan dalam aktivitas operasional perusahaan.

B2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Penyusutan adalah penurunan kemampuan aktiva tetap dalam

dikarenakan pemakaian yang terus-menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aktiva tetap tersebut menurun dari hari ke hari.

Menurut ikatan Akuntan Indonesia, (2004; 16.2) : “Alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat”

1. Metode Alokasi

Besar kecilnya penyusutan setiap periode ditentukan oleh tiga faktor yaitu : harga perolehan dari aktiva, taksiran nilai sisa dan taksiran umur aktiva. Harga perolehan adalah semua biaya untuk memperoleh aktiva sampai aktiva siap untuk dipergunakan. Ada beberapa metode dalam melakukan alokasi harga perolehan aktiva yaitu:

a) Berdasarkan waktu

Metode alokasi ini adalah yang mendasarkan alokasinya berdasarkan umur dari aktiva.

b) Berdasarkan kegunaan

Metode ini mendasarkan alokasinya pada banyak sedikitnya pengunaan dari aktiva.

c) Alokasi untuk kelompok-kelompok aktiva

Metode ini adalah metode yang berdasarkan waktu tetapi dipergunakan untuk menyusutkan sekelompok aktiva secara bersama-sama.

2. Metode Garis Lurus

Metode garis lurus adalah metode alokasi harga perolehan yang mendasarkan alokasinya pada waktu pemakaian, dalam metode ini beban penyusutan dari waktu kewaktu sama besarnya. Menghitung beban penyusutan

per periodik dengan cara membagi harga perolehan yang disusutkan dengan taksiran umurnya. Cara menghitung besarnya penyusutan untuk tiap priode adalah :

n

Ns)

-(Hp

D =

Dimana :

D = Besar deprisiasi untuk suatu priode Hp = Harga perolehan

Ns = Nilai sisa

n = Taksiran umur manfaat

Contoh : Sebuah mesin dibeli dengan harga perolehan Rp.10.000.000,- nalai sisa diperkirakan Rp.5.000.000,- dan taksiran umur 10 tahun. Penyusutan aktiva tersebut adalah :

n

Ns)

-(Hp

D =

10

5.000.000

Rp.

-10.000.000

Rp.

=

D = Rp.500.000 / Tahun

3. Metode Jumlah Angka Tahun

Metode ini mengalokasikan harga perolehan dari priode ke priode semakin menurun. Alokasi ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa alokasi semakin lama semakin turun daya layannya. Sedangkan biaya reparasi dan pemeliharaannya semakin besar.

Contoh : Pada tanggal 2 februari 2007 dibeli mesin seharga Rp.50.000, umur mesin 5 tahun, dan nilai sisa 0.

Tabel 3. 1

Penyusutan Mesin dengan Metode Jumlah Angka Tahun Tahun Harga Perolehan Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 1 Rp.50.000 Rp.16.666,67 Rp. 16.666,67 Rp. 33.333,33 2 Rp.50.000 Rp. 13.333,33 Rp. 30.000 Rp. 20.000 3 Rp.50.000 Rp. 10.000 Rp. 40.000 Rp. 10.000 4 Rp.50.000 Rp. 6.666,67 Rp. 46.666,67 Rp. 3.333.33 5 Rp.50.000 Rp. 3.333,33 Rp. 50.000 Rp. 0

Sumber : Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Media Dinas Komunikasi Informasi dan Informatika (Diskominfo) Medan

Keterangan : 1. 5/15 x Rp.50.000 = Rp.16.666,67 2. 4/15 x Rp.50.000 = Rp.13.333,33 3. 3/15 x Rp.50.000 = Rp.10.000 4. 2/15 x Rp.50.000 = Rp. 6.666,67 5. 1/15 x Rp.50.000 = Rp. 3.333,3

Dokumen terkait